cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik" : 24 Documents clear
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SD Katolik St Fransiskus Xaverius Kakaskasen Kota Tomohon Rawung, Meilita M.; Wungouw, Herlina I. S.; Pangemanan, Damajanty H. C.
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.27100

Abstract

Abstract: School-age children are in an active period of growth and development. Good nutritional status will lead to optimal health degree and improve the thinking ability and learning performance of school-age children. This study was aimed to determine the relationship between nutritional status and students’ learning achievement in elementary school. This was a descriptive and analytical study with a cross sectional design. There were 109 elementary school students who fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Nutritional status was measured with anthropometric index based on body mass index according to child’s age (BMI-for-age). Learning achievement was based on the value of midterm exams. Based on BMI-for-age index, it was found that most children had normal nutritional status (68.8%), 6 children had underweight nutritional status (5.5%), 14 children had overweight nutritional status (12.8%), and 14 children with obese nutritional status (12.8%). The Fisher's Exact test analyzing the relationship between nutritional status and learning achievement showed a p-value of 0.951 (p>0.05). In conclusion, there was no relationship between nutritional status and learning achievement among students of St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen Catholic Elementary School in Tomohon.Keywords: nutritional status, learning achievement, elementary school students Abstrak: Anak usia sekolah merupakan kelompok anak yang berada pada masa aktif dalam pertumbuhan dan perkembangan. Status gizi yang baik akan berdampak derajat kesehatan yang optimal dan membantu anak sekolah dalam meningkatkan kemampuan daya pikir dan performa belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa sekolah dasar. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang dilakukan pada 109 siswa sekolah dasar yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Status gizi dinilai menggunakan indeks antropometri berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur anak (IMT/U). Prestasi belajar diukur berdasarkan nilai ujian tengah semester. Hasil penelitian mendapatkan bahwa berdasarkan indeks IMT/U, sebagian besar anak memiliki status gizi normal (68,8%), 6 anak memiliki status gizi kurang, 14 anak dengan status gizi lebih (12,8%), dan 14 anak dengan status gizi obes (12,8%). Hasil uji Fisher’s Exact terhadap hubungan antara status giz dan prestaasi belajar menunjukkan nilai p=0,951 (p>0,05). Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa SD Katolik St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen Kota Tomohon.Kata kunci: status gizi, prestasi belajar, siswa sekolah dasar
Identifikasi bakteri aerob pada penderita infeksi mata luar di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado Angelika, Irene; Rares, Fredine; Porotu'o, John
eBiomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.8.1.2020.27646

Abstract

Abstract: Eye infections are inflammation caused by microorganisms that grow and multiply in the eye. Almost all external eye infections case from all over the world are caused by bacterias. The purpose of this study was to determine aerobic bacteria in patients with external eye infections using gram staining. This study uses a descriptive research method with a cross-sectional approach through bacterial culture research results of secretive swabs from patients with external eye infections at GMIM Pancaran Kasih Hospital Manado. Sample in this study are patients diagnosed with ongoing outer eye infections with no antimicrobe treatment yet. Results show outer eye infection such as conjunctivitis 12 (60%), hordeoulum 4 (20%), keratitis 3 (15%) and keratoconjunctivitis 1 (5%). By age group 1 - 25 years 3 (15%), 26 - 50 years 3 (15%), and  >51 found 14 (70%). By gender there are male 9 (55%) and  female 11 (55%). 7 patients are housewives (35%) and housewives are found to be more susceptible to eye infection than the others. Culture growth was obtained in 14 (80%) samples and there was no growth in 4 (20%) samples Gram-positive bacteria consist of either Staphylococcus sp, or Streptococcus sp, with Gram-negative rods with a total of 11 (78.5%) samples were found to be higher than those with Gram-negative Coccus bacteria in 2 (10%) samples. In conclusion, the highest number of conjunctivitis from outside eye infections found to be the most common in housewives females that in >50 years age group and mostly caused by gram-positive bacteria.Keywords: Aerobic bacteria, external eye infections, gram staining  Abstrak:Infeksi mata merupakan peradangan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang biak pada mata, hampir di seluruh dunia infeksi mata luar disebabkan oleh bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bakteri aerob pada penderita infeksi mata luar dengan menggunakan pewarnaan gram. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional  melalui penelitian kultur bakteri hasil swab sekret penderita infeksi mata luar di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang telah di diagnosis sebagai infeksi mata luar dengan infeksi yang masih berlanjut dan belum menjalani pengobatan dengan antimikroba. Hasil penelitian yang didapatkan infeksi mata luar ialah konjungtivitis 12 (60%), hordeoulum 4 (20%), keratitis 3 (15%) dan keratokonjungtivitis 1 (5%). Kelompok usia 1 - 25 tahun 3 (15%), 26 - 50 tahun 3 ( 15%), dan >51 didapatkan 14 (70%). Laki-laki didapatkan 9 (55%) sedangkan perempuan 11 (55%) lebih banyak ditemukan. Jenis pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 7 (35%) penderita lebih banyak ditemukan daripada jenis pekerjaan yang lain. Pertumbuhan kultur didapatkan sebanyak 14 (80%) sampel dan tidak ada pertumbuhan 4 (20%) sampel. Bakteri gram positif yaitu Staphylococcus sp, Streptococcus sp,Batang Gram negatif dengan total 11 (78,5%) sampel lebih banyak dibadingkan bakteri gram negatif Coccus sebanyak 2 (10%) sampel. Simpulan pada penelitian ini ialah infeksi mata luar terbanyak konjungitivits pada kelompok umur tersering diatas 50 tahun berjenis kelamin perempuan yang memiliki pekerjaan ibu rumah tangga lebih tinggi disebabkan bakteri Gram positif yang sering ditemukan.Kata kunci: Bakteri aerob, infeksi mata luar, pewarnaan gram.
Hubungan Penggunaan Gawai dan Gangguan Visus Pada Siswa SMA Negeri 1 Kawangkoan Sumakul, Juschella J.; Marunduh, Sylvia R.; Doda, Diana V. D.
eBiomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.8.1.2020.27140

Abstract

Abstract: One of technological advances today is the presence of gadgets. Visual acuity is the ability of the eye to distinguish very specific parts of an object or a surface. At school-aged children, visual acuity disorder is one of the problems that can cause difficulties in carrying out various daily activities, especially studying. This study was aimed to determine the correlation between gadget usage and visual acuity disorders among students of SMA Negeri 1 Kawangkoan. This was a quantitative and analytical descriptive study using a cross sectional design that was performed on 184 students of SMA Negeri 1 Kawangkoan. Data were analyzed by using the chi-square correlation test. The results showed that of 184 respondents, there were 71 students with visual acuity disorders. The chi-square test obtained p-values of <0.05 for the relationships between time length (p=0.012), duration per day (p=0.028) and distance of gadget usage (p=0,008) and visual acuity disorder. Moreover, the chi-square test obtained a p-value of >0.05 for the relationships between position of gadget usage and visual acuity disorder (p=0.329). In conclusion, among students of SMA Negeri 1 Kawangkoan, there were significant relationships between time length, duration, and distance of using gadget and visual acuity disorder. Albeit, there was no significant relationship between possition of using gadget and visual acuity disorder.Keywords: gadget usage, visual acuity disorder. Abstrak: Salah satu bentuk kemajuan teknologi saat ini yaitu adanya gawai atau gadget. Visus atau ketajaman penglihatan adalah kemampuan mata dalam membedakan bagian-bagian yang sangat spesifik baik objek atau suatu permukaan. Pada anak usia sekolah, gangguan visus merupakan salah satu masalah yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari, terutama proses belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan gawai dan gangguan visus pada siswa di SMA Negeri 1 Kawangkoan. Jenis penelitian ialah kuantitatif dan deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan terhadap 184 siswa di SMA Negeri 1 Kawangkoan. Uji statistik yang digunakan ialah uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 184 responden, terdapat 71 siswa (39%) yang mengalami gangguan visus. Hasil uji chi-square mendapatkan nilai p<0,05 pada hubungan antara lama penggunaan (p=0,012), durasi penggunaan per hari (p=0,028) dan jarak penggunaan gawai (p=0,008) dengan gangguan visus. Selain itu, nilai p>0,05 untuk hubungan posisi penggunaan gawai dengan gangguan visus (p=0,329). Simpulan penelitian ini ialah pada siswa di SMA Negeri 1 Kawangkoan terdapat hubungan bermakna antara lama penggunaan, durasi penggunaan, dan jarak penggunaan gawai dengan gangguan visus namun tidak terdapat hubungan bermakna antara posisi penggunaan gawai dengan gangguan visus.Kata kunci: penggunaan gawai, gangguan visus
Pengaruh Intensitas Latihan Beban terhadap Massa Otot Tambing, Agustina; Engka, Joice N. A.; Wungouw, Herlina I. S.
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.27099

Abstract

Abstract: Muscles can be formed by weight training to be ideal and athletic that will improve performance and confidence of a man. One of the factors that influence weight training is intensity, which shows the severity of the weight of an exercise. The American College of Sports Medicine recommends an intensity of> 70% 1-RM for the purpose of increasing muscle mass. This study was aimed to determine the effect of weight training intensity on muscle mass. This was an experimental study with two group pretest and posttest design. Subjects were 42 Sam Ratuangi University male students divided into two groups. Both groups were given different training intensities (50-60% 1-RM and 50-80% 1-RM). Tricep biceps mass was measured on the circumference of the upper arm using a meter (cm) before and after exercise for 8 weeks. Data were tested for normality using the Shapiro Wilk test and paired t test to determine differences in the average before and after training in each group. In both groups the results showed a p-value of 0.000 (p <0.05), which indicated that there was an increase of muscle mass in each group. Meanwhile, the independent sample t-test of the difference between the two groups obtained a p-value of 0.072 (p> 0.05) which indicated that there was no significant effect between the two different intensities on muscle mass. In conclusion, there was no significant effect of weight training intensity on muscle mass.Keywords: muscle mass, intensity of weight training Abstrak: Otot dapat dibentuk dengan latihan beban agar menjadi ideal dan atletis yang akan meningkatkan performa dan kepercayaan diri bagi seorang laki-laki. Salah satu faktor yang memengaruhi latihan beban ialah intensitas, yang menunjukkan berat ringannya beban suatu latihan. American College of Sports Medicine merekomendasikan intensitas>70% 1-RM untuk tujuan peningkatan massa otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas latihan beban terhadap massa otot. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan rancangan two grouppretest dan posttest. Subjek penelitian ialah mahasiswa Unsrat yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 42 orang, dibagi ke dalam dua grup. Kedua grup diberikan intensitas latihan yang berbeda (50-60% 1-RM dan 50-80% 1-RM). Massa otot bisep trisep diukur pada lingkar lengan atas dengan menggunakan meteran (cm) sebelum dan sesudah latihan selama 8 minggu. Data penelitian diuji normalitas dengan Shapiro wilk test dan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah latihan pada masing-masing grup. Pada kedua grup didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan massa otot pada setiap grup. Pada uji beda selisih antara kedua grup yang menggunakan independent sample t-test didapatkan nilai p=0,072 (p>0,05) yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh bermakna antara kedua intensitas yang berbeda terhadap massa otot. Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat pengaruh bermakna dari intensitas latihan beban terhadap massa otot.Kata kunci: massa otot, intensitas latihan beban
Proporsi Obesitas Siswa SMP Negeri 1 Manado Menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Pinggang Kaunang, Matthias D.; Manampiring, Aaltje E.; Bodhi, Widdhi
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.27141

Abstract

Abstract: Obesity is an abnormal accumulation of excessive fat that increases body weight. Moreover, obesity is the risk factor of a variety of diseases. There are many risk factors related to obesity inter alia genetic, lack of physical activity, parenting, and the frequency of eating that led by availability and accessibility of food especially among middle school students. This study was aimed to determine the proportion of obesity cases at SMP Negeri 1 Manado students based on body mass index (BMI) and waist circumference. This was a descriptive study using a cross sectional design. Respondents were 416 students of SMP Negeri 1 Manado. The results showed that based on BMI, there were 18 students with obesity meanwhile based on waist circumference there were 62 students with obesity. In conclusion, the proportion of obesity among students of SMP Negeri 1 Manado was 4,6% based on BMI and 15% based on waist circumference.Keywords: obesity, waist circumference, body mass index Abstrak: Obesitas merupakan keadaan tidak seimbangnya tinggi dan berat badan akibat timbunan jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. Selain itu, obesitas merupakan faktor risiko dari berbagai jenis penyakit. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya obesitas seperti genetik, kurangnya aktivitas fisik, pola asuh dari orang tua, dan juga pola makan yang didukung oleh semakin mudahnya akses terhadap makanan terutama pada anak-anak usia SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi obesitas siswa SMP Negeri 1 Manado menurut pengukuran IMT dan lingkar pinggang. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang. Responden penelitian ialah 416 siswa di SMP Negeri 1 Manado. Berdasarkan IMT didapatkan 18 orang siswa mengalami obesitas dan menurut lingkar pinggang didapatkan 62 orang siswa mengalami obesitas. Simpulan penelitian ini ialah proporsi obesitas pada siswa SMP Negeri 1 Manado menurut IMT ialah 4,6% dan menurut lingkar pinggang ialah 15%.Kata kunci: obesitas, lingkar pinggang, indeks massa tubuh
Mekanisme Kinerja Otak yang Mengatur Fungsi Spiritual pada Pasien Penyakit Jantung di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dengan Menggunakan Applied Neuroscience for Spiritual Health Assessment (ANSHA) Rumani, Gabriella P. H.; Pasiak, Taufiq F; Kalangi, Sonny J. R.
eBiomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.8.1.2020.27648

Abstract

Abstract: The brain as an organ with complex connections produces cognitive functions associated with the prefrontal cortex and emotional processes in the limbic system. Brain involvement results in the manifestation of spiritual states. Research using SPECT by Amen divides five brain systems, including the prefrontal cortex, limbic system, basal ganglia, cingulate gyrus, and temporal lobe. Spirituality as a transcendent form of connection to the larger context is divided into four dimensions, there are meaning of life, spiritual experiences, positive emotions, and ritual. The Applied Neuroscience for Spiritual Health Assessment (ANSHA) instrument is an examination based on theoretical concepts of spirituality to determine the relationship of the spiritual dimension to the mechanism of the human brain. This study aims to determine the specific brain performance mechanisms that regulate spiritual functions with one-to-one, one-to-many, many-to-one, or unrelated relationships using ANSHA in heart disease patients who are hospitalized at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This type of research is descriptive correlative with analytic survey methods. Samples obtained were 17 patients. Spearman correlation test results showed a direct correlation (0.593) with sig. 0.012> α = 0.05 between cingulate gyrus and spiritual experiences. In conclusion, there is a moderate correlation on the mechanism of brain performance that regulates spiritual function in heart disease patients at Prof. RSUP Dr. R. D. Kandou that was measured using ANSHA.Keywords: brain performance, spirituality, ANSHA Abstrak: Otak sebagai organ dengan koneksi yang kompleks menghasilkan fungsi kognitif yang berasosiasi dengan korteks prefrontalis dan proses emosional pada sistem limbik. Keterlibatan otak menghasilkan perwujudan keadaan spiritual. Penelitian menggunakan SPECT oleh Amen membagi lima sistem otak, yaitu korteks prefrontalis, sistem limbik, ganglia basalis, girus singulatus, dan lobus temporalis. Spiritualitas sebagai bentuk transenden pada koneksi untuk konteks yang lebih besar terbagi atas empat dimensi, yaitu makna hidup, pengalaman spiritual, emosi positif, dan ritual. Instrumen Applied Neuroscience for Spiritual Health Assessment (ANSHA) merupakan alat ukur pemeriksaan berdasar pada konsep teoritis spiritualitas untuk mengetahui hubungan dimensi spiritual dengan kinerja otak manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme kinerja otak spesifik yang mengatur fungsi spiritual dengan hubungan one to one, one to many, many to one, atau tidak berhubungan menggunakan ANSHA pada pasien penyakit jantung yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian adalah deskriptif korelatif dengan metode survei analitik. Sampel yang didapatkan berjumlah 17 pasien. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi searah (0,593) dengan  sig. 0,012 > α=0,05 antara girus singulatus dan pengalaman spiritual. Simpulan penelitian ini ialah terdapat korelasi sedang pada mekanisme kinerja otak yang mengatur fungsi spiritual pada pasien penyakit jantung di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou diukur menggunakan ANSHA. Kata kunci: kinerja otak, spiritualitas, ANSHA
Perbandingan Saturasi Oksien Sebelum dan Sesudah Melakukan Latihan Fisik Akut pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Angkatan 2019 Rompas, Sweety E.; Pangkahila, Erwin A.; Polii, Hedison
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.27142

Abstract

Abstract: During physical exercise, several adaptations will occur in the body, inter alia ventilation speed, diffusion speed, and hemoglobin-oxygen affinity among others. These can influence the oxygen saturation level in the blood, depends on the type of the physical exercise. This study was aimed to compare oxygen saturation before and after acute physical exercise. This was a field experimental study with the pre-post one group test design. Samples were batch 2019 students of the Faculty of Medicine Sam Ratulangi University Manado obtained by using purposive sampling method. The results showed that of 140 students, only 36 students fulfilled the inclusion criteria. Measurement of oxygen saturation was performed before and after a 100-meter sprint using a pulse oximetry device. Data were analyzed by using the Wilcoxon signed rank test was used in the statistical test analysis. The results showed that the average oxygen saturation before and after running were 98.25% and 98.53% respectively, with a p-value of 0.111 (p>0.05). It indicated that there was no significant difference in oxygen saturation levels of pre-test and post-test. The distribution of oximeter levels measured showed that 9 subjects had decreased oxygen saturation, 16 subjects had increased oxygen saturation, and 11 subjects had constant oxygen saturation. In conclusion, there was no significant difference in oxygen saturation before and after acute physical exercise among students of the Faculty of Medicine Sam Ratulangi UniversityKeywords: acute physical exercise, oxygen saturation Abstrak: Pada saat melakukan latihan fisik, akan terjadi berbagai adaptasi di dalam tubuh antara lain, kecepatan ventilasi, kecepatan difusi, dan afinitas hemoglobin-oksigen. Hal ini dapat berpengaruh pada kadar saturasi oksigen dalam darah, sesuai dengan jenis latihan fisik yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar saturasi oksigen sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik akut. Jenis penelitian ialah eksperimental lapangan dengan rancangan pre-post one group test. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling pada mahasiswa angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang memenuhi kriteria inklusi. Pengukuran saturasi oksigen dilakukan sebelum dan sesudah melaku-kan lari sprint 100 meter menggunakan alat pulse oximetry. Analisis uji statistik yang digunakan ialah Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian mendapatkan 36 dari 140 mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini dan memenuhi kriteria inklusi. Nilai rerata saturasi oksigen pada subjek sebelum lari ialah 98,25% dan sesudah lari 98,53% dengan nilai p=0,111 (p > 0,05) yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dari nilai saturasi oksigen pre-test dan post-test. Distribusi nilai oksimeter yang diukur pada 36 subjek menunjukkan penurunan saturasi oksigen pada 9 subjek, peningkatan saturasi oksigen pada 16 subjek, dan saturasi oksigen yang menetap pada 11 subjek. Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik akut pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam RatulangiKata kunci: latihan fisik akut, saturasi oksigen
PERBEDAAN EFEK PEMBERIAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L.) DAN VITAMIN C PADA KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK Sanggamale, Injilia K.; Rumbajan, Janette M.; Tendean, Lydia E.N.
eBiomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.8.1.2020.28706

Abstract

Abstract: Exposure to cigarette smoke may increase Reactive Oxygen Species (ROS) and induce oxidative stress that may lower the quality of spermatozoa. Oxidative stress maybe prevented with the administration of antioxidants such as garlic and vitamin C. To identify the different effects in the administration of garlic (Allium sativum L.) and vitamin C on the quality of spermatozoa in wistar rats (Rattus norvegicus) exposed to cigarette smoke. This study uses an experimental design with a completely random design approach. The samples used in this study are 9 male wistar rats (Rattus norvegicus) divided into 3 groups, namely P0 (Exposed to cigarette smoke), P1 (Exposure to cigarette smoke and given 0.1 grams/day of garlic), P2 (Exposure to cigarette smoke and given 1.8 mg/day of vitamin C). This study finds that the quality of spermatozoa in wistar rats (Rattus norvegicus) that exposed by cigarette smoke and given garlic show there?s no meaningful difference on statistically with wistar rats (Rattus norvegicus) that only exposed by cigarette smoke. As for the wistar rats (Rattus norvegicus) that exposed by cigarette smoke and given vitamin C show improved quality of spermatozoa in this case is spermatozoa motility (p=0,046) than wistar rats (Rattus norvegicus) that only exposed by cigarette smoke. In conclusion, giving vitamin C could improved quality of spermatozoa wistar rats (Rattus norvegivus) that exposed by cigarette smoke in this case is spermatozoa motility.Keywords: garlic, vitamin C, cigarette smoke, quality of spermatozoa. Abstrak: Paparan asap rokok dapat meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga menimbulkan stres oksidatif yang dapat menurunkan kualitas spermatozoa. Stres oksidatif dapat dicegah dengan pemberian antioksidan seperti bawang putih dan vitamin C. Mengetahui perbedaan efek pemberian bawang putih (Allium sativum L.) dan vitamin C pada kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan pendekatan rancangan acak lengkap. Sampel yang digunakan adalah 9 ekor tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu P0 (perlakuan paparan asap rokok), P1 (perlakuan paparan asap rokok dan diberi bawang putih 0,1 gram/hari), dan P2 (perlakuan paparan asap rokok dan diberi vitamin C 1,8 mg/hari). Hasil penelitian didapatkan bahwa kualitas spermatozoa pada tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok dengan pemberian bawang putih menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik dengan tikus wistar (Rattus norvegicus) yang hanya diberi paparan asap rokok. Sedangkan, pada tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok dengan pemberian vitamin C menunjukkan peningkatkan kualitas spermatozoa dalam hal ini  motilitas (p=0,046) spermatozoa dibandingkan tikus wistar (Rattus norvegicus) yang hanya diberi paparan asap rokok. Simpulan penelitian ini ialah pemberian vitamin C dapat meningkatkan kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok dalam hal ini yaitu motilitas spermatozoa.Kata kunci: bawang putih, vitamin C, asap rokok, kualitas spermatozoa
Tingkat Refleksi Pembelajaran Mahasiswa Angkatan 2018 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Menggunakan Skala Reflection-In-Learning Polii, Vanessa G.; Mariki, Windy M. V.; Wagiu, Christilia G.
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.28396

Abstract

Abstract: Medical students need to know and apply reflection in preparing to become a professional in the health field, especially becoming a doctor. A doctor must be prepared to a long life study, therefore, reflection in learning can be a useful parameter in the professionalism of doctors. This study was aimed to test the reflection in learning of medical students at Sam Ratulangi University batch of 2018. This was a quantitative descriptive study. Respondents were 150 medical students batch of 2018. The Indonesian adaptation reflection-in-learning scale questionnaire was used to test the level of learning reflection of respondents. The results showed that of the reflection in learning, "restricted" was the most chosen indicator (36.4%), followed by "partial" indicator (30.2%), "ample" indicator (26.4%), "minimal" indicator (3.9%), and "maximal" indicator (3.1%). In conclusion, the ability of reflection in the learning of students of Faculty of Medicine of Sam Ratulangi University batch of 2018 was still classified as low level namely in the category of "restricted". Therefore, an introduction to the concept of reflection in learning is needed to improve the learning process of the student.Keywords: reflection-in-learningscale,medicalstudents,reflection Abstrak: Mahasiswa kedokteran perlu mengetahui dan menerapkan refleksi dalam memper-siapkan diri menjadi seorang profesional di bidang kesehatan khususnya menjadi seorang dokter. Seorang dokter harus siap untuk belajar sepanjang hayat, oleh karena itu refleksi dalam belajar dapat menjadi parameter yang berguna dalam profesionalisme dokter. Penelitian ini bertujuan untuk menguji refleksi dalam pembelajaran mahasiswa angkatan 2018 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jenis penelitian ialah deskriptif kuantitatif. Responden ialah 150 mahasiswa pendidikan dokter angkatan 2018, menggunakan kuesioner skala reflection-in-learning adaptasi Bahasa Indonesia yang disusun untuk menguji tingkat refleksi pembelajaran. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kemampuan refleksi dalam pembelajaran terbanyak dipilih pada indikator “terbatas” (36,4%), diikuti indikator “sebagian” (30,2%), indikator “cukup” (26,4%), indikator “minimal” (3,9%), dan indikator “maksimal” (3,1%). Simpulan penelitian ini ialah kemampuan refleksi dalam pembelajaran mahasiswa angkatan 2018 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi masih tergolong pada tingkat rendah yaitu kategori “terbatas”. Diperlukan pengenalan terhadap konsep refleksi untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa. Kata kunci: skala refleksi dalam pembelajaran, mahasiswa kedokteran, refleksi
Pengaruh Minuman Tradisional Beralkohol Khas Sulawesi Utara Dosis Bertingkat terhadap Gambaran Morfologik Hati Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Rembang, Addi A.; Kairupan, Carla F.; Lintong, Magdalena P.
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.28742

Abstract

Abstract: Excessive consumption of alcoholic beverages can affect the liver, in the form of fatty liver, alcoholic hepatitis, and liver cirrhosis. This study was aimed to determine the influence of alcoholic drink on the liver if it is consumed routinely in low and moderate doses, specifically an alcoholic drink produced by residents of North Sulawesi, namely Cap Tikus. It was an experimental laboratory study. Subjects were 24 Wistar rats divided into one control group and three treatment groups, each of six rats. The control group (K) was not given Cap Tikus. Treatment group 1 (K1) was given Cap Tikus at a dose of 1.08 mL/day in male rats (K1A) and 0.81 mL/day in female rats (K1B). Treatment group 2 (K2) was given Cap Tikus at a dose of 2.16 mL/day in male rats (K2A) and 1.62 mL/day in female rats (K2B). Treatment group 3 (K3) was given Cap Tikus at a dose of 4.32 mL/day in male rats (K3A) and 3.24 mL/day in female rats (K3B). All rats were terminated on day 21 and their livers were prepared for microscopic examination. The results showed fatty liver cells in all treatment groups. At moderate and high doses there were necrotic liver cells. Hepatitis was found in the male group with the highest dose. In conclusion, Wistar rats given Cap Tikus had fatty liver cells at all doses, liver cell necrosis at moderate and high doses, and the presence of hepatitis in the group of male rats at high doses.Keywords: Cap Tikus, fatty liver cells, and necrotic liver cells, hepatitis Abstrak: Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada hati, berupa perlemakan hati, hepatitis alkoholik, dan sirosis hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minuman beralkohol terhadap hati bila dikonsumsi secara rutin dalam dosis rendah maupun sedang, secara khusus minuman beralkohol yang diproduksi oleh masyarakat Sulawesi Utara, yaitu Cap Tikus. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorik. Subyek penelitian ialah 24 ekor tikus Wistar yang dibagi atas satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan, masing-masing terdiri dari enam ekor tikus. Kelompok kontrol (K) tidak diberikan Cap Tikus. Kelompok perlakuan 1 (K1) diberikan Cap Tikus dengan dosis 1,08 mL/hari pada tikus jantan (K1A) dan 0,81 mL/hari pada tikus betina (K1B). Kelompok perlakuan 2 (K2) diberikan Cap Tikus dengan dosis 2,16 mL/hari pada tikus jantan (K2A) dan 1,62 mL/hari pada tikus betina (K2B). Kelompok perlakuan 3 (K3) diberikan Cap Tikus dengan dosis 4,32 mL/hari pada tikus jantan (K3A) dan 3,24 mL/hari pada tikus betina (K3B). Semua tikus diterminasi pada hari ke-21 dan hati tikus dilakukan pemeriksaan mikroskopik. Hasil pemeriksaan menunjukkan perlemakan sel hati pada semua kelompok perlakuan. Pada dosis sedang dan tinggi terdapat sel-sel hati yang mengalami nekrosis sedangkan pada kelompok jantan dengan dosis paling tinggi terdapat hepatitis. Simpulan penelitian ini ialah tikus Wistar yang diberikan minuman Cap Tikus mengalami perlemakan sel hati pada semua dosis; nekrosis sel hati pada dosis sedang dan tinggi; serta adanya hepatitis pada kelompok tikus jantan dengan dosis tinggi.Kata kunci: Cap Tikus, perlemakan dan nekrosis sel hati, hepatitis

Page 1 of 3 | Total Record : 24