cover
Contact Name
Christy Vidiyanti
Contact Email
christy.vidiyanti@mercubuana.ac.id
Phone
+628567535557
Journal Mail Official
arsitektur@mercubuana.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
ISSN : 20888201     EISSN : 25982982     DOI : https://dx.doi.org/10.22441/vitruvian
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang berkaitan erat dengan bidang arsitektur, bangunan, dan lingkungan.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 1 (2020)" : 10 Documents clear
Analisis Konsep Green Roof Dan Permodelan Desain Sederhana Yuhana Rahayu
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.007

Abstract

Pembangunan secara terus-menerus di Indonesia menyebabkan Indonesia kekurangan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau di daerah perkotaan. Hal ini memicu para kontraktor atau pun perancang desain bangunan memikirkan berbagai cara untuk mengatasi hal tersebut. Konsep green roof hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut. Green roof merupakan konstruksi bangunan dimana terdapat media tanam dan vegetasi pada atap. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis keefektifan pengaplikasian konstruksi green roof dan mengolah desain permodelan yang memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia yang merupakan kawasan yang dilalui garis khatulistiwa. Metode penulisan artikel ini adalah dengan menganalisis hasil pengaplikasian green roof di Indonesia maupun luar negeri, kemudian dilakukan wawancara dengan kontraktor bangunan. Hasil dari penelitian ini yakni green roof efektif dan memiliki banyak manfaat sehingga green roof dapat menjadi jawaban bagi permasalahan lingkungan baik itu di Indonesia maupun di luar Indonesia serta mampu mereduksi suhu termal di Indonesia yang merupakan negara yang dilalui garis khatulistiwa.  Continuous development in Indonesia causes Indonesia to lack land for green open spaces in urban areas. This triggers the contractors or building design designers to think of various ways to overcome this. The green roof concept is here to overcome these problems. Green roof is a building construction where there is a planting medium and vegetation on the roof. This article aims to analyze the effectiveness of the application of green roof construction and to develop a possible modeling design in Indonesia, which is an area traversed by the equator. The method of writing this article is by analyzing the results of the application of green roofs in Indonesia and abroad, then conducting interviews with building contractors. The results of this study are that green roofs are effective and have many benefits so that green roofs can be the answer to environmental problems both in Indonesia and outside Indonesia and are able to reduce thermal temperatures in Indonesia, which is a country passed by the equator.
STUDY OF VERNACULAR HOUSE ENDURANCE IN SOUTH SULAWESI TO EARTHQUAKE AS A RESULT OF QUALITY CHANGE IN STRUCTURE MATERIAL Sudarman Sudarman; Muhammad Attar
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.008

Abstract

Rumah Vernakular dengan material kayu merupakan rumah mayoritas masyarakat di Indonesia termasuk Sulawesi Selatan, dimana rumah-rumah ini telah terbukti dapat tahan terhadap gempa yang sering terjadi di Indonesia karena dibangun dengan materika kayu kelas I. Akan tetapi belakangan ini keterbatasan kayu kelas I seperti Kayu Ulin yang merupakan katerial struktur pada kebanyakan rumah vernacular di Sulawesi Selatan mendorong masyarakat untun mengganti kayu kelas I dengan kayu kelas II dan III sebagai material struktur yang digunakan seperti Kayu Kumea Batu. Hasil Penelitian dengan menggunakn metode simulasi menggunakan SAP 2000 dapat disimpulkan bahwa metode konstruksi yang ada sekarang dengan adanyanpenurunan kualitas material struktur tidak mampu menahan gaya lateral yang ditimbulkan oleh beban gempa terutama untuk gempa kategori kuat. Vernacular house with the wooden material is the majority house of Indonesia society expecially in South Sulawesi. These houses are proven could resistant to earthquake in Indonesia because is built with the wood of the best quality like “Ulin Wood”. However limitations of wood with the best quality like “Ulin Wood” that be used to structural material push the society to replace with the low quality (Wood Grade II and Wood Grade III) wood. The result of the research with the simulation method (SAP 2000) could be conclusion the construction method apllied now with decrease of quality structure material unable to resist of seismic force expecialy for strong earthquake it could seen that the displacement that occurs on the x-axis of the 2nd floor and the y-axis on the 1st and 2nd floors is greater than the permit of displacement that the building structure does not suitable performance standards according to the SNI-1726-2002 equation in the soft soil conditions.
TINJAUAN UNSUR GERAK VERTIKAL DAN HORIZONTAL PADA FURNITURE Edy Muladi; Lukman Arief
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.002

Abstract

Fenomena keterbatasan ruang merupakan salah satu permasalahan pada perumahan di wilayah perkotaan. Dengan terbatasnya ruang pada rumah, maka  dibutuhkan furniture fleksibel dan efisien yang dapat beradaptasi pada segala ruang. Furniture fleksibel selalu dilengkapi dengan unsur gerak, dalam bentuk geometri terbagi menjadi gerak vertikal dan horizontal. Penelitian ini mengkaji peluang yang ditemukan pada ragam unsur gerak vertikal dan horizontal sehingga dapat menemukan unsur gerak pada furniture yang dapat mengefisienkan ruang terbatas. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi pustaka, observasi dan dokumentasi mengenai ragam furniture dengan unsur gerak. Setelah itu dilakukan analisis dan mengkategori berbagai variasi gerak vertikal dan horizontal pada furniture didapatkan ragam yang lebih bernilai efisien dan sederhana; yaitu: Gerak Vertikal dan Horizontal dengan sistem Modular, Interlocking; Gerak Horizontal Dengan Sistem Sliding Tanpa Rel; Gerak Horizontal dengan sistem Sliding, Pivot; Gerak Vertikal dan Horizontal dengan sistem Folding. The phenomenon of space limitation is one of the problems in housing in urban areas. With limited space in the house, flexible and efficient furniture is needed that can adapt to any space. Flexible furniture is always equipped with motion elements, in the form of geometry divided into vertical and horizontal motion. This study examined the opportunities found in various elements of vertical and horizontal motion so as to find motion elements in furniture that can streamline limited space. The research methods used are library studies, observations and documentation on the variety of furniture with elements of motion. After that, analysis and categorizing various variations of vertical and horizontal motion on furniture obtained a variety that is more valuable efficient and simple; namely: Vertical and Horizontal Motion with Modular system, Interlocking; Horizontal Motion With Railless Sliding System; Horizontal Motion with Sliding, Pivot system; Vertical and Horizontal Motion with Folding system.
Perilaku Sosial Ketetanggaan dan Pengaruhnya Terhadap Penataan Ruang Luar Rumah Tinggal Erza Rahma Hajaty; Ika Rizki Laila Wati
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.009

Abstract

Perilaku sosial terjadi dalam situasi sosial, yaitu cara orang berpikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain dan juga sebagai sikap membutuhkan orang lain. Perilaku sosial individu akan ditampilkan apabila berinteraksi dengan orang lain, dan setiap individu akan mengembangkan pola respon tertentu. Maka perilaku sosial ketetanggaan dapat dipahami sebagai cara berpikir, merasa dan bertindak individu karena adanya kehadiran tetangga di sekitarnya, yang ditunjukan dengan adanya interaksi. Respon individu karena kehadiran tetangganya membutuhkan ruang agar dapat mewadahi berbagai pola responnya sehingga memungkinkan interaksi tersebut dapat terjadi.Rancangan perumahan formal cenderung menekankan bagaimana menciptakan rangkaian rumah-rumah yang tersusun teratur dengan bentuk yang homogen. Fenomena yang terjadi adalah meskipun rumah telah dibuat secara ideal secara fisik, penghuni perumahan formal tetap saja mengubah bentuk rumah baik pada ruang dalam maupun ruang luar rumah. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah perilaku sosial ketetanggaan menjadi salah satu hal yang menyebabkan dilakukannya penataan khususnya pada ruang luar rumah tinggalnya? Oleh karena itu perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana perilaku sosial ketetanggaan penghuni dan apakah mempengaruhi penataan ruang luar rumah tinggalnya.Penelitian ini menggunakan menggunakan metode kualitatif dengan lokasi penelitian di Perumahan Bukit Golf Kabupaten Bogor. Hasil observasi menunjukkan bahwa penataan pada ruang luar rumah tinggal berupa pelebaran ukuran teras, tidak menggunakan pagar rumah, membangun kanopi, serta penyediaan atau perletakkan tempat duduk baik pada teras maupun pada halaman rumah. Sedangkan perilaku sosial ketetanggaan penghuni bersama tetangganya yang dilakukan pada ruang luar rumah meliputi interaksi spontan maupun interaksi rutin. Hasil wawancara menunjukkan bahwa perasaan penghuni dan keinginan penghuni untuk selalu ingin berinteraksi dengan tetangganya merupakan salah satu faktor atau alasan psikis yang mempengaruhi penghuni dalam melakukan penataan pada ruang luar rumah tinggalnya. Maka secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sosial ketetanggaan telah mempengaruhi penghuni dalam melakukan penataan pada ruang luar rumah tinggalnya. Social behavior occurs in social situations, namely, the way people think, feel, and act because of the presence of others and also as an attitude of needing others. Individual social behavior will be displayed when interacting with others, and each individual will develop certain response patterns. Then the neighbor's social behavior can be understood as a way of thinking, feeling, and acting individually because of the presence of neighbors around them, which is indicated by the interaction. Individual response patterns because the presence of neighbors needs space to be able to accommodate various response patterns so as to enable such interactions to occur.Formal housing designs tend to emphasize how to create a series of houses arranged in a homogeneous form. The phenomenon that occurs is that even though the house has been ideally made physically, formal housing residents still change the shape of the house both inside and outside the home. This raises the question of whether the social behavior of neighbors is one of the things that causes the arrangement in the space outside his home? Therefore it is necessary to conduct research to find out how the social behavior of the neighbors and whether it influences the arrangement of the outdoor space of their living house.This study uses a qualitative method with research locations in Bukit Golf Housing in Bogor Regency. The results of observations showed that the arrangement of outdoor living space in the form of widening the size of the terrace, not using the fence of the house, building a canopy, as well as the provision or placement of seats both on the terrace and on the home yard. Whereas the social behavior of the neighbors along with their neighbors carried out in the outdoor space of the living house includes spontaneous and routine interactions. The interview results show that the feelings of the occupants and the desire to always interact with their neighbors are one of the factors or psychological reasons that influence the occupants in arranging the space outside their homes. So overall the results of this study indicate that the social behavior of neighbors has influenced the occupants in arranging the outdoor space of their living house. 
SPORT CENTER DI PEKANBARU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIGH TECH CHARLES JENCKS Raisya Muthiah; Yohannes Firzal; Pedia Aldy
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.001

Abstract

Pekanbaru merupakan salah satu pusat ekonomi terbesar di Sumatra, sehingga meningkatnya kegiatan penduduk di segala bidang, salah satunya olahraga. Berdasarkan data RPJMD Pekanbaru tahun 2012-2017, infrastruktur olahraga di Pekanbaru masih kurang  dimana hanya tersedia 0,82 gedung olahraga setiap 10.000 penduduk. Dengan sangat terbatasnya fasilitas untuk menunjang kegiatan olahraga di kota Pekanbaru, maka dibutuhkan sarana olahraga yang mampu menampung berbagai kegiatan olahraga. Sport center dapat mewadahi berbagai kegiatan olahraga dalam satu fungsi bangunan sehingga merupakan solusi yang tepat dalam pengembangan infrastruktur olahraga di Pekanbaru. Arsitektur High Tech dipilih karena melambangkan keterbukaan terhadap desainnya, sehingga memberikan daya tarik terhadap lingkungan sekitar yang dibutuhkan Sport Center dalam memunculkan semangat berolahraga. Sport Center ini diharapkan bisa menjadi sarana olahraga yang diminati masyarakat dalam memfasilitasi berbagai kegiatan olahraga yang terintegrasi dan juga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi baru bagi masyarakat. Pekanbaru is one of the largest economic centers in Sumatra, so there is an increase in population activities in all fields, one of which is sports. Based on data from the 2012-2017 Pekanbaru RPJMD, sports infrastructure in Pekanbaru is still lacking where there are only 0.82 sports buildings per 10,000 population. With very limited facilities to support sports activities in the city of Pekanbaru, we need sports facilities that can accommodate a variety of sports activities. Sport Centers can accommodate a variety of sports activities in one building function so that it is the right solution in developing sports infrastructure in Pekanbaru. The Architecture High Tech was chosen because it symbolizes openness to its design, thus providing an appeal to the surrounding environment needed by the Sports Center in eliciting the spirit of exercise. The Sport Center is expected to be a sporting facility that is of public interest in facilitating various integrated sports activities and can also be used as a new recreational area for the community.
RITME DAN KESATUAN PADA FASADE BANGUNAN UTAMA BERSEJARAH (KAWASAN BENTENG KOTA LAMA SEMARANG) Deni Wahyu Setiawan; Agung Budi Sardjono; Raden Siti Rukayah; Bangun Indrakusumo Radityo Harsritanto
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.004

Abstract

Kawasan Benteng Kota Lama Semarang merupakan peninggalan sejarah kolonial yang bangunannya terbentuk melalui beberapa periode masa. Pembangunan yang tidak bersamaan tersebut ternyata tidak membuat tampilan fasade bangunan yang berada dalam Kawasan Benteng Kota Lama berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa ada ritme dan kesatuan fasade yang membuat kawasan bersejarah ini. Metode yang digunakan adalah kajian literatur, dan analisa fasade bangunan utama di Kawasan ini secara deskriptif. Temuan signifikan pada fasade semua bangunan dominan adalah adanya ritme beberapa elemen fasade yang mirip sehingga tercipta kesatuan vista.  Inner fortress area of Kota lama Semarang is one of western colony heritage in Indonesia. The process of Kota Lama’s Urban Development did not happened in a period of time. Even though the developments various, the key buildings in this heritage area still form the similar façade theme. This research purpose is to describe the rhythm and unity of Kota Lama’s key building façade. The result shown that most of façade element on the key buildings keep similar rhythm which bring visual unity of this area   
TIPOLOGI ARSITEKTUR KOLONIAL DI INDONESIA Nadhil Tamimi; Indung Sitti Fatimah; Akhmad Arifin Hadi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.006

Abstract

Salah satu periode yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan pembangunan di Indonesia adalah periode kolonial. Terdapat berbagai macam bentuk peninggalan bersejarah berasal dari periode tersebut, salah satunya ialah langgam atau gaya arsitektur kolonial. Bangunan yang memiliki karakter arsitektur kolonial dapat dikategorikan sebagai bangunan yang penting untuk dilestarikan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Kajian yang dilakukan membahas tipologi dan pelestarian arsitektur kolonial yang berada di Indonesia. Metode yang digunakan pada kajian ini adalah studi pustaka atau literatur dengan  tujuan untuk menjelaskan arsitektur kolonial di Indonesia dan dapat bermanfaat sebagai dasar kategorisasi bangunan kolonial. Dari kajian ini dapat disimpulkan arsitektur kolonial merupakan salah satu gaya arsitektur yang ada di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda dimana gaya, karakter, dan ciri arsitektur kolonial dipengaruhi oleh perpaduan antara budaya Belanda dan budaya Indonesia serta memiliki dua metode konservasi yaitu teknik konservasi bersifat fisik (preservasi, restorasi, dan rekonstruksi) dan non fisik. One period that has big influence on the development in Indonesia is the colonial period. There are various forms of historical relics from this period, one of which is the style of colonial architecture. Buildings that have colonial architectural character can be categorized as important buildings to be preserved because they have high historical value. The study was conducted to discuss typology and preservation of colonial architecture in Indonesia. Literature study is used in this study with the aim of explaining colonial architecture in Indonesia and can be useful as a basis for the categorization of colonial buildings. From this study it can be concluded that colonial architecture is one of the architectural styles that existed in Indonesia since the Dutch Colonial period where the style, character, and features of colonial architecture were influenced by a combination of Dutch and Indonesian culture, it also had two conservation methods, namely physical conservation techniques (preservation , restoration and reconstruction) and non-physical.
Analisis Presentase Window to Wall Ratio (WWR) Kantor Bank di Jakarta Thifal Indri Maulidina; Agus Budi Purnomo; Nuzuliar Rahmah
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.005

Abstract

Penelitian ini membahas tentang presentase rasio jendela ke dinidng, Window – to Wall Ratio yang disingkat WWR. Studi kasus pada penelitian ini merupakan 12 bangunan dengan fungsi kantor bank di wilayah Jakarta. Metode yang digunakan ialah melalui gambar/foto tampak depan yang diambil frontal pada setiap bangunan. Kemudian WWR dihitung dengan garis bantu berupa grid. Hasil dari rata-rata tersebut akan dibandingkan dengan penelitian sebelumya. Nilai rata-rata yang didapat dalam kisaran (21%<WWR>65%), dimana pada buku panduan selubung bangunan nilai rata-rata WWR berkisar (20%<WWR>69%).Dan dari nilai tersebut dapat mengehmat energi pada bangunan hingga 13.2%. Kemudian nilai ini bisa menjadi strategi desain secara pasif guna meminimalkan jumlah penggunaan energi yang mengacu pada kriteria bangunan hijau. Pada penelitian ini diharapkan bisa menjadi tolak ukur saat menentukan besaran rasio jendela ke dinidng khusunya pada kantor bank. This research discusses the window to wall percentage ratio, Window - to Wall Ratio, abbreviated as WWR. The case study in this research consists of 12 buildings with bank office functions in the Jakarta area. The method used is through frontal images / photos taken at each building. Then the WWR is calculated with a grid guide. The results of this average will be compared with previous studies. The average value obtained is in the range (21% <WWR> 65%), where in the building envelope manual the average WWR value ranges (20% <WWR> 69%). And from this value it can save energy in buildings up to 13.2%. Then this value can be a passive design strategy to minimize the amount of energy use that refers to the green building criteria. In this study, it is hoped that it can become a benchmark when determining the amount of the window to window ratio, especially in bank offices.
PENGAMATAN ORIENTALISME pada arsitektur ISTANA MAIMUN dan MASJID RAYA MEDAN Widya Laksmi Larasati
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.010

Abstract

Orientalisme dalam keilmuan sejarah arsitektur dipahami sebagai sebuah kegiatan mengadopsi elemen arsitektur kebudayan Timur oleh individual Barat. Orientalisme melihat Timur sebagai sesuatu yang eksotis sehingga kegiatan adopsi tersebut seringkali menghasilkan bentuk yang tidak pada tempatnya dan tidak bermakna. Pemahaman orientalisme kemudian juga berkaitan dengan kolonialisme, karenanya menarik untuk melihat apakah pemahaman tersebut muncul dalam karya arsitektur Indonesia dari era pemerintahan kolonial Belanda. Kami memilih obyek penelitian Istana Maimun dan Masjid Raya dengan pertimbangan penggunaan elemen yang bukan khas wilayah setempat, Medan Sumatra Utara, dan bahwa kedua obyek adalah karya arsitek Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dengan mengamati arsip gambar dan literatur yang tersedia. Hasil pengamatan dan analisa berdasarkan teori yang ditentukan menunjukkan bahwa keberadaan paham orientalisme dalam arsitektur tidak dapat ditentukan dari pengamatan terhadap bentuk fisik saja, melainkan juga proses dan latar belakang pemilik, perancang, dan masyarakat dimana objek berdiri. Dalam penelitian ini maka termasuk sejarah Kesultanan Deli selaku pendiri dan pemilik objek dan kondisi setempat di Medan pada waktu objek ini dirancang dan dibangun.  Orientalism in the science of history of architecture is understood as the Western act of adopting Eastern cultural element into their work of arts. Orientalism perceives the East as an exotic object thus their adaptation often resulted in misplaced and meaningless shapes. Orientalism is related to colonialism therefore it is interesting to see whether this idea is applied to Indonesian architecture built in the Dutch colonial era.  We chose the Maimoon Palace and Great Mosque in Medan, North Sumatra considering that shapes foreign to Medan were used in the architecture and that the architect was from the West. This research used historical approach by observation towards archival images and literatures. The result of this observation and theoretical analysis revealed that the existence of orientalism in architecture could not be determined from its physical appearance only, instead should also consider its background and construction process. In the case of Maimoon Palace and Great Mosque this means that the history of Deli Sultanate as builder and owner, as well as the local situation in Medan during its planning and construction.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI STRATEGI EFISIENSI ENERGI PADA BANGUNAN SPAZIO Annisa Fikriyah Tasya; Purwanita Setijanti; Asri Dinapradipta
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v10i1.003

Abstract

Saat ini, konsumsi energi menjadi topik yang sangat penting di seluruh dunia, di mana bangunan menghasilkan 50% dari total pengeluaran energi di Indonesia dan bertanggung jawab atas 30% emisi gas rumah kaca dan bahan baku yang dihasilkan (Gunawan, 2012). Efisiensi energi di sektor properti adalah target utama untuk mengurangi penggunaan energi. Penggunaan energi pada bangunan yang ada dapat dikurangi secara signifikan melalui retrofit bangunan. Penelitian ini membahas mengenai faktor yang mempengaruhi implementasi strategi efisiensi energi di Spazio. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hambatan potensial yang menghambat adopsi fitur efisiensi energi oleh pengembang properti di gedung yang ada. Investasi dalam fitur efisiensi energi adalah konsep yang relatif baru, literatur lokal di daerah ini tergolong langka dan sebagian besar diambil dari publikasi eksternal. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: Pemerintahan, Pengetahuan, Pasar, Biaya, dan Kondisi Bangunan adalah faktor yang mempengaruhi penerapan strategi efisiensi energi di gedung yang ada. Hasil studi empiris digunakan untuk mengkategorikan penghalang potensial yang dihadapi oleh pengembang kedalam setiap faktor yang terbentuk. Oleh karena itu, mengidentifikasi faktor ini dapat membantu keberhasilan adopsi green office di Surabaya di masa mendatang. Currently, energy consumption is a very important topic throughout the world, where buildings generate 50% of total energy expenditure in Indonesia and are responsible for 30% of greenhouse gas emissions and raw materials produced (Gunawan, 2012). Energy efficiency in the property sector is the main target to reduce energy use. Energy use in existing buildings can be significantly reduced through building retrofitting. This research examines factors that are affecting the implementation of energy efficiency strategies in Spazio. The purpose of this research is to investigate the potential barriers inhibiting the adoption of energy efficiency features by property developer in existing building. Investment in energy efficiency features is a relatively new concept, local literature in this area is scarce and largely taken from external publications. Thus, the research findings show that: Governance, Knowledge, Market, Cost, and Building Conditions are the affecting factors of the implementation energy efficiency strategies in existing building. The results of empirical studies are used to categorize the potential barrier that were faced by developers. Therefore, identifying these factors might help in the success of the green office adoption in Surabaya.

Page 1 of 1 | Total Record : 10