cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL ILMIAH PLATAX
ISSN : 23023589     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Mencakup Penulisan yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara mandiri, atau kelompok, dan berdasarkan Ruang Lingkup Pengelolaan Wilayah Pesisir, Konservasi, Ekowisata, dan Keanekaragaman Hayati Perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017" : 11 Documents clear
Secondary Metaboliti of Gorgonia, Paramuricea clavata Albert R. Reo; Siegfried Berhimpon; Roike Montolalu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.14971

Abstract

Gorgonians are important organisms living around coral reefs. They have high abundance and very important ecological role. They can be found in shalow to deep sea. Gorgonians belong to octoral taxon rarely studied either their taxonomy or other aspects. Some studies have informed that gorgonians can produce secondary metabolites as anti-bacteria. These belong to terpenoid, alkaloid, and steroid groups. The objective of this study was to obtain secondary metabolites of gorgonian, Paramuricea clavata, through several analytical steps, i.e. extraction, partition, chromatograpgy, and spectroscopy.  Extraction was done through 5 phases of maceration and then continued with partition, chromatography, and spectroscopy. The secondary metabolites detected in ethyl acetate solvent, such as flavonoid, triterpenoid, steroid, and saponin, were the same as those in n-hexane solvent, while not all these compounds were detected in methanol solvent.Steroid was found in all gorgonian samples extracted in all solvent materials used in this study. Triterpenoid was also detected in gorgonian skin and axial extract using ethyl acetate, n-hexane, and methanol. Saponin was detected in all gorgonian extract, except the axial extract using ethyl acetate solvent. Keywords: Secondary metabolite, Gorgonia, anti-bacteria.   Abstrak Gorgonia merupakan organisme penting yang hidup di sekitar terumbu karang. Hewan ini memiliki kelimpahan besar dan peranan ekologis yang sangat ppenting. Organisme ini dapat ditemukan di perairan dangkal sampai laut dalam. Gorgonia termasuk taksa octokoralia yang jarang diteliti baik taksonominya maupun aspek-aspek lain. Beberapa penelitian telah menginformasikan bahwa gorgonia dapat menghasilkan metablit sekunder sebagai anti-baketri. Senyawa-senyawa ini termask golongan terpenoid, alkaloid dan steroid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan metabolit sekunder gorgonia (Paramuricea clavata) melalui beberapa tahap analisis, yaitu  ekstraksi, partisi, kromatografi, dan spektroskopi.  Ekstraksi dilakukan melalui 5 tahap maserasi dan dilanjutkan dengan partisi, kromatografi, dan spectroskopy. Metabolit sekunder yang terdeteksi pada larutan ethil asetat, seperti flavonoid, triterpenoid, steroid dan saponin adalah sama dengan pada pelarut n-heksan, sedangkan tidak semua senyawa ini terdeteksi pada pelarut metanol. Steroid ditemukan pada semua sampel gorgonia yang diekstrak dalam semua bahan pelarut yang digunakan pada penelitian ini. Triterpenoid terdeteksi pada ekstrak kulit dan aksial  gorgonia yang menggunakan pelarut ethil asetat, n-hexane, dan methanol. Saponin terdeteksi pada semua ekstrak gorgonia, kecuali ekstrak axial yang menggunakan pelarut ethil asetat.
Coral Fishes of Chaetodontidae in North Salawaty and South Batanta Districts, Raja Ampat Regency, West Papua Province Ari B. Rondonuwu; Lawrence J. L. Lumingas; Nego E. Bataragoa
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.15809

Abstract

The objective of this study was to examine the general condition of Chaetodontidae fish in North Salawati and South Batanta Districts, i.e. species composition and number of species, abundance and density of individuals, as well as ecological indices.  Data were collected by using Visual Census method with a 70 m-transect, width 2.5 m to the left and 2.5 m to the right. Therefore, the total area observed was 350 m2. This study found 6 (six) genera with 32 species and total abundance of 791 individuals, Chaetodon, Chelmon, Coradion, Heniochus, Hemitaurichthys and Forcipiger.  Based on number of species, the studied area had highly diverse coral fish species.  Chaetodon lunulatus and C. kleinii were the most species found with the highest number of individuals. Station KBS01 had highest number of species and individual abundance. Diversity index was 2 < H’ < 3 meaning that the coral fish communities in both districts were stable.Keywords : Coral Fishes, Chaetodontidae, Raja Ampat Island. Abstrak Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji kondisi existing ikan karang famili chaetodontidae di Kecamatan Salawati Utara dan Kecamatan Batanta Selatan, yaitu komposisi dan jumlah spesies, kelimpahan individu, dan indeks ekologi. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode Sensus Visual dengan panjang garis transek 70 m, lebar pengamatan 2,5 meter ke kiri dan 2,5 meter ke kanan.  Dengan demikian, luas areal pengamatan adalah 350 m2. Penelitian ini menemukan  6 (enam) genera dengan 32 spesies dan kelimpahan individu total 791 individu terdiri dari Chaetodon, Chelmon, Coradion, Heniochus, Hemitaurichthys dan Forcipiger dengan 32 spesies. Oleh Karena itu, wilayah ini  memiliki keanekaragaman jenis ikan karang yang tinggi dimana Chaetodon lunulatus dan C. kleinii  paling sering ditemukan dengan jumlah individu tertinggi.   Stasiun KBS01 memiliki jumlah spesies dan kelimpahan individu tertinggi. Nilai indeks keanekaragaman berada pada kisaran    2 < H’< 3 yang berarti bahwa komunitas ikan karang di kecamatan ini  dinyatakan stabil.  
The Distribution of Favites abdita Coral Reef (Ellis and Solander, 1786) in the Land of Coral Coast Village of Malalayang Dua, Malalayang sub-district Manado Yusuf Suleman; Laurentius T. X. Lalamentik; Unstain N. W. J. Rembet
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.15154

Abstract

This study was conducted at Malalayang Dua waters (Sub-district Malalayang Dua, Manado City). The aim of study is: To know and to inform the coral of Favites abdita. The other aim was to describe the distribution of  Favites abdita. This research also will contribute for the management effort of coral reef in Malalayang Dua area, and also as information and literature in doing research at the same place in the future. Data collection was done by using simple random method with 1x1 meter quadrant. Every coral found was wrote at data sheet. The pictures of those coral was taken by using underwater camera. The highest percentage cover of  hard coral was found in station 3 (1.46%), while the lowest was wrote at station first (0.13%). The distributions patterns of hard coral were found in each stations are Clumped. There is no significant difference in number of colony, percentage cover and diameter for the three depths. Keyword : Distribution coral, Favites abdita Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di pantai Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menginformasikan serta bagaimana mengkaji distribusi karang batu F. abdita. Manfaat penelitian yaitu Memberikan kontribusi bagi upaya pengelolaan terumbu karang di wilayah Pantai Malalayang Dua dan Sebagai bahan informasi dan pustaka serta acuan dalam melakukan penelitian pada tempat yang sama di waktu yang akan datang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana dengan mengunakan kuadran. Pada lokasi penelitian, ditentukan tiga titik pengambilan data, yaitu stasiun 1 stasiun 2 dan stasiun 3. Pada setiap stasiun diletakkan transek berukuran 10x10 meter sebanyak 30 kali ulangan mengunakan kuadran 1x1 meter dengan jarak setiap stasiun 100 meter. Setiap karang yang ditemukan dalam kuadran dicatat pada data sheet dan mengambil gambar dengan camera underwater. Persentase tutupan karang batu tertinggi diperoleh pada stasiun 3 yaitu sebesar 1,46 % dan tutupan terendah pada stasiun 1 yaitu 0,13 %. Pola distribusi karang batu pada ketiga stasiun masing (mengelompok). Pada ketiga kedalaman ini tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah koloni, persentase tutupan dan panjang diameter.
Study of Vegetation and Perception Characteristic of Coastal Community in Utilizing Mangrove in Labuan Uki Bay, Bolaang Mongondow Regency Moh. Ikhsan Z. Runtukahu; Ridwan Lasabuda; Adnan S. Wantasen
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.15806

Abstract

Bay of Labuan Uki located in Lolak district, Bolaang Mongondow regency, North Sulawesi province has the potential of coastal area and sea, especially mangrove ecosystem to be used and preserved for the public welfare.Based on that, the purpose of the research is  to (1) analyze the community structure and mangroves forest area at the Bay of Labuan Uki (2) analyze the perception Bay of Labuan Uki coastal area societies in the utilization of mangrove ecosystems. The results of this research found that 5 families mangrove Avicenniaceae, Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Arecaceae and Myrsinaceae and 14 species, mangrove area is now 125.49 Ha with the conditions of thickness and density of mangrove largely been sparse due to logging for over functioned. The public perception most desire sustainable use, so need for rehabilitation, socialization to raise public awareness, economic alternatives for utilizing mangrove either directly or indirectly, and making of regulations related to the mangrove forests such as the Village Regulations together (Sauk, Baturapa II, Labuan Uki) and or the Local Regulation of Bolaang Mongondow Regency to maintain and preserve the mangrove forests at the Bay of Labuan Uki today.Keywords: Mangrove, Public Perception, Bay of Labuan Uki. AbstrakTeluk Labuan Uki terletak di Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara memiliki potensi wilayah pesisir dan laut terutama ekosistem mangrove untuk dimanfaatkan dan dilestarikan demi kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis struktur komunitas dan luasan hutan mangrove di kawasan Teluk Labuan Uki (2) Menganalisis persepsi masyarakat pesisir Teluk Labuan Uki dalam pemanfaatan ekosistem mangrove. Hasil penelitian ini menemukan 5 famili mangrove yaitu Avicenniaceae, Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Arecaceae dan Myrsinaceae dan 14 spesies, luasan mangrove saat ini 125,49 Ha dengan  kondisi ketebalan serta kerapatan mangrove  sebagian besar sudah jarang akibat penebangan untuk dialihfungsikan. Persepsi masyarakat sebagian besar menginginkan pemanfaatan yang berkelanjutan, maka perlu adanya rehabilitasi, sosialisai untuk membangkitkan kesadaran masyarakat, alternatif ekonomi bagi yang memanfaatkan mangrove baik secara langsung maupun tidak dan pembuatan regulasi terkait hutan mangrove berupa Peraturan Desa bersama (Sauk, Baturapa II, Labuan Uki) dan atau Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow untuk menjaga dan melestarikan hutan mangrove di Teluk Labuan Uki saat ini.Kata kunci : Mangrove, Persepsi Masyarakat, Teluk Labuan Uki.
A study on management of mangrove and the knowledge of local community in Bahoi of West Likupang Subdistrict of North Minahasa District Vonne Lumenta; Stephanus V. Mandagi; Markus T. Lasut
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.14970

Abstract

A study on community based mangrove management was conducted in Bahoi of North Minahasa District of North Sulawesi Province of Indonesia. This aims of the study were to examine the management of mangrove including community involvement in the whole processes as well as the institutional settings; to examine knowledge and atitute of the community of Bahoi toward the management processes; to find out its impacts to the community and marine ecosystems.   Methods used in this study were interviews and surveys. For the former, all key persons involving in the management including representative of government were interviewed. With the latter, 30 community members or around 10% of total population were randomly selected and requested to fill in questionnaries containing multiple choices questions to meet the objectives of the study. This study revealed that the management of mangrove has been projects driven activities since year 2000. Yet communities were partly involved in the management including during the establishment of organization and village Ordinance, the survey shows that only 30% of respondents actively involved. That is why 63% of respondent argue that the management processes is lacking and 23% recon that it should be improved. Moreover, 100% of respondents claim that they strongly support conservation of mangrove and other coastal resources; 90% of the respondent answer that cultural background (Sangiran ethnicity) drives their attitude about preserving the coastal resources. In terms of implication of the management mangrove and other coastal resources in Bahoi, they argue that it has resulted in improvement of income and a healthy mangrove ecosystem. Keywords: Mangrove, Management, Bahoi     Abstract Penelitian ini tentang pengelolaan mangrove berbasis masyarakat telah dilakukan di Desa Bahoi di Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses dan dinamika pengelolaan mangrove berbasis masyarakat khususnya tentang keterlibatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan terutama pengetahuan dan sikap masyarakat, serta dampak pengelolaan terhadap masyarakat dan ekosistem pesisir lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara (interview) dan survei. Wawanara telah dilakukan terhadap semua tokoh kunci yang terlibat dan mempengaruhi pengelolaan, sedangkan untuk survei dengan menggunakan kuisioner, sejumlah 30 responden atau sekitar 10% dari jumlah penduduk telah dipilih secara random bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pilihan berganda (multiple choises). Penelitian ini mengdapatkan bahwa pengelolaan mangrove di Desa Bahoi didorong oleh proyek pemerintah sejak tahun 2000. Namun masyarakat belum seluruhnya dalam proses pengelolaan mangrove termasuk dalam pembuatan lembaga dan Peraturan Desa tentang pengelolaan sumberdaya pesisir. Makanya 63% responden mengakui kalau pengelolaan yang ada kurang baik dan 23 % menyarankan perlu perbaikan. Selanjutnya 100% menyatakan mendukung sepenuhnya usaha konservasi mangrove dan sumberdaya pesisir lain. 90 % dari mereka percaya bahwa factor budaya Sangir yang mendorong sikap mereka untuk menjaga lingkungan pesisir. Mengenai dampak pengelolaan ekosistem mangrove, masyarakat dan pemerintah menjawab bahwa telah membantu meningkatkan pendapatan atau ekonomi masyarakat dan ekosistem mangrove semakin sehat. Kata kunci: Mangrove, Managemen, Bahoi
Reef Fishes Colonization Rate Around Artificial Reef in Putus-putus Island, South-East Minahasa District Laurentius T. X. Lalamentik; Unstain N. W. J. Rembet; Adnan S. Wantasen
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.14969

Abstract

A comprehensive research effort was directed to increase the ecological role of Putus-Putus island coral reefs. This study was an implementation of artificial reef technology as fish colonization locality. The artificial reefs were made of 20x20x100 cm-concrete blocks placed in 6 levels and located at the depth of 8-10 m. Reef fish observations were done three times in two locations. Environmental parameters, such as temperature, salinity and visibility, were also measured. Environmental parameters (temperature, salinity a. Water temperature (29.65oC and 29.64oC) supported the coral growth as well. Salinity distribution  was not significantly different among the study sites.  This study also found 37 reef fish species belonging to 18 families. Number of species varied with observed time and localities. Total number of individuals increased with number of fish species. Mean number of individuals and species of reef fish in locality B were higher than those in locality A. Moreover, the reef fish colonization rate in the study site followed the model y = 4.3801e0.5249x with R2= 0.9297 in the strait and y = 5.0397e0.5493x  with R2= 0.9297 for the Bay. Keywords: Artificial reefs, reef fish. Abstrak Suatu upaya penelitian yang komprehensif diarahkan untuk peningkatan fungsi ekologi terumbu karang Pulau Putus-Putus. Penelitian ini berupa penerapan teknologi terumbu buatan sebagai tempat hunian ikan. Terumbu buatan terbuat dari balok cor beton berukuran 20x20x100 cm bersusun 6 dan ditempatkan pada kedalaman 8-10 m. Pengamatan ikan karang dilakukan 3 kali di 2 lokasi berbeda. Parameter lingkungan, seperti suhu, salinitas, dan kecerahan, juga diukur.    Hasil pengukuran yang diperoleh (29,65 oC dan 29,64 oC) termasuk suhu yang optimal untuk pertumbuhan karang. Dari hasil penelitian, ditemukan 37 spesies yang masuk dalam 18 famili ikan karang. Jumlah spesies yang ditemukan bervariasi pada setiap waktu dan lokasi pengamatan. Pengambilan spesies ikan karang dilakukan pada 2 lokasi dengan masing-masing lokasi dilakukan 3 kali pengambilan sampel. Berdasarkan hasil yang diperoleh (tabel 03) dapat dilihat bahwa jumlah individu bertambah seiring dengan banyaknya jumlah spesies ikan karang yang didapat. Rata-rata jumlah individu dan jumlah spesies ikan karang pada lokasi B lebih banyak. Laju hunian ikan karang di lokasi penelitian mengikuti model y = 4.3801e0.5249x dengan R2= 0,9297 untuk lokasi Selat dan y = 5.0397e0.5493x  dengan R2= 0,9297 untuk lokasi Teluk. Kata kunci : Terumbu buatan, ikan karang
Zooplankton Community In Coastal Malalayang Waters Manado Firgiani V. N. Mahipe; Rose O. S. E. Mantiri; Ruddy D. Moningkey
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.15808

Abstract

The purpose of this study was to identify the zooplankton, to know the relative density of zooplankton, and to analyze their community structure, such as Diversity Index (H') and Dominance Index (C).Sampling was conducted on September 30th, 2016 at the depth of 50 cm-withdrawn slowly along 40 meter (2x20 meter back and forth) in each station. The water left in the cod end (reservoir bottle) put into a sample bottle, with alcohol 95%, and taken to the laboratory for identification.Based on the identification, there were 25 species of zooplankton (19 adults, one final larval stage brachyura, 4 larvae of mollusks and worms, and 1 fish larvae 1 unidentified), namely: Oncaea sp. [1], Oncaea sp. [2], Oncaea sp. [3], Diastylis sp., Monstrilla sp., Euchaetomera sp., Euchaeta sp., Ibacus sp., Oithona sp., Synchaeta sp., Farranula sp., Macrosetella sp., Eurydice sp., Calanus sp., Lucifer sp., Eucalanus sp., Scolecithricella sp., Lucicutia sp., Lepidasthenia sp., megalops brachyura, zoea brachyura, larvae of eulimella, larvae of echinospira, larvae of corethra and larvae of fish. Relative density was the highest in Oncaea sp. (34.21%) and Diversity Index (H') was classified as moderate. The diversity index showed that the zooplankton community was less diverse. Dominance Index (C) was also low indicating no species was dominant in the coastal waters of Malalayang.Keyword : Community, zooplankton, Malalayang DuaAbstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis–jenis zooplankton, mengetahui kepadatan relatif zooplankton, dan menganalisa struktur komunitas zooplankton seperti Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominasi (C).Pengambilan sampel dilakukan pada 30 September 2016 dengan cara memasukkan plankton net sedalam 50 cm, kemudian ditarik sambil berjalan secara perlahan sepanjang 40 meter (2x20 meter bolak-balik) di tiap stasiun. Air yang tersaring dalam cod end (botol penampungan) dituangkan di dalam botol sampel dan ditambahkan/diawetkan dengan alkohol 95%. Selanjutnya, sampel tersebut dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi.Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh 25 jenis zooplankton (19 dewasa, 1 organisme muda [tahap akhir larva] zooplankton, 4 larva zooplankton dan 1 larva ikan yang tidak teridentifikasi) yaitu: Oncaea sp. [1], Oncaea sp.[2], Oncaea sp.[3], Diastylis sp., Monstrilla sp., Euchaetomera sp., Euchaeta sp., Ibacus sp., Oithona sp., Synchaeta sp., Farranula sp., Macrosetella sp., Eurydice sp., Calanus sp., Lucifer sp., Eucalanus sp., Scolecithricella sp., Lucicutia sp., Lepidasthenia sp., Megalopa Brachyura, Zoea Brachyura, Larva Eulimella, Larva Echinospira, Larva Corethra dan Larva Ikan. Kepadatan Relatif tertinggi terdapat pada Oncaea sp. sebesar 34,21% Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) zooplankton di tiga Stasiun tergolong sedang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa komunitas organisme dalam kondisi yang kurang beragam. Hasil Indeks Dominasi (C) termasuk kriteria dominasi rendah, menunjukkan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi di perairan pantai Malalayang.Kata kunci : Komunitas, zooplankton, Malalayang Dua
Vertical Distribution Of Hard Corals In Southern Siladen Island John L. Tombokan; Unstain N. W. J. Rembet; Silvester B. Pratasik
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.14972

Abstract

This study was aimed at provide information on hard coral distribution in southern Siladen Island. The work was done using SCUBA gear Line Intercept Transect (LIT). Thirty m long-line transects were placed at the reef flat, 5 m depth, 10 m depth, 15 m depth, and 20 m depth. A total of 44 hard coral genera was recorded, and the highest number of genre was found at 5 m depth. Coral species diversity was also high enough at the reef flat (1.032) and 5 m depth (1.28). Coral reef condition at 10 m depth was good enough as well and categorized as productive due to much higher percent of the biotic component than the abiotic component. The dominant life forms consisted of tabulate Acropora and branching corals at the reef flat, encrusting corals, branching corals, and foliose corals at 5 m, encrusting corals at 10 and 20 m depth, and massive corals, encrusting corals, and branching corals at 15 m depth, respectively. Keywords: coral reef, distribution, LIT, vertical zonationl.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang distribusi karang batu di sebelah selatan pulau Siladen. Penelitian ini dilakukan menggunakan alat selam SCUBA dan metode transek intersep garis. Tali transek sepanjang 30 m diletakkan di rataan terumbu, kedalaman 5, 10, 15, dan 20 m. Total 44 genera karang batu ditemukan pada penelitian ini, dan jumlah genera terbanyak ditemukan pada kedalaman 5 m. Keanekaragaman spesies karang juga cukup tinggi di daerah rataan terumbu (1,032) and 5m (1,28). Kondisi terumbu karang pada kedalaman 10 m juga cukup baik dan dikategorikan produktif karena tingginya komponen biotik dibandingkan dengan komponen abiotik. Bentuk pertumbuhan yang dominan masing-masing terdiri dari Acropora meja dan karang bercabang di rataan terumbu karang, karang encrusting, karang bercabang, dan foliose pada kedalaman 5 m, karang encrusting pada kedalaman 10 dan 20m, serta karang masif, karang encrusting dan karang bercabang pada kedalaman 15m.   Kata kunci: Terumbu karang, distribusi, Transek Intersep Garis, Zonasi vertikal.
Study On Artificial Reef Made of Bamboo “Bambooreef” In Malalayang Dua Waters, Malalayang District, Manado Alex Denny Kambey; Nego E. Bataragoa; Adnan S. Wantasen
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.14967

Abstract

Building and placing artificial reef “Bambooreef” around the natural coral reef in Malalayang Dua is a modified concept to innovate the commonly present reef model and create a new alternative model. The technical approach on consideration was type/structure of raw material, difficulty of finding the raw material, artificial reef model formation. Results showed that Bambooreef could be used as growing site of coral transplants and other epiphytic organisms, such as algae, mollusk, and etc. The occurrence of demersal reef fishes around the “Bambooreef” reflected that the artificial reef was good enough to develop for coral rehabilitation program in the degraded areas. And as fish house. Based on the age of bambooreef placed for 8 months on the sea bottom, it was found that this material could stand long enough on the sea bottom. Further studies are needed in relation with the use of bambooreef as fish house to support the fisheries sustainability, particularly demersal reef fisheries, and as fish stock supplying ground to the surrounding waters. Keywords: Artificial reef, bambooreef, bamboo, demersal.   Abstrak Pembuatan dan peletakan terumbu buatan dari bahan bambu “Bambooreef” di daerah sekitar terumbu karang perairan Malalayang Dua merupakan konsep modifikasi yang diterapkan untuk melakukan inovasi terhadap model terumbu karang yang sudah pernah ada dan menghasilkan model alternative baru.  Pendekatan teknis yang akan dijadikan pertimbangan seperti; jenis/struktur bahan baku, tingkat kesulitan mendapatkan bahan baku, formasi modul terumbu buatan. Hasil menunjukkan bahwa penempatan Terumbu buatan “Bambooreef” di perairan Malalayang Dua dapat dijadikan tempat bertumbuhnya jenis-jenis transplan karang dan organisme penempel lainnya seperti jenis Alga dan moluska, dll.  Kehadiran jenis–jenis ikan demersal karang sekitar “Bambooreef” menunjukkan bahwa terumbu buatan tersebut cukup baik untuk dikembangkan dalam rangka rehabilitasi  karang di daerah yang telah mengalami degradasi, dan menjadi rumah ikan. Berdasarkan umur terumbu buatan dari bahan bambu yang diletakkan di dasar perairan 8 bulan, maka ditemukan bahwa bahan bambu tersebut akan dapat bertahan cukup lama di dasar perairan. Penelitian lanjutan mengenai bambooreef perlu dilakukan untuk memanfaatkan terumbu buatan dari bahan bambu sebagai rumah ikan dalam rangka menunjang kegiatan keberlajutan perikanan khususnya perikanan demersal karang, dan sebagai daerah penyedia stok ikan bagi perairan sekitarnya. Kata kunci: Terumbu buatan, bambooreef, bambu, demersal.
Distribution of Pocillopora verrucosa (Ellis dan Solander, 1786) at the Reef Flat of South Coast Putus-Putus Island East Ratatotok, Ratatotok District Southeast Minahasa Regency Jesika Haryati Nasaru; Laurentius T. X. Lalamentik; Unstain N. W. J. Rembet
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.15152

Abstract

This research was conducted at the reef flat of south Putus-Putus Island, East Ratatotok, Ratatotok district, Southeast Minahasa Regency. The study aims to identify the distribution of P. verrucosa reefs in the reef flat area of Putus-Putus Island. This research is able to be utilized as an informations resource, and also able to contribute an effort in order to manage the coral reefs in the Ratatotok area in the near future. The sample is obtained with using simple random method, which collects the data randomly as the sample collecting system by drawing way or by using random number table. The random number table contains with some amount of numbers which is formed with coloumn and rows, and the drawing is done freely.  There was three point of study site determined, and geographical location of every site was noted, the north and east latitude. In every point of the site was put quadrant with 10 x 10 m, where every quadrant is divided into 100 quadrants with 1 x 1 m sized. The every 1 x 1m quadrant was made grid with 10 x 10m (100 grids for every quadrant). The percentage of the reef’s cover at the first station is (0,28%), the second station (1,4%). and the third station (1,41%). Based on the study’s result, the highest reef’s cover percentage is in the third station (1,41%) which is located further from the strait, whereas the lowest reef’s cover percentage is in the first station (0,28%) located near the strait. The distribution scheme of P.verrucosa from the three stations are grouping (Id> 1). There is no noticeable diffrences from the three location for the cover percentage, the diameter and the distribution scheme. The ANOVA test showed that the amount of the colony : Hhit (1.25) < Ftah (3.10) the H0 was accepted, where there was no noticeable differences from the amount of the colony in the three stations. The diameter : Fhit (1.40) < Ftab (3.10)  means H0 accepted, and there was no noticeable differences in the diameters. The percentage of the cover : where Fhit (0.71) < Ftab (3.10 ) means H0 accepted, and there was no noticeable differences in the diameters of the three stations. Keyword : Distribution, Coral P. verrucosa Penelitian ini dilaksanakan di pantai selatan Pulau Putus-Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi karang P.verrucosa di rataan terumbu Pulau Putus-Putus. Tujuan penelitian yaitu mengetahui distribusi karang P.verrucosa di rataan terumbu Pulau Putus-Putus. Manfaat penelitian yaitu dapat menjadi sumber informasi dan mampu memberikan kontribusi bagi upaya pengelolaan terumbu karang di wilayah Ratatotok di masa yang akan datang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan acak sederhana. Pengambilan acak sederhana merupakan sistem pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan undian atau tabel angka random  Tabel angka random merupakan tabel yang dibuat dan berisi angka-angka yang terdiri dari kolom dan baris, dan cara pemilihannya dilakukan secara bebas.  Pada lokasi penelitian ditentukan 3 titik pengambilan data, yang setiap titik dicatat posisi geografisnya, (lintang utara dan bujur timur). Pada setiap titik akan diletakan kuadran berukuran 10 x 10m, di mana pada masing masing kuadran tersebut dibagi menjadi 100 kuadran berukuran 1 x 1m. Pada setiap kuadran 1 x 1m dibuat grid berukuran  10 x 10 cm ( terdapat 100 grid setiap kuadran ). Persentase tutupan karang P. verrucosa Pada stasiun pertama (0,28 %), Stasiun kedua (1,4%), dan Stasiun ketiga (1,41%). Berdasarkan dari hasil yang di dapat bahwa persentasi tutupan karang tertinggi pada stasiun ke tiga yang jauh dari selat (1,41 %) sedangkan tutupan terendah yaitu stasiun pertama dekat dengan selat (0,28 %). Pola distribusi karang P. verrucosa pada ketiga stasiun adalah mengelompok (Id> 1). Pada ketiga stasiun ini tidak terdapat perbedaan nyata dalam hal Persentase tutupan, diameter dan pola distribusi. Dari uji ANOVA Jumlah koloni: dimana Fhit (1.25) < Ftab (3.10) artinya Ho diterima, bahwa tidak ada perbedaan nyata jumlah koloni pada ketiga stasiun tersebut. Jumlah Diameter: dimana Fhit (1) < Ftab (3.10) artinya Ho diterima, bahwa tidak ada perbedaan nyata dalam hal jumlah diameter. Jumlah Persentase tutupan: dimana Fhit (1.17) < Ftab (3.10 ) artinya Ho diterima,bahwa tidak ada perbedaan nyata jumlah diameter pada ketiga stasiun tersebut.

Page 1 of 2 | Total Record : 11