cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
KALANGWAN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Seni Pertunjukan Kalangwan merangkum berbagai topik seni pertunjukkan, baik yang menyangkut konsepsi, gagasan, fenomena maupun kajian. Kalangwan memang diniatkan sebagai penyebar informasi seni pertunjukan sebab itu dari jurnal ini kita memperoleh dan memtik banyak hal tentang seni pertunjukan dan permasalahannya
Arjuna Subject : -
Articles 62 Documents
Filsafat Wayang Basis Patung Ikonik Pantai Pandawa, Kabupaten Badung Widnyana, I Kadek
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 2 No 2 (2016): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15162.83 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v2i2.128

Abstract

Patung  Panca  Panca  Pandawa  sebagai  ikon adalah  penunjang  destinasi  pantai  Pandawa, Kabupaten Badung. Filsafat wayang tentang tokoh Pandawa yang dipahami sehagai tokoh satria yang selalu memancarkan sifat-sifat agung dan mulia. Sifat dharma, keadilan dan kejujuran serta ajaran ketuhanan sejati selalu melekat pada tokoh ini. Catur Purusa Artha menjadi tujuan utama, kemakmuran  rakyat dan melindungi  yang lemah  menjadi  harga mati bagi  tokoh  Pandawa.  Filosafi inilah  dijadikan  suri tauladan  hidup  masyarakat  Kutuh  untuk  selalu  berusaha  mendapatkan yang  terbaik  dengan  jalan Dharma.   Dipilihnya  tokoh Pandawa sebagai  ikon dikarenakan  tokoh dan isi lakon yang dipetik  dari mutiara epos  Mahabrata  memberikan  santapan  rohani  yang tidak  temilai  tingginya. Secara filosofi Tokoh ini dianggap merefleksikan kehidupan masyarakat Kutuh dan mewakili nilai kemanusiaan yang tidak ada taranya, yang selalu dijadikan obor dan suri teladan oleh masyarakat Kutuh. Oleh sebab itu, Pantai Pandawa dikelola dan ditetapkan sebagai KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional)
Tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal Kelurahan Sesetan Kota Denpasar Juli Artiningsih, Ni Wayan; Sariada, I Ketut; Arshiniwati, Ni Made
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 3 No 2 (2017): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.753 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v3i2.236

Abstract

Gandrung merupakan sebuah tari pergaulan yang sejenis dengan tari Joged Bumbung. Tari ini di bawakan oleh penari laki-laki yang berpakaian perempuan. Dari beberapa tari Gandrung yang masih ada salah satunya adalah tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal, Kelurahan Sesetan, Kota Denpasar. Penelitian ini dipandang urgen untuk dilakukan karena dari sekian banyak penelitian dan laporan hasil penelitian yang dapat dibaca dan diamati, belum banyak ditemukan kajian ilmiah yang membahas mengenai tari Gandrung yang ada di Banjar Suwung Batan Kendal. Tulisan ini bertujuan untuk melengkapi sebagai referensi bagi kalangan akademik maupun non-akademik dalam rangka mempelajari pertunjukan tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan seni pertunjukan. Ada tiga pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimana bentuk tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal?; (2) bagaimana fungsi tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal?; dan (3) bagaimana estetika tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal?. Sebagai pisau analisis digunakan tiga teori yaitu teori Bentuk, teori Fungsional-Struktural, dan teori Estetika. Seluruh data penelitian ini, baik data primer maupun data sekunder diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Dari hasil kajian diperoleh jawaban seperti berikut. (1) Tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal tersebut disajikan dalam bentuk tunggal dan ditarikan oleh seorang penari laki-laki yang belum menginjak dewasa atau mengalami masa akil baliq. Hal itu dapat dilihat dari komponen struktur pertunjukan, gerak tari, penari, tata rias dan busana, musik iringan serta tempat pertunjukannya. (2) Berdasarkan fungsinya, seni pertunjukan Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal memiliki tiga fungsi yaitu berfungsi sebagai seni pertunjukan yang bersifat ritual, hiburan, dan solidaritas. (3) Estetika pada tari Gandrung di Banjar Suwung Batan Kendal, nampak terlihat pada pementasannya yang dapat diamati dari ragam gerak tari, musik iringan, tata rias dan busana yang digunakannya.Gandrung is a social dance similar to Joged Bumbung dance. This dance is performed by male dancers dressed in women. From some Gandrung dance that still exist one of them is Gandrung dance in Banjar Suwung Batan Kendal, Sesetan Village, Denpasar City. This study is considered urgency done because of the many research and research reports that can be read and observed, not yet found a scientific study that discusses the Gandrung dance in Banjar Suwung Batan Kendal. Though writing about the dance is needed to be used as a reference for academic and non-academic in order to learn Gandrung dance performance in Banjar Suwung Batan Kendal. The research was conducted using qualitative method with performance art approach. There are three main issues studied in this research that is (1) how Gandrung dance form in Banjar Suwung Batan Kendal ?; (2) how Gandrung dance function in Banjar Suwung Batan Kendal ?; And (3) how the aesthetics of Gandrung dance in Banjar Suwung Batan Kendal ?. As a blade analysis used three theories namely Form theory, Functional-Structural theory, and theory Aesthetics. All data of this research, both primary and secondary data are obtained through observation technique, interview, literature study, and documentation study. From the results of the study obtained the answer as follows. (1) Gandrung Dance in Banjar Suwung Batan Kendal is presented in singular form and danced by a male dancer who has not stepped on an adult or has a baliq period. It can be seen from the components of the performance structure, dance movements, dancers, makeup and clothing, music accompaniment and place of performances. (2) Based on its function, Gandrung performing arts in Banjar Suwung Batan Kendal has three functions that function as performance art that is ritual, entertainment, and solidarity. (3) Aesthetics in Gandrung dance in Banjar Suwung Batan Kendal, seen in the observable staging of the range of motion of dance, music accompaniment, makeup and clothing that it uses.
Vokal Pertunjukan Drama Tari Gambuh Desa Batuan Gianyar Dalam Cerita "Karya Gunung Pangebel" Budiarsa,  I Wayan
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 3 No 1 (2017): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7043.589 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v3i1.157

Abstract

Vokal  yang terdapat dalam drama tari gambuh merupakan hal penting yang mesti dikuasai oleh semua penari, karena merupakan media penting dalam penyampaian lakon yang dibawakan. Bahasa Kawi sebagai bahasa pengantar dalam seni pertunjukan drama tari klasik di Bali seperti gambuh, calonarang, wayang wong ramayana, wayang wong parwa, topeng, dan lain sebagainya dipelajari oleh para seniman tari melalui teks-teks tertulis , secara lisan, maupun melalui pengalaman pentas senimannya. Untuk mengetahui cerita yang dibawakan dalam suatu pertunjukan gambuh, setidaknya penonton dapat menyimak melalui bagian adegan panyerita, bagian ini biasanya muncul setelah peran-peran utama melakukan tarian ngelembar.  Dalam cerita karya Gunung Pangebel ini cerita disampaikan/ akan kita ketahui pada saat para patih/ bawahan raja antara lain Demang Tumenggung, Rangga, Arya, dan punakawan sedang menghadap sang raja Gegelang.
Gebug Ende: Ritual Untuk Memohon Hujan Gunarta, I Wayan Adi
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 2 No 1 (2016): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7949.362 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v2i1.123

Abstract

Tari Gebug Ende adalah tarian rakyat yang merupakan tari adu ketangkasan, dibawakan oleh kaum laki-laki dengan membawa sebuah tongkat pemukul dari rotan dan sebuah perisai atau tarneng (ende) sebagai pelindung diri dan penangkis dari serangan lawan. Asal mula Tari Gebug Ende ini secara pasti belum dapat diketahui siapa yang membawanya terkait hubungan Karangasem dengan Lombok. Ada yang mengatakan bahwa Tari Peresean di Lombok dibawa oleh warga Karangasem yang memiliki hubungan yang erat dengan suku Sasak di Lombok. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa tari Gebug Ende di Seraya ditiru dari Tari Peresean yang ada di Lombok. Jika diamati, Tari Gebug Ende yang dilestarikan di desa Seraya memiliki fungsi sebagai tari ritual untuk memohon hujan di musim kemarau. Tari ritual sebagaimana dipahami oleb masyarakat Bali secara kolektif adalah sebuah tarian yang berfungsi sebagai sarana ritual atan yadnya. Di sisi lain, Gebug Ende sebagai sebuah bentuk tari perang (warrior dance) sangat dipengaruhl oleh kondisi kehidupan masyarakat Bali, dimana ketika itu berada dalam sistem kekuasaan raja-raja. Tari Gebug Ende dikatakan sebagai tari perang karena berfungsi untuk melatih ketangkasan dan keberanian yang dikaitkan dengan unsur-unsur kekebalan. Dalam kehidupan sosial masyarakat Seraya, Gebug Ende juga memiliki fungsi sebagai hiburan karena sudah menjadi suatu kegemaran mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
I Nyoman Cerita Inovation Figure in Balinese Dance Creation Agus Sujiro Putra, I Kadek; Arya Sugiartha, I Gede; Sariada, I Ketut
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 3 No 2 (2017): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.854 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v3i2.232

Abstract

I Nyoman Cerita adalah seniman sekaligus akademisi seni pertunjukan khususnya seni tari di Bali yang berasal dari Banjar Sengguan, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Beliau telah mampu membangun sebuah upaya pengembangan kesenian khususnya tari di Bali. Berbagai karya-karya yang hingga kini telah memberikan catatan penting terhadap perkembangan seni tari, I Nyoman Cerita mampu menciptakan karya tari dengan cara Nyeraki. Istilah Nyeraki yaitu serba ada atau serba bisa. Kemampuan nyeraki yang dimaksud disini adalah kemampuan Nyoman Cerita yang dapat menyelesaikan segalanya dengan kemampuan yang serba bisa. Nyoman Cerita mampu menciptakan tabuh (musik iringan tari), mampu menciptakan gerak tari, serta mampu menciptakan konsep kostum. Kemampuan nyeraki sangat jarang dimiliki oleh seniman tari pada umumnya Tujuan dari penelitian ini menghasilkan sebuah karya tulis tentang tokoh I Nyoman Cerita seniman tari asal Gianyar, menghasilkan karya tulis yang mampu digunakan sebagai informasi tentang tokoh inovatif dalam mencipta tari Bali, ada tiga pokok permasalahan yang akan dikaji yaitu bagaimanakah latar belakang kehidupan I Nyoman Cerita, bagaimanakah proses kreatif I Nyoman cerita sebagai tokoh inovatif dalam mencipta Tari Bali, bagaimanakah kontribusi karya I Nyoman Cerita dalam perkembangan seni tari di Bali? teori yang digunakan untuk membedah ketiga latar blakang tersebut yaitu: teori biografi, teori motivasi,teori Estetika. Inovatif karya I Nyoman Cerita yaitu beliau mampu memunculkan ide-ide baru seperti pengolahan properti tari yang dapat digunakan dalam berbagai fungsi. Sebagai contohnya adalah properti pajeng dapat di fungsikan sebagai tombak, roda kereta, dan simbol awan, sedangkan properti kipas dapat digunakan sebagai gada dan kereta kencana kontribusi karya-karya Tari Bali beliu menjadi bahan ajar di sanggar dan sebagai sajian seni pertunjukan pariwisata. I Nyoman Cerita is an artist as well as a performing arts academic especially dance art in Bali from Banjar Sengguan, Singapadu Village, Sukawati District, Gianyar Bali Regency. He has been able to build an art development effort, especially dance in Bali. Various works which up to now have provided important notes on the development of dance, I Nyoman Cerita able to create works of dance by Nyeraki way. Nyeraki term is versatile or versatile. The ability of nyreaki is meant here is the ability Nyoman Stories that can solve everything with a versatile ability. Nyoman Story is able to create a tabuh (music dance accompaniment), able to create a dance movement, and able to create the concept of costume. The ability of nyeraki very rarely owned by dance artists in general The purpose of this research produced a paper about the character I Nyoman Story of Gianyar dance artists, produce a paper that can be used as information about innovative figures in creating Balinese dance, there are three subjects that will be studied is how the background of life I Nyoman Cerita, How is the creative process I Nyoman Cerita as an innovative figure in creating Balinese Dance, how the contribution of I Nyoman Cerita’s work in the development of dance art in Bali? the theory used to dissect the three backgrounds are: biography theory, motivation theory, theory of aesthetics. The innovation of I Nyoman Cerita’s work is that he is able to create new ideas such as processing dance properties that can be used in various functions. For example, a pajeng property can be used as a spear, train wheel, and cloud symbol, while a fan property can be used as a club and a train.
Tari Rejang Wastra Di Desa Demulih Kabupaten Bangli Kajian Bentuk Dan Fungsi Suandewi, Gusti Ayu Ketut
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 2 No 2 (2016): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6105.473 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v2i2.129

Abstract

Tulisan ini adalah hasil penelitian yang di lakukan di Desa Demulih Kabupaten Bangli. Desa Demulih adalah salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Bangli yang kaya akan warisan budaya berupa tari-tarian wali yang jumlahnya kurang lebih 72 tari wali. Tari Rejang adalah sebuah tarian yang memiliki gerak-gerak tari yang sangat sederhana dan lemah gemulai. Tari Rejang Wastra adalah salah satu tari Rejang yang terdapat di Desa Demulih Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Tarian ini berkaitan erat dengan upacara atau Piodalan Karya Ngusaba Gede di Pura Pucak Demulih. Penelitian ini berparadigma tentang budaya secara realitas yg pendekatannya menekankan pada bentuk dan fungsi dari tari rejang dengan menggunakan metode kualitatif.
Teater Wayang Inovatif Stri Wiweka Marhaeni, Ni Komang Sekar
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.656 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i1.450

Abstract

Penciptaan Teater Wayang Inovatif dengan judul Stri Wiweka mengeksplorasi semua potensi yang ada dalam bidang seni pedalangan/pewayangan. Suasana dan karakter yang ditampilkan dalam setiap adegan digarap sedemikian rupa sesuai dengan konsep garap dan kaidah-kaidah penciptaan dalam pewayangan Bali serta lebih mementingkan keindahan struktur lakon dan cerita yang digarap ke dalam bentuk pertunjukan wayang kreasi baru. Penciptaan ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan sebuah karya seni Teater Wayang Inovatif yang bertolak dari pelestarian nilai-nilai estetis, etis yang terkandung dalam kesenian tradisi dan untuk mempersembahkan kreativitas seni yang adaptif dan edukatif pada apresiatornya. Sedangkan tujuan secara khusus untuk mewujudkan gagasan atau ide pencipta yang dapat menghidupkan pola-pola wayang tradisi lewat karya inovasi, meningkatkan kemampuan pencipta dalam berolah seni, dan dalam rangka menumbuhkan imajinasi baru sebagai kreativitas yang berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya teater wayang inovatif ini yaitu, studi kepustakaan, diskusi, kontemplasi, efisiensi, imitasi, revisi, partisipasi dan finishing. Karya ini merupakan salah satu teater tradisi yang digarap dalam bentuk baru dengan melakukan penjelajahan ruang teater tiga dimensi yang mana dalam pertunjukan tersebut penonton dapat melihat dari segala penjuru karena adegan dilakukan oleh manusia sebagai pemegang peran atau tokoh. Pertunjukan dijalin dalam sebuah cerita berbingkai, bentuk wayang kulit menggunakan nilai filsafat sebagai tuntunan bagi manusia untuk menghindari arogansi kekuasaan. Lakon dalam karya ini memberikan pemahaman terhadap seseorang yang semena-mena dalam kekuasaan dan akhirnya terkalahkan oleh kebijaksanaan.Creation of Innovative Puppet Theater with the title Stri Wiweka explores all the potential that exist in the field of puppetry art. The atmosphere and character displayed in each scene, worked in such a way and in accordance with the concept of work and the rules of creation in Balinese puppetry. With more emphasis on the beauty of the structure of the story and the story is cultivated into the form of an innovative new puppet show creations. This Creation generally aims to produce an innovative Puppet Theater art based on the preservation of aesthetic, ethical values embodied in traditional art and to offer creative, adaptive and educational creativity to its appreciator. While the goal is specifically to realize the idea or idea of the creator who can revive the patterns of wayang tradition through the work of innovation, improve the ability of creators in artistic work, and in order to foster new imagination as a sustainable creativity. The methods used in the creation of innovative wayang theater works are literature study, discussion, contemplation, efficiency, imitation, revision, participation and finishing. This work is one of the theater traditions worked on in a new form, by exploring the three-dimensional theater space. The show is woven in a framed story, staging a puppet full of the value of philosophical meaning as a guide for man to avoid the arrogance of power as in the story of the work of creation. The play in this work provides an insight into an arbitrary person in power that is ultimately constrained by wisdom.
Peran Wanita Dalam Seni Pertunjukan Tradisional Minangkabau Di Tengah Perubahan Kehidupan Sosio Kultural Masyarakatnya Wardizal, Wardizal; Santosa, Hendra
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.818 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i1.338

Abstract

Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian yang berjudul “Resistensi dan Kompromitas Terhadap Keterlibatan Wanita dalam Seni Pertunjukan di Minangkabau. Artikel ini secara umum menguraikan berbagai jenis seni pertunjukan di Minagkabau yang melibatkan peranan seorang wanita. Pada masa sekarang telah terjadi proses demokratisasi proses berkesenian di tengah kehidupan sosio-kultural masyarakat Minangkabau. Penelitian ini dikonstruksikan berdasarkan metode kualitatif didasarkan pada filsafat rasionalisme. Filsafat rasionalisme berpendirian bahwa ilmu yang valid dihasilkan dari pemahaman intelektual dan kemampuan berargumentasi secara logis. Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan terletak pada akal. Filsafat Rasionalisme bukan karena mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Penelitian rasionalisme mensyaratkan digunakannya pendekatan yang holistik yang menggunakan konstruksi pemaknaan atas realitas, tidak saja secara empirik sensual tetapi juga secara logis-teoritik dan etik. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, seperti studi kepustakaan, untuk mendapatkan berbagai informasi dari sumber tertulis. Observasi dan wawancara, untuk mengamati berbagai fenomena dan peristiwa yang berkembang di tengah masyarakat. Kontribusi wanita terhadap perkembangan dan pelestarian kesenian tradisonal Minangkabau, secara kualitatif telah melahirkan beberapa seniman yang melegenda di tengah masyarakat.This article is part of the research result entitled “Resistance and Compromise Against Women’s Involvement in Permorming Art in Minangkabau. This article generally describes the various types of performing arts in Minagkabau that involve the role of a woman. At present there has been a process of democratization of the art process in the midst of the socio-cultural life of the Minangkabau community. This research is constructed based on qualitative methods based on the philosophy of rationalism. The philosophy of rationalism holds that valid science results from intellectual understanding and the ability to argue logically. Rationalism is opinionated, the source of knowledge lies in reason. The philosophy of Rationalism is not to deny the value of experience, but experience is best seen as a kind of incentive for the mind. The research data was collected by several stages, such as literature study, to obtain various information from written sources. Observation, to observe the various phenomena and events that develop in the community. The contribution of women to the development and preservation of traditional arts Minangkabau, qualitatively has spawned some legendary artists in the community.
Bentuk Dan Fungsi Tari Baris Buntal, Desa Pakraman Pengotan, Kabupaten Bangli Desmi Kartiani, Ni Luh; Arshiniwati, Ni Made; -, Suminto
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.568 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i1.451

Abstract

Tari Baris Buntal di Desa Pakraman Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, merupakan tari sakral yang biasanya ditarikan saat piodalan di beberapa pura yang ada di Desa Pakraman Pengotan. Tari Baris Buntal ini memiliki beberapa keunikan dari segi kostum dan koreografinya, sehingga membuatnya berbeda dengan tari baris upacara lainnya. Melihat keunikan tersebut diharapkan tari ini dapat dilestarikan dan didokumentasikan tidak hanya berupa video melainkan juga dokumen tertulis agar bisa bermanfaat bagi masyarakat kedepannya. Namun pada kenyataannya di lapangan tidak ada dokumentasi tertulis seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, penelitian ini perlu dilakukan dengan mengangkat dua permasalahan yaitu bentuk dan fungsi. Untuk menjawab dan menjelaskan hal tersebut digunakan metode penelitian yaitu metode penelitian kualitatif dengan empat teknik pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi, serta dianalisis dengan mengaplikasikan teori estetika dan teori fungsi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil atau jawaban sebagai berikut.Tari Baris Buntal merupakan tarian sakral yang menggambarkan tentang ketangkasan seorang prajurit dalam mengintai musuh, mengejar, dan melawan musuh-musuhnya. Tarian ini ditarikan oleh 8 orang penari yang terdiri dari laki-laki dewasa, dengan menggunakan tata rias dan busana yang sederhana, dan diiringi dengan gamelan Gong Gede. Tari Baris Buntal di Desa Pakraman Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi primer sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis. Fungsi sekunder sebagai pengikat solidaritas masyarakat, media meditasi dan media terapi. Baris Buntal Dance in Pengotan Village, Bangli District, Bangli District, is a sacred dance that is usually danced at piodalan in some temples in Pengotan Village. Baris Buntal Dance has some uniqueness in terms of costume and choreography, thus making it different from other ritual dance lines. Seeing the uniqueness is expected this dance can be preserved and there should be documentation not only in the form of videos but also written documents in order to be useful for the future community. But in reality in the field there is no written documentation as expected. Therefore, this research needs to be done. To answer and explain things related to the object of research is used research method that is qualitative research method with four data collecting technique that is, observation, interview, literature study, and documentation, and analyzed by applying theory of aesthetics and function theory. Based on the research done then obtained the results or answers as follows. Bareback Dancing is a sacred dance that depicts the agility of a soldier in stalking the enemy, chase, and fight his enemies. This dance is danced by 8 dancers consisting of adult men, using a very simple makeup and clothing, and accompanied by gamelan Gong Gede. Baris Buntal Dance in Pengotan Village, Bangli Subdistrict, Bangli District has two functions, namely the primary function as a means of ritual, personal entertainment, and aesthetic presentation. Secondary function as a binder of community solidarity, media meditation and media therapy.
Bentuk Dan Proses Penciptaan Tari Padang Kasna Sebagai Tolak Ukur Kemampuan Penggarap Desy Rupaniawati, Desak Ayu; Sri Wahyuni, Ni Komang; Sueka, I Gusti Ngurah
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.89 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i1.452

Abstract

Tari kreasi Padang Kasna merupakan sebuah karya tari yang mengangkat keindahan dan kesucian tanaman padang kasna. Termasuk tanaman langka, padang kasna tumbuh di Kabupaten Karangasem tepatnya di Temukus, Desa Besakih atau di kaki Gunung Agung. Mengangkat tanaman padang kasna karena penggarap ingin mengenalkan tanaman tersebut kepada masyarakat luas. Gerak-gerak yang dituangkan dalam karya tari ini merupakan imajinasi dari penggarap akan tanaman padang kasna, tetapi tetap berpijak pada gerak tari tradisi Bali. Tari ini diciptakan oleh Desak Ayu Desy Rupaniawati dengan penata musik yaitu I Dewa Putu Ari Artha. Dalam pertunjukannya tari ini terdiri dari 4 bagian sesuai dengan ide maupun konsep yang diangkat. Untuk menyempurnakan karya ini tentunya tidak terlepas dari unsur-unsur pendukung seperti, tata rias dan busana, panggung dan lighting, serta musik iringan.Padang Kasna creations dance is a creation of dance that lifts the beauty and sanctity of padang kasna plants. Including scarce plants, padang kasna grow in Karangasem regency precisely in Temukus, Besakih Village or at the foot of Mount Agung. Lifting the padang kasna plants because the creator wants to introduce the plant to the wide community. The movements that are poured in this creation dance is the imagination from creator of the padang kasna plants, but still based on the Balinese tradition dance movement. This dance was created by Desak Ayu Desy Rupaniawati with the music creator by I Dewa Putu Ari Artha. In the show the dance consists of 4 parts in accordance raised with the idea and concept. To perfect this creation certainly can not be separated from the supporting elements such as, makeup and fashion, stage and lighting, and music accompaniment.