cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)
ISSN : 24422606     EISSN : 2548611X     DOI : -
JBBI, Indonesian Journal of Biotechnology & Bioscience, is published twice annually and provide scientific publication medium for researchers, engineers, practitioners, academicians, and observers in the field related to biotechnology and bioscience. This journal accepts original papers, review articles, case studies, and short communications. The articles published are peer-reviewed by no less than two referees and cover various biotechnology subjects related to the field of agriculture, industry, health, environment, as well as life sciences in general. Initiated at the then Biotech Centre, the journal is published by the Laboratory for Biotechnology, the Agency for the Assessment and Application of Technology, BPPT.
Arjuna Subject : -
Articles 542 Documents
PENGARUH BEBERAPA JENIS SITOKININ PADA MULTIPLIKASI TUNAS ANGGREK Vanda douglas SECARA IN VITRO Karyanti, Karyanti
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.84 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v4i1.2200

Abstract

The Effect of Several Types of Cytokinin on Shoot Multiplication of Vanda douglas Orchid In VitroThe study was aimed to determine the response of Vanda douglas orchid on shoot-multiplication media to different cytokinin concentrations in vitro. A completely randomized design experiment was employed with one factor cytokinin, in which the cytokinins used were TDZ (thidiazuron), BAP (6-Benzylaminopurine) and kinetin at the concentrations of 0, 0.5, 1, and 1.5 mg/L. The results showed that kinetin 0.5 mg/L was the best concentration for shoot formation, occuring on average at 14.88 days after planting; while TDZ 0.5 mg/L was the best concentration for increasing the height of the plant, being on average 0.53 cm. TDZ at 0.5 mg/L concentration also had positive effect on shoot and leaf formation, which resulted in the highest number of shoots and leaves. The average number of shoots was 8.00 buds, and the average number of leaves was 12.25 sheets. Keywords: Vanda douglas, thidiazuron, BAP, kinetin, shoots multiplication ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon anggrek Vanda douglas terhadap media perbanyakan tunas pada beberapa konsentrasi jenis sitokinin secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, yaitu sitokinin. Sitokinin yang digunakan adalah TDZ (thidiazuron), BAP (6-Benzylaminopurine) dan kinetin, dengan konsentrasi 0, 0,5, 1, dan 1,5 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kinetin 0,5 mg/L menunjukkan hasil terbaik pada peubah waktu pembentukan tunas, dengan rata-rata 14,88 hari setelah tanam. Sedangkan konsentrasi TDZ 0,5 mg/L merupakan jenis sitokinin dan konsentrasi terbaik terhadap pertambahan tinggi tanaman, dengan rata-rata 0,53 cm. TDZ dengan konsentrasi 0,5 mg/L juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tunas dan daun, dengan menghasilkan jumlah tunas tertinggi dan jumlah daun terbanyak. Rata-rata jumlah tunas adalah 8,00 tunas, dan rata-rata jumlah daun adalah 12,25 helai.Kata Kunci: Vanda douglas, thidiazuron, BAP, kinetin, perbanyakan tunasReceived: 19 June 2017        Accepted: 02 July 2017        Published: 12 July 2017
AKTIVITAS LIGNINOLISIS DARI BASIDIOMYCETES YANG DAPAT DIPAKAI UNTUK BIODEGRADASI DIOKSIN Nugroho, Nuki Bambang
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 1 (2015): June 2015
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.543 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i1.529

Abstract

Chemical compounds belonging to dioxin group are known to be highly toxic environmental pollutant. Polychlorinated dibenzo-p-dioxin and polychlorinated dibenzofuran are produced during organic materials burning process. Pentachlorophenol, a compound similar to dioxin, is widely used as wood preservative, fungicide, bacteriocide, herbicide, algicide and insecticide. Some white-rot fungi have potential to produce lignin degrading enzyme and degrade dioxin compounds. The diversity of white-rot fungi in Indonesia provides potential source for environmental pollutant-degrading microorganisms. In this study, basidiomycetes were isolated from fruiting body and rotted wood samples which were collected from seven provinces in Indonesia. Three hundred seventy basidiomycete isolates were screened for dioxin degrading activity using dye-decolorization method. The result indicated that sixty isolates had dioxin degrading activity, three of which showed significant activity.Keywords: Ligninolytic, basidiomycetes, biodegradation, dioxin, fungus ABSTRAKSenyawa-senyawa kimia dalam kelompok dioksin telah diketahui sebagai polutan lingkungan yang sangat beracun. Dibenzo-p-dioksin terpoliklorinasi dan dibenzofuran terpoliklorinasi dihasilkan selama proses pembakaran bahan-bahan organik. Pentaklorofenol, suatu senyawa mirip dioksin, banyak digunakan sebagai pengawet kayu, fungisida, bakterisida, herbisida, algisida dan insektisida. Beberapa jamur pelapuk putih memiliki potensi untuk menghasilkan enzim pengurai lignin dan mendegradasi senyawa-senyawa dioksin. Keanekaragaman jamur pelapuk putih di Indonesia yang tinggi merupakan sumber potensial mikroorganisme pengurai polutan lingkungan. Pada kajian ini, basidiomisetes diisolasi dari sampel-sampel tubuh buah dan kayu lapuk yang diambil dari tujuh provinsi di Indonesia. Tiga ratus tujuh puluh isolat basidiomisetes telah diseleksi aktivitasnya sebagai pendegradasi dioksin. Metode dye-decolorization digunakan pada seleksi ini. Hasil seleksi menunjukkan bahwa enam puluh isolat basidiomisetes memiliki aktivitas sebagai pendegradasi dioksin, tiga isolat di antaranya menunjukkan aktivitas tertinggi.Kata kunci: Ligninolisis, basidiomisetes, biodegradasi, dioksin, jamur 
Preface JBBI Vol 3, No 2, December 2016: Foreword and Acknowledgement Teuku, Tajuddin
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 3, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.24 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v3i2.1466

Abstract

ISOLASI DAN AMPLIFIKASI DNA KELADI TIKUS (Thyponium flagelliform) UNTUK IDENTIFIKASI KERAGAMAN GENETIK Hikmatyar, Mohamad Fazri; Royani, Juwartina Ida; ., Dasumiati
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.886 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.507

Abstract

Keladi tikus (Typhonium flagelliforme) is one of considerable potential medicinal plants, especially as anticancer herbal medicine. In Indonesia, this plant grows throughout the island of Java, in part of Kalimantan, Sumatra and Papua. The development of Keladi tikus plants to provide raw material to meet public demand is constrained with the quality of the plants that is not standardized yet. DNA marker technique has been widely used for identification of standardization and diversity of varieties. The aims of this research were to isolate DNA from 17 accessions of Keladi tikus from various regions in Indonesia and to amplify the DNA using ISSR primers. The results obtained were 17 accessions of Keladi tikus that had been isolated using the modified CTAB method. Amplifications were done by using SBLT2 and SBLT8 primers that facilitated the appearance of the polymorphism bands on the 17 accessions of Keladi tikus. Thus, SBLT2 and SBLT8 primers can be used to identify genetic variations of Keladi Tikus.Keywords: Typonium flagelliforme, Keladi tikus, ISSR, medicinal plant, amplification ABSTRAKKeladi tikus (Typonium flagelliforme) merupakan salah satu tanaman obat yang cukup potensial khususnya sebagai obat herbal antikanker. Tanaman ini di Indonesia tersebar di sepanjang Pulau Jawa, sebagian Kalimantan, Sumatera dan Papua. Pengembangan tanaman keladi tikus untuk memenuhi bahan baku kebutuhan masyarakat saat ini terkendala pada mutu tanaman tersebut yang belum terstandar. Teknik penanda DNA telah banyak digunakan untuk standarisasi dan identifikasi keragaman varietas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi DNA dari 17 aksesi Keladi tikus dari berbagai daerah di Indonesia dan mengamplifikasi DNA tersebut dengan primer ISSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 aksesi keladi tikus telah dapat diisolasi dengan menggunakan metode CTAB yang dimodifikasi. Amplifikasi dilakukan dengan primer SBLT2 dan SBLT8 yang mampu memunculkan pita-pita polimorfisme pada ke 17 aksesi Keladi tikus. Primer SBLT2 dan SBLT8 dapat digunakan untuk identifikasi variasi genetic Keladi tikus.Kata Kunci: Keladi tikus, Typonium flagelliforme, ISSR, tanaman obat, amplifikasi
Front Cover JBBI Vol 2, No 2, December 2015 Sriherwanto, Catur
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 2 (2015): December 20150
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.347 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.1061

Abstract

Appendix JBBI Vol 1, No 1, December 2014: Keyword Index and Author Index Sriherwanto, Catur
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 1, No 1 (2014): December 2014
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.717 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v1i1.1042

Abstract

Preface JBBI Vol 4, No 1, June 2017: Foreword and Acknowledgement Sriherwanto, Catur
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.597 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v4i1.2254

Abstract

KEMAMPUAN TUMBUH EKSPLAN Jatropha curcas L. PADA MEDIA IN VITRO YANG MENGANDUNG HORMON IBA DAN BA ., Karyanti; ., Juanda; Tajuddin, Teuku
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 1, No 1 (2014): December 2014
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.633 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v1i1.545

Abstract

GROWTH ABILITY OF Jatropha curcas L. EXPLANTS ON THE IN VITRO MEDIA CONTAINING IBA AND BAResearch on the growth ability of Jatropha curcas L. shoots and callus in solid and liquid media have been conducted. Explants were planted in the initiation MS medium. After ten weeks, the explants were subcultured into solid and liquid media containing combination of IBA and BA treatments. The number of combinations was 12 treatments, each with 6 replications. Observation was conducted from the first week after subculturing upto the fourth week. Parameters of observation were the percentage of explant forming shoots, the number of shoots, height, number of leaves, weight, color, and form of callus. The results showed that the explant which was subcultured in liquid media had higher growth rate than those subcultured in solid media. Treatment of 1 ppm IBA + 0.5 ppm BA gave a good result on the growth of shoots on solid and liquid media. For callus formation, treatment of 2 ppm IBA + 1 ppm BA gave the best result.Keywords: Callus, Jatropha, IBA and BA, solid and liquid media, hormone ABSTRAKPenelitian terhadap kemampuan tumbuh kalus dan tunas tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) telah dilakukan pada media padat dan cair. Eksplan diinisiasi pada media MS dan setelah 10 minggu dipindahkan ke media padat dan cair yang mengandung perlakuan kombinasi hormon IBA dan BA. Jumlah kombinasi sebanyak 12 perlakuan dan setiap perlakuan dibuat 6 ulangan. Pengamatan dilakukan dari minggu pertama subkultur hingga minggu keempat. Peubah yang diamati adalah persentase eksplan yang membentuk tunas, jumlah dan tinggi tunas, terbentuknya daun pada tunas, perbedaan berat, bentuk, dan warna kalus. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa eksplan yang disubkultur pada media cair memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi daripada media padat. Perlakuan IBA 1 ppm + BA 0,5 ppm menghasilkan pertumbuhan tunas yang paling tinggi pada media padat dan cair. Pembentukan kalus yang terbaik diperoleh pada perlakuan IBA 2 ppm + BA 1 ppm.Kata kunci: Kalus, Jatropha, IBA dan BA, media padat dan cair, hormon
GROWTH OF NILE TILAPIA (Oreochormis niloticus) FRY FED WITH COCONUT TESTA-CASSAVA BAGASSE MIXED SUBSTRATE FERMENTED USING Rhizopus oryzae Pradana, Yudha Wali; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja’i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (874.114 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v4i1.1799

Abstract

Utilization of agroindustrial byproduct as cheap raw materials for aquafeed was hampered by its poor nutritional value as well as high antinutrition content which could be overcome through fermentation. Coconut testa (CT) and cassava bagasse (CB) were mixed, and fermented using Rhizopus oryzae for preparing aquafeed. Subsequent feeding test was carried out on tilapias (Oreochormis niloticus L.) using 5 feeding treatments: one unfermented feed (commercial feed 100%), and the other four feeds produced by fermentation using substrate mixture of CT and CB in 4 different ratios, namely 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, and 25%:75%. Feeding 100% commercial feed (true protein 22.64% and crude fibre 14.67%) showed the best results on the fish growth with body weight gain of 3.96 g and feed conversion ratio of 8.63. Meanwhile, feeding fermented feeds (true protein 7.96-20.27% and crude fiber 14.14-18.47%) resulted in body weight gain in the range of 2.22 to 2.75 g with feed conversion ratio of 10.89 to 13.62. Thus, the fermented feeds promoted growth in tested tilapias albeit less optimally than commercial feed did.Keywords: Rhizopus oryzae, Oreochromis niloticus, coconut testa, cassava bagasse, fermentation ABSTRAKPenggunaan hasil samping agroindustri sebagai bahan pakan murah ikan terkendala rendahnya nutrisi dan tingginya antinutrisi yang dapat diatasi melalui fermentasi. Dalam penelitian ini, kulit daging buah kelapa (KK) dan onggok singkong (OS) dicampur dengan perbandingan tertentu, lalu difermentasi menggunakan Rhizopus oryzae untuk pakan ikan. Uji pemberian pakan dilakukan terhadap ikan nila (Oreochormis niloticus L.) dengan 5 perlakuan: satu perlakuan pakan tanpa fermentasi (pakan komersial 100%), dan empat perlakuan pakan fermentasi substrat campuran KK dan OS dengan 4 perbandingan yang berbeda, yakni 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, dan 25%:75%. Pemberian pakan komersial 100% (protein sejati 22,64% dan serat kasar 14,67%) memperlihatkan hasil terbaik pada pertumbuhan ikan nila dengan pertambahan bobot badan 3,96 g dan rasio konversi pakan 8,63. Sebaliknya, pemberian pakan fermentasi (protein sejati berkisar 7,96-20,27% dan serat kasar 14,14-18,47%) menghasilkan pertambahan bobot badan ikan pada kisaran 2,22-2,75 g dengan rasio konversi pakan 10,89-13,62. Dengan demikian pakan fermentasi tersebut mendorong pertumbuhan ikan nila namun kurang optimal dibandingkan pakan komersial.Kata Kunci: Rhizopus oryzae, Oreochromis niloticus, kulit daging buah kelapa, onggok, fermentasi
INDUCING THE IN VITRO ROOTING OF SAGO PALM (Metroxylon sagu Rottb.) USING AUXIN Tajuddin, Teuku; ., Karyanti; Sukarnih, Tati; Haska, Nadirman
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.988 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.512

Abstract

Tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb.) memiliki potensi yang besar sebagai sumber pangan, energi dan bahan baku industri. Kultur jaringan tanaman sagu telah dilakukan di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT dalam rangka perbanyakan genotipe atau aksesi unggul secara massal. Namun demikian, kendala utama yang dihadapi pada perbanyakan in vitro tanaman sagu adalah sulitnya pembentukan akar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi hormon yang tepat dalam menginduksi perakaran tanaman sagu in vitro. Tunas anakan muda (15-20 cm) yang diperoleh dari daerah Rangkasbitung, Provinsi Banten digunakan sebagai eksplan. Dalam penelitian ini perakaran in vitro diinduksi dengan berbagai perlakuan jenis dan konsentrasi hormon auksin, konsentrasi medium dan jenis agar. Sebagai medium dasar digunakan medium Gamborg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IBA dan NAA yang terbaik adalah pada taraf 35 ppm. Selanjutnya Gelrite memberikan respon yang positif dengan munculnya perakaran pada pangkal eksplan.Kata Kunci: Induksi perakaran,  jenis agar, kultur in vitro, auksin, sagu ABSTRACTSago palm (Metroxylon sagu Rottb) has huge potential as food, energy and industrial bioresources. In vitro culture of sago palm was performed in Biotech Center, BPPT in order to obtain a large-scale of mass clonal propagation of superior genotypes. Nevertheless, the main obstacle for the sago palm in vitro propagation was rooting formation. The purpose of our study was to obtain the best hormones combination for root induction on sago palm shoots in vitro. The young suckers (15-20 cm) obtained from Rangkasbitung area, Banten Province, were used as explants. In our study, in vitro rooting was induced by different types and concentrations of auxin, medium strength and solidifying agents. The shoots were cultured on Gamborg media. The result showed that the best level of both hormones IBA and NAA for root induction was 35 ppm. Moreover the solidifying agent of Gelrite gave positive response by stimulating root at the basal-end.Keywords: Rooting induction, solidifying agent, in vitro cultures, auxin, sago palm

Page 5 of 55 | Total Record : 542