cover
Contact Name
Arif Abadi, S.Kom.
Contact Email
penerbitan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Panggung
ISSN : -     EISSN : 25023640     DOI : -
Core Subject : Education,
Panggung is online peer-review journal focusing on studies and researches in the areas related to performing arts and culture studies with various perspectives. The journal invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in those areas mentioned above related to arts and culture in Indonesia and Southeast Asia in different perspectives.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra" : 7 Documents clear
Fesyen Akademik sebagai Alternatif Kebaruan dalam Budaya Populer Lois Denissa
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1488.378 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.906

Abstract

ABSTRACTFashion is not enough just to act as a protective body for weather,disease disorders,neatness and decency reasons. Fashion in its development has proven to be a medium of communication that expresses taste, attitude, gender, identity, trend, ethnicity, social class and culture. Research that uses analytical descriptive method has expanded the communicative function of fashion. The mass media has become a synergistic industrial agent in giving persuasion to modern women both in the city and region. Women tend to be enamored with the flow of ads in order to appear up to date and fetish ideal body like women in advertising. Advertising modelsare always displayed with beautiful, charming features highlight the sensual body. The academic fashion that puts research and creativity as the basis of work has countered the fashion advertising. Academic fashion contributes to popular culture by creating innovation that inspire modern women with layered messages.Keywords: AcademicFashion, Communication,Layered Message , Popular CultureABSTRAKFesyen sebagai busana tidak cukup hanya berperan sebagai pelindung tubuh atas gangguan cuaca dan penyakit, atau alasan kerapian dan kesopanan. Fasyen dalam perkembangannya terbukti telah menjadi media komunikasi yang mengungkapkan selera, sikap, gender, identitas, tren, etnisitas, kelas sosial dan budaya. Penelitian yang menggunakan metode diskriptif analitis ini memperlebar fungsi komunikatif fesyen. Media massa telah menjadi agen industri yang sinergis dalam memberi bujuk rayu kepada perempuan modern baik di kota maupun di daerah. Perempuan cenderung terpikat mengikuti arus iklan agar dapat tampil up to date dan menggemari pemujaan akan tubuh yang ideal layaknya perempuan dalam iklan. Model iklan selalu disiasati dengan paras cantik, menawan dan menonjolkan tubuh yang sensual. Fesyen akademik yang menempatkan penelitian dan kreativitas sebagai basis berkarya telah membantah fesyen iklan. Fesyen akademik ikut mengisi budaya popular dengan menciptakan kebaruan yang mampu menginspirasi perempuan modern dengan pesan yang berlapis.Kata Kunci: Budaya Populer, Fesyen Akademik, Komunikasi, Pesan Berlapis 
Konstruksi Budaya Anak Muda pada Novel Populer Indonesia Tahun 2000-an Muhamad Adji
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.466 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.907

Abstract

ABSTRAKPerkembangan teori terkini, terutama dalam bidang kajian budaya menunjukkan bahwa teks novel populer dapat dipelajari dengan berbagai pendekatan, tidak hanya terfokus pada aspek estetika. Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk menemukan adanya konstruksi budaya pada novel populer tahun 2000-an. Penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner yang melibatkan teori di bidang kajian budaya. Metode yang digunakan adalah studi teks. Sumber data penelitian ini adalah novel-novel populer tahun 2000-an. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel populer tahun 2000-an, impian menjadi wacana dominan dan anak muda yang dikonstruksikan sebagai pembawa impian itu adalah anak muda yang berasal dari kelas pinggiran. Hal ini memberi kesimpulan bahwa novel populer tahun 2000-an menawarkan konstruksi anak muda yang berbeda yang keluar dari konstruksi arus utama novel populer yang biasanya berasal dari kelas dominan.Kata kunci: novel populer, anak muda, kajian budayaABSTRACTRecent theory developments, especially in the field of cultural studies indicate that the popular novel text can be studied with a variety of approaches, not just focused on the aesthetic aspect. This research was conducted in an effort to determine that there is a cultural construction at the popular novels of the 2000s. This study uses an interdisciplinary approach involving theories in the area of cultural studies. The method used is the study of texts.. The object of this study is the popular novels of the 2000s. These results indicate that in the popular novel of the 2000s, the dream of becoming the dominant discourse and youth are constructed as a carrier of that dream is a youth who comes from the outskirts of the class. This gives the conclusion that the popular novels of the 2000s offers a different construction on youth coming out of the construction of the main stream popular novels which usually comes from the dominant class.Keywords: popular novel, youth, cultural studies 
Analisis Struktur Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII: Episode Tongtang I Tano Batak Sulaiman Sulaiman; Rosta Minawati; Enrico Alamo; Sherli Novalinda
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1576.91 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.908

Abstract

ABSTRACTOpera Batak is a “traditional” performance genre from the Toba Batak ethnic group. Opera Batak is staged based on oral tradition through acting, music and dance. The creation of works aims to preserve Sisingamangaraja XII's historical values. The method is carried out beginning with research through observation, interviews, literature studies with steps to work on the search phase, the stage of giving content, the development stage, and the stabilization stage.Transitions of performers and sections are accompanied musical instruments including gondang, suling, serunai, kedapi, hesek, odap and garantung. This mixture is intended to bring the drama to life and entertain the audience. The figures in Opera Batak are Sisingamangaraja XII, Patuan Anggi, Putri Lopian, Boru Sagala, Somaling, Panglima Sarbut and Panglima Amandopang. his episode tells how the war against the Dutch company in the Batak land for about 30 years. Arranged with a flow, dramatic, and conflicting conflict to show Sisingamangaraja's humanity and kinship side in the face of war.Key Word: Opera Batak, Theater, Sisingamangaraja XII, Tongtang I Tano BatakABSTRAKOpera Batak merupakan seni pertunjukan ‘tradisi’ dalam masyarakat Batak.Opera Batak ditampilkan melalui sastra lisan, pemeranan, musik, dan tarian. Penciptaan karya bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan Sisingamangaraja XII. Metode dilakukan diawali dengan riset melalui observasi, wawancara, studi pustaka dengan langkah garap; tahap pencarian, tahap memberi isi, tahap pengembangan, dan tahap pemantapan. Opera Batak dipandu pencerita dalam mengenalkan tema, menyapa penonton, menggambarkan kisah, dan menggenalkan pemain. Peralihan pemain dan bagian diiringi musik yang terdiri atas: gondang, suling, sarunai, kecapi, hesek, odap, dan garantung. Tokoh Opera Batak dalam episode Tongtang I Tano Batak adalah Sisingamangaraja XII, Patuan Anggi, Putri Lopian, Boru Sagala, Somaling, Panglima Sarbut, dan Panglima Amandopang. Episode ini menceritakan bagaimana perperangan melawan kompeni Belanda di tanah Batak yang kurang lebih 30 tahun lamanya. Disusun dengan alur, dramatik, dan konflik yang rapat untuk memperlihatkan sisi kemanusian dan kekeluargaan Sisingamangaraja dalam menghadapi perperangan.Kata Kunci: Opera Batak, Teater, Sisingamangaraja XII, Tongtang I Tano Batak 
Peristiwa Teater Tu(M)Buh Sebagai Konstruksi Politik Tubuh Andi Taslim Saputra; I Nyoman Murtana
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.552 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.904

Abstract

ABSTRACT Body politics is often stigmatized in the context of community and government institutions, such as the military, hospitals, prisons, etc. This study shows the body politics in different contexts. This study reads the theater phenomenon that gave birth to the body's political form in the context of theater with the focus of case studies of process Tu(m)buh by Tony Broer's. The application of Tony Broer's theater work differs from that of other theaters, the idea of the body's political construction. To read the question of Tony Broer's political practice using Foucault's disciplinary power concept. This research uses descriptive analytic research method. Data collection was done through observation, documentation, interview, and data analysis. The result showed, Tony Broer execute body politic practice in the event of Tu(m)buh theater. The formation of Tony Broer's body construction is disciplined and body forming that intense, hard, and radical. Tony Broer's actions gave birth to concepts and practices that show the body's political image, both to oneself and to others, to the theater of Tu(m)buh as the presentation of the body's political construction.Keywords: Theater, Body Politics, Tu(m)buhABSTRAK Politik tubuh kerap distigmakan dalam konteks institusi-institusi kemasyarakatan dan pemerintah, misalnya militer, rumah sakit, lapas, dan sebagainya. Kajian ini memperlihatkan politik tubuh dalam konteks berbeda. Penelitian ini membaca fenomena teater yang melahirkan bentuk politik tubuh fokus studi kasus peristiwa Tu(m)buh karya Tony Broer. Penerapan kerja teater Tony Broer berbeda dari pelaku teater lainnya, yakni gagasan politik tubuh. Untuk membaca persoalan praktik politik tubuh Tony Broer menggunakan konsep disciplinary power Foucault. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, wawancara, dan analisis data. Hasilnya menunjukkan, Tony Broer melaksanakan praktek politik tubuh dalam peristiwa teater Tu(m)buh. Pembentukan kontruksi tubuh Tony Broer berupa pendisiplinan dan pembentukan tubuh yang intens, keras, dan radikal. Tindakan Tony Broer melahirkan konsep dan praktis yang memperlihatkan citra politik tubuh, baik terhadap diri sendiri dan atas orang lain, sehingga peristiwa teater Tu(m)buh sebagai kerja teater presentasi politik tubuh.Kata Kunci: Teater, Politik Tubuh, Tu(m)buh.
Perkembangan Pertunjukan Salawat Dulang di Minangkabau Syafniati Syafniati; Firdaus Firdaus; Amran Amran
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (751.789 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.909

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this study is to examine the factors that cause the development and changes in Salawat Dulang which initially had a function as a means of preaching. Salawat Dulang is one of traditional art that uses vocal and dulang as instruments. The poem delivered at salawat dulang contains Islamic teachings including remembrance of Allah SWT and praise to the prophet Muhammad SAW. Based on the current situation there has been developments and changes in Salawat Dulang which has resulted in changes of function to entertainment performances. This study used qualitative method as well as anthropology, sociology, and aesthetic approaches.Data collection techniques are carried out in several ways including observation, interviews, and documentation. The results found on the development and changes in Salawat Dulang are caused by both internal, and external factors by not changing existing values. changes occurred in the presentation of vocals adobted from modern and popular songs, so as to better adapt to the tastes of the supporting communityKeywords : Salawat Dulang, Performing Art and Developmen ABSTRAKTujuan Penelitian adalah untuk membahas perkembangan dan perubahan pertunjukan salawat dulang yang pada awalnya berfungsi sebagai sarana dakwah. Salawat dulang merupakan kesenian bernuasa Islam yang disajikan dalam bentuk vokal dan diiringi oleh pukulan dulang sebagai musik pengiring. Syair yang disampaikan berisikan ajaran Islam berupa zikir kepada Allah SWT dan pujian kepada nabi Muhammad SAW. Seiring perkembangan zaman salawat dulang mengalami pergeseran menjadi seni pertunjukan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan antropologi, sosiologi, dan estetika. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan dan perubahan salawat dulang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dengan tidak merubah nilai-nilai tradisi yang ada. Perubahan terjadi pada penyajian vokal yang mengadopsi lagu-lagu modern dan populer, sehingga lebih menyesuaikan dengan selera masyarakat pendukungnya. Kata kunci: salawat dulang, seni pertunjukan dan perkembangan
Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Tradisi Saluang Darek Berbasis Teknologi Tradisional Ediwar Ediwar; Rosta Minawati; Febri Yulika; Hanefi Hanefi
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1580.73 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.905

Abstract

ABSTRACTThe music of Saluang Darek wind instrument is Minangkabau traditional music that uses the musical instrument of aerophone classification (air as the main source of vibration) and the kind of end-blown without-block flutes musical instrument, and this musical instrument is used to accompany Minangkabau songs or dendangs. Saluang Darek is made of bamboo. The best bamboos for making Saluang Darek are (1) Talang bamboo (Schizostachyum brachycladum kurz), (2) Buluah Kasok bamboo (Gingantocholoa apus), (3) Tamiang bamboo (Schizostachyum zollingeri steud), and (4) Cimanak bamboo (Schizostachyum longispiculatum). The production of Saluang Darek musical instrument uses the traditional technology by still maintaining the quality of instrument that's ready to be used for the performing arts particularly in accompanying dendang. The method used in this research was the qualitative method by using the approach of organology study. Data were collected through the library research, observation, interview, and documentation. This study found the importance of the musical instrument study in order to give information for the musicologists' and ethnomusicologists' works, at once conserve the musical culture in West Sumatera.Keywords: Saluang Darek, Organology, Aerophone, Traditional technology ABSTRAKMusik tiup Saluang Darek adalah musik tradisional Minangkabau yang menggunakan alat musik klasifikasi Aerophone (udara sebagai sumber getaran utama) dan alat tiup jenis end-blown without-block flutes digunakan untuk mengiringi nyanyian atau dendang Minangkabau. Alat musik Saluang darek terbuat dari bambu, yang paling baik untuk alat musik Saluang adalah (1) bambu  talang ( Schizostachyum brachycladum kurz), (2) bambu buluah kasok (Gingantocholoa apus), (3) bambu tamiang (scizostachyum zollingeri steud), (4) bambu cimanak (Schizotachyum longispiculatum). Pembuatan alat musik Saluang darek menggunakan teknologi tradisional dengan tetap menjaga kualitas alat yang siap dipakai untuk seni pertunjukan dalam mengiringi dendang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kajian organologi. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Kajian ini mendapati pentingnya   kajian instrumen musik untuk memberikan infomasi dalam pekerjaan musikolog dan etnomusikolog, sekaligus pelestarian budaya musikal di Sumatera Barat. Kata kunci: Saluang darek, Organology, Aerophone, Teknologi tradisional ABSTRACTThe music of Saluang Darek wind instrument is Minangkabau traditional music that uses the musical instrument of aerophone classification (air as the main source of vibration) and the kind of end-blown without-block flutes musical instrument, and this musical instrument is used to accompany Minangkabau songs or dendangs. Saluang Darek is made of bamboo. The best bamboos for making Saluang Darek are (1) Talang bamboo (Schizostachyum brachycladum kurz), (2) Buluah Kasok bamboo (Gingantocholoa apus), (3) Tamiang bamboo (Schizostachyum zollingeri steud), and (4) Cimanak bamboo (Schizostachyum longispiculatum). The production of Saluang Darek musical instrument uses the traditional technology by still maintaining the quality of instrument that's ready to be used for the performing arts particularly in accompanying dendang. The method used in this research was the qualitative method by using the approach of organology study. Data were collected through the library research, observation, interview, and documentation. This study found the importance of the musical instrument study in order to give information for the musicologists' and ethnomusicologists' works, at once conserve the musical culture in West Sumatera.Keywords: Saluang Darek, Organology, Aerophone, Traditional technology ABSTRAKMusik tiup Saluang Darek adalah musik tradisional Minangkabau yang menggunakan alat musik klasifikasi Aerophone (udara sebagai sumber getaran utama) dan alat tiup jenis end-blown without-block flutes digunakan untuk mengiringi nyanyian atau dendang Minangkabau. Alat musik Saluang darek terbuat dari bambu, yang paling baik untuk alat musik Saluang adalah (1) bambu  talang ( Schizostachyum brachycladum kurz), (2) bambu buluah kasok (Gingantocholoa apus), (3) bambu tamiang (scizostachyum zollingeri steud), (4) bambu cimanak (Schizotachyum longispiculatum). Pembuatan alat musik Saluang darek menggunakan teknologi tradisional dengan tetap menjaga kualitas alat yang siap dipakai untuk seni pertunjukan dalam mengiringi dendang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kajian organologi. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Kajian ini mendapati pentingnya   kajian instrumen musik untuk memberikan infomasi dalam pekerjaan musikolog dan etnomusikolog, sekaligus pelestarian budaya musikal di Sumatera Barat. Kata kunci: Saluang darek, Organology, Aerophone, Teknologi tradisional 
Silat Pengantin: Seni Pertunjukan Tradisi Melayu di Bentan Penao, Kepulauan Riau Widyanarto Widyanarto; Doni Febri Hendra; Siguti Aprinnostein
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.37 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.910

Abstract

ABSTRACTThe wedding martial in Riau Islands Province is a traditional Pencak Silat that is part of Malay cultures. The University of Kiambang Putih in Bentan Penao, Bintan regency, martial arts performance presented at traditional Malay wedding is also called Silat flag. The form of presentation is divided into two parts, namely silat flag and silat performance. Silat flag is displayed by two fighters, using the red flag and white color properties. The red and white flag are symbolized to unite two human beings into the family ark. The red flag is interpreted as red blood, which is from the bride. The symbol of the white flag is interpreted as white blood, which is from the groom. The Silat flag performance ends with the unification of both flags. It will be continued with silat performance. The Silat performance is displayed by one fighter who performed in turn. The bridal Silat show is accompanied by musical accompaniment consisting of instruments of two martial arts and gongs. The pattern of playing his musical instruments is played repeatedly, monotonically, and his apparent sanctity.Keywords: Bride Silat, Traditional Art Performances, Malay CustomsABSTRAKSilat pengantin di Provinsi kepulauan Riau merupakan seni pencak silat tradisional yang menjadi bagian budaya Melayu.Perguruan Kiambang Putih di Bentan Penao, kabupaten Bintan, pertunjukan seni silat yang disajikan di acara pernikahan adat melayu ini disebut juga dengan istilah silat bendera.Bentuk penyajiannya terbagi menjadi dua bagian, yaitu silat bendera dan silat persembahan.Silat bendera ditampilkan oleh dua orang pesilat, dengan menggunakan properti bendera warna merah dan warna putih.Simbol bendera berwarna merah dan putih memiliki makna untuk mempersatukan dua insan manusia ke dalam bahtera keluarga.Bendera merah dimaknai sebagai darah merah, dalam hal ini dari mempelai wanita.Simbol bendera putih dimaknai sebagai darah putih, dalam hal ini dari mempelai pria.Persembahan Silat bendera diakhiri dengan menyatunya kedua bendera.Dilanjutkan dengan silat persembahan.Silat persembahan ditampilkan oleh satu orang pesilat yang dilakukan secara bergantian.Pertunjukan silat pengantin diiringi oleh musik pengiring yang terdiri dari instrumen dua buah gendang silat dan gong.Pola memainkan instrumen musiknya dimainkan secara berulang-ulang, monoton, dan tampak kesakralannya.Kata Kunci: Silat Pengantin, Pertunjukan Seni tradisi, Adat Melayu ?

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 33, No 3 (2023): Resiliensi Budaya sebagai Ketahanan dalam Menjaga Tradisi hingga Ekonomi Kreati Vol 33, No 2 (2023): Ideologi, Identitas, dan Kontekstualitas Seni Budaya Media Vol 33, No 1 (2023): Nilai-Nilai Seni Indonesia: Rekonstruksi, Implementasi, dan Inovasi Vol 32, No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media Vol 32, No 3 (2022): Komodifikasi dan Komoditas Seni Budaya di Era industri Kreatif Vol 32, No 2 (2022): Ragam Fenomena Budaya dan Konsep Seni Vol 32, No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni Vol 31, No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi Vol 31, No 3 (2021): Budaya Ritual, Tradisi, dan Kreativitas Vol 31, No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni Vol 31, No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi Vol 30, No 4 (2020): Kearifan Lokal dalam Metode, Model dan Inovasi Seni Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi Vol 30, No 2 (2020): Identitas Sosial Budaya dan Ekonomi Kreatif Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif Vol 29, No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik Vol 29, No 3 (2019): Transformasi Bentuk dan Nilai dalam Seni Budaya Tradisi Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra Vol 29, No 1 (2019): Pegeseran Estetik Dalam Seni Budaya Tradisi Masa Kini Vol 28, No 4 (2018): Dinamika Seni Tradisi dan Modern: Kontinuitas dan Perubahan Vol 28, No 3 (2018): Identitas Kelokalan dalam Keragaman Seni Budaya Nusantara Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in Co Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in C Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Este Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Estet Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelajar Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelaja Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 1 (2011): Seni, Lokalitas, Vitalitas, dan Pemaknaan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 15, No 36 (2005): JURNAL PANGGUNG: JURNAL SENI STSI BANDUNG Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradisional Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradision More Issue