cover
Contact Name
Yusuf Adam Hilman, S.I.P, M.Si
Contact Email
aristo@umpo.ac.id
Phone
+6281296125801
Journal Mail Official
aristo@umpo.ac.id
Editorial Address
Jalan Budi Utomo NO 10 Siman Ponorogo, Lt 02 Gedung Perkuliahan, FISIP UMPO
Location
Kab. ponorogo,
Jawa timur
INDONESIA
ARISTO
ISSN : 23385162     EISSN : 25278444     DOI : 10.24269
Core Subject : Education, Social,
ARISTO is a Journal that is published biannually or twice a year, which is in January and July. It is published by Social and Political Science Faculty, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Journal ARISTO aims to share the scientific studies that are conducted by scientists from Universitas Muhammadiyah Ponorogo and other institutions. Journal ARISTO receives manuscripts that depict the findings of the field study based research or literature review within the scope of social, politic and humanities.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2016): January" : 10 Documents clear
KAJIAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN PADA DESA BIS AGATS DI KABUPATEN ASMAT PROVINSI PAPUA Fernandes Simangunsong
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/ars.v4i1.175

Abstract

Abstrak            Perubahan masyarakat ini seharusnya berbanding lurus dengan organisasi pemerintahan  yang melayaninya. Tapi ternyata saat ini organisasi desa yang ada, terkesan tidak bisa mengikuti dinamika perubahan sosial masyarakat yang membutuhkan pelayanan yang cepat dan didukung oleh teknologi yang canggih. Berangkat dari fenomena inilah  maka kajian perubahan status desa menjadi kelurahan perlu  dilakukan melalui teori pengembangan organisasi dengan harapan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Asmat.Kata Kunci: Pemerintah Daerah, Perubahan Sosial, Dan Pembangunan Organisasi.
ANALISA MELEK POLITIK WARGA PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 Rosalia Widhiastuti Sri Lestari
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (875.475 KB) | DOI: 10.24269/ars.v4i1.181

Abstract

AbstrakPemilu, secara umum adalah instrumen mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan yang absah serta sarana mengartikulasikan aspirasi dan juga kepentingan rakyat,  pemilu adalah syarat minimal bagi adanya demokrasi dan diselenggarakan dengan memilih wakil rakyat. Berdasar data hasil perolehan suara pemilu tahun 2014 di Kabupaten Gunungkidul maka prosentase partisipasi atau kehadiran pemilih Pemilu Legislatif 2014 sebesar 470.455 atau 78.53% dari 591.600 DPT (Pemilu dalam angka tahun 2014). Untuk masyarakat Gunungkidul dalam pelaksanaan Pemilihan Legislatif maupun Pemilihan Presiden periode 2014, tingkat partisipasi masyarakatnya  cukup tinggi yaitu antara 73% sampai dengan 84% di setiap kecamatan. Partisipasi dalam kehadiran pemilih pada pemilu legislatif yang paling tinggi sebesar 83% yaitu di Kecamatan Wonosari dan kehadiran pemilih pada pemilu legislatif yang terendah sebesar 73,04% yaitu di kecamatan Girisubo. Sedangkan ketidakhadiran paling rendah di Kecamatan Wonosari sebesar 16,89% dan ketidakhadiran paling tinggi di Kecamatan Girisubo yang mencapai 26,96%. Partisipasi politik masyarakat biasanya juga bersumber pada basis- basis sosial politik tertentu. Basis yang sama akan mendorong orang untuk berpartisipasi oleh karena itu bisa dilkelompokkan atas, Pertama, kelas, yaitu individu-individu yang terlibat dalam partisipasi politik karena memilki status sosial, income dan lapngan pekerjaan yang sama, Kedua, communal group, yaitu individu yang terlibat karena memiliki suku, agama, ras dan bahasa yang sama. Ketiga, neighborhood yaitu individu – individu yang terlibat karena memiliki tempat tinggal yang berdekatan satu sama lain, Keempat, faction, yaitu individu – individu yang terlibat dalam partisipasi karena mereka disatukan oleh inetraksi pribadi yang sangat tinggi satu sama lain yang.Literarasi Politik adalah, pemahaman praktis tentang konsep – konsep yang diambil dari kehidupan sehari – hari dan bahasa. Salah satu budaya politik termasuk budaya politik yang menonjol di Indonesia yaitu kecenderungan pembentukan pola hubungan patronase, baik di kalangan penguasa maupun masyarakat. Ada dua individu dalam budaya ini yaitu patron dan klien yang membuat interaksi timbale balik dengan tukar menukar sumber daya masing-masing pihak. Patron mempunyai sumber daya berupa kekuasaan,kedudukan, perlindungan, perhatian dan tidak jarang berupa materi, sedangkan klien mempunyai sumber daya berupa tenaga, dukungan, dan loyalitas. Kecenderungan patronase ini dapat ditentukan secara luas baik dalam lingkungan birokrasi maupun dalam kalangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif  dengan pendekatan studi kasus yang biasa digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikit baru diketahui dan memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di desa Jerukwudel dan Karangawen Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul.Kata kunci : Pemilu, Partisipasi, Melek Politik, Patronase.
IMPLEMENTASI AKTIFITAS SOSIAL HUMANIORA DAN KEAGAMAAN DALAM MASYARAKAT Anip Dwi Saputro; Adib Khusnul Rois
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/ars.v4i1.176

Abstract

AbstrakDalam kehidupan didunia ini kita harus mengakui bahwa manusia merupakan mahluk sosial, karena manusia tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan manusia yang lain bahkan untuk urusan sekecil apapun kita tetap membutuhkan orang lain  untuk membantu kita. Ilmu sosial humaniora merupakan ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusialainnya. Cara kerja ilmu – ilmu sosial humaniora bisa dirangkum dalam prinsip - prinsip, antara lain, gejala sosial – humaniora bersifat non - fisik, hidup dan dinamis, Obyek penelitian tak bisa diulang, Pengamatan relative lebih sulit dan kompleks, Subyek pengamat juga sebagai bagian integral dari obyek yang diamati. Memiliki daya prediktif yang relative lebih sulit dan tak terkontrol. Ilmu agama secara umum adalah ilmu yang mempelajari segala tentang yang berhubungan dengan cara – cara penghambaan kepada Tuhan. Sedangkan cara kerja dari ilmu agama adalah memadukan antara ilmu dengan agama, sehingga dalam memahami agama tetaplah menggunakan ilmu yang dapat dijadikan landasan rasional. Dalam ilmu agama tidak dikenal dikotomi ilmu, karena semua ilmu memiliki keterkaitan untuk saling menunjang ilmu yang lainnya. Implementasi sosial humaniora dan keagamaan dalam bermasyarakat, Pada intinya manusia tidak bisa lepas dari aspek sosial Humaniora dan keagamaan keduanya saling bersinergi, sebagaimana perilaku sosial humaniora untuk berhubungan dengan sesama manusia untuk menjalan fitrah sebagai mahluk sosial dan agama menjadi kebutuhan manusia untuk berinteraksi dan menjalankan perintah sebagai hamba Tuhan. Sejatinya manusia tidak bisa melepaskan agama, karena agama juga memiliki nilai-nilai untuk bersosial humaniora.Kata kunci: Sosial Humaniora, Keagamaan dan Masyarakat.
PENGARUH IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PICTORIAL HEALTH WARNING (PHW) PADA BUNGKUS ROKOK DI WARUNG KOPI DOEL SURYA PONOROGO Mr Pinaryo
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.349 KB) | DOI: 10.24269/ars.v4i1.182

Abstract

AbstrakSebagian besar perokok tahu bahaya merokok. Kenyataannya perilaku merokok terus berjalan, baik di rumah/kantor, tempat umum, warung dsb. Usia perokok meluas pada anak-anak muda, dan kalangan pelajar SMP. Remaja laki-laki merokok merupakan komunikasi“gaul” ala remaja, agar percaya diri, dewasa. Merokok sangat membahayakan kesehatan. Banyak alasan merokok, seperti gaya hidup (lifestyle), kepuasan (satisfaction), gagah/macho (masculine) dll. Merokok merusak organ tubuh perlahan-lahan misalnya jantung, paru-paru, bahkan kanker mulut dan kanker tenggorokan yang amat berbahaya bagi kesehatan. Dinas Kesehatan telah melakukan upaya pencegahan merokok dengan berbagai himbauan, poster-poster, iklan TV, film, diskusi/seminar.Dengan tulisan MEROKOK DAPATME NYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN, kemudian ROKOK  MEMBUNUHMU dengan gambar laki-laki merokok dan dua buah tengkorak merupakanPictorial Health Warning (PHW). Bahan kimia dalam rokok: Nikotin, Tar (karsinogenik), Sianida, Benzene, Cadmium, Metanol Asetilena, Amonia, Formaldehida, Hidrogen sianida, Arsenik, .Karbon monoksida, senyawa racun kimia berbahaya. Kesimpulannya, perokok tidak terpengaruh oleh gambar (pictorial health warning), perokok pemula merasa ngeri, takut. Perilakunya menyobek gambar PHW, membeli rokok eceran, dan intinya tetap merokok.Kata kunci: Iklan, Rokok, Pictorial Health Warning (PHW)
REDESIGN CAMPAIGN STRATEGY MELALUI PERPADUAN POLITICAL MARKETING DAN NILAI LUHUR TAN MALAKA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DEMOKRASI DALAM MENGHADAPI PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI JAWA TIMUR (PILKADA) Bagus Ananda Kurniawan
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1272.49 KB) | DOI: 10.24269/ars.v4i1.177

Abstract

Abstrak Pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung Jawa Timur putaran kedua sebentar lagi akan dimulai. Calon kepala daerah telah mempersiapkan diri dalam usaha untuk memenangkan Pemilihan Kepala Daerah. Beberapa metode telah dilakukan oleh kedua pasangan pemenang Pemilihan Kepala Daerah di Wilayah Jawa Timur ini. Usaha yang dilakukan tentu saja memiliki tujuan akhir agar mendapatkan suara dari masyarakat. Pada proses political marketing, ada empat hal yang harus diperhatikan kontestan yaitu, product (platform, karakter personal, janji-janji kampanye), price (biaya kampanye, lobi-lobi politik), place (basis massa, tim sukses), dan promotion (advertising, publicity, kampanye). Selain itu, dalam berkampanye kontestan juga harus memperhatikan banyak faktor yang dapat memengaruhi jumlah perolehan suara, seperti bentuk kelompok gaya hidup masyarakat yang beranekaragam, hal-hal yang mempengaruhi pemilih dalam memilih para kontestan, tipologi pemilih, serta segmentasi dan positioning politik. Hal lain yang menjadi perhatian dan pokok kajian pemikiran politik Tan Malaka dalam keyakinan politik adalah strategi dan taktik.Kata Kunci: Political Marketing, Demokrasi yang Berkualitas, pemikiran Politik dan Sosial Tan Malaka
PEMANFAATAN DIGITAL PUBLIC RELATIONS (PR) DALAM SOSIALISASI TAGLINE “jogja istimewa” HUMAS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA Adhianty Nurjanah; Frizki Yulianti Nurnisya
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1041.397 KB) | DOI: 10.24269/ars.v4i1.183

Abstract

AbstrakDalam mensosialisasikantagline baru kepada seluruh masyarakat kota Yogyakarta dibutuhkan proses sosialisasi dan disini peranan Humas Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai komunikator dan mediator antara pemerintah dan masyarakat kota Yogyakarta sangat penting. Di era komunikasi digital, pemanfaatan media komunikasi Digital Public Relations (PR) menjadi hal urgent yang dapat dilakukan dalam proses sosialisasi.Dengan memanfaatkan Digital PR, diharapkan proses sosialisasi Jogja Istimewa sebagai branding baru Kota Yogyakarta lebih cepat, tepat dan efektif  tersosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat di Kota Yogyakarta. Dengan demikian Daerah IstimewaYogyakarta Yang Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju, Mandiri dan Sejahtera Menyongsong Peradaban Baru dapat dengan mudah terwujud. Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Whitney (dalam Nazir, 1988: 63) yaitu penelitian untuk pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, Penelitian ini dilakukan pada Humas Pemerintah Kota Yogyakarta dengan pengkhususan pada implementasi digital Public Relations (PR) dalam mensosialisasikan “jogja Istimewa”.  Kata Kunci: Digital, Public Relations, Sosialisasi
KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA ETNIK PANARAGAN Alip Sugianto
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.145 KB) | DOI: 10.24269/ars.v4i1.178

Abstract

AbstrakPonorogo menurut banyak kalangan merupakan sub etnik kebudayaan Mataraman yang meliputi Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan dan Trenggalek. Namun berdasarkan analisa penulis Ponorogo merupakan sub etnik kebudayaan sendiri yang tidak termasuk dalam wilayah kebudayaan Mataraman. Melainkan sebuah Etnik tersendiri Kebudayaan Jawa Etnik Panaragan. Artikel ini menjelaskan tentang kebudayaan Jawa Etnik Panaragan sehingga memiliki ciri khas tersendiri sebagai sub etnik budaya sendiri di Jawa Timur.Kata Kunci: Kebudayaan, Jawa dan Etnik Panaragan
BELAJAR DARI DESA: PKK SEBAGAI ORGANISASI GERAKAN PEREMPUAN Audra Jovani
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.133 KB) | DOI: 10.24269/ars.v4i1.184

Abstract

Abstrak Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai arti penting dalam proses pembangunan, perempuan mempunyai andil besar dalam membentuk keluarga yang bermartabat, membina keluarga secara langsung dan menjangkau sasaran sebanyak mungkin. Negara dapat belajar dari perempuan tentang bagaimana mengelola atau menjadikan desa sebagai tempat berkarya sekaligus rumah. PKK merupakan organisasi gerakan perempuan dalam memberikan kontribusi nyata bagi negara melintasi batas kelas, etnis, agama dengan prioritas menghasilkan keluaga yang berkualitas. Tim PKK adalah mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing bidang demi terlaksananya Sepuluh Program PKK. Kata kunci: PKK, Gerakan Perempuan, Partisipasi, Desa
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN ARAHAN POTENSI SUMBER DAYA PADA WILAYAH PERBATASAN NATUNA KEPULAUAN RIAU Rendra Setyadiharja
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.557 KB) | DOI: 10.24269/ars.v4i1.179

Abstract

AbstrakPerkembangan sebuah daerah khususnya perbatasan yang memiliki potensi besar mengenai sumberdaya adalah daerah yang harus di perhatikan keberadaanya, selain memilki sumberdaya besar daerah perbatasan yang letaknya berbatasan dengan negara lain juga menjadi penguat sebuah negara terus mampu mempertahankan kesatuannya. Perkembangan melalui banyak sistem yang mulanya menjalankan otonomi daerah ,berlanjut dengan sistem penataan wilayah terus berkembang dengan naiknya perekonomian dan insfrastruktur dan terakhir dengan cara melakukan perubahan pada potensi wilayah. Daerah perbatasan natuna secara administratif berbatasan Utara dengan Vietnam dan Kamboja dan Selatan berbatasan dengan Kepulauan Bintan serta sebelah Timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Kabupaten Natuna memilki wilayah perairan yang luas dan daratan yang berbentuk kepulauan, Wilayah perbatasan yang kaya akan pertanian tanaman pangan,perkebunan,pertenakan, perikanan, perindustrian bahkan pertambangan. Arahan kebijakan pemerintah dalam hal ini mengacu pada perkembangan potensi sumberdaya yang dimilki Kabupaten Natuna sebagai daerah perbatasan.Kata Kunci: Perkembangan Potensi Wilayah, Otonomi Daerah, Penataan Wilayah.
INTERAKSI SIMBOLIK DALAM KOMUNIKASI BUDAYA (STUDI ANALISIS FASILITAS PUBLIK DI KABUPATEN PONOROGO) Oki Cahyo Nugroho; Eli Purwati
ARISTO Vol 4, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/ars.v4i1.180

Abstract

AbstrakPonorogo adalah salah satu kota diujung barat Propinsi Jawa Timur yang mempunyai kesenian khas yaitu Reyog Ponorogo. Kesenian ini merupakan salah satu kekayaan kesenian nasional yang menjadi aset bangsa dalam kekayaan budaya dunia. Reyog sendiri ibaratnya sudah mendarah daging dan menyatu dalam kehidupan sosial dimasyarakat Ponorogo. Hal ini tercermin dari banyaknya jumlah even yang diselenggarakan baik dalam tingkat desa, kecamatan maupun tingkat nasional. Kebanggan akan kesenian ini diwujudakan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah bangunan yang bersifat public atau lebih tepatnya landmark yang menjadi cirri khas dan identitas kota ini. Jika kita perhatikan lebih jauh, bangunan public berupa gerbang masuk kabupaten Ponorogo dari empat penjuru mempunyai perbedaan jika dibandingkan dengan beberapa bangunan yang mempunyai cirri khas atau yang berkaitan langsung dengan reyog itu sendiri. Begitu pula dengan beberapa gapura masuk perkampungan penduduk yang berbeda dari pusat kota. Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung dalam setiap bangunan yang bercirikan reyog dan berusaha menemukan proses interaksi simbolik yang terjadi antar bangunan tersebut dilihat dari sudut pandang ilmu komunikasi.”Mind, Self and Society dari Mead dalam interaksi simbolik ini merupakan teori dasar yang menjadi pegangan dalam menganalisa fenomena yang ada di Ponorogo ini. Pentingnya makna bagi perilaku manusia, pentingnya konsep mengenai diri, hubungan antara individu dengan masyarakat merupakan konsep dasar bangunan-bangunan yang mencirikan sebuah kondisi sosial masyarakat yang hadir pada jaman tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dimana data yang diambil dengan tekhnik snowball sampling. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa Kabupaten Ponorogo dibangun atas empat era yang berbeda dalam sudut pandang memaknai kesenian reyog ini sebagai identitas dan kebanggan Ponorogo sebagai kota reyog. Politik, ekonomi, pendidikan berpengaruh terhadap daya cipta, rasa, dan karsa dalam pembentukan fasilitas publik berupa tugu atau gerbang (landmark). Kondisi sosial yang dipengaruhi oleh kelompok masyarakat yang dominan turut menyumbang keragaman dalam pembentukan identitas di kota ini.Keywords: Reyog Ponorogo, interaksi simbolik, komunikasi, fasilitas publik.

Page 1 of 1 | Total Record : 10