cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
ISSN : -     EISSN : 24776300     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman adalah jurnal peer-review yang diterbitkan oleh UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin. Jurnal ini terbit sebanyak dua kali setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Jurnal ini menerbitkan penelitian dan artikel konseptual yang berkaitan dengan bidang ilmu bimbingan dan konseling, pendidikan, dan psikologi pendidikan..
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2019): June" : 11 Documents clear
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING: BAGI GURU MATA PELAJARAN Sutirna Sutirna
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.614 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1762

Abstract

Tujuan artikel ini memberikan gambaran pentingnya Guru Mata pelajaran melaksanakan layanan bimbingan dan konseling pada proses pembelajaran, karena guru memiliki tiga peran, yaitu sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing, hal ini telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peran sebagai pendidik senantiasa wajib menjadi contoh teladan dalam gerak langkahnya baik dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat, peran sebagai pengajar selalu memberikan ilmu pengetahuan dibidangnya secara humanistik, sedangkan peran sebagai pembimbing adalah mengantarkan peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahannya sendiri dengan dorongan serta perhatian terhadap pribadinya.Metode dalam penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian kajian literatur dengan mengkaji beberapa sumber terkait dengan peran guru mata pelajaran sebagai pembimbing serta landasan hukum pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bagi guru mata pelajaran. Hasil artikel ini diharapkan mengubah persepsiguru mata pelajaranyang keliruterhadap layanan bimbingan dan konseling menjadi persepsi positif. Oleh karena itu, untuk mengubah hal tersebut, perguruan tinggi kependidikan wajib memberikan mata kuliah bimbingan dan konseling dengan konten pelaksanaan bimbingan dan konseling saat pembelajaran dan memberikan rekomendasi kepada dinas pendidikan terkait tentang pentingnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bagi guru mata pelajaran melaluikegiatan pelatihan, seminar, workshop atau pembinaan guru-guru di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).__________________________________________________________This article aims at illustrating the importance of Subject Teachers in carrying out guidance and counseling services during the learning process, because the teacher has three roles namely the role of educator, teacher, and mentor. This has been stated in Law No. 14 of 2005 concerning Teacher and Lecturer. The role as educator is seen from the attitudes both in the school environment and community, the role as teacher is giving knowledge humanistically, and the role as mentor is guiding students to overcome their own problems with encouragement. The method used in this article is literature review research method by examining several sources related to the role of subject teachers as mentors and the legal foundation for the implementation of guidance and counseling services for subject teachers. The results of this article are expected to change negative perceptions of subject teachers toward guidance and counseling services into positive perceptions. Therefore,education colleges are obliged to provide guidance and counseling courses with the content of its implementationand provide recommendations to the education office regarding the importance of the implementation of guidance and counseling services for subject teachers through training activities, seminars, workshops or supervising teachers in MGMP (Subject Teacher Forum).
STUDI KOMPARATIF: PERBEDAAN STATUS IDENTITAS DIRI REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANGTUA DI UNIVERSITAS X DI JAKARTA Yeni Anna Appulembang; Agustina Agustina
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.328 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1767

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status identitas diri remaja ditinjau dari pola asuh. Subyek yang digunakan adalah remaja yang kuliah di Universitas X di Jakarta dipilih dengan menggunakan Purposive Sampling. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dengan melakukan uji perbedaan. Alat ukur yang digunakan ada dua yaitu pola asuh dan Identitas diri. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dan validitas maka diperoleh nilai  Alpha Cronbach pada pola asuh ayah dimensi acceptance sebesar 0.940  dan pola asuh Ibu sebesar 0.930 dan dimensi demandingness pada pola asuh ayah sebesar 0.825 dan pola asuh ibu sebesar 0.874. Sedangkan pada status identitas identity diffusion sebesar 0.567; identity foreclosure sebesar 0.652; identity moratorium sebesar 0.309 dan identity achievement sebesar 0.674. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji perbedaan Kruskal Wallis dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan status identity diffusion, identity moratorium, identity achievement, namun terdapat perbedaan status identity foreclosure  ditinjau pola asuh Ayah. Pada pola asuh ibu, ditemukan tidak terdapat perbedaan pada identity diffusion dan identity achievement  namun terdapat perbedaan status identity foreclosure dan identity moratorium. Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah orangtua perlu mendampingi anak dalam tahap perkembangannya sehingga anak dapat menentukan status identitasnya.__________________________________________________________The aim of this research to determine differences  self identity with parenting style. Subject in this research used adolescences in University X Jakarta using purposive sampling. The study was a quantitative research with design was comparative study. The instrument used was a questionnaire such as Parenting style and Self Identity. The reliability and validity  test used Alpha Cronbach  and the values was 0.940  for acceptance of father’s  parenting style  and 0.930  of mother’s parenting style. Otherwhile, 0.825 for demandingness of father’s parenting style and 0.874 of mother’s parenting style. The validity dan reliability of self identity statuse was 0.567 for identity diffusion; identity foreclosure was 0.652; identity moratorium was 0.309 and identity achievement was 0.674. The analysis data used Kruskal Wallis and the result found that there is no difference between self identity in adolescent dimension  identity diffusion, moratorium and  identity achievement but  there is difference between self identity foreclosure  with the father’s parenting style. Otherwhile, there is no difference between identity diffusion and identity achievement  but there is difference between identity foreclosure and identity moratorium of mother’s parenting style. Recommend of this research to the parents can be monitor the development their children to found their identity statuse. 
MEMAHAMI RASA INGIN TAHU REMAJA DITINJAU BERDASARKAN JENIS KELAMIN Indra Prapto Nugroho
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.609 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1675

Abstract

Abstrak  Rasa ingin tahu diprediksi membantu remaja terus belajar dan tumbuh kembang didalam kehidupan. Rasa ingin tahu dapat digambarkan melalui sikap antusias remaja dengan mengamati, mendengar, mencari, dan menggali informasi untuk memperoleh kepastian akan kebenaran. Keingintahuan mengakibatkan remaja mendapatkan informasi baru yang memungkin remaja memiliki keyakinan dan termotivasi untuk mengeksplorasi lebih jauh perihal keingintahuannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rasa ingin tahu remaja ditinjau berdasarkan jenis kelamin. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif komparatif dengan menggunakan uji beda dengan penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini harus disesuaikan dengan tujuan peneliti yakni termasuk dalam kategori remaja akhir dengan jumlah partisipan sebanyak 50 remaja laki-laki dan 50 remaja perempuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan Curiosity and Exploration Inventory yang diadaptasi oleh Kashdan, Rose & Finchan (2004) dengan model skala Likert yang dianalisa menggunakan uji hipotesis independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t 2,088 dan uji signifikansi menunjukkan 0,004 < 0,05 artinya ada perbedaan rasa ingin tahu yang signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan. __________________________________________________________ Abstract Curiosity is predicted, helping teenagers continue to learn and grow in life. Curiosity can be illustrated through the enthusiasm of teenagers by observing, listening, searching, and digging for information to obtain certainty about the truth. Curiosity causes teenagers to get new information that allows them to have confidence and be motivated to explore further about their curiosity. The purpose of this study was to determine differences in curiosity of teenagers by gender. The method used is a comparative quantitative approach using a different test with the determination of the sample used in this study must be adjusted to the objectives of the researcher that is included in the category of late teenagers with the number of participants is 50 boys and 50 girls. The data collection in this study was using the Curiosity and Exploration Inventory which was adapted by Kashdan, Rose & Finchan (2004) with a Likert scale model analyzed using hypothesis testing independent sample t-test. The results showed that the value of t was 2.088 and the significance test showed 0.004 <0.05, meaning there is a significant difference in curiosity between boys and girls.
PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING BERBASIS BIRO (STUDI DESKRIPTIF PADA BIRO KONSELING EDUPOTENSIA FOUNDATION BANDUNG) Hanna Permata Hanifa; Ratna Kusumaningtyas; Resha Yusmar Arvianto
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.93 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1835

Abstract

Kebutuhan akan manfaat pelayanan BK kian dirasakan masyarakat secara luas. Keberadaan BK di Indonesia memang berawal dari dunia pendidikan. Seiring perkembangannya, organisasi biro penyedia jasa layanan BK mulai bermunculan di tengah masyarakat. Namun tidak semuanya asli berlatar belakang lulusan BK, melainkan dari jurusan Psikologi. Keadaan ini mendorong berdirinya organisasi atau yayasan biro penyedia jasa layanan konseling yaitu Edupotensia Foundation. Edupotensia Foundation memberikan layanan Konseling yang dilakukan langsung oleh konselor profesional dan lulusan BK sendiri. Kegiatan konseling berbasis biro bagi perkembangan dunia konseling di Indonesia menjadi hal baru yang harus terus dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan alat pengumpulan data berupa wawancara mendalam guna mendapatkan informasi secara rinci. Hasil yang didapat melalui penelitian ini adalah pelaksanaan konseling oleh Edupotensia Foundation dilakukan sesuai dengan prinsip, fungsi dan asaz konseling, berfokus pada pendekatan CBT, SFBT dan Life-Choaching. Selain itu, Edupotensia Foundation juga memberikan workshop pengembangan kompetensi konseling dan beragam pelatihan yang sesuai._______________________________________________________________ The need for benefits from Guidance and Counseling services is increasingly felt by the community at large. The existence of Guidance and Counseling in Indonesia does start from the world of education. Along with its development, the bureau organization of Guidance and Counseling service providers began to appear in the community. However, not all of them are from Guidance and Counseling background, but from the Department of Psychology. This situation encourages the establishment of a bureaus organization or foundation for counseling service providers namely Edupotensia Foundation. Edupotensia Foundation provides Counseling services conducted directly by professional counselors and Guidance and Counseling graduates themselves. Bureau-based counseling activities for the development of the world of counseling in Indonesia are new things that must continue to be developed. This study uses qualitative methods with data collection tools with in-depth interviews to obtain detailed information. The results obtained through this study are that the implementation of counseling by the Edupotensia Foundation is carried out in accordance with the principles, functions and counseling, focusing on the CBT, SFBT and Life-Choaching approaches. In addition, the Edupotensia Foundation also provides counseling competency development workshops and a variety of appropriate training.
EFFORTS TO INCREASE THROUGH SELF EFFICACY WITH COUNSELING SERVICES TECHNICAL SELF MANAGEMENT TO CONVICTED CRIMINAL IN JAIL II B CLASS LABUHAN DELI 2018 Gusman Lesmana
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.697 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1968

Abstract

Prisoners have considered themselves to be a group that is considered dangerous and who consider themselves to have a large disability and are considered low in society. Therefore, there needs to be an effort to improve the prisoners' self-efficacy to improve their motivation in interacting and interacting with other normal communities when they join later in society by using relevant methods namely self management with indicators of development at the stage of self-monitoring or self-observation , self-evaluation and then self-improvement. The phenomenon of rejection of the presence of prisoners has sounded very common. This has a major impact on the survival of prisoners after being released from prison sentences. This study aims to improve the self efficacy of individual ex-prisoners in the Labuhan Deli Class IIB Detention Center using the services of Guidance and Counseling self management techniques. The subject of this study amounted to 85 people, namely inmates in the Labuhan Deli Class IIB Detention Center with a detention period of 6 months down to be free. Self management techniques are forming and changing desired behavior through three stages. The results of the study show that self management techniques are effective in increasing prisoners' self-efficacy to interact with the general public. This research was conducted to explain the quantitative relation between service of counseling technique of Self Management with Self efficacyof convict. The results of the research conclude that the state of Self efficacyof convict community members is at a low level due to the strong rejection from the community towards the convict community. The results and conclusion to answer the positive hypothesis is (r count> r table), so, thus (0.915> 0.304) The analysis process of SPSS from the questionnaire of the research respondents is 40 prisoners sample of 0.915 which means 91.5% with sig. 0,000 the magnitude of the influence of the application of self-management technique counseling to prisoners' self-efficacy.
TERAPI WUDU : SOLUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENCEGAH PERILAKU DELINKUENSI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH BERBASIS ISLAM Adelia Oky Setya Pratiwi; Novia Rissita Sari
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.581 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1840

Abstract

Sekolah berbasis islam merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berperan penting sebagai pembentuk kecerdasan spiritual siswa untuk mengelola sikap dan perilakunya dengan baik. Faktanya, semakin lama masyarakat menganggap bahwa sekolah berbasis islam atau dikenal dengan madrasah sudah tidak mampu menjaga dan memelihara tradisi keagaamannya. Hal ini diperoleh dari temuan bahwasanya perilaku siswa sekolah menengah di sekolah umum yang dianggap lebih baik dibandingkan di sekolah berbasis islam. Perlu adanya peningkatan tradisi keagamaan di sekolah berbasis islam untuk mencegah perilaku delinkuensi atau perilaku yang melanggar norma pada siswa, salah satunya melalui layanan bimbingan dan konseling. Terapi wudu menjadi alternatif layanan bimbingan dan konseling yang akan disajikan dalam tulisan ini. Metode atau pendekatan penulisan ini menggunakan kepustakaan dan pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis sumber-sumber data serta informasi yang relevan dengan tulisan. Dengan demikian, ditemukan hasil bahwasanya terapi wudu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai diterapkan pada siswa sekolah menengah berbasis islam untuk mencegah perilaku delinkuensi.________________________________________________________________ The Islamic-based school is an educational institution that plays an important role as the defining spiritual intelligence of the student  to manage their attitudes and behavior well. In fact, many people consider that Islamic-based school or known as madrasa, is no longer able to preserve and maintain its religious traditions. This is obtained from the finding that the behavior of middle school’s students in public schools is considered better than in Islamic-based schools. There needs to be an increase in religious traditions in Islamic-based schools to prevent delinquency behavior or behavior that violates the value of students, one of which is through guidance and counseling services. Wudu therapy is an alternative guidance and counseling service that will be presented in this paper. This method or approach of this writing uses literature and data collection done by analyzing data sources and relevant information to this writing. Thus, it was found that wudu therapy is a guidance and counseling services that is suitable to be applied to Islamic middle school’s students to prevent delinquency behavior.
BAGAIMANA RASA INGIN TAHU REMAJA DITINJAU DARI KEINGINAN UNTUK MENGAKTUALISASIKAN DIRI DALAM RUANG LINGKUP SEKOLAH Angeline Hosana Zefany Tarigan; Indra Prapto Nugroho
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.252 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1697

Abstract

Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar. Keingintahuan ini dapat menyebabkan remaja semakin termotivasi untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Rasa ingin tahu pada remaja juga merupakan bagian dari usaha untuk menjadi bermakna tidak hanya bagi dirinya sendiri melainkan juga orang lain. Saat rasa ingin tahu remaja sudah terpenuhi, maka remaja akan terdorong untuk mengaktualisasikan dirinya. Hal ini merupakan bagian dari kebutuhan eksistensi dari remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan rasa ingin tahu dengan keinginan untuk mengaktualisasikan diri pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dimana jumlah partisipan sebanyak 100 orang serta menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rasa ingin tahu dengan aktualisasi diri pada remaja dalam ruang lingkup sekolah (r = 0,581; p = 0,000). Artinya semakin tinggi rasa ingin tahu maka semakin tinggi kemampuan siswa untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasa ingin tahu dengan keinginan untuk mengaktualisasikan diri pada remaja dalam ruang lingkup sekolah. Rasa ingin tahu yang besar menyebabkan individu berusaha mengumpulkan informasi baru dan penting untuk memaksimalkan potensi dalam diri sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya._______________________________________________________________ Teenagers have great curiosity. This curiosity can cause teenagers become more motivated to be a better person than before. Curiosity in adolescents is also part of the effort to be meaningful not only for themselves but also for others. When a teenager's curiosity is fulfilled, the teenager will be encouraged to actualize himself. This is the part of the existence needs of adolescents. The purpose of this study is to explain the relationship between curiosity and the desire to actualize themselves in adolescents. This research is a quantitative correlational study where the number of participants is 100 people in which uses Self Actualization Activity Inventory (SAAI). This study uses a simple purposive sampling technique. The results showed that there was a relationship between curiosity and self-actualization in adolescents in the school scope (r = 0.581; p = 0,000). This means that the higher the curiosity, the higher the ability of students to actualize themselves. From this study it can be concluded that there is a significant relationship between curiosity and the desire to actualize themselves in adolescents in the scope of the school. Great curiosity causes individuals to try to gather new information and it is important to maximize the potential in themselves so they are able to actualize themselves.
HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN HARGA DIRI PADA SISWI KELAS X PEMASARAN (PM) DI SMK NEGERI 1 SALATIGA Shinta Widya Ratri; Tritjahjo Danny Susilo; Setyorini Setyorini
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.751 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1845

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada siswi kelas X Pemasaran (PM) di SMK Negeri 1 Salatiga. hipotesisi yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan harga diri pada sisiwi kelas X Pemasaran (PM) di SMK Negeri 1 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah siswi kelas X Pemasaran (PM) di SMK Negeri 1 Salatiga yang berjumlah 67 siswi. Pengumpluan data menggunakan skala citra tubuh yang dikemukakan oleh Cash (2000) dalam Multidimensional Body Self Relation Questionnaire : Appearance Scale (MBSRQ-AS) dengan jumlah item 52 pernyataan dan skala harga diri oleh Rosenberg (2002) dalam Self-Esteem Scale (SEC) dengan jumlah item 28 pernyataan. Pendakatan penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan tenik korelasi kendall’s tau-b. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi r = 0.137 dengan signifikan 0.230 > 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan harga diri pada siswi kelas X Pemasaran (PM) di SMK Negeri 1 Salatiga. Dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak. Hal ini berarti bahwa citra tubuh tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan harga diri siswi SMK Negeri 1 Salatiga.________________________________________________________________ This study aims to determine the relationship between body image and self-esteem in class X Pemasaran (PM) at SMK Negeri 1 Salatiga. The hypothesis proposed in this study is that there is a significant relationship between body image and self-esteem on the side of class X Pemasaran (PM) at SMK Negeri 1 Salatiga. The subjects in this study were students of class X Pemasaran (PM) at SMK Negeri 1 Salatiga, amounting to 67 students. Data collection uses the body image scale proposed by Cash (2000) in the Multidimensional Body Self Relation Questionnaire: Appearance Scale (MBSRQ-AS) with the item 52 statements and self-esteem scale by Rosenberg (2002) in the Self-Esteem Scale (SEC) with item number 10 statement. The approach of this study is quantitative correlational with correlation analysis of Kendall's tau-b. The results of this study indicate that the correlation coefficient r = 0.137 with a significant 0.230> 0.05, it can be stated that there is no significant relationship between body image and self-esteem in the class X Pemasaran (PM) at SMK Negeri 1 Salatiga. Thus the proposed hypothesis is rejected.
PENGEMBANGAN NEED ASSESMENT LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Akhmad Rizkhi Ridhani; Zainal Fauzi
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1777.674 KB) | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1903

Abstract

Analisis kebutuhan merupakan hal utama dan pertama bagi konselor sekolah untuk menganalisis kebutuh yang dihendaki peserta didik. Namun pada tataran pelaksanaannya konselor kurang efesien dalam memanfaatkan teknologi, dimana kebanyak konselor sekolah masih menganalisis kebutuhan peserta didik secara manual (offline). Padahal teknologi bagi kita merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Maka oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini ialah mengembangkan sebuah analisis kebutuhan terhadap layanan bimbingan kelompok berbasis teknologi informasi. Metodelogi penelitian yang digunakan peneliti yakni penelitian dan pengembangan (research and development). Dalam pengembangan model ini instrument pengumpul data yang digunakan peneliti yakni; (1) angket, (2) lembar validasi ahli. Hasil penelitian yakni : (a) tersusunya model hipotetik analisis kebutuhan layanan bimbingan kelompok berbasis teknologi informasi hasil revisi dari masukan para ahli yang telah ditetapkan peneliti kriterianya; (b) kekurangan dari model hipotetik ini ialah peneliti hanya menggunakan 5 tahapan pengembangan yakni : (1) studi pendahuluan. (2) perencanaan, (3) pengembangan hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi model hipotetik, sehingga belum dapat dilihat efektifitas model yang dikembangkan peneliti._______________________________________________________________ Needs analysis is the main and first thing for school counselors to analyze the needs of students. But at the level of implementation the counselor is less efficient in utilizing technology, where most school counselors still analyze the needs of students manually (offline). Though technology for us is knowledge of the use of tools and crafts, and how it affects the ability to control and adapt to their natural environment. So the purpose of this study is therefore to develop a needs analysis of information technology-based group guidance services. The research methodology used by researchers is research and development. In developing this model data collection instruments used by researchers are; (1) questionnaire, (2) expert validation sheet. The results of the study are: (a) the establishment of a hypothetical model of the analysis of the need for revised information technology-based group guidance services from the input of experts who have been determined by the researchers; (b) the shortcomings of this hypothetical model are that researchers only use 5 stages of development namely: (1) preliminary study (2) planning, (3) hypothetical development, (4) hypothetical model review, (5) hypothetical model revision, so that the effectiveness of the model developed by the researcher cannot be seen.
KEPRIBADIAN PROFESI KONSELOR ISLAMI DI ERA INDUSTRI 4.0 Ahmad Hartono
JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING AR-RAHMAN Vol 5, No 1 (2019): June
Publisher : UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jbkr.v5i1.1853

Abstract

Revolusi industri 4.0 yang ditandai kemajuan teknologi digital; kecerdasan buatan, komputer kuantum, internet of things, kendaraan tanpa awak  menimbulkan perubahan besar-besaran di berbagai bidang kehidupan, perubahan apapun dalam hidup ini akan mengakibatkan ketidak pastian, yang membutuhkan kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri, kecemasan, ketakutan dan keputus asaan tetapi pada waktu yang sama juga menumbuhkan harapan, semangat baru untuk melakukan pengembangan diri. Dinamika pasang-surut dalam hidup ini merupakan peran profesi konselor yang memiliki obyek praktik spesifik melakukan pengembangan individu dan mengentaskan masalah yang dapat mengganggu kehidupan efektif sehari-hari, dengan demikian maka profesi konselor adalah profesi kehidupan yang akan tetap eksis bersama kehidupan. Berdasarkan latar belakang tersebut artikel ini bertujuan merumuskan konsep kepribadian konselor islami sebagai aspek penting yang menentukan keberhasilan layanan konseling. Metode yang dipergunakan dalam pembahasan ini adalah deskriptif kualitatif melalui kajian kepustakaan yang bersumber dari al Qur’an, Hadits, sumber lain yang relevan sehingga nilai-nilai ajaran islam  menjadi dasar pembentukan karakteristik kepribadian konselor islami yang diharapkan dapat menjadi solusi tuntutan perubahan dengan segala permasalahannya dan menjawab kebutuhan pengembangan diri dalam usaha meraih hidup yang berbahagia.________________________________________________________________ Revolution of industry 4.0 is marked by a digital technology development; artificial intelligence, quantum computer, internet of things, unmanned vehicle that cause big changer at any kinds of life sectors, any kinds of changes in this life affect uncertainty that need ability to adapt, worries, fear and hopeless, but at the same time, these cases also grow hopes, nuw spirit to do self development. Up and down dynamics in this life is a part of counselor profesion role whos has specific practice abyect do individual development and solve the problems that can broter daily afective lives. Thus counselor profession is life profession that will still exist together with lives. Based on the background above, the purpose of this article is to formulate concept of Islamic counselor profession as the important aspect to determine the success of counseling services of the era of industry 4.0. Method used in this discussion is qualitative descriptive through library study sourced from al Qur’an, hadits and other relevant sources so the values of islamic teachings as the base of forming characteristics of islamic counselor personality that is hope to be the solution of any change demends of problems and to respond the needs of self development as a way actualize own and exciting counseling service. 

Page 1 of 2 | Total Record : 11