cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. indragiri hilir,
Riau
INDONESIA
SYAHADAH : Jurnal Ilmu Al-Qur?an & Keislaman
ISSN : 23380349     EISSN : 23380349     DOI : -
Jurnal Syahadah merupakan jurnal Ilmu al-Qur’an dan keislaman dengan kajian multidisipliner, terbit dua kali dalam satu tahun (April dan Oktober), dikelola oleh Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri Tembilahan. Redaksi menerima tulisan yang relevan selama mengikuti petunjuk penulisan yang ditetapkan.
Arjuna Subject : -
Articles 109 Documents
SEBAB-SEBAB KESALAHAN DALAM TAFSIR abdul Halim
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 2 No 1 (2014): mazahib Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.008 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v2i1.36

Abstract

In some works of quranic interpretation, it was found so many mistakes in understanding the Qur’an. This paper tries to describe the cause of mistakes in interpreting the Quran which has been initiated by some Quranic thinkers in their works. Some causes of misunderstanding in interpreting al-Qur’an sometimes come from the interpreter its self like carelesness, uncomprehensive understanding of arabic language, ideological and political interest and another causes. In the other hand, it come from outside of the interpreter such as unvalid sources and the pressure of authoritarian government where the interpereter live. After expalaining the causes of misunderstanding in interpretation, the writer tries to analise it and strive to draw its implication for the possibility of quranic interpretation.
Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an Karya Ath-Thabari Amaruddin Amaruddin
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 2 No 2 (2014)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.876 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v2i2.82

Abstract

Ibnu Katsir merupakan penulis tafsir monumental Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an. Tafsir ini ditulis dengan sangat indah, sehingga beberpa tokoh ulama lain memberikan komentar. Imam as-Suyuthi mengatakan, “Kitab Ibnu Jarir adalah kitab tafsir paling agung (yang sampai kepada kita). Di dalamnya beliau mengemukakan berbagai macam pendapat dan mempertimbangkan mana yang lebih kuat, serta membahas i’rob dan istinbat. Karena itulah ia melebihi tafsirtafsir karya para pendahulu.” Syaikh Islam Ibnu Taimiyah telah memuji Imam Thabari, antara lain mengatakan, “Adapun tafsirtafsir yang di tangan manusia, yang paling dahulu adalah tafsir Ibnu Jarir Ath thabari, bahwa beliau (Ibnu jarir) menyebutkan perkataan salaf dengan sanad-sanad yang tetap, dan tidak ada bid’ah sama sekali, dan tidak menukil dari orang yang Muttahim, seperti Muqatil bin Bakir dan Al Kalbi.” Dari komentar tersebut, penulis ingin mengungkap tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’ankarya Ibnu Katsir secara  tuntas, sehingga dapat diungkap historitas penulis dan tafsirnya  secara utuh
NIFAQ DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN (Kajian Tafsir Tematik) Syafril syafril
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (840.427 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v5i1.68

Abstract

Kitab suci al-Qur’an secara eksplisit mengemukakan tiga tipologi  manusia,  yakni  beriman,  kufur  dan  munafik. Fenomena munafik secara gamblang ditegaskan al-Qur’an ketika  Nabi  saw  sudah  berhijrah  ke  Madinah.  Dakwah Islam  pasca  hijrah  Nabi  saw  ke  Madinah  mengalami kemajuan  yang  cukup  signifikan  yang  pada  akhirnya menimbulkan  sifat  iri  hati  dan  permusuhan  terhadap agama Islam. Merespon semakin kuatnya penyakit ini dan ancamannya  terhadap  perjalanan  dakwah  Islam,  alQur’an kemudian menjelaskan sifat mereka melalui ayatayat  Madaniyah  dan  akibat  yang  akan  menimpa  mereka baik didunia lebih-lebih diakhirat.
MUHAMMAD AL-GHAZALI DAN TAFSIR MAUDHU’I Fiddian khairudin
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 1 No 2 (2013)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.6 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v1i2.64

Abstract

Telah  lahir  berbagai  metode  tafsir  yang  pada  hakekatnya,  merupakan upaya mengungkap maksud-maksud al-Qur‟an. Metode tafsir maudhu‟i (tematik) yang paling populer untuk urusan ini. Mayoritas ulama berpendapat bahwa tafsir maudhu‟i  adalah  menyingkap  makna-makna  al-Qur‟an  serta  menjelaskan maksud-maksudnya yang lebih umum, dan menjelaskan lafaz yang sulit dipahami.Prosedur kerjanya mengambil berbagai ayat-ayat yang representatif dari seluruh kandungan  al-Qur‟an,  yang  berhubungan  dengan  masalah  yang  dibahas, melengkapinya  dengan  berbagai  macam  keilmuan  tafsir,  menghubungkan masalah  dengan  interdisipliner  atau  multidisipliner,  hingga  penarikan  kembali kepada  alQur‟an,  dan  pada  akhimya  menemukan  sebuah  jawaban  terhadap masalah yang sedang dihadapi. Namun konsep lain ditawarkan oleh Muhammad al-Ghazali  yang  mencoba  mendapatkan  suatu  tema  sentral  yang  dibahas  oleh ayat-ayat dalam satu surat, dengan cakupan  seluruh surat dan memfokuskan diri pada surat tersebut, dalam artian menafsirkan mulai dari awal surat hingga akhir surat,  kemudian  antara  ayat  yang  satu  dengan  yang  lain  hungga  didapatkan perpaduannya.
QIRAAT PADA AYAT-AYAT AHKĀM DAN PENGARUHNYA TERHADAP HUKUM FIKIH Miftah Khilmi Hidayatulloh
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (841.199 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v5i1.130

Abstract

Perbedaan hukum fikih yang terjadi antara fuqahā' merupakan fakta yang terjadi sejak lahirnya fikih hingga saat ini. Diantara penyebab terjadinya fenomena ini adalah adanya perbedaan qirā‘āt pada ayat-ayat ahkām dalam Al-Qur'an. Penelitian ini akan mengurai fakta tersebut. Berbagai perbedaan qirā‘āt pada ayat-ayat ahkām akan dibahas satu persatu. Sehingga fakta ini benar-benar terungkap dan dapat dijadikan data untuk penelitian. Penulis menemukan bahwa fenomena ini hanya terjadi pada delapan ayat ahkām. Dari delapan ayat tersebut, hanya dua yang bisa diterima sebagai perbedaan qirā‘āt. Hal ini karena perbedaan qirā‘āt pada ayat-ayat ahkām lainnya tidak memenuhi ketentuan yang seharusnya.
AMALAN DI HARI ARBA’ MUSTAMIR BULAN SAFAR (Tradisi Membaca Doa Nabi Yunus “Lā Ilāha Illā Anta Subĥānaka Innī Kuntu min al-Zhālimīn” 2375 Kali pada Masyarakat Matang Ginalon Pandawan) Wardatun Nadhiroh
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 4 No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.609 KB) | DOI: 10.32495/.v4i2.116

Abstract

Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang Jahiliyah sebelum kedatangan Islam, Islam sendiri tidak mengajarkan demikian.Namun karena Islam merupakan agama yang toleran dengan konteks sosial-budaya masyarakat penganutnya, maka selama hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam, keadaan yang demikian boleh saja dilakukan. Hal yang sama berlaku pada pembacaan amalan tertentu yang tentunya berasal dari al-Qur’an demi kepentingan tertentu pula, asal tetap dijaga agar tidak menjadi hal yang berbau syirik.Amalan atau suatu bacaan itu lebih baik jika dilakukan rutin setiap hari, sedikit tetapi konsisten daripada banyak tetapi jarang. Ini sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh Islam. Selama amalan tersebut ada dasarnya dari al-Qur’an atau Hadis, baik yang tersirat maupun tersurat, maka boleh-boleh saja seperti amalan doa/tasbih Nabi Yunus
STUDI TAFSIR AL-QUR’AN AL-KARIM KARYA MAHMUD YUNUS M. Amursid Amaruddin
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2083.211 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v3i2.78

Abstract

Mahmud  Yunus  adalah  salah  satu  tokoh  mufassir  di  Indonesia, karya-karya beliau banyak dikonsumsi di sekolah-sekolah khususnya  di  pesantren.  Salah  satu  karya  beliau  adalah  Tafsir Al-Qur’an al-Karim. Karya ini merupakan salah satu pionir karya tafsir berbahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh mayoritas Umat Islam Indonesia. Tafsir ini termasuk ke dalam tafsir ijmali Namun pada beberapa tempat, beliau memberikan perhatian lebih hingga terlihat corak penafsiran tahlili. Sistematika pembahasan Mahmud  Yunus  dimemulai  tekhnik  penerjemahan,  catatan tentang  turunnya  al-Qur’an  dst,  indeks  istilah-istilah  dalam  alQur’an, tempat atau lokasi surah-surah dan juz, catatan-catatan, dan garis besar kandungan setiap surat. Diantara sumber-sumber rujukan  tafsir  Quran  karya  Mahmud  Yunus  adalah  Tafsir  alThabary,  Tafsir  Ibnu  Katsir,  Tafsir  al-Qasimy,  Fajrul  Islam,  dan Zhuhrul Islam dan beberapa tafsir lainnya.
NALAR ‘IRFANI: TRADISI PEMBENTUKAN DAN KARAKTERISTIKNYA Nasrullah Nasrullah
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 1 No 1 (2013)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.109 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v1i1.59

Abstract

Leaning only to domination of the epistemology bayani and burhani is not enough. Both epistemology system must be completed with the epistemology of ’irfani which has a dimension of sprituality inmost. Logical reasoning system of the  epistemology  of  ’irfani  is  a  recontruction  of  the  pure  aspect  of  sprituality domain  to  get  God’s  knowledge  and  sense  of  humanity  through  authentic existential experinces
EPISTEMOLOGI CORAK TAFSIR SUFISTIK Lenni Lestari
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 2 No 1 (2014): mazahib Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.812 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v2i1.33

Abstract

Many ideology interpretations of al-Qur’an have developed until today. One of them is mystical (sufistik) interpretation. This article will explore about epstemology aspects of mystical interpretation and a little bit of it history in grand mapping of al-Qur’an interpretation. In the last of this article will explain about how mysticism interpretation to be faced with verses (ayat) related to Fiqih, Science, Culture, and etc.
DARI TAFSIR KE PEMAKNAAN HUKUM Studi Penafsiran Abdul Hamid Hakim Tentang Perluasan Makna Ahli Kitab dan Implikasinya Terhadap Argumentasi Perkawinan Muslim Dengan Wanita Ahli Kitab Nasrullah Nasrullah
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.164 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v5i1.126

Abstract

Artikel ini mendiskusikan suatu pendapat yang cukup kontroversial dalam konteks keulamaan di Nusantara pada akhir abad 20. Pendapat itu dikemukakaan oleh Abdul Hamid Hakim dari Padang Panjang Sumatera Barat tentang penafsiran perluasan makna ahli kitab dalam al-Qur’an yang berdampak pada signifikansi hukum. Menurut Hakim, konsep ahli kitab dapat ditafsirkan secara lebih luas dari hanya sekedar makna klasik yang merujuk pada Yahudi dan Nasrani an sich. Namun bisa dicakupkan pada agama selain dua di atas dalam koridor syibh/serupa ahli kitab seperti Majuzi, Shabi’in, Budha, Hindu dan sebagainya. Dari segi corak pendapat mengenai batasan makna ahli kitab, Hakim tergolong pada golongan yang apresiatif dan inklusif dalam memaknainya. Dalam konteks inilah lalu cakupan luas itu berdampak pada aspek hukum, khususnya mengenai perkawinan muslim dengan wanita ahli kitab dari golongan agama yang diperluas tersebut. Hakim berkesimpulan bahwa sepanjang perkawinan muslim dengan wanita ahli kitab dan bukan sebaliknya, berdasarkan ayat ke 5 dari surat al-Maidah yang men-takhsish keumuman larangan menikahi wanita musyrikat dalam surat al-Baqarah ayat 221, maka bisa dibenarkan dengan alasan tertentu yang ketat. Alasan perkawinan menjadi dibenarkan jika suami muslim bisa menarik sang istri kepada agamanya dan mendidik istrinya tersebut sebagaimana pengalaman yang dilakukan beberapa sahabat Nabi. Namun jika sebaliknya, sang suami terancam dengan keimanannya maka perkawinan itu demi hifz ad-din dan menampik mafsadat dalam teori kaidah fiqih dan ushul fiqih, maka perkawinan itu pun demi hukum dilarang/diharamkan.

Page 3 of 11 | Total Record : 109