SYAHADAH : Jurnal Ilmu Al-Qur?an & Keislaman
Jurnal Syahadah merupakan jurnal Ilmu al-Qur’an dan keislaman dengan kajian multidisipliner, terbit dua kali dalam satu tahun (April dan Oktober), dikelola oleh Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri Tembilahan. Redaksi menerima tulisan yang relevan selama mengikuti petunjuk penulisan yang ditetapkan.
Articles
109 Documents
SEBAB-SEBAB KESALAHAN DALAM TAFSIR
abdul Halim
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 2 No 1 (2014): mazahib Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (366.008 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v2i1.36
In some works of quranic interpretation, it was found so many mistakes in understanding the Qur’an. This paper tries to describe the cause of mistakes in interpreting the Quran which has been initiated by some Quranic thinkers in their works. Some causes of misunderstanding in interpreting al-Qur’an sometimes come from the interpreter its self like carelesness, uncomprehensive understanding of arabic language, ideological and political interest and another causes. In the other hand, it come from outside of the interpreter such as unvalid sources and the pressure of authoritarian government where the interpereter live. After expalaining the causes of misunderstanding in interpretation, the writer tries to analise it and strive to draw its implication for the possibility of quranic interpretation.
Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an Karya Ath-Thabari
Amaruddin Amaruddin
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 2 No 2 (2014)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (218.876 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v2i2.82
Ibnu Katsir merupakan penulis tafsir monumental Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an. Tafsir ini ditulis dengan sangat indah, sehingga beberpa tokoh ulama lain memberikan komentar. Imam as-Suyuthi mengatakan, “Kitab Ibnu Jarir adalah kitab tafsir paling agung (yang sampai kepada kita). Di dalamnya beliau mengemukakan berbagai macam pendapat dan mempertimbangkan mana yang lebih kuat, serta membahas i’rob dan istinbat. Karena itulah ia melebihi tafsirtafsir karya para pendahulu.” Syaikh Islam Ibnu Taimiyah telah memuji Imam Thabari, antara lain mengatakan, “Adapun tafsirtafsir yang di tangan manusia, yang paling dahulu adalah tafsir Ibnu Jarir Ath thabari, bahwa beliau (Ibnu jarir) menyebutkan perkataan salaf dengan sanad-sanad yang tetap, dan tidak ada bid’ah sama sekali, dan tidak menukil dari orang yang Muttahim, seperti Muqatil bin Bakir dan Al Kalbi.” Dari komentar tersebut, penulis ingin mengungkap tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’ankarya Ibnu Katsir secara tuntas, sehingga dapat diungkap historitas penulis dan tafsirnya secara utuh
NIFAQ DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN (Kajian Tafsir Tematik)
Syafril syafril
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (840.427 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v5i1.68
Kitab suci al-Qur’an secara eksplisit mengemukakan tiga tipologi manusia, yakni beriman, kufur dan munafik. Fenomena munafik secara gamblang ditegaskan al-Qur’an ketika Nabi saw sudah berhijrah ke Madinah. Dakwah Islam pasca hijrah Nabi saw ke Madinah mengalami kemajuan yang cukup signifikan yang pada akhirnya menimbulkan sifat iri hati dan permusuhan terhadap agama Islam. Merespon semakin kuatnya penyakit ini dan ancamannya terhadap perjalanan dakwah Islam, alQur’an kemudian menjelaskan sifat mereka melalui ayatayat Madaniyah dan akibat yang akan menimpa mereka baik didunia lebih-lebih diakhirat.
MUHAMMAD AL-GHAZALI DAN TAFSIR MAUDHU’I
Fiddian khairudin
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 1 No 2 (2013)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (621.6 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v1i2.64
Telah lahir berbagai metode tafsir yang pada hakekatnya, merupakan upaya mengungkap maksud-maksud al-Qur‟an. Metode tafsir maudhu‟i (tematik) yang paling populer untuk urusan ini. Mayoritas ulama berpendapat bahwa tafsir maudhu‟i adalah menyingkap makna-makna al-Qur‟an serta menjelaskan maksud-maksudnya yang lebih umum, dan menjelaskan lafaz yang sulit dipahami.Prosedur kerjanya mengambil berbagai ayat-ayat yang representatif dari seluruh kandungan al-Qur‟an, yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, melengkapinya dengan berbagai macam keilmuan tafsir, menghubungkan masalah dengan interdisipliner atau multidisipliner, hingga penarikan kembali kepada alQur‟an, dan pada akhimya menemukan sebuah jawaban terhadap masalah yang sedang dihadapi. Namun konsep lain ditawarkan oleh Muhammad al-Ghazali yang mencoba mendapatkan suatu tema sentral yang dibahas oleh ayat-ayat dalam satu surat, dengan cakupan seluruh surat dan memfokuskan diri pada surat tersebut, dalam artian menafsirkan mulai dari awal surat hingga akhir surat, kemudian antara ayat yang satu dengan yang lain hungga didapatkan perpaduannya.
QIRAAT PADA AYAT-AYAT AHKĀM DAN PENGARUHNYA TERHADAP HUKUM FIKIH
Miftah Khilmi Hidayatulloh
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (841.199 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v5i1.130
Perbedaan hukum fikih yang terjadi antara fuqahā' merupakan fakta yang terjadi sejak lahirnya fikih hingga saat ini. Diantara penyebab terjadinya fenomena ini adalah adanya perbedaan qirā‘āt pada ayat-ayat ahkām dalam Al-Qur'an. Penelitian ini akan mengurai fakta tersebut. Berbagai perbedaan qirā‘āt pada ayat-ayat ahkām akan dibahas satu persatu. Sehingga fakta ini benar-benar terungkap dan dapat dijadikan data untuk penelitian. Penulis menemukan bahwa fenomena ini hanya terjadi pada delapan ayat ahkām. Dari delapan ayat tersebut, hanya dua yang bisa diterima sebagai perbedaan qirā‘āt. Hal ini karena perbedaan qirā‘āt pada ayat-ayat ahkām lainnya tidak memenuhi ketentuan yang seharusnya.
AMALAN DI HARI ARBA’ MUSTAMIR BULAN SAFAR (Tradisi Membaca Doa Nabi Yunus “Lā Ilāha Illā Anta Subĥānaka Innī Kuntu min al-Zhālimīn” 2375 Kali pada Masyarakat Matang Ginalon Pandawan)
Wardatun Nadhiroh
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 4 No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (780.609 KB)
|
DOI: 10.32495/.v4i2.116
Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang Jahiliyah sebelum kedatangan Islam, Islam sendiri tidak mengajarkan demikian.Namun karena Islam merupakan agama yang toleran dengan konteks sosial-budaya masyarakat penganutnya, maka selama hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam, keadaan yang demikian boleh saja dilakukan. Hal yang sama berlaku pada pembacaan amalan tertentu yang tentunya berasal dari al-Qur’an demi kepentingan tertentu pula, asal tetap dijaga agar tidak menjadi hal yang berbau syirik.Amalan atau suatu bacaan itu lebih baik jika dilakukan rutin setiap hari, sedikit tetapi konsisten daripada banyak tetapi jarang. Ini sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh Islam. Selama amalan tersebut ada dasarnya dari al-Qur’an atau Hadis, baik yang tersirat maupun tersurat, maka boleh-boleh saja seperti amalan doa/tasbih Nabi Yunus
STUDI TAFSIR AL-QUR’AN AL-KARIM KARYA MAHMUD YUNUS
M. Amursid Amaruddin
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2083.211 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v3i2.78
Mahmud Yunus adalah salah satu tokoh mufassir di Indonesia, karya-karya beliau banyak dikonsumsi di sekolah-sekolah khususnya di pesantren. Salah satu karya beliau adalah Tafsir Al-Qur’an al-Karim. Karya ini merupakan salah satu pionir karya tafsir berbahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh mayoritas Umat Islam Indonesia. Tafsir ini termasuk ke dalam tafsir ijmali Namun pada beberapa tempat, beliau memberikan perhatian lebih hingga terlihat corak penafsiran tahlili. Sistematika pembahasan Mahmud Yunus dimemulai tekhnik penerjemahan, catatan tentang turunnya al-Qur’an dst, indeks istilah-istilah dalam alQur’an, tempat atau lokasi surah-surah dan juz, catatan-catatan, dan garis besar kandungan setiap surat. Diantara sumber-sumber rujukan tafsir Quran karya Mahmud Yunus adalah Tafsir alThabary, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Qasimy, Fajrul Islam, dan Zhuhrul Islam dan beberapa tafsir lainnya.
NALAR ‘IRFANI: TRADISI PEMBENTUKAN DAN KARAKTERISTIKNYA
Nasrullah Nasrullah
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 1 No 1 (2013)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (311.109 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v1i1.59
Leaning only to domination of the epistemology bayani and burhani is not enough. Both epistemology system must be completed with the epistemology of ’irfani which has a dimension of sprituality inmost. Logical reasoning system of the epistemology of ’irfani is a recontruction of the pure aspect of sprituality domain to get God’s knowledge and sense of humanity through authentic existential experinces
EPISTEMOLOGI CORAK TAFSIR SUFISTIK
Lenni Lestari
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 2 No 1 (2014): mazahib Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (444.812 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v2i1.33
Many ideology interpretations of al-Qur’an have developed until today. One of them is mystical (sufistik) interpretation. This article will explore about epstemology aspects of mystical interpretation and a little bit of it history in grand mapping of al-Qur’an interpretation. In the last of this article will explain about how mysticism interpretation to be faced with verses (ayat) related to Fiqih, Science, Culture, and etc.
DARI TAFSIR KE PEMAKNAAN HUKUM Studi Penafsiran Abdul Hamid Hakim Tentang Perluasan Makna Ahli Kitab dan Implikasinya Terhadap Argumentasi Perkawinan Muslim Dengan Wanita Ahli Kitab
Nasrullah Nasrullah
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (805.164 KB)
|
DOI: 10.32520/syhd.v5i1.126
Artikel ini mendiskusikan suatu pendapat yang cukup kontroversial dalam konteks keulamaan di Nusantara pada akhir abad 20. Pendapat itu dikemukakaan oleh Abdul Hamid Hakim dari Padang Panjang Sumatera Barat tentang penafsiran perluasan makna ahli kitab dalam al-Qur’an yang berdampak pada signifikansi hukum. Menurut Hakim, konsep ahli kitab dapat ditafsirkan secara lebih luas dari hanya sekedar makna klasik yang merujuk pada Yahudi dan Nasrani an sich. Namun bisa dicakupkan pada agama selain dua di atas dalam koridor syibh/serupa ahli kitab seperti Majuzi, Shabi’in, Budha, Hindu dan sebagainya. Dari segi corak pendapat mengenai batasan makna ahli kitab, Hakim tergolong pada golongan yang apresiatif dan inklusif dalam memaknainya. Dalam konteks inilah lalu cakupan luas itu berdampak pada aspek hukum, khususnya mengenai perkawinan muslim dengan wanita ahli kitab dari golongan agama yang diperluas tersebut. Hakim berkesimpulan bahwa sepanjang perkawinan muslim dengan wanita ahli kitab dan bukan sebaliknya, berdasarkan ayat ke 5 dari surat al-Maidah yang men-takhsish keumuman larangan menikahi wanita musyrikat dalam surat al-Baqarah ayat 221, maka bisa dibenarkan dengan alasan tertentu yang ketat. Alasan perkawinan menjadi dibenarkan jika suami muslim bisa menarik sang istri kepada agamanya dan mendidik istrinya tersebut sebagaimana pengalaman yang dilakukan beberapa sahabat Nabi. Namun jika sebaliknya, sang suami terancam dengan keimanannya maka perkawinan itu demi hifz ad-din dan menampik mafsadat dalam teori kaidah fiqih dan ushul fiqih, maka perkawinan itu pun demi hukum dilarang/diharamkan.