cover
Contact Name
Karto Wijaya
Contact Email
kartowijaya@universitaskebangsaan.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arcade@universitaskebangsaan.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur ARCADE
Published by Universitas Kebangsaan
ISSN : 25808613     EISSN : 25973746     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Architecture Journal A R C A D E is Open Journal System published by Prodi Architecture Kebangsaan University, Bandung. Architectural Journal A R C A D E is, is a peer-reviewed scientific journal, publishing scholarly writings about Architecture and its related discussion periodically. The aims of this journal is to disseminate research findings, ideas, and review in architectural studies SCIENTIFIC AREAS: Building (architecture) and Urban/Regional Study: theory, history, technology, landscape and site planning, behavioral, social and cultural, structure and construction, traditional architecture, criticism, digital architecture, urban design /planning, housing and settlements, and other related discussion Architecture Education and Practice: curriculum/studio development, work opportunities and challenges, globalization, locality, professionalism, code of ethics, project managerial etc. Architectural Journal A R C A D E is published 3 times a year in March, July and November every last date of the month.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019" : 11 Documents clear
SETTING RUANG KOMUNAL DI SEPANJANG PANTAI SANUR, BALI. Ni Wayan Nurwarsih; I Kadek Merta Wijaya
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1270.649 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.230

Abstract

Abstract:. Beach spaces in Bali, for traditional communities are very important and are part of their ritual life cycle. Open space on the beach is very important because it can accommodate many religious, social, cultural and ritual activities. The many social levels of the community come together to use the area on the beach to carry out various kinds of activities, to produce spaces and areas that are architecturally formulated and their meanings. The communal space setting on the object of research is intended to find out whether communal space already exists or is newly formed after various activities are present. Or the space has never existed, even though there are indeed private spaces that have been acknowledged by users and providers of tourist accommodation that were present later. The method used is descriptive qualitative method by thinking logically, structured and creatively, by mapping activities based on time segments and interviews. Formulate problems by describing the problem into smaller and more manageable segments, identifying patterns, solving complex problems into small steps, organizing and making a series of steps to provide solutions, and construct data representations through simulation. Keyword: Public Space Conflict, Space Pattern, Meaning of Space. Abstrak : Ruang-ruang pantai di Bali, untuk masyarakat tradisional menjadi amat penting dan merupakan bagian dari siklus kehidupan ritual mereka. Mengapa demikian, karena ruang pantai dapat mengakomodasi banyak kegiatan keagamaan, sosial, budaya dan ritual. Berbagai macam tingkatan sosial masyarakat hadir bersama-sama menggunakan area pantai untuk melakukan berbagai macam aktifitas, hingga menghasilkan ruang dan area yang secara arsitektur harus di telurusi bentuk dan maknanya. Setting ruang komunal pada objek penelitian dimaksudkan untuk menemukan apakah ruang komunal sudah ada atau baru terbentuk setelah beragam kegiatan hadir di tempat tersebut. Atau ruang tersebut tidak pernah ada, bahkan yang ada memang ruang-ruang privat yang sudah diakui oleh pengguna dan penyedia akomodasi wisata yang hadir belakangan. Metoda yang digunakan yakni metoda dengan jalan berfikir secara logis, terstruktur dan kreatif, dengan melakukan mapping kegiatan berdasarkan segmen waktu dan wawancara. Merumuskan masalah dengan menguraikan masalah tersebut ke segmen yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola, mengidentifikasi pola, memecahkan masalah selain kompleks menjadi langkah-langkah kecil, mengatur dan membuat serangkaian langkah untuk memberikan solusi, dan membangun representasi data melalui simulasi. Hasil penelitian menujukan bahwa ruang komunal tidak hadir begitu saja di ruang publik apabila ruang tersebut terzonasi dan diberikan batas. Kata Kunci :  Konfilk Ruang, Pola Ruang, Makna Ruang.
PENATAAN KAMPUNG NELAYAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI DI KELURAHAN BAGAN DELI KOTA MEDAN Hilma Tamiami Fachrudin; Fadila Rahmadani
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.425 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.186

Abstract

Abstract: Indonesia is a maritime country that has abundant marine natural resources, with optimal and wise utilization, it will be a promising source of income for both the local community as well as the local area. Therefore, the infrastructure and maritime-related arrangements along the coast and the port are things that must be considered and developed. Gabion Port is one of the ports with the largest marine products in the province of North Sumatra, especially in the city of Medan. This port is located near Bagan Deli village which has not yet been optimally arranged and it has economic problems and serious environmental hygiene problems, so that with the application of the concept of ecological architecture can answer the existing problems through its principles. Some applications of ecological concepts in this arrangement can be seen from material aspects, energy aspects, building orientation, and utility aspects. The method used is the glass box method, by looking at elements that need to be applied to support the socio-economic activities of the local community. The results of this paper are in the form of the concept of structuring fishing villages which can be a solution to slum environmental problems and helps improve the economic level of local communities.Keyword: fishing village, ecological architecture, bagan deli Abstrak: Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya alam kelautan yang berlimpah, dengan pemanfaatan secara optimal dan bijak akan menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan baik bagi masyarakat sekitar maupun daerah setempat. Untuk itu infrastruktur dan penataan terkait kelautan sepanjang pantai dan pelabuhan merupakan hal yang harus diperhatikan dan dikembangkan. Pelabuhan Gabion merupakan salah satu pelabuhan dengan hasil laut terbesar di kawasan provinsi Sumatera Utara khususnya kota Medan. Pelabuhan ini berada di dekat kelurahan bagan deli yangmana belum tertata secara optimal, serta memiliki masalah perkeonomian dan juga memiliki permasalahan kebersihan lingkungan yang cukup serius, sehingga dengan penerapan konsep arsitektur ekologi dapat menjawab permasalahan yang ada melalui prinsip-prinsipnya. Beberapa penerapan konsep ekologi pada penataan ini dapat dilihat dari aspek material, aspek energy, orientasi bangunan, dan aspek utilitas. Metode yang digunakan adalah metode glass box,dengan melihat elemen elemen yang perlu diterapkan untuk mendukung aktivitas social ekonomi masyarakat setempat. Hasil penelitian ini berupa konsep penataan kampung nelayan yang dapat menjadi pemecahan masalah lingkungan kumuh serta membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat.Kata Kunci: Kampung Nelayan, Arsitektur Ekologi, Bagan Deli
ELEMEN FISIK PEMBENTUK PUSAT KOTA JEPARA BERDASARKAN PETA MENTAL MASYARAKAT Muhammad Bagas Ramadan; Suzana Ratih Sari; Edward E. Pandelaki
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.868 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.228

Abstract

Abstract: City’s imagery formation consist of physical elements that can be seen in terms of function, location, shape, magnitude, uniqueness, character. The exploratory of image forming elements is one of the important keys to get a positive image of the city. By using the community mental map method based on Lynch's theory, this study is expected to be able to purify the elements that make up the image of Jepara city that are built through people's perceptions, experiences, imagination and feelings. This study used qualitative research with exploration method, in order to understand the physical elements forming the city center, since the informant must freely provide an understanding of the meaning of the object that would represent the physical element forming the center of Jepara. Based on the analysis results, it can be concluded that the physical elements forming the central image of the city of Jepara are physical elements formed through the of the objects that make up the physical elements forming the image of the city of Jepara which are are arranged through physical objects Alun - Alun, Pendopo, SCJ (Jepara Culinary Place), Kaliwiso Bridge, Kaliwiso River, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Yos Sudarso, Jalan Wolter Monginsidi, Chinatown.Keywords: Physical elements, mental maps, Jepara Abstrak: Pembentukan citra dari kota dibangun elemen fisik yang dapat dilihat dari segi fungsi, lokasi, bentuk, besaran, keunikan, karakter. Penggalian elemen pembentuk citra merupakan salah satu kunci penting untuk mendapat citra yang positif dari kota. Jepara merupakan kota dalam proses berkembang menguatkan citra dalam kotanya. Dengan menggunakan metode peta mental masyarakat berdasarkan teori Lynch, penelitian ini diharapkan akan dapat mengerucutkan elemen yang menjadi pembentuk citra kota Jepara yang dibangun melalui persepsi, pengalaman, imajinasi dan perasaan masyarakatnya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara eksplorasi,karena untuk memahami elemen fisik pembentuk pusat kota informan harus secara bebas memberikan pemahaman makna terhadap obyek yang akan mewakili elemen fisik pembentuk pusat kota Jepara. Berdasarkan pada hasil analisis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa elemen fisik pembentuk citra pusat kota jepara adalah Elemen fisik dibentuk melalui fungsi atau cara kerja dari obyek – obyek yang menyusun elemen fisik pembentuk citra kota jepara. Elemen fisik pembentuk citra pusat kota jepara disusun melalui obyek – obyek fisik  Alun - Alun, Pendopo, SCJ(Tempat Kuliner Jepara), Jembatan Kaliwiso, Sungai Kaliwiso, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Yos Sudarso, Jalan Wolter Monginsidi, Pecinan.Kata Kunci: Elemen fisik, peta mental,  Jepara.
ANALISIS ELEMEN FASAD PADA BANGUNAN KOLONIAL KARYA F.D. CUYPERS & HELSWIT DI KOTA CIREBON Agara Dama Gaputra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1532.627 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.255

Abstract

Abstract: Colonial Architecture in Indonesia is a historical heritage that should be preserved. Characteristics of colonial architecture, among others, can be seen from the typology and elements forming its facade. The architectural consulting firm F.D. Cuypers & Hulswit whose works are spread in major cities of Indonesia is one of many influential architects during the Dutch colonial administration. This study describes the works of F.D. Cuypers & Hulswit based on elements forming their facade. The results of this study indicate the works of related architects, although they follow the development of existing styles and technologies, still maintain similarities in their characteristics.Keyword: facade, characteristic, colonialAbstrak: Arsitektur Kolonial di Indonesia merupakan peninggalan sejarah yang seharusnya dilestarikan. Karakteristik arsitektur kolonial antara lain dapat dilihat dari tipologi serta elemen-elemen pembentuk fasadnya. Dari sekian banyak arsitek-arsitek yang berpengaruh saat masa pemerintahan kolonial Belanda, adalah biro konsultan arsitektur F.D. Cuypers & Hulswit yang karya-karyanya tersebar di kota-kota besar Indonesia. Penelitian ini mendeskripsikan karya-karya F.D. Cuypers & Hulswit berdasarkan elemen pembentuk fasadnya. Hasil penelitian ini mengindikasikan karakteristik dari karya-karya arsitek terkait, meskipun mengikuti perkembangan langgam serta teknologi yang ada, tetap memiliki kesamaan pada karakteristiknya.Kata Kunci: fasad, karakteristik, kolonial
KONSEP PERANCANGAN FASAD BANGUNAN BERDASARKAN KARAKTER FASAD BANGUNAN DALEM DI JALAN MONDORAKAN KOTAGEDE, YOGYAKARTA Augustinus Madyana Putra; Andi Prasetiyo Wibowo
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.354 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.236

Abstract

Abstract: The uniqueness of an area is a soul place that will distinguish a location from another location. The historic Kotagede area of Yogyakarta is divided into four road sections, and one of the road sections is the Mondorakan Road. The building on Mondorakan Road originally consisted of a series of palace buildings with a very distinctive facade appearance with three types of building facades. After the earthquake that occurred in 2006, many buildings in this area were destroyed and renovated but did not adjust to the appearance of the original facade, so the uniqueness of the city became blurred. Through this research, it is expected to be able to identify and provide solutions to these conditions. The methods applied are case studies and observations in the field, then analyzed based on previous findings regarding three types of facade displays. The results of the analysis produce outcomes in the form of guidelines in the design process that are expected to be able to maintain the characteristics of an area. Facade reading is an important thing to keep because it can help preserve the soul of a place in this part of the road.Keyword: palace buildings, facade, the soul of a placeAbstrak: Keunikan sebuah kawasan merupakan sebuah jiwa tempat yang akan membedakan suatu lokasi dengan lokasi lain. Kawasan bersejarah Kotagede Yogyakarta terbagi menjadi 4 penggal jalan, dan salah satu penggal jalan tersebut yaitu Jalan Mondorakan. Bangunan di Jalan Mondorakan pada mulanya terdiri dari jajaran bangunan dalem dengan tampilan fasad yang sangat khas dengan tiga tipe fasad bangunan. Pasca gempa yang terjadi tahun 2006, banyak bangunan di area ini yang hancur dan direnovasi namun tidak menyesuaikan dengan tampilan fasad semula, sehingga keunikan kawasan menjadi kabur. Melalui penelitian ini diharapkan mampu mengidentifikasi dan memberi solusi mengenai kondisi tersebut. Metode yang diterapkan yaitu studi kasus dan observasi di lapangan, kemudian dianalisis berdasar temuan sebelumnya mengenai 3 tipe tampilan fasad. Hasil analisis menghasilkan temuan berupa panduan dalam proses perancangan yang diharapkan mampu mempertahankan ciri khas suatu kawasan. Keterbacaan fasad ini menjadi hal penting untuk tetap dipertahankan karena dapat membantu adanya jiwa tempat di penggal jalan ini.Kata Kunci: bangunan dalem, fasad, jiwa tempat
AKTIVITAS WISATA RELIGI DALAM PERUBAHAN PERMUKIMAN DI KAWASAN BERSEJARAH MENARA KUDUS Arlina Adiyati; Agung Budi Sardjono; Titin Woro Murtini
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5325.679 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.258

Abstract

Abstract: Menara Kudus area is a settlement of urban villages that has own characteristics and urban embryo of Kudus city. Many traditional houses and ancient buildings can be found in there as a historical area. But, Menara Kudus area continues to develop into a religious tourism area that makes the process changes physically and non-physically. The purpose of this study is to find out what changes occur in Menara Kudus area and the underlying factors. A research method is qualitative explorative with informants as the main resource and uses purposive observation to sample selection. The results of this study indicate a public response to new activities by utilizing residential houses and their residential environment as business space in supporting religious tourism activities. The factors behind the change are increasing the number of visitors, the needs of tourist facilities, type of business space, and orientation of buildings following tourist routes. These changes have an impact on changes in the economy of society, lifestyle, and social society in the Menara Kudus area. But tourism activities are able to maintain the culture and traditions community because it is an interest in tourist visits.Keyword: changes, settlement, houses, religious tourism, historical area, Menara Kudus area.Abstrak: Kawasan Menara Kudus merupakan sebuah permukiman masyarakat kampung kota yang memiliki ciri khas tersendiri dan cikal bakal berdirinya kota Kudus. Banyak rumah-rumah tradisional dan bangunan kuno masih dapat ditemukan disana sehingga ditetapkan sebagai kawasan bersejarah. Namun sebagai kawasan permukiman kawasan Menara Kudus terus berkembang menjadi kawasan wisata religi sehingga mengalami proses perubahan secara fisik maupun non fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi di kawasan Menara Kudus dan faktor yang melatarbelakanginya. Metode penelitian ini adalah kualitatif yang digali secara eksploratif dengan informan sebagai narasumber utama dan menggunakan pemilihan sampel amatan secara purposive. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya respon masyarakat terhadap aktivitas baru dengan memanfaatkan ruang rumah tinggal dan lingkungan permukiman mereka sebagai ruang usaha dalam mendukung aktivitas wisata religi. Faktor yang melatarbelakangi perubahan tersebut adalah adanya faktor peningkatan jumlah pengunjung, kebutuhan fasilitas wisata, perubahan jenis usaha yang dimiliki, dan perubahan arah orientasi bangunan mengikuti akses jalur wisata. Perubahan tersebut berdampak pada perubahan perekonomian masyarakat, gaya hidup, dan sosial kemasyarakatan di kawasan Menara Kudus. Namun aktivitas wisata religi mampu mempertahankan budaya dan tradisi adat istiadat leluhur karena menjadi minat bagi kunjungan wisatawan.Kata Kunci: perubahan, permukiman, rumah tinggal, wisata religi, kawasan bersejarah, kawasan Menara Kudus.
PERSEPSI MASYARAKAT BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGGUNAAN SIGER PADA BANGUNAN Kurniawan, Guruh Kristiadi; Mardiyanto, Anggi; Matondang, Adelia Enjelina; Purwono, Eko
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.675 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.262

Abstract

Abstract: The use of siger elements is found in commercial and government buildings in the city of Bandar Lampung. The existence of the siger element in the building is widely used after the issuance of the mayor's regulation that every commercial building and government in the city of Bandar Lampung must use the siger element. The lack of understanding about the preservation of local culture and architectural design of buildings makes the use of siger elements seem compelling and careless. This condition can be triggered because of the existence of regional regulations which in its formulation do not consider the perceptions of the local community about the use of the Siger element and the incomplete information in the existing regional regulations. The analysis that will be used in this study is an analysis of public perceptions about the use of siger in buildings. In this study, it was revealed how the perceptions of the people of Bandar Lampung about the use of siger elements in buildings. By knowing the perception of the Bandar Lampung community about the use of the siger element in the building, it is hoped that this study can be used as a recommendation in policy making to preserve local culture through building architectural design. The results of the study found 88% of respondents agreed with the use of siger elements in buildings and 12% of respondents said they did not agree.Keyword: Perception, Siger, BuildingAbstrak: Penggunaan elemen siger banyak ditemui pada bangunan-bangunan komersial dan pemerintah di Kota Bandar Lampung. Keberadaan elemen siger pada bangunan marak digunakan setelah dikeluarkannya peraturan walikota bahwa setiap bangunan komersial dan pemerintah yang berada di Kota Bandar Lampung harus menggunakan elemen siger. Kurangnya pemahanan tentang pelestarian budaya lokal dan desain arsitektural bangunan menjadikan penggunaan elemen siger terkesan memaksa dan asal-asalan. Kondisi tersebut dapat dipicu karena keberadaan peraturan daerah yang dalam perumusannya tidak mempertimbangkan persepsi masyarakat lokal akan penggunaan elemen siger dan kurang lengkapnya informasi dalam peraturan daerah yang ada.Studi ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan. Analisis yang akan digunakan dalam studi ini adalah analisis persepsi masyarakat tentang penggunaan siger pada bangunan. Pada studi ini diungungkapkan bagaimana persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan. Dengan mengetahui persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan diharapkan studi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan untuk melestarikan budaya lokal melalui desain arsitektur bangunan. Hasil studi didapatkan 88% responden setuju dengan penggunaan elemen siger pada bangunan dan 12% responden menyatakan tidak setuju.Kata Kunci: Persepsi, Siger, Bangunan
ANALISIS PHYSICAL MODEL FOR DAYLIGHT SPACES DENGAN PENDEKATAN AN EXPERIMENTAL-BASED DESIGN Nova Asriana
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.117 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.187

Abstract

Abstract:  An experimental-based design; analyze physical model for daylight spaces is an experimental based design approach by using natural lighting. This experiment is based on applied models of skylight conditions in the field. The goal of this study is to identify configurations of model prototype models by using natural lighting optimally, then to describe their natural lighting through draw light and to measure the intensity of light through photometry. The results of this modeling experiment are several configurations that form the optimal model ing by using natural light through how much light intensity can get into a room. The prototype model is sized 7.2m x 8.4m x 5m by performing several configurations. The configuration alternatives include ten roof configuration, wall opening and type of material used. Based on the results of experiments, the characteristics of the intensity of natural light that get into a room are strongly influenced by the size and position of the opening area. In addition, using clerestory provides greater light intensity than using vertical windows. The impact of the intensity of the light is increasing a good visual interest for users.Keyword: physical model, natural lighting, daylight spaceAbstrak: An experimental-based design; analyze physical model for daylight spaces merupakan sebuah pendekatan perancangan berbasis eksperimen melalui pemanfaatan pencahayaan alami. Eksperimen ini berbasis model terapan terhadap kondisi skylight di lapangan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi konfigurasi – konfigurasi model prototipe maket yang memanfaatkan pencahayaan alami secara optimal, kemudian menggambarkan pencahayaan alaminya (draw light) dan melakukan pengukuran intensitas cahaya melalui photometry. Hasil dari eksperimen permodelan ini adalah beberapa konfigurasi bentukan model yang optimal dalam pemanfaatan cahaya alami melalui seberapa banyak intensitas cahaya yang dapat masuk ke dalam suatu ruangan. Prototipe model maket yang digunakan berukuran 7.2m x 8.4m x 5m dengan melakukan beberapa konfigurasi. Alternatif konfigurasi yang digunakan pada eksperimen ini yakni konfigurasi bukaan atap, bukaan dinding dan jenis material yang digunakan sebanyak sepuluh konfigurasi. Berdasarkan hasil dari eksperimen yang dilakukan, bahwa karakteristik intensitas cahaya alami yang masuk ke dalam suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh ukuran dan posisi area bukaan. Selain itu juga, pemanfaatan jendela atap memberikan intensitas cahaya yang lebih besar daripada pemanfaatan jendela vertikal. Dampak dari intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu ruangan juga memberikan peningkatan minat visual ruangan yang cukup bagi pengguna  ruangan tersebut. Kata Kunci: physical model, pencahayaan alami, daylight space,
PENGARUH AKTIVITAS PENDUKUNG TERHADAP KUALITAS VISUAL (Studi Kasus : Jalan Pahlawan Semarang) Ayuta Lestariani; Bambang Setioko; Erni Setyowati
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1174.472 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.154

Abstract

Abstract:Pahlawan Street is one of the most favorite street corridor in Semarang. It is crowded by people every weekend not only because of its location itself but also because of the existence the surrounding buildings.  It has wide pedestrian walk which triggered many activity support to begin. The presence of many activity support affect the visual quality of Pahlawan street. This research is aimed to know the influences of activity support towards visual quality of Pahlawan street A quantitative rasionalistic method is used by collecting literature study, questionnaires and field observationns..The method data analysis will use statistical analysis by regression test using SPSS 24.0 software for windows. The result of this research proved that activity support influences the visual quality of Pahlawan street.Keywords : activity support, visual quality, street corridor Abstrak: Koridor Jalan Pahlawan merupakan koridor jalan favorit yang cukup ramai dan berada di pusat Kota Semarang.Pada koridor jalan ini terdapat bangunan-bangunan tinggi yang menjadi magnet bagi warga untuk datang kesana.Keberadaan bangunan-bangunan tinggi disertai dengan jalur pedestrian yang lebar,tentu juga menjadi magnet bagi berkembangnya activity support yang terjadi disana.Dengan adanya activity support yang terbentuk di koridor Jalan Pahlawan tentu berpengaruh terhadap kualitas visualnya. Untuk mengetahui pengaruh tersebut,maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif rasionalistik.Metode pengumpulan data berupa studi literature, observasi lapangan, wawancara dan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan berupa analisis statistic dengan uji regresi menggunakan program SPSS.Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara activity support terhadap kualitas visual koridor Jalan Pahlawan.Kata kunci : activity support,kualitas visual,koridor
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN DAERAH KOTO DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU Sepli Yandri; Suzanna Ratih Sari; Agung Budi Sardjono
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1298.053 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.208

Abstract

Abstract: An area usually has an important area as the center of government activities. as found in every area in Kuantan Singingi Regency. Every region in Kuantan Singingi district has an area that functions as a customary area. the customary area is named as koto. Traditional Koto settlements are one of the traditional settlements in Kuantan Singingi that try to maintain culture amid the development of modernization. In the Koto area, there are buildings that function as customary buildings, namely in the form of the Koto mosque, balai, and Koto house building. These three buildings are a sign that this area is the center of traditional activities in a region. The purpose of this study was to find buildings that functioned as traditional activities and concluded the characteristics of settlements which became the identity of traditional settlements in Kuantan Singingi. The method of descriptive analysis is used as a method of delivering descriptions relating to the traditional settlement of the Koto area by analyzing traditional settlements in the Koto Benai and Koto Sentajo.Keyword: Traditional Settlement, Vernacular Architecture, Kuantan Singingi Traditional House, Koto House.Abstract: Suatu daerah memiliki sebuah kawasan yang penting sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Begitu pula yang terdapat pada setiap kenegrian di Kabupaten Kuantan Singingi. Setiap kenegrian di Kuantan Singingi memiliki daerah yang berfungsi sebagai kawasan adat. Kawasan adat tersebut diberi nama dengan sebutan koto. Permukiman tradisional koto menjadi salah satu permukiman tradisional di Kuantan Singingi yang berusaha mempertahankan budaya ditengah perkembangan modernisasi. Pada daerah koto terdapat bangunan yang berfungsi sebagai bangunan adat yaitu berupa bangunan mesjid, bangunan balai adat, dan bangunan rumah adat. Ketiga bangunan ini menjadi pertanda bahwa daerah ini adalah sebagai pusat kegiatan adat istiadat dalam suatu nagori (negri).  Tujuan penelitian ini untuk menemukan bangunan yang berfungsi sebagai aktivitas adat dan menyimpulkan karakteristik permukiman yang menjadi identitas permukiman tradisional di Kuantan Singingi. Metode deskripsi analisis, di pakai sebagai cara penyampaian deskripsi mendalam terkait permukiman adat daerah koto dengan menganalisa permukiman tradisional pada daerah Koto Benai dan Koto Sentajo.Kata Kunci : Permukiman Tradisional, Arsitektur Vernakular, Rumah Adat Kuantan Singingi, Rumah koto.

Page 1 of 2 | Total Record : 11