cover
Contact Name
Karto Wijaya
Contact Email
kartowijaya@universitaskebangsaan.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arcade@universitaskebangsaan.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur ARCADE
Published by Universitas Kebangsaan
ISSN : 25808613     EISSN : 25973746     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Architecture Journal A R C A D E is Open Journal System published by Prodi Architecture Kebangsaan University, Bandung. Architectural Journal A R C A D E is, is a peer-reviewed scientific journal, publishing scholarly writings about Architecture and its related discussion periodically. The aims of this journal is to disseminate research findings, ideas, and review in architectural studies SCIENTIFIC AREAS: Building (architecture) and Urban/Regional Study: theory, history, technology, landscape and site planning, behavioral, social and cultural, structure and construction, traditional architecture, criticism, digital architecture, urban design /planning, housing and settlements, and other related discussion Architecture Education and Practice: curriculum/studio development, work opportunities and challenges, globalization, locality, professionalism, code of ethics, project managerial etc. Architectural Journal A R C A D E is published 3 times a year in March, July and November every last date of the month.
Arjuna Subject : -
Articles 27 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021" : 27 Documents clear
EVALUASI PERILAKU PENGGUNA HALTE BUS TRANS JOGJA DI MALIOBORO Studi Kasus: Halte Malioboro 2 Andreas Kelmens Suban Mukin
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.591

Abstract

Abstract: The Trans Jogja bus stop has an important role as a transitional space between the outer space and the Trans Jogja bus. The Malioboro 2 bus stop is one of the Trans Jogja shelters which is located on Malioboro Street. The existence of a bus stop located in the tourist center of Yogyakarta has caused this bus stop to have a high level of activity with a variety of varied user backgrounds. The research uses qualitative methods with data collection methods. by conducting field observations, interview documentation and using the Behavior Mapping method with place center mapping techniques to determine the behavior patterns of bus stop users. The behavior pattern of the users of the Malioboro 2 bus stop is influenced by several factors, namely: The temperature of the waiting room, the length of the waiting duration and the density level in the waiting room of the Malioboro stop 2Abstrak: Halte Trans Jogja memiliki peran penting sebagai ruang transisi yang antara ruang luar menuju ke dalam bus Trans Jogja. Halte malioboro 2 merupakan salah satu halte Trans Jogja yang yang berada pada jalan malioboro, keberadaan halte yang terletak pada pusat wisata kota Yogyakarta menyebabkan halte ini memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dengan berbagai macam latar belakang pengguna yang bervariasi. penelitian menggunakan metode kualitatif dengan metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data pada lapangan melakukan observasi lapangan, dokumentasi wawancara dan menggunakan metode Behavior Mapping dengan teknik Place Center Mapping untuk mengetahui pola perilaku pengguna halte bus. Pola perilaku pengguna halte malioboro 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Tingkat suhu ruang tunggu, lamanya durasi menunggu dan tingkat kepadatan pada ruang tunggu halte malioboro 2.
Perancangan Kawasan Kreatif Tekstil Cigondewah Dengan Pendekatan Arsitektur Organik Menggunakan Metode Konstruksi Arsitektur Modular Sultan Yazid; Asep Yudi Permana; Suhandy Siswoyo
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.655

Abstract

Abstract: Indonesia in 2045 will have a demographic bonus with a population structure of 70% in the productive age group (15-64 years). One of the biggest contributors is the province of West Java. The young generation of West Java is recognized by UNESCO by making the West Java Capital City, Bandung, a creative city. Bandung people's creativity is used as a provision for Bandung's highest export commodity, textiles, to increase its productivity. Textile productivity is poured by accommodating textile players to sell textiles, creating textile ideas, creating textile products, and introducing textile products. The four functions were designed to be designed in the Cigondewah Textile Area. The Cigondewah textile area is listed in the Bandung City RTRW as a textile center. The area is designed along Jalan Cigondewah Kidul with a length of 250 m. The area along Jalan Cigondewah Kidul was designed with output in the form of guidelines for facade improvement and remapping of functions along Jalan Cigondewah Kidul. Along Jalan Cigondewah Kidul, a site of 14,000 m2 of land was chosen to be built for a creative center for textiles consisting of buying and selling functions, collaboration space, exhibition space and workshop space. There are several issues in the design of the Cigondewah Textile Area. that is, the influence of the region to support the City of Bandung as a Creative City, the carrying capacity of the Region to the productivity of textiles, and to create a space that is comfortable to users. The above issue was initiated to be solved using an organic architecture approach that is dynamic and novelty. The nature of organic architecture was conceived to resolve the issue adaptively by using modular construction technology to increase efficiency.Abstrak: Diperkirakan pada tahun 2045 struktur populasi 70% pada kelompok usia produktif antara usia 15 sampai 64 tahun sebagai bonus demografi. Salah satu penyumbang terbanyak adalah provinsi Jawa Barat. Generasi muda Jawa Barat diakui oleh UNESCO dengan menjadikan Ibu Kota Jawa Barat, Bandung, sebagai kota kreatif. Kreatifitas masyarakat Bandung dimanfaatkan sebagai bekal bagi komoditi ekspor tertinggi Kota Bandung, tekstil, untuk meningkatkan produktifitasnya. Produktifitas tekstil dituangkan dengan mengakomodasi pelaku tekstil untuk menjual tekstil, menciptakan ide tekstil, menciptakan produk tekstil, dan mengenalkan produk tekstil. Keempat fungsi digagas untuk dirancang di Kawasan Tekstil Cigondewah. Kawasan tekstil Cigondewah tercantum pada RTRW Kota Bandung sebagai sentra tekstil. Kawasan dirancang sepanjang Jalan Cigondewah Kidul dengan panjang jalan 250 m. Kawasan sepanjang Jalan Cigondewah Kidul di rancang dengan keluaran berupa pedoman perbaikan fasad dan pemetaan ulang fungsi di sepanjang Jalan Cigondewah Kidul. Pada sepanjang Jalan Cigondewah Kidul dipilih satu wilayah tapak seluas 13.000 m2 yang akan dibangun pusat kreatif tekstil yang terdiri dari fungsi jual beli, ruang kolaborasi, ruang pameran dan ruang workshop. Terdapat beberapa isu pada perancangan Kawasan Tekstil Cigondewah. yaitu, pengaruh kawasan untuk mendukung Kota Bandung sebagai Kota Kreatif, Daya dukung Kawasan terhadap produktifitas tekstil, dan menciptakan ruang yang nyaman kepada pengguna. Isu diatas digagas untuk diselesaikan menggunakan pendekatan arsitektur organik yang bersifat dinamis dan kebaruan. Sifat dari arsitektur organik digagas untuk menyelesaikan isu secara adaptif dengan menggunakan teknologi konstruksi modular untuk meningkatkan efisiensi.
ANALISIS TIPOLOGI ARSITEKTUR RUMAH MASYARAKAT TANI DI BANARAN KABUPATEN TUBAN Tyas Santri
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.633

Abstract

Abstract:. Archipelago architecture is one of the identities of the Indonesian state. Archipelago architecture in Indonesia can be found in rural areas, hamlets, villages, and coastal areas. The architecture that develops in the hamlets in Indonesia can be a potential for regional tourism development. The settlement of the peasants in Banaran Hamlet is a settlement that is not too dense and the community houses have a distinctive architectural typology. This study aims to analyze the typology of the Banaran farming community houses. This study uses a typological approach with tracing methods in the literature and field studies which are then described qualitatively. This study presents the results of the analysis of typology of farm community houses in Dusun Banaran, Sidotentrem Village, Bangilan District, Tuban Regency, East Java.Abstrak: Arsitektur nusantara merupakan salah satu identitas negara Indonesia. Arsitektur nusantara di Indonesia dapat di jumpai di wilayah pedesaan, dusun, kampung, pesisir. Arsitektur yang berkembang di wilayah dusun-dusun di Indonesia dapat menjadi potensi untuk pengembangan wisata daerah. Permukiman masyrakat tani di Dusun Banaran, merupakan permukiman yang tidak terlalu padat dan rumah msyarakat memiliki tipologi arsitektur yang khas. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis tipologi rumah masyarakat tani Banaran. Kajian ini menggunakan pendekatan tipologi dengan metode penuelusuran secatra kajian literatur pustaka maupun lapangan yang kemudian dideskriptif secara kualitatif. Penelitian ini menyajikan hasil analisis tipologi arsitektur rumah masyarakat tani di Dusun Banaran, Desa sidotentrem, Kecamatan bangilan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
KARAKTER VISUAL GANG GAMBIRAN KAWASAN PECINAN, SEMARANG Kristiani Budi Lestari; Suzanna Ratih Sari; R. Siti Rukayah
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.594

Abstract

Abstract : Chinese culture played a major role in forming the identity of the semarang city, which is seen by the Chinatown as both economic and Tionghoa cultural center in Semarang. As a result of growing economic activity, the building with Chinese architectural in Chinatown had physical changes that adjusted the needs of the region’s residents. This resulted a change in the visual quality of the Semarang Chinatown as a historic settlement in Semarang. However, observations have shown that there are still quite a few historical houses, especially in Gang Baru, Gang Gambiran, Gang Besen. The study aims to learn how houses in the Gang Gambiran as one of the corridors that still maintain traditional characteristics on the facade may affect the characteristics of space in the Semarang Chinatown. The study employed qualitative methods with the facade of buildings in Gang Gambiran as a component that affected the visual character of the region. That indicator became the guide in data collection and analysis. As a result, the visual character of the Chinatown in the Gang Gambiran as one of the corridors in Semarang Chinatown settlement was strongly influenced by a dwelling that still retained the architectural significance of China.Abstrak: Kebudayaan Tionghoa berperan besar dalam membentuk identitas kota Semarang, hal tersebut terlihat dengan adanya Kawasan Pecinan (Chinatown) sebagai kawasan sentra ekonomi yang padat dan juga pusat kebudayaan warga Tionghoa di Semarang. Akibat kegiatan ekonomi yang semakin bertumbuh, bangunan dengan ciri arsitektur Tionghoa di Pecinan mengalami perubahan fisik bangunan yang menyesuaikan dengan kebutuhan penghuni kawasan. Hal tersebut mengakibatkan perubahan kualitas karakter visual kawasan Pecinan Semarang sebagai permukiman bersejarah di Semarang. Namun, dari pengamatan yang dilakukan ditemukan masih cukup banyak bangunan, khususnya tipe hunian di dalam beberapa koridor yang masih mempertahankan bentuk fasad sesuai ciri khas arsitektur Tionghoa. Bangunan-bangunan tersebut khususnya berada di koridor Gang Baru, Gang Gambiran, Gang Besen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hunian di Gang Gambiran sebagai salah satu koridor yang masih terdapat ciri khas tradisional pada fasad bangunan dapat mempengaruhi karakteristik ruang di Kawasan Pecinan Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan fasad bangunan di Gang Gambiran sebagai komponen yang mempengaruhi karakter visual kawasan.  Indikator tersebut menjadi patokan di dalam pengumpulan data dan analisa. Hasil dari penelitian ini adalah karakter visual Kawasan Pecinan di Gang Gambiran sebagai salah satu koridor di Kawasan Pecinan Semarang cukup kuat dipengaruhi oleh hunian yang masih mempertahankan ciri khas arsitektur China.
IDENTIFIKASI DESIGN ANTROPOLOGI PADA KAWASAN DESA WISATA MELIKAN Wahyu Setyaningrum; Edward E. Pandelaki; Atik - Suprapti
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.663

Abstract

Abstract: Melikan Village as a tourist village for pottery craftsmen is the only one in the world with an oblique rotation technique. This village is unique in its anthropological design. This study will discuss how the design anthropology in Melikan Village, which can be seen from the regional design pattern, its composition, the designation function so as to form a relationship of form-function-meaning in the region. The method used is descriptive with journals and books that discuss the anthropology of the Melikan Village area, accompanied by direct observation and study of the state of the Melikan tourist village. Some of the theories used are: figure ground theory, linkage, form and symbols, as well as the forming elements of urban planning which are used to analyze the macro and micro (building) as form-function-meaning relation (region). From the research carried out, it can be concluded that there is a correlation between the form-function-meaning of anthropology found in the Melikan Tourism Village Area. In macro: such as the existence of figure ground theory, Linkage, shapes and symbols, as well as elements of urban planning, In micro (residents' houses,showrooms and Sunan Pandanaran’s mosque) there are several similarities in the shape of the building (Adjusting the state of the room), Building structures that use structures and roofs to adjust the shape of the house, Facades are made of woven bamboo and some of the bricks and ornaments, some of which use earthenware columns, as well as in mosque buildings found in the form of buildings that are symmetrical and taller than the surrounding area, the canopy roof structure containing the crown as a symbol of Allah's power, simple facades and windows made of wood, and ornaments on the door with plant motifs symbolizing closeness to nature. There is integration between residents' houses as a center for pottery craftsmen, a showroom and the Sunan Pandanaran mosque. Abstrak: Desa Melikan sebagai desa wisata pengrajin gerabah satu-satunya di dunia dengan teknik Putaran Miring, desa ini memiliki kekhasan dalam hal desain antropologinya. Kajian ini akan membahas bagaimana antropologi design yang ada di Desa Melikan, yang dapat dilihat dari pola desain wilayah, komposisinya, fungsi peruntukan sehingga membentuk hubungan dari bentuk-fungsi-makna di wilayah tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan jurnal dan buku yang membahas antropologi kawasan Desa Melikan ini, disertai dengan observasi dan studi langsung keadaan Desa Wisata Melikan. Beberapa teori yang digunakan seperti: teori figure ground, linkage, form dan symbol, serta elemen pembentuk tata kota yang digunakan untuk menganalisis relasi bentuk-fungsi-makna ruang secara makro (Wilayah) dan mikro (Bangunan). Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara bentuk–fungsi–makna antropologi yang terdapat di Kawasan Desa Wisata Melikan: seperti adanya teori figure ground, keterkaitan (Linkage), bentuk dan simbol, serta elemen pembentuk tata kota, pada bangunan rumah warga dan showroom terdapat beberapa kesamaan pada bentuk bangunan (Menyesuaikan keadaan ruang), Struktur bangunan yang menggunakaan struktur dan atap menyesuaikan bentuk rumah, Fasad terbuat dari anyaman bambu dan beberapa dari bata serta ornamen ditemui pada rumah tinggal ada yang menggunakan kolom dari gerabah, serta pada bangunan masjid ditemui berupa bentuk bangunan yang simetris dan lebih tinggi dari daerah di sekitarnya, struktur atap tajuk yang terdapat mahkota sebagai simbol kekuasaan Allah, fasad yang sederhana dan jendela yang terbuat dari kayu, serta ornamen pada pintu yang bermotif tanaman melambangkan kedekatan dengan alam. Adanya integrasi antara rumah warga sebagai sentra pengrajin gerabah, showroom dan Masjid Sunan Pandanaran.
IMPLEMENTATION OF NET-ZERO ENERGY BUILDING CONCEPT IN THE DESIGN FACADE ARCHITECTURE BUILDINGS IN CENTRAL JAVA Khansa Nur Ghaasyiyah; Dedes Nur Gandarum; Rita Walaretina
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.679

Abstract

Abstract: Issues relating to conventional energy and environmental sustainability is a hot topic that has been often discussed in today's developing world. Researchers have predicted that in the coming years, numerous non-renewable resources would be scarcer and harder to get access to. This phenomenon would cause a detrimental influence on energy use in the future, resulting in the need for the development of alternative energy resources and implementation of energy conservation energy efficiency policies in every construction design. One of the most essential elements in constructions that have great influence in resolving this problem is the construction facades. Therefore, this research will focus on types of construction facade designs using the NZEB concept approach. The methodology used in this research is analytical descriptive by using case studies that relate to the construction of Net-Zero Energy Building, namely: BCA Academy, ENERPOS, PT. Ungaran Sari Garments, NUS School of Design & Environment 4, dan CIC Zero Carbon Park. The purpose of this research is to identify various types of innovation façade designs of NZEB technologies that could be applied in construction that resides in Central Java considering the area has a tropical climate. This research also proves that construction that resides in warm climates prefers to use technologies that could prevent and reduce the fallout of sun radiation towards its buildings without sacrificing any natural light and takes advantage of the wind to minimalize the usage of frosting energy in buildings.Abstrak Isu mengenai krisis energi konvensional dan kelestarian lingkungan menjadi perhatian khusus yang marak diperbincangkan dalam perkembangan dunia saat ini. Telah diprediksi oleh sejumlah ilmuan bahwa dalam beberapa tahun kedepan, sumber-sumber alam tak terbarukan akan sulit dan langka untuk dikonsumsi. Masalah ini akan menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap penggunaan energi di masa depan, sehingga diperlukannya pengembangan teknologi yang dapat menghasilkan sumber-sumber energi alternatif terbarukan dan implementasi kebijakan efisiensi energi di setiap rancangan bangunan. Elemen penting pada bangunan yang memiliki pengaruh besar dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah fasad bangunan. Maka penelitian ini difokuskan pada macam-macam desain fasad bangunan dengan Konsep NZEB. Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitis dengan menggunakan studi kasus bangunan Net-Zero Energy Building, yaitu gedung BCA Academy, ENERPOS, PT. Ungaran Sari Garments, NUS School of Design & Environment 4, dan CIC Zero Carbon Park. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan berbagai macam inovasi desain fasad teknologi NZEB yang dapat diterapkan pada bangunan di Jawa Tengah yang iklim tropis basah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bangunan di daerah beriklim panas lebih menggunakan teknologi yang dapat mencegah atau mengurangi jatuhnya radiasi matahari pada bangunan tanpa mengorbankan pencahayaan alami dan memanfaatkan angin untuk meminimalisir penggunaan energi pendingin pada bangunan.
KAJIAN TERHADAP REVITALISASI KOTA LAMA SEMARANG TAHUN 2020 Syndu Yoga Pratama; Edi Purwanto
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.622

Abstract

Abstract: The revitalization of the old city of Semarang was carried out because of the strong tourism potential when viewed from history and economy, besides that there are regulations regarding conservation that resulted in the Regional Medium-Term Development Plan (RPJMD) in 2016-2021 to respond to the coronation of the old city of Semarang as a tentative list ( 2015) with the aim of the UNESCO World Heritage status. The revitalization with the concept of "Little Netherland" is divided into several stages. In 2020, only 2 stages are known, namely the first stage which focuses on infrastructure and the second stage focuses on the construction of new landmarks in the form of museums. This study is more focused on the real results of the phase 1 revitalization which began in 2017 and was declared complete in mid-2020. If it is considered in general, Revitalization phase 1 is quite successful because it can revive the old city area both in terms of public interest and tourists and also the economy. because. However, in terms of history, architecture and planology, there are still many things that are considered odd, and if it is not immediately responded it will be a problem in the future, these things include: status of building ownership, vandalism, congestion, limited parking space, Incompatibility between the concept and DED, Failure to work on DED infrastructureAbstrak: Revitalisasi Kota lama Semarang, dilakukan karna adanya potensi wisata yang kuat jika ditinjau dari sejarah dan ekonomi, selain itu adanya regulasi mengenai konservasi yang menghasilkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada tahun 2016-2021 untuk merespon penobatan kota lama Semarang sebagai tentative list (2015) dengan tujuan status world Heritage dari UNESCO.Revitalisasi dengan konsep “Little Netherland” ini terbagi dalam beberapa tahap. Pada tahun 2020 ini baru 2 tahap yang diketahui yaitu tahap pertama yang berfokus pada infrastruktur dan tahap kedua berkokus pada pembangunan landmark baru berupa museum. kajian ini lebih difokuskan kepada hasil nyata revtalisasi tahap 1 yang dimulai sejak tahun 2017 dan dinyatakan selesai pada petengahan tahu 2020. Bila dinilai secara awam Revitalisasi tahap 1 ini cukup berhasil karna dapat menghidupkan kembali kawasan kota lama baik dari segi animo masyarakat dan wisatawan dan juga ekonomi karna. Namun jika ditinjau dari segi sejarah, arsitektur dan juga planologi masih banyak hal yang dinilai janggal, dan di indikasi bilamana tidak segera di respon akan menjadi permasalahan kedepanya, hal-hal tersebut antara lain: Status kepemiikan bangunan, Vandalisme, Kemacetan, Keterbatasan lahan parkir, Ketidak sesuaian antara konsep dan DED, Kegagalan pengerjaan DED infrastruktur
KONSEP BIOPHILIC DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR Justice, Ronald
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.632

Abstract

Abstract: Various attempts were made to reconnect humans with the buildings and places they inhabit. Biophilic design, as the newest theory of reconnection, essentially incorporates organic life into the built environment. This study aims to explore the biophilic concept in architectural design as a literacy reference in the field of architecture. The research method is through literature review and interviews with the primary data source of an architect and one other architect as a secondary data source. The collected data were analyzed using the Biophilia Architecture theory by Prof. Samalavicius (2020). The analysis showed that the primary source was not included in the Biophilia category, while the secondary data sources had applied the Biophilia concept. The study based on the Biophilic Architecture theory concludes that the concept of biophilic design is an architectural approach to solving residential needs problems by bringing the natural atmosphere into space as a therapy for its occupants both psychologically and physiologically. Meanwhile, understanding the creativity of an architect's work can be done through Intangible (intangible) and Tangible (real). The architectural design process consists of the analysis stage, the synthesis stage, and the evaluation stage, which are known as the divergent, transformation, and convergent stages.Abstrak: Berbagai upaya dilakukan untuk menghubungkan kembali manusia dengan bangunan dan tempat yang mereka huni. Desain biofilik sebagai teori rekoneksi terbaru, menggabungkan kehidupan organik ke dalam lingkungan binaan secara esensial. Penelitian ini bertujuan menggali konsep biophilic dalam perancangan arsitektur sebagai referensi literasi dalam bidang arsitektur. Metode penelitian melalui kajian literatur dan interview sumber data primer seorang arsitek dan satu orang arsitek lainnya sebagai sumber data sekunder. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teori Biophilia Architecture oleh Prof. Samalavicius (2020). Hasil analisa menunjukkan sumber primer belum termasuk kategori Biophilia, sedangkan sumber data sekunder telah menerapkan konsep Biophilia. Pengkajian berdasarkan teori Biophilic Architecture disimpulkan bahwa konsep parancangan biophilic merupakan pendekatan arsitek untuk memecahkan permasalahan kebutuhan hunian dengan membawa suasana alam kedalam ruang sebagai terapi bagi penghuninya baik psikologis maupun fisiologis. Sedangkan memahami kreativitas karya arsitek dapat dilakukan melalui Intangible (tak berwujud) dan Tangible(nyata). Proses perancangan arsitektur terdiri dari tahapan analisis, tahap sintesis, dan tahap evaluasi yang dikenal dengan tahap divergen, transformasi, dan konvergen.
KOMPARASI PERPINDAHAN PANAS (HEAT TRANSFER) MATERIAL DINDING DENGAN SIMULASI THERM Aria Zabdi Alias Dian Pandu; LMF Purwanto
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.654

Abstract

Abstract: Understanding materials heat transfer ease designers to make decisions in design stages, related to materials, costs and comfort to be achieved. Nowadays, understanding heat transfer does not have to be done by performing complex calculations, many simulation software have been created to perform heat transfer analysis with a friendly user interface. Moreover, the output of heat transfer simulation and analysis produces images that are easier to understand visually, such as flux vector displays, temperature boundaries to infrared color grading that make it easier for users to read the simulation results. THERM is a heat transfer simulation software developed by the Lawrence Berkeley National Laboratory, University of California in collaboration with the US Department of Energy. With the license-free usage, this software has the potential to be used optimally by designers and academics who have an interest in heat transfer analysis. This research is expected to provide an overview of the potential use of THERM software for modeling and analysis of heat transfer. The THERM software can be a good alternative for conducting research for academics and practitioners alike, given its ease of use, free licensing and accuracy. THERM produces simulation output with detailed and easy-to-understand visualizations. In testing with simulation, it is found that the material with the lowest density and thermal conductivity has the highest heat insulation power. Walls with light brick material show a significant effect in heat insulation compared to walls with concrete brick and red brick (fire-brick) material.Abstrak: Memahami perpindahan panas pada material mempermudah perancang untuk mengambil sebuah keputusan dalam perancangan, terkait dengan material, biaya dan kenyamanan yang akan dicapai. Dewasa ini, pemahaman terhadap perpindahan panas tidak harus dilakukan dengan melakukan perhitungan yang kompleks, banyak perangkat lunak simulasi telah diciptakan untuk melakukan analisis terhadap perpindahan panas dengan antar muka pengguna (user interface) yang bersahabat. Lebih dari itu output dari simulasi dan analisis perpindahan panas menghasilkan citra yang lebih mudah dipahami secara visual, seperti tampilan vector flux, garis batasan temperatur hingga infrared color grading yang mempermudah pengguna dalam membaca hasil simulasi. THERM adalah salah satu perangkat lunak simulasi perpindahan panas yang dikembangkan oleh Lawrence Berkeley National Laboratory, University of California bekerja sama dengan US Department of Energy. Dengan penggunaan bebas lisensi (tidak berbayar), perangkat lunak ini berpotensi untuk digunakan secara maksimal oleh perancang maupun akademisi yang memiliki minat terhadap analisis perpindahan panas. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran potensi penggunaan perangkat lunak THERM untuk melakukan pemodelan dan analisis perpindahan panas. Perangkat lunak THERM dapat menjadi alternatif yang baik untuk melakukan penelitian bagi akademisi maupun praktisi, mengingat kemudahan pemakaian, lisensi tidak berbayar dan keakuratan yang diberikan. THERM menghasilkan output simulasi dengan visualisasi yang detail dan mudah dipahami. Dalam pengujian dengan simulasi, didapat bahwa material dengan berat jenis dan nilai konduktivitas termal terendah memiliki daya insulasi panas tertinggi. Dinding dengan material bata ringan menunjukkan efek signifikan dalam menginsulasi panas dibandingkan dengan dinding dengan material batako maupun bata merah.
DESAIN MUSEUM IN-SITU SEBAGAI MEDIA KONSERVASI SITUS ARKEOLOGI (Studi Kasus: Situs Arkeologi Gunung Padang Cianjur) Doni Fireza; Adli Nadia; Lutfi Yondri
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.581

Abstract

Abstract: The Gunung Padang archaeological site in Cianjur, West Java is currently experiencing a challenge when this site is opened to the public where can also be researched and visited at once as one of the source economic benefits to local people. This paper discusses how the typology of the presentation model of archeological sites will become the basis of the concept of museum design as a solution for conservation and the continuity of the research on the Gunung Padang site. The discussion includes; (1) investigating site characteristics and sense of place by providing information about archeological relations with the architectural context; (2) choosing a site presentation typology model that links contemporary characters, historical functions, and future planning and management; (3) analyze planning factors such as location, context, and use; (4) synergizing the previous stages of site design as a combination of space and place of landscape in the archeological order. The result is the museum design as an educational tourist spot with a main orientation on conservation and archaeological research on the Gunung Padang site.Abstrak: Situs arkeologi Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat saat ini mengalami tantangan ketika situs ini dibuka untuk umum di mana harus dapat diteliti dan dikunjungi sekaligus sebagai sumber keuntungan ekonomi untuk masyarakat sekitar. Makalah ini membahas bagaimana tipologi model penyajian situs arkeologi akan menjadi dasar konsep desain museum sebagai solusi untuk konservasi dan kelanjutan penelitian di situs Gunung Padang. Diskusi meliputi; (1) menyelidiki karakteristik situs dan sense of place dengan memberikan informasi tentang hubungan arkeologis dengan konteks arsitektur; (2) memilih model tipologi presentasi situs yang menghubungkan karakter kontemporer, fungsi historis, dan perencanaan dan manajemen masa depan; (3) menganalisis faktor-faktor perencanaan seperti lokasi, konteks, dan penggunaan; (4) mensinergikan tahap-tahap desain situs sebelumnya sebagai kombinasi ruang dan tempat lanskap dalam tatanan arkeologis. Hasil penelitian adalah desain museum sebagai tempat wisata pendidikan dengan orientasi utama pada konservasi dan penelitian arkeologi di situs Gunung Padang.

Page 1 of 3 | Total Record : 27