cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2015)" : 9 Documents clear
S, M, L, XL: SEBUAH PANDANGAN PERALIHAN MODERN URBANISME MENUJU POSTMODERN URBANISME Affrilyno, ,
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.35 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13840

Abstract

Teori Bigness yang digulirkan Rem Koolhaas merupakan teori yang menurut Rem Koolhaas mampu menghasilkan logika sendiri. Sekalipun teori ini dianggap sebagai bentuk yang berbeda dalam wacana arsitektur, namun keberadaannya memiliki pertumbuhan tersendiri. Ihwal teori ini berakar pada tatanan program Manhattanism yang ditulis Rem Koolhaas pada bukunya, Delirious New York (1978). Pada buku selanjutnya, S, M, L, XL (1995), Rem Koolhaas secara lebih terperinci memberikan implementasi aktual dari Manhattanism melalui berbagai proyek yang terealisasi maupun tidak terealisasi beserta tulisan-tulisan yang melingkupinya. Melalui karya tekstualnya, Rem Koolhaas telah mengembangkan pendekatan yang spesifik terhadap urbanisme dan arsitektur. Terkait problematika dalam arsitektur dan urbanisme yang menggulirkan permasalahan terhadap penolakan kompleksitas, kurangnya kontrol, oposisi, kontradiksi, dan skala yang besar, Rem Koolhaas justru merangkul kondisi ini dan menyatakannya sebagai titik awal untuk proyek-proyek mereka. Dalam konteks urban secara spesifik, Rem Koolhaas menyatakan permasalahan urban tidak lagi dapat dikendalikan dengan cara 'klasik' Modernisme. Permasalahan yang ada selanjutnya berfungsi sebagai sarana struktural untuk mengakomodasi permasalahan yang tidak dapat dikontrol. Isu-isu ini selanjutnya berperan sebagai instrumen baru dalam tatanan urbanisme dan arsitektur Theory of Bigness as Koolhaas refers to it generates its own logic. Although the concept suffers from neglect in architectural discourse, it has prospered on its own. The program for Manhattanism has been established in 'Delirious New York' (1978). Furthermore, in the next book, S, M, L, XL (1995), Rem Koolhaas gives a record of the actual implementation of Manhattanism throughout the various (un)realized projects and texts. Through his books, Rem Koolhaas has developed a very specific approach towards urbanism and architecture. Related to the scope of the problems in architecture and urbanism like instead of denial of complexity, lack of control, opposition, contradiction, and bigness, Koolhaas embrace these conditions and declare them as the starting point for their projects. The urban context specifically, Koolhaas stated, no longer can be controlled in the 'classical' manner of Modernism. These issues serve as the structural means to accommodate what cannot be controlled. They are the new instruments of urbanism and architecture.REFERENCESADIP. Rethinking Berlin | a city and its river. ADIP. Urban and Architectural Research. Diakses dari http://www.adip.tu-berlin.de/wp-content/uploads/2010/10/adipmagazine_01__preview.pdf. 22 Mei 2011.Antonio Negri. 2009. On Rem Koolhaas. Diakes dari http://www.haraldpeterstrom.com/content/5.pdfs/Antonio%20Negri%20%E2%80%93%20On%20Rem%20Koolhaas.pdf. 22 Mei 2011.Archdaily. Seattle Public Library”. Diakses dari http://www. archdaily.com/11651/seattle-central-library-oma-lmn/. 30 Mei 2011Henri Achten. Review: S, M, L, XL, O.M.A.,Rem Koolhaas,Bruce Mau,1995. Diakses dari http://lava.ds.arch. tue.nl/books/ koolhaas.html. 22 Mei 2011.John Rajchman. Thinking big - Dutch architect Rem Koolhaas - Interview". ArtForum. Diakses dari FindArticles.com,http://findarticles.com/p/articles/mi_m0268/is_n4_v33/ai_16547724/. 22 Mei 2011.Joshua Ramus. 2004. Seattle Public. In Rem Koolhaas/ OMA, Content, Taschen, hal. 138-149.Lara Schrijver. 2008. OMA as tribute to OMU:   exploring resonance in the work of Koolhaas and Ungers. The Journal of Architecture, Volume 13, No. 3. Diakses dari http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13602360802214927#.VMmnwi42uu8. 22 Mei 2011.Mark Gilbert. 2003. On Beyond Koolhaas : Identity, Sameness and the Crisis of City Planning. Diakses dari http://www.uibk.ac.at/wuv/pdf/ehem/gilbert_city.pdf. 22 Mei 2011.Notablebiographies. Rem Koolhaas. Diakses dari http://www. notablebiographies.com/news/Ge-La/Koolhaas-Rem.html. 31 Mei 2011.O.M.A/Rem Koolhas. Seatle Public Library. Diakses dari www.oma.eu. 29 Mei 2011.Rem Koolhaas, Bigness, or the problem of Large,in Rem Koolhaas/OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL, The Monacelli Press, New York, 1995, hal. 494-517.Rem Koolhaas. 1995. Exodus, or the Voluntary Prisoners of Architecture, in Rem Koolhaas/OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL. The Monacelli Press, New York, hal. 2-21Rem Koolhaas. 1995. Field Trip: (A) A Memoir | The Berlin wall as architecture,in Rem Koolhaas/OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL. The Monacelli Press, New York, hal. 212-233.Rem Koolhaas. 1995. Imagining Nothingness in Rem Koolhaas/OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL. The Monacelli Press, New York, hal. 198-203Rem Koolhaas. 1995. Singapore Songlines : Thirty Years of  Tabula Rasa ,in Rem Koolhaas/OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL. The Monacelli Press, New York, hal. 1008-1089.Rem Koolhaas. 1995. The Generic City in Rem Koolhaas/ OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL. The Monacelli Press, New York, hal. 1238-1269.Rem Koolhaas. 1995. The Terrifying Beauty of the Twentieth Century in Rem Koolhaas/OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL. The Monacelli Press, New York, hal. 204-211.Rem Koolhaas. 1995. What Ever Happened to Urbanism? ,in Rem Koolhaas/OMA and Bruce Mau, S,M,L,XL. The Monacelli Press, New York, hal. 958-971.Rem Koolhaas. 2004. Junkspace', in Rem Koolhaas/OMA/ Content, Taschen, hal. 166-171.Rosemarie Buchanan. Avant-garde architect reinvents Seattle's new library. Diakses dari community. seattletimes.nwsource.com, http://community.seattletimes.nwsource.com/archive/?date=20040517&slug=rem17. 29 Mei 2011Seattle Public Library. Diakses dari http://www.spl.org/Documents/about/libraries_for_all_report.pdf. 28 Januari 2015.Silvana Taher. 2011. Architects Vs. The City or The Problem of Chaos. Diakses dari https://www.aaschool.ac.uk/downloads/awards/Sylvie_Taher_DennisSharpAwardPaper.pdf. 29 Mei 2011.Slate. Going Dutch. Diakses dari www.slate.com, http:// www.slate.com/id/2098574/slideshow/2099123/fs/0//entry/ 2099125/. 30 Mei 2011.William Dietrich. Seattle's New Downtown Library. Diakses dari seattletimes. nwsource.com, http://seattletimes. nwsource.com/ pacificnw/2004/0425/cover.html. 29 Mei 2011
KARAKTERISTIK RUANG PADA RUMAH TRADISIONAL TANEAN LANJHANG DI DESA BANDANG LAOK KECAMATAN KOKOP, KABUPATEN BANGKALAN MADURA Kurnia, Widya Aprilia; Nugroho, Agung Murti
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.191 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13836

Abstract

Tanean Lanjhang merupakan bentuk rumah tradisional Madura yang memiliki komponen-komponen yang di antaranya adalah Langghar (Musholla), rumah utama yang diikuti rumah-rumah lainnya yang pada umumnya berderet dari Barat ke Timur, sesuai dengan urutan dalam keluarga, dapur, kandang, dan Tanean (pekarangan). Pada penelitian ini dibahas tentang karakteristik ruang pada rumah tradisional Tanean Lanjhang di Desa Bandang Laok, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan, Madura yang terfokus pada beberapa kelompok Tanean Lanjhang di Dusun Baktalbak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menganalisis hasil identifikasi karakteristik ruang pada masing-masing kelompok Tanean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola Tanean Lanjhang yang hanya terdapat 1 rumah utama saja disebabkan oleh keterbatasan lahan untuk mendirikan rumah hunian baru, sehingga keluarga baru/muda harus membuat rumah hunian lain dengan pola Tanean Lanjhang juga. Selain itu terdapat persamaan bentuk ruang dengan ukuran ruang yang bervariasi, sesuai dengan fungsi dan kegunaan. Sementara itu, perbedaan pembatas ruang dan komponen ruang menunjukkan tingkat perekonomian yang berbeda Tanean Lanjhang is a form of  Madurese  traditional house  which have components  of Langghar (mosque), the main house followed by other homes that are generally rows from West to East, according to the order in the family, kitchen, stables, and Tanean (yard). This study discussed about the characteristics of space in a traditional house Tanean Lanjhang in the village of Bandang Laok, Kokop District, Bangkalan Regency, Madura, which focused on several groups of Tanean Lanjhang in Baktalbak village. The method used in this research is descriptive qualitative by analyzing space characteristics on each Tanean group. The results showed that the pattern  of Tanean Lanjhang with one main house was caused by the limitation of land to build a new residential house, so the new family must build another residential house with Lanjhang Tanean pattern also. In addition, there is a similarity of form of space with room sizes in vary according to the functionality and usability. While the difference  of space  barrier  and  space  components  showed  the  different  levels of the economy.REFERENCESArimbawa, W., Santhyasa, I Komang Gede. 2010.  Perspektif Ruang Sebagai Entitas Budaya Lokal: Orientasi Simbolik Ruang Masyarakat Tradisional Desa Adat Penglipuran, Bangli-Bali. Local Wisdom Jurnal Ilmiah OnlineDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Sistem Kesatuan Hidup Setempat  Daerah Jawa Timur. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.Haryadi., Setiawan, B .1995, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Dirjen Dikti, Depdikbud RI.Hermanto, H. 2008. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perubahan Fungsi Ruang di Serambi Pasar Induk Wonosobo. Universitas Diponegoro. SemarangLefebvre, Henry. 1991. The Production of Space. Blackwell Publishing. United Kingdom.Maulidi, Chairul. 2010, Harmonisasi ruang, alam dan budaya tradisional madura: sebuah konsep adaptasi lingkungan perkotaan terhadap dampak perubahan iklim. Program Studi Rancang Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi BandungRapoport, Amos, 1969, House Form and Culture. Englewood Cliffs,N.J. Prentice-Hall, Inc.Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. PT Gramedia, JakartaTulistyantoro, Lintu. 2005. Makna Ruang Pada Tanean Lanjang Di Madura, Dimensi Interior,  Vol. 3, No. 2: 137 – 152.  Wahid, J., Alamsyah, B. 2013. Teori Arsitektur; Suatu Kajian Perbedaan Pemahaman Teori Barat dan Timur. Graha Ilmu, YogyakartaWiryoprawiro, Zein, M. 1986. Arsitektur Tradisional Madura – Sumenep. Laboratorium Arsitektur Tradisional Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
POLA PERMUKIMAN TEPIAN AIR, STUDI KASUS: DESA SEPUK LAUT, PUNGUR BESAR DAN TANJUNG SALEH KECAMATAN SUNGAI KAKAP, KABUPATEN KUBU RAYA Putro, Jawas Dwijo; Nurhamsyah, M
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1476.162 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13841

Abstract

Proses terbentuknya lingkungan permukiman dimungkinkan karena adanya proses penciptaan lingkungan hunian sebagai wadah fungsional yang menampung segala kebutuhan manusia dan dilandasi oleh pola aktifitas serta merupakan hasil interaksi antara manusia atau kelompok masyarakat dengan setting (rona lingkungan) baik bersifat fisik maupun non fisik (sosial budaya). Manusia dalam menempati lingkungan huniannya disesuaikan dengan preferensi lingkungan yang menyangkut pemahaman karakteristik alam dan manusia serta hubungan timbal baliknya. Penyesuaian ini memunculkan konsep bermukim yang memperlihatkan cara masyarakat beradaptasi dengan lingkungan dan membentuk pola permukiman. Seperti halnya yang dibahas dalam penelitian ini dengan mengambil kasus masyarakat di tiga desa yaitu ; Desa Sepuk Laut, Desa Tanjung Saleh, dan Desa Punggur Besar Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, yang beradaptasi dengan lingkungan dan membentuk pola pemukiman pada kawasan tepian air. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pola permukiman yang terbentuk pada tiga desa diatas mengacu pada tahapan perkembangan kawasan pinggiran sungai atau air, struktur pola permukiman kawasan yang linier, orientasi kearah tepian air, kepadatan dan kualitas bangunan, serta topografi tepian air The process of settlements formation was possibly made by the process of creating dwelling environment as a functional space that accommodate all human needs, These condition are based on the patterns of activity and interaction between people or society with the their environmen setting; both physical and non-physical (social and cultural). In occupied their environment, humans are adapt  to the  environment  preferences  concerning their understanding  to  the natural  characteristics  and  vice-versa.  This adaptation  led to  the concept of  living  that shows  how  people adapt  to the environment  and  creating  their settlement patterns. This study used case study from three villages, namely; Sepuk Laut village, Tanjung Saleh village, and Punggur Besar  village of Sungai Kakap Sub-district, Kubu Raya Regency, which adapt to the environment and form a pattern of settlement in the waterfront areas. The results of this study shown that the settlement pattern formed based on the stage of development of the river and waterfront areas. Besides, it also found that the structure of the settlement is in linear patterns, orientation to the water, the density and quality of the buildings, and the topography of the waterfront.REFERENCESAbdullah. 2000. Upaya Meningkatkan Income Penduduk Kawasan Penyangga Kota Melalui Penataan Prasarana Permukiman. laporan penelitian. Lemlit Universitas Tadulako. PaluBertrand, Alvin L. 1972. Seventy Years or Rural Sociology in The United States.Essay Press.New YorkBintarto, R. !983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Ghalia. JakartaDepdikbud, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. JakartaMoeleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. BandungMuhajir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin. YogyakartaRapoport, Amos (1989). Dwelling Settlement and Tradition. Prentice Hall Inc. LondonSnyder, J.C; Catanese A.J. 1985. Pengantar Arsitektur. Erlangga. Jakarta.Suprijanto, I. 2001.Model Pengembangan Kawasan Kota Tepi Air. Makalah pada KOLOKIUM Hasil Litbang PUSKIM 2002. Puslitbang Permukiman. Balitbang Departemen KimpraswilTaylor, Lee. 1980. Urbanized Society. Goodyear Puiblishing Company Inc. Santa Monica, California.Turner, F, C. 1976. Housing Policy by People: Towards Autonomy in Building Environment. Marion Boyars. London
PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF BLACK WOOD (EBONY) AS A CONSTRUCTION MATERIAL Yoresta, Fengky Satria
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.89 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13837

Abstract

This research is aimed to determine physical and mechanical properties of Ebony wood as a construction material. The physical and mechanical properties test is conducted based on ASTM D 143-94 code. The mean value of moisture content and specific gravity of Ebony wood is obtained 12,90% and 0,92 gr.cm-3 respectively. Meanwhile MOE, bending strength, compressive strength parallel to grain, shear strength, and tensile strength parallel to grain are 180.425,87 kg.cm-2; 1656,22 kg.cm-2; 861,55 kg.cm-2; 119,61 kg.cm-2; dan 2.319,03 kg.cm-2 respectively. Based on the test results, it can be concluded that Ebony wood is classified to Strength Class I due to PKKI 1961, so it can be recommended for use in heavy construction such as bridge and building structures Penelitian ini bertujuan menentukan sifat fisis dan mekanis kayu  Ebony sebagai material konstruksi. Pengujian sifat fisis dan mekanis dilakukan berdasarkan standar ASTM D 143-94. -3Nilai kadar air rata-rata kayu Ebony diperoleh sebesar 12,90% dan berat jenis 0,92 gr.cm . Sementara nilai rata-rata MOE, kuat lentur, kuat tekan sejajar serat, kuat geser, dan kuat tarik -2 -2 -2sejajar serat berturut-turut adalah 180.425,87 kg.cm ; 1656,22 kg.cm ; 861,55 kg.cm ; -2 -2119,61 kg.cm ; dan 2.319,03 kg.cm . Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kayu Ebony tergolong kelas kuat I menurut PKKI 1961, sehingga dapat direkomendasikan untuk digunakan pada konstruksi-konstruksi berat seperti jembatan dan struktur bangunan. REFERENCESAghayere A & Jason V. 2007. Structural Wood Design: A Practice-Oriented Approach Using the ASD Method. John Wiley & Sons, Inc., New JerseyBoen T. 2009. Constructing Seismic Resistant Masonry Houses in Indonesia. United Nation.Chauf KA. 2005. Karakteristik Mekanik Kayu Kamper sebagai Bahan Konstruksi. Majalah Ilmiah MEKTEK . Vol 7 : 41-47.Dolan JD. 2004. Timber Structures. Pp 628-669 in Wai FC & Eric ML (Eds) Handbook of Structural Engineering – 2nd ed. USA. Duggal SK. 2008. Building Materials – 3rd ed. New Age International (P) Ltd, New Delhi.Kim NT, Matsumura J & Oda K. 2011. Effect of growing site on the fundamental wood properties of natural hybrid clones of Acacia in Vietnam. Wood Science 57: 87–93.Lempang M & Muhammad A. 2008. Anatomical Structure, Physical and Mechanical Properties of Kumea Batu Wood. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol.26(2): 138-147 (In Indonesian)Martawijaya A., Kartasujana I, Mandang YI, Prawira SA, & Kadir K. 2005. Atlas Kayu Indonesia, Jilid II. Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia). 1961. PKKI NI – 5 1961. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.Wanneng PX, Ozarska B, & Daian MS. 2014. Physical Properties Of Tectona Grandis Grown In Laos. Journal of Tropical Forest Science 26(3): 389–396Winandy JE. 1994. Wood Properties. Hal 549-561 dalam Arntzen, Charles J., (Editor) Encyclopedia of Agricultural Science. Vol. 4. October 1994. Academic Press, Orlando.Wood Handbook. 2010. Wood as Engineering Material. Forest Product Laboratory. United States Department of Agriculture Forest Service, Madison.Yancey CW. et al. 1998. A Summary of the Structural Performance of Single Family Wood Framed Housing, Building and Fire Research Laboratory, National Institute of Standards and Technology, Gaithersburg, MD.
MODEL PENELITIAN HUBUNGAN POLA PERMUKIMAN DAN KONFLIK ANTAR ETNIK Kalsum, Emilya
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.351 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13842

Abstract

Bangsa Indonesia seringkali mengalami konflik antar etnik, yang dapat terjadi karena kemajemukan suku dan kebudayaan yang dimiliki. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa akar permasalahan konflik adalah perbedaan sistem nilai-nilai budaya dan kemudian konflik dapat menyebabkan segregasi yang berimbas pada pola permukiman. Padahal bukan tidak mungkin konflik tersebut terjadi karena suatu pola permukiman yang menegaskan perbedaan nilai-nilai di antara pemukimnya sehingga proses integrasi tidak dapat terjadi. Kajian ini menyusun model yang dapat digunakan untuk menelaah pengaruh pola permukiman terhadap konflik sehingga mampu dilakukan penelitian yang komprehensif. Kajian dimulai dengan mengupas pengertian pola permukiman dengan tiga unsur (wadah, isi, jaringan) dan melihat konsep hubungan sosial. Wujud proses interaksi sosial dapat membuahkan dua alternatif yang bersifat positif atau negatif. Hal bersifat negatif akan memunculkan suasana hubungan sosial yang tidak harmonis dan kemudian memunculkan konflik. Hubungan sosial antar etnik juga selalu diwarnai prasangka yang dilandasi sikap stereotip dan etnosentris juga karena adanya perbedaan kepentingan. Unsur-unsur dalam pola permukiman dikaitkan dengan hubungan sosial di antara penghuninya. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perilaku melalui konsep seting perilaku (behavior setting). Hasil kajian adalah sebuah model penelitian yang mengkaitkan antara pola permukiman sebagai wadah (space) kegiatan dan kondisi sosial yang tidak terlepas dari sikap stereotip dan etnosentris serta perbedaan kepentingan Indonesia, with its multi-cultural and ethnic diversity, has suffered many ethnic conflicts. Research has shown that the conflicts roots from the different system of cultural values. The conflicts can lead to segregation which impact on settlement patterns. However, it is possible that conflict occurs due to settlement pattern that asserts the difference in values between the settlers so that the integration process cannot occur. This study is to create a research model that can be used to investigate the effect of the settlement pattern to the conflict. It began with the definition of settlement pattern which includes three elements (place, content, network) and seek the concept of social relationship. Social interaction process can produce two alternatives that are positive or negative. Negative alternative will bring inharmonic atmosphere which let to conflict. Inter-ethnic social relations also always accompanied by prejudices based on stereotype and ethnocentric attitudes; also due to different interests. Elements in settlement pattern was studied with its connection with social relations among its inhabitants. The approach taken was behavioral approach by the concept of behavior setting. The study resulted in a research model which combine settlement pattern as space for activity with social condition which is closely related to stereotype and ethnocentric attitudes as well as different interestsREFERENCESAhmadi, A. 1991. Masalah Carok Di Madura, Samsuri Ed., Madura II, Proyek Penelitian Madura, Depar-temen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Malang: IKIP.Alqadrie, Syarif lbrahim. 1999. "Konflik Etnik di Ambon dan Sambas: Suatu Tinjauan Sosiologis”. Antropologi Indonesia. Th. XXIII, No. 58.Basset, Keith dan Short, John. 1978. Housing Residential Structure Alternatives Approaches' Ronhedge & Kegan Paul. London: Boston & Henley.Baum, Howeell S. 1998. “Ethical Behavior is Extraordinary. Behavior; It’s The Same As All Other Behavior. A Case Study In Community Planning”. APA Journal Autumn.Bernard, Jessie. 1973. Concencus, Conflict And Criminology. Unpub. PhD, School of Criminal Justice, State University Of N.Y at Albany.Broom, L., Selznick P. 1957. Sociology, Row. New York: Petterson & Co.Broom, L., Selznick P. dan Daroch, D.S. 1981. Sociology. New York: Harper International Edition.Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta.Doxiadis. 1974. “Action For A Better Scientific Approach To The Subject Of Human Settlements" The Journal of Ekistics. Volume 38. No. 229. Desember 1974.Drever, James. 1986. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.Ellen, Ingrid Gould. 2000. "Race-Based Neighborhood Projection: A Pro-posed Framework for Understanding New Data On Racial Integration”., Urban Studies. Vol. 37, No. 9. p. 1513 – 1533.Friedrichs, Jurgen. 1998. "Ethic Segregation In Cologne, Germany, 1984-94". Urban Studies. Vol. 35 No. 10. p.1745 – 1763.Hardjosudarmo, Soedigdo. 1965. Kebijak-sanaan Transmigrasi Dalam Rangka Pembangunan Masyarakat Desa Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.Haryadi & B. Setiawan. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, Suatu Pengantar Ke Teori, Metodologi dan Aplikasi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Heeren, H.H. 1979. Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Gramedia.Indonesia, Depnakertrans, Badan Penelitian dan Pengembangan. 1978. Laporan Penelitian Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Antar Kelompok Etnik di Daerah Transmigrasi 1977/1978. Jakarta.Kartono, Kartini dan Gulo, Dali. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.Kempen, R. Van dan Ozuekren, Sule. 1998. "Ethnic Segregation In Cities: New Forms And Explanation In A Dynamic World". Urban Studies. University of Glasgow. Vol. 35. No. 10.Koetjaraningrat. 1974. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan.Minnery, J.R. 1986. "Urban Planners And Role Conflicts". Journal Of Urban Policy And Research.Murdie, Robert A. & Borgegard, Lars-Erik. 1998. “Immigration Spatial Segrega-tion and Housing Segmentation Of Immigrants In Metropolitan Stockholm, 1960-95". Urban Studies, Vol. 35, No. 10, p. 1869 – 1888.Owusu, Thomas Y. 1999. “Residential Patterns and Housing Choices of Ghanaian Immigrants in Toronto, Canada”. Housing Studies. Vol. 14, No. 1. 1999.Pattiselanno, J.Th.F. 1999. “Tradisi Uli, Pela dan Gandong pada Masyarakat Seram, Ambon dan Uliase”. Jurnal Penelitian Antropologi.Pelly, Usman. 1999. “Akar Kerusuhan Etnis di Indonesia: Suatu Kajian Awal Konflik dan Disintegrasi Nasional di Era Reformasi” dalam seminar Memasuki Abad Ke-21: Antropologi Indonesia Menghadapi Krisis Budaya Bangsa. Kampus Universitas Indonesia. 6-8 Mei 1999.Polak, Mayor .1979. Sosiologi, Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: Ikhtiar Baru.Pondy, Louis R. 1967. “Organizational Conflict: Concepts and Models”. Administrative Science Quarterly. Vol. 12, No. 2. September 1967.Porteous, Douglas J. 1977. Environment And Behaviour. Massachusset: Addison Wishley Publishing Co.Putra, Hedhi Sri Ahimsa. 1978. The Transmigration Village of Sidomulyo Yogyakarta. Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Kependudukan UGM.Rahardjo, Chodijah B. 1984. Transmigrasi dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman. Jakarta: Rajawali.Rapoport, Amos. 1969. House, Form And Culture. London: Prentice-Hall, Inc.Scott, Suzie & Parkey, Hillary. 1998., "Myths And Reality: Anti-Social Behavior In Scotland". Housing Studies. Vol. 13, No. 1, 1998.Sill, David L. 1968. International Encyclopedia of The Social Sciences. The MacMillan Company & The Free Press.Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.Soelaeman, M. Munandar. 1986. Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Jakarta : LP FE-UI.,Soelaeman, M. Munandar. 1993. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Eresco, Bandung.Sudagung, Hendro Suroyo 2001. Mengurai Pertikaian Etnis, Migrasi Swakarsa Etnis Madura Ke Kalimantan Barat. Institut Studi Arus Informasi.Sulistyo, Hermawan. 1982. Aspek-Aspek Sosial Transmigrasi. Economica. Vol. 10, No.2.Suparlan, Parsudi. 1972. The Javanese In Bandung: Ethnicity In A Medium Sized Indonesian City. M.A., Thesis, University Of Illinois.Suparlan, Parsudi, 1999. Kemajemukan, Hipotesis Kebudayaan Dominan Dan Kesukubangsaan, dalam seminar 'Memasuki Abad ke-21 : Antropologi Indonesia Menghadapi Krisis Budaya Bangsa', di Kampus Universitas Indonesia. 6-8 Mei 1999.Susanto, Astrid S. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta.Watkins, J.W.N. 1974. The Unity of Popper’s Thought, dalam P.A. Schilpp (Ed.), The Philosopy of Karl Popper. The Library of Living Philosophers, vol. XIX. Illinois: Open Court.Yusuf, Yusman. 1989. Dinamika Kelompo. Bandung: CV. Armico.
MAKNA LOKALITAS WAJAH BANGUNAN KOLONIAL DI PUSAT KOTA KRIAN-SIDOARJO Febrianto, Eko; Wulandari, Lisa Dwi; Antariksa, ,
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1638.647 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13838

Abstract

Arsitektur pada dasarnya merupakan wujud kreativitas manusia dalam kehidupan baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang berbudaya sekaligus bentuk adaptasi terhadap kondisi alam. Kota Krian merupakan kota tua dan mengalami perkembangan pesat pada jaman kolonial Belanda. Gaya arsitektur kolonial kemudian berkembang dan menjadi tren bagi masyarakat lokal yang didominasi oleh suku jawa.Uniknya bangunan-bangunan gayakolonial tersebut dibangun dan dimiliki oleh warga lokal. Wajah bangunan sebagai ekspresi pemiliki rumah menjadi komponen utama dalam membentuk citra kawasan, tetapi saat ini akibat perkembangan kota banyak terjadi perubahan wajah bangunan dan fungsi bangunan yang mengdegradasi hal tersebut. Tujuan studi adalah untuk mengetahui makna bentuk elemen wajah bangunan bergaya kolonial di Kota Krian. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan pengamatan pada elemen-elemen wajah bangunan sehingga dapat dianalisis tipologi yang bermuara pada makna wajah bangunan. Hasil penelitian menjelaskan makna dari setiap bentuk elemen wajah bangunan berdasarkan orientasi, atap, pintu, jendela, kolom bangunan, lantai bangunan, dan ornamen bangunan Architecture is basically a form of human creativity, both as individual  and social creature, as the adaptation with the environment. Krian City is the old town and has experiencing  with a  rapid development in the colonial era.  Afterwards,  colonial architectural styles evolved and became a trend for local communities that dominated by Javanese.  Colonial style buildings  were  built and owned by the local residents(Javanese). Building facade as an expression of the owner has became a major component in shaping the image of the city,  however, presently, due to the development of Krian City;it make many changes in building façade and the function of the buildings. The aim of this study is to find out the meaning of the elements from building  façade  in the colonial style buildings in  Krian City. This research uses descriptive qualitative  methodology, by doing  observations on the  building facade elements,then analyzed byperforms building typology of building facade. The results of this study has described the form of building façade elements meaning based on the orientation of the building, roof, doors, windows, column,  floor, and ornamentationREFERENCESDakung, Sugiyarto. 1981. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, YogyakartaDewi, N.K.A. 2003.Geomerti, Simetri dan Religiusitas pada Rumah Tinggal Tradisional di Indonesia. Jurnal Permukiman Natah I (1); 29-42Fauzi, B. 2011.Memahami Relasi Fungsi, Bentuk dan makna Arsitektur Rumah Tinggal Masyarakat Kota Pesisir Utara di Kawasan Jawa Timur. Jurnal DIMENSI, XXXVIII (2); 79-88Frick, H. 1997. Pola Struktur dan Teknik Bangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius, YogyakartaFrick, H. 2010. Pola Struktur dan Teknik Bangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius, YogyakartaIsmunandar. 1986. Joglo: Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Penerbit Dahara Prize, Semarang,Krier, R. 1988. Architectural Composition. Academy Edition, LondonKrier, R. 2001. Komposisi Arsitektur, Erlangga, JakartaLippsmeier, G. 1980. Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Erlangga, JakartaNoeradya, Siti Woeryan Soemadiyah. (2005). Attassadhur Adammakna. CV. Buana Raya, YogyakartaPhilips, D dan Gardner, C. 2004.Daylighting – Natural Light in Architecture. Architectural Press, OxfordRossi, Aldo. 1982. Architecture of the City. The MIT Press, London-EnglandSatwiko, P. 2013. Aspek Energi pada Arsitektur Nusantara. SAN 2 Arsitektur Nusantara Berkelanjutan; 1-13, Malang, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
PENGHALANG SOSIAL DAN PSIKOLOGIS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PRINSIP BANGUNAN HIJAU Caesariadi, Tri Wibowo
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.045 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13843

Abstract

Proyek konstruksi bangunan merupakan kegiatan yang menentukan penerapan prinsip bangunan hijau. Gerakan bangunan hijau yang telah berlangsung cukup lama telah cukup berhasil secara teknologi dan ekonomis, namun halangan dapat datang dari manusia yang terlibat (stakeholders) pada proyek tersebut. Penghalang ini berangkat dari faktor sosial dan psikologis manusia, yang seringkali tidak disadari. Kajian tentang penghalang tersebut dilihat dari tingkat individu, organisasi dan kelembagaan. Pemecahan masalah dilakukan dengan melihat penghalang sebagai kesempatan atau sebagai masalah yang harus dipecahkan. Faktor edukasi memegang peranan penting dalam mengubah faktor sosial dan psikologis yang menghalangi tersebut. Termasuk pula peranan penting pemerintah sebagai pengatur Process of construction project is an activity which determines the application of the principles of green building. Green building movement has been going on for quite a while and has been significantly successful both technologically and economically. However, obstructions may come from humans involved (stakeholders) in the project. These obstructions originated from the social and psychological factors, which are often unrecognized.  This study on the obstructions covered  from the level of individuals, organizations and institutions. Problem solving is done by looking at the obstructions as the opportunity or as a problem to be solved. Education holds significant role in changing social and psychological factor, this includes the role of government as the regulatorREFERENCES______ 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK® Guide) — Fourth Edition. Newtown Square: Project Manage-ment Institute.______            Green Building Council Indonesia. http://www.gbcindonesia.org. Akses: 7 Desember 2010.Hoffman, Andrew J. & Henn, Rebecca. 2008. Overcoming the Social and Psychological Barriers to Green Building. Organization and Environment, Vol. 21 number 4, December 2008. Sage Publications. http://oae.sagepub.com/content/21/4/ 390.refs.htmlRetzlaff, Rebecca C. 2009. The Use of LEED in Planning and Development Regulation: An Exploratory Analysis. Journal of Planning Education and Research, Vol. 29, May 2009. Sage Publications. http://jpe.sagepub.com/ content/ 29/1/67.refs.html
POLA PEMANFAATAN RUANG PADA SELAMATAN DESA DI PERMUKIMAN PERKOTAAN, STUDI KASUS: SELAMATAN DESA RW IV KELURAHAN JAJAR TUNGGAL SURABAYA Astari, Dahlia; Nugroho, Agung Murti
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.827 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13839

Abstract

Selamatan desa adalah ritual yang bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur atas panen yang melimpah dan menghindarkan diri dari mara bahaya. Di beberapa daerah di Kota Surabaya masih melaksanakan tradisi tersebut terutama di daerah pertanian. Meskipun demikian, RW IV Kelurahan Jajar Tunggal masih mempertahankan tradisi tersebut meskipun kondisi permukiman berada di wilayah padat perkotaan dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam dan bekerja di sektor swasta dan bekerja sebagai tukang. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui pola pemanfaatan ruang yang terjadi pada pelaksanaan selamatan desa dengan memanfaatkan jalan utama untuk melaksanakan tradisi tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan behavior mapping dengan pemetaan perilaku yaitu place centered maps. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pola pemanfaatan ruang di jalan utama kampung berbentuk menyebar dan mengelompok di daerah yang rindang dan dekat dengan warung/toko. Sedangkan pada saat selamatan desa, pusat aktivitas terjadi hampir di sepanjang jalan utama kampung Selamatan desa is a ritual that aims to create a sense of gratitude for a bountiful harvest and refrain from danger. In some areas in the city of Surabaya still  performs  this tradition, especially in the areas that still have agricultural land. However, RW IV Kelurahan Jajar Tunggal still performs this tradition even though the conditions in the settlements located in the dense urban area with a  Muslim  majority society and livelihood as private sector employees and craftmans. Therefore, this study wants to know the pattern of utilization of space that occurs in Selamatan desa that using the main street for the tradition. The Method used is descriptive qualitative with environment behavior study approach with behavior mapping by place centered maps. The results of this study indicate that the pattern of use of the street in everyday activities shaped with spread and clustered form in an area close to stall or shady areas. While at Selamatan desa, the concentration of activity spread all along the main streetREFERENCESHaryadi & Bobby Setiawan. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Teori, Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan: Departemen Pendidikan dan KebudayaanLang, John. 1987. Creating Architectural Theory. Van Nostrand Reinhold Co. New York.Laurens, Joyce.2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT. Grasindo. JakartaRapoport, Amos. 1977. Human Aspects of Urban Form: Towards A Man-Enviromental Approach to Urban Form And Design. Pergamon Press, New York.Wahid, Julaihi & Bhakti Alamsyah. 2013. Teori Arsitektur: Suatu Kajian Perbedaan Pemahaman Teori Barat dan Timur. Graha Ilmu. YogyakartaZeisel, John. 1981. Inquiry by Design: Environment/Behavior/Neuroscience in Architecture, Interiors, Landscape and Planning. Wadsworth Inc, Belmont. California 
TIPOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL MAMASA, SULAWESI BARAT Mithen, ,
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.118 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13835

Abstract

Mamasa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang mempunyai budaya lokal tersendiri, dan permukimannya masih ada yang mempertahankan iklim tradisional. Hingga saat ini, populasi arsitektur tradisional Mamasa masih terdapat di 7 kecamatan, terdiri atas 30 situs kampung tradisional dengan kondisi yang semakin berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi rumah tradisional Mamasa sebagai upaya inventarisasi dan dokumentasi arsitektur tradisional Mamasa. Metode penelitian dilakukan secara kualitatif-eksploratif melalui survei dan observasi ke situs-situs populasi arsitektur tradisional yang masih ada di beberapa perkampungan, serta melakukan wawancara kepada orang-orang tua yang masih mengetahui seluk-beluk rumah tradisional. Teknik analisis data dilakukan secara tipologi dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan responden serta penelitian sebelumnya. Produk pengumpulan data berupa hasil wawancara serta foto-foto lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima jenis tipologi rumah tradisional Mamasa, terdiri atas: 1) banua longkarrin (rumah sederhana), 2) banua rapa’ (rumah yang berwarna alami), 3) banua disussuk (rumah yang diukir khusus), 4) banua bolong (rumah yang berwarna hitam), dan 5) banua sura’ (rumah ukir). Mamasa is one of a regency in West Sulawesi Province, which has a special local culture and part of the settlements were still maintain their traditional scene. Presently, the number of Mamasa traditional buildings is still exist in 7 districts, consist of 30 traditional village sites, but continue decreasing. This research aimed to find out the tipology of Mamasa traditional houses for inventory and documentation of Mamasa traditional architecture. This research was performed by qualitative-explorative technique through survey and observation at the site. Subsequently, this research carried out interview to the respondents which still have information about Mamasa traditional houses. Analysis was performed by making building typology, by comparing interview result and previous research. Product of data collection are interview transcripts  and  site images.  Findings  indicates  that there are five tipology  of Mamasa traditional houses, which are: 1) banua longkarrin (Simple house);  (natural colour house) 3) banua disussuk (Special carving house) 4) banua bolong; (black house); banua sura (Carving house) REFERENCESAnonim,1998. Pengantar Arsitektur. Bahan penataran dosen arsitektur. Cisarua BogorBarliana, Syaom M. 2004. Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid. Dimensi Teknik Arsitektur Vol.32 No.2 Hal. 110 - 118  Bonggalangi (Umur 70 tahun). Komunikasi Pribadi, Oktober 2013Hellman, Louis. 1988. Architecture For Beginners. Amazon, Co.UkMandadung, Arianus. 1999. Mamasa Dalam Lintasan Sejarah, Budaya, dan Pariwisata. MakassarMangunwijaya, Y.B. 1992. Wastu Citra. Gramedia, JakartaMattulada. 1992. Penerapan Unsur Tradisional Kedalam Bangunan Baru. Seminar Nasional Kebudayaan dan Arsitektur, UGM, YogyakartaPai’pinan (Umur 68 tahun). Komunikasi Pribadi, Juli 2013PH Pualillin (Umur 70 tahun).  Komunikasi Pribadi, Desember 2012Poerwadarminta, W.J.R. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, JakartaPresiden Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang No. 11 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Provinsi Sulewesi SelatanRebong (Umur 85 tahun). Komunikasi Pribadi, Maret 2012Ruskin, J. 1992. Tradition and Architecture. University  Press, Manchester Siegel, Curt. 1962. Structure and Form in Modern Architecture. Vand Nostrad Reinholf, New York Tandirandan (Umur 82 tahun). Komunikasi Pribadi, Oktober 2013

Page 1 of 1 | Total Record : 9