cover
Contact Name
dr. Mitayani, M.Si. Med
Contact Email
mitayani.dr@gmail.com
Phone
+6281320074327
Journal Mail Official
sifa_medika@um-palembang.ac.id
Editorial Address
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Gedung F lantai 1 Jl. K.H. Balqhi, 13 Ulu, Seberang Ulu I, Palembang
Location
Kota palembang,
Sumatera selatan
INDONESIA
Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
ISSN : 2087233X     EISSN : 25806971     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Syifa MEDIKA published by Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Palembang is a peer-reviewed journal that published two times a year: September and March. Syifa MEDIKA is a national peer-reviewed and open access journal. We accept original article, case report, and literature review from all area of medicine, biomedicine, and publich health fields. Focus and Scope: All area of medicine, biomedicine, and publich health fields. Anatomy, Biomedicine, Pharmacology, Microbiology, Nutrition, Biochemistry, Physiology, Tropical Medicine, Public Health, Pediatric, Internal Medicine, Obstetry and Gynaecology, Dermatovenereology, Surgery, Neurology, Family Medicine, Medical Education.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan" : 8 Documents clear
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MEMPENGARUHI KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DAN LANJUTAN ANAK DI PUSKESMAS PLAJU PALEMBANG Chairani, Liza; Govind, Reval Zakyal; Badri, Putri Rizki Amalia
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.1709

Abstract

Imunisasi berguna untuk meningkatkan kesehatan anak-anak sehingga mengurangi angka morbiditas dan mortalitas anak. Data cakupan imunisasi anak usia 12-13 tahun di Indonesia pada tahun 2013 masih jauh dari target WHO. UCI di Kelurahan Plaju Palembang pada tahun 2015 belum mencapai target 100%. Belum tercapainya target UCI di Kelurahan Plaju Palembang ini perlu dicari tahu apa penyebabnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dan lanjutan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Plaju Palembang dengan besar sampel 52 orang yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang telah divalidasi. Sebagian besar subjek penelitian berusia kurang dari 35 tahun (87,1%), memiliki pendidikan terakhir SMA (48,1%), tidak bekerja (73,1%), memiliki pengetahuan yang baik mengenai pentingnya imunisasi dasar dan lanjutan bagi anak (55,8%), dan sikap yang positif mengenai pentingnya imunisasi dasar dan lanjutan bagi anak (73,1%). Hasil uji chi square antara tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi memperoleh nilai p 0,000 dan antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi memperoleh nilai p 0,010. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu mengenai pentingnya imunisasi bagi anak dengan kelengkapan imunisasi dasar dan lanjutan anak.
GAMBARAN PENYAKIT MATA YANG MENYERTAI PENYAKIT DIABETES MELLITUS TIPE II PADA LANSIA Indawaty, Septiani Nadra; Ningsih, Ena Aprita; Purwoko, Mitayani
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v11i1.2183

Abstract

Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis akibat kegagalan pankreas menghasilkan insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif. Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 13%. Adanya komplikasi mikrovaskular dapat menyerang organ mata dan menimbulkan berbagai penyakit mata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penyakit mata yang menyertai lansia yang menderita DM tipe II sepanjang tahun 2016 di RS Muhammadiyah Palembang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan dengan menilik rekam medik di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang selama periode 1 Januari - 31 Desember 2016. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Penyakit mata yang menyertai penderita DM tipe II adalah katarak, glaukoma, dan miopia. Oleh karena itu, pihak pelayanan kesehatan perlu memberi edukasi kesehatan mengenai hal ini bagi para penderita DM tipe II agar dapat mengontrol kadar gulanya sehingga terhindar dari penyakit mata.
TRABEKULEKTOMI DENGAN MITOMYCIN-C PADA COGAN-REESE SYNDROME Husnaini, Husnaini; Ilahi, Fitratul
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.2158

Abstract

Cogan-Reese syndrome merupakan variasi klinis dari Iridocorneal endothelial (ICE) syndrome. Cogan-Reese syndrome memiliki gambaran nodul berpigmen pada iris dan tidak tampak struktur iris yang normal. Terapi medikamentosa dan trabekulektomi memiliki tingkat kesuksesan yang rendah. Pemberian Antifibrotic agents dapat meningkatkan angka kesuksesan filtering surgery pada ICE syndrome. Pada kasus ini dilaporkan seorang pasien perempuan, 51 tahun mengeluhkan penglihatan kabur pada kedua mata. Visus pada mata kanan 20/100 dan visus mata kiri 20/40. Pemeriksaan oftalmologi mata kanan menunjukkan kornea bening, kamera okuli anterior VH3, tampak nodul berpigmen gelap pada stroma iris di semua kuadran. Pemeriksaan gonioskopi ditemukan peripheral anterior synechiae pada semua kuadran. Pemeriksaan funduskopi menunjukkan cup disc ratio 0.9 dengan tekanan intraokuler 22 mmHg. Pemeriksaan oftalmologi mata kiri dalam batas normal. Terapi medikamentosa pada pasien ini tidak efektif menurunkan tekanan intraokuler, kemudian dilakukan trabekulektomi dan mitomycin-C. Target pressure tercapai dengan tekanan intraokuler rata-rata dalam 3 bulan pertama adalah 9 mmHg. Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah trabekulektomi dengan mitomycin-C memberikan kontrol tekanan intraokuler yang baik pada Cogan-Reese syndrome.  
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG FAKTOR RISIKO HIPERURISEMIA Badri, Putri Rizki Amalia; Rosita, Yanti; Peratiwi, Della
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.2236

Abstract

Prevalensi hiperurisemia meningkat dengan cepat pada populasi dunia. Hiperurisemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko diantaranya genetik, usia, jenis kelamin, obesitas, asupan makanan, alkohol, komsumsi obat maupun gangguan ginjal. Banyaknya faktor risiko tersebut memerlukan adanya pencegahan hiperurisemia berupa peningkatan pengetahuan masyarakat. Tidak semua faktor risiko yang diketahui oleh masyarakat tentang hiperurisemia sehingga pengetahuan tentang faktor risiko hiperurisemia sangat penting dalam mencegah peningkatan prevalensi hiperurisemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang faktor risiko hiperurisemia. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2019 dengan populasi adalah masyarakat kelurahan 16 Ulu kota Palembang. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling yang berjumlah 100 orang. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah masyarakat bersedia menjadi responden. Kriteria eklusi adalah yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan pengetahuan masyarakat dinilai dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitas. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan menghitung distribusi frekuensi tiap variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan kedua variabel menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan usia dan penyuluhan memiliki hubungan  signifikan terhadap pengetahuan tentang faktor risiko hiperurisemia dengan p value 0,015 dan 0,016 (p value<0,05). Pendidikan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan tentang faktor risiko hiperurisemia dengan p value 0,692 (p value>0,05). Diharapkan bagi tenaga kesehatan atau instansi kesehatan dapat terus memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama tentang faktor risiko hiperurisemia.
Efek Leptin Berlebih terhadap fertilitas Laki-laki William, William
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.2069

Abstract

Secara global, kejadian infertilitas pada pasangan suami-istri mencapai 15%, di mana lebih kurang setengahnya disebabkan oleh faktor laki-laki. Beberapa faktor diketahui meningkatkan risiko infertilitas pada laki-laki, antara lain merokok, konsumsi alkohol, paparan polusi udara, hingga obesitas. Obesitas menjadi perhatian serius karena prevalensinya yang terus meningkat. Obesitas berhubungan dengan kadar leptin, suatu hormon adiponektin yang berperan dalam maturasi dan pengaturan fisiologi sistem reproduksi manusia, termasuk laki-laki. Namun, jumlah leptin yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap fertilitas pria karena meningkatkan jumlah reactive oxygen species (ROS) pada testis, menginhibisi pembentukan testosteron, serta menginduksi produksi prolaktin. Lebih jauh, hiperleptinemia kronis juga dapat menimbulkan resistensi leptin yang akan memengaruhi spermatogenesis. Akibatnya, terjadi penurunan kuantitas dan kualitas spermatozoa.
KEJADIAN SKABIES BERDASARKAN PEMERIKSAAN DERMOSKOP, MIKROSKOP DAN SKORING DI PONDOK PESANTREN AL ITTIFAQIAH Miftahurrizqiyah, Miftahurrizqiyah; Prasasti, Gita Dwi; Anwar, Chairil; Handayani, Dwi; Dalilah, Dalilah; Aryani, Indah Astri; Ghifari, Ahmad
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.1972

Abstract

ABSTRAK Skabies merupakan penyakit kulit akibat arthopod, spesies Sarcoptes scabiei, dengan gejala klinis berupa rasa gatal dan lesi polimorfik berupa eritem, papul, nodul, atau pustula. Penyakit tular ini berhubungan dengan rendahnya higienitas perorangan dan kebiasaan bertukar barang. Faktor lain yang berperan yaitu rendahnya sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan. Skabies memiliki prevalensi tinggi di negara tropis dan berkembang, salah satunya Indonesia. Pesantren merupakan tempat potensial bagi transmisi penyakit kulit, terutama skabies, karena memiliki lingkungan tempat tinggal yang padat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang dan dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2018. Data diambil dari semua santri yang menderita penyakit skabies. Prevalensi skabies sebesar 112 (4,4%) dengan jumlah subjek terbanyak berjenis kelamin perempuan 78 (69,6%). Lesi skabies positif secara dermokopis terdapat pada 53 subjek (47%), sedangkan positif secara mikroskopis sebanyak 19 subjek (17%). Skabies yang masih terdiagnosis mencerminkan rendahnya tingkat sanitasi dan higienitas para santri dalam mencegah penyakit kulit menular seperti skabies.   ABSTRACT Scabies is a skin disease due to arthopod, a species of Sarcoptes scabiei, with clinical symptoms of itching and polymorphic lesions in the form of erythema, papules, nodules, or pustules. This contagious disease is associated with low personal hygiene and habits of exchanging goods. Other factors that play a role are low socioeconomic and environmental sanitation. Scabies has a high prevalence in tropical and developing countries, one of which is Indonesia. Pesantren is a potential place for the transmission of skin diseases, especially scabies, because it has a dense residential environment. This research is a descriptive cross-sectional design and was conducted in October to December 2018. Data were taken from all students suffering scabies. The prevalence of scabies was 112 (4.4%) with the highest number of female subjects was 78 (69.6%). Dermocopically positive scabies lesions were found in 53 subjects (47%), while microscopically positive were 19 subjects (17%). Scabies that are still diagnosed reflect the low level of sanitation and hygiene of students in preventing infectious skin diseases such as scabies. Keywords : skin disease, scabies, pesantren.
Identifikasi Bakteri Kontaminan Pada Produk Darah Thrombocyte Concentrate Kusumaningrum, Serafica Btari Christiyani; Sepvianti, Wiwit
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.2185

Abstract

Saat ini kontaminasi bakteri pada produk darah masih menjadi permasalahan serius karena memiliki resiko transfusi yang fatal. Kasus kontaminasi bakteri pada TC masih banyak terjadi karena kondisi penyimpanan TC yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri. Sumber kontaminasi bakteri diperoleh dari proses pengambilan dan pengolahan darah yang kurang aseptis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri kontaminan pada TC. Sampel yang digunakan merupakan kultur TC yang telah dinyatakan positif mengandung bakteri menggunakan Bact/Alert dan diperoleh dari UTD PMI Kota Yogyakarta. Sampel disubkultur pada media blood agar dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Purifikasi dilakukan pada isolat bakteri yang diperoleh. Hasil identifikasi ditentukan berdasarkan bentuk sel, bentuk koloni dan sifat biokimia isolat bakteri. Berdarkan hasil yang diperoleh terdapat dua isolat bakteri (TC1 dan TC2) yang berhasil diisolasi dan dilakukan karakterisasi berdasarkan bentuk sel, sifat biokimia dan bentuk pertumbuhan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat TC1 merupakan Staphylococcus epidermidis dan TC2 merupakan Bacillus sp. Pada penelitian ini didapatkan isolat bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus sp. yang merupakan bakteri kontaminan produk drahthrombocyte concentrate.
ANALISIS KEBERHASILAN TERAPI KONSERVATIF PONSETI TERHADAP FAKTOR SOSIODEMOGRAFI PADA PASIEN CLUBFOOT Ismiarto, Yoyos Dias; Faturrachman, Yoga; Luthfi, Kemas Abdul Mutholib; Mahyudin, Mahyudin; Fadli, Sanditya
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.1901

Abstract

Kaki pengkor atau clubfoot adalah salah satu kelainan kongenital pada kaki dalam ortopedi. Kelainan ini adalah kelainan yang terjadi sejak dalam rahim. Pengenalan dini dan tatalaksana kaki pengkor sangat penting di mana "golden period" untuk terapi adalah tiga minggu setelah kelahiran, karena pada usia kurang dari tiga minggu ligamen di kaki masih fleksibel sehingga masih dapat dimanipulasi. Perawatan konservatif dengan metode Ponseti dimulai pada saat pasien dilahirkan, dengan memanjangkan jaringan lunak yang memiliki kontraktur dan kemudian dipertahankan dengan serial casts selama 4-6 minggu dalam rangka perbaikan mulai dari koreksi Cavus, Adductus, Varus, dan Equinus (CAVE), cast diganti setiap minggu. Metode penelitian ini dilakukan secara retrospektif dari Januari 2010 hingga Januari 2015 dengan 110 pasien (174 kaki) yang menjalani perawatan rawat jalan dan dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Dari 110 pasien yang didapatkan: 58 pria, 52 wanita. Usia pada pengobatan / diagnosis pertama adalah yang termuda 2 hari dan yang tertua 12 tahun. Dari 110 pasien, semua pasien dirawat secara konservatif pada awal pengobatan. Dari data yang diperoleh, terapi konservatif dengan serial casting menunjukkan hasil yang baik pada sebagian besar pasien. Hasil yang buruk dimungkinkan karena keterlambatan pasien (usia> 1 tahun) ketika pertama kali datang. Terapi konservatif dengan metode Ponseti menunjukkan hasil yang baik pada sebagian besar pasien. Hasil yang buruk dikarenakan keterlambatan pasien (usia> 1 tahun) ketika mereka pertama kali datang, tipe syndromic dan rigid clubfoot adalah tipe yang paling umum dari kegagalan terapi konservatif. Sementara faktor genetik tidak berperan dalam keberhasilan terapi konservatif.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 1 (2023): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 13, No 2 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 13, No 1 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 2 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 1 (2021): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 2 (2021): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 1 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 1 (2019): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (2019): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 1 (2018): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 2 (2018): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 2 (2017): vol.7 no.2 Vol 8, No 1 (2017): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 2 (2017): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 1 (2016): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6, No 2 (2016): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6, No 1 (2015): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 5, No 2 (2015): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 5, No 1 (2014): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 2 (2014): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 1 (2013): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 2 (2013): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 1 (2012): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 2 (2012): syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 1 (2011): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2011): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 1 (2010): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan More Issue