cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 08537291     EISSN : 24067598     DOI : -
Core Subject : Science,
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS) is dedicated to published highest quality of research papers and review on all aspects of marine biology, marine conservation, marine culture, marine geology and oceanography.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan" : 5 Documents clear
Acoustic Observation of Zooplankton Using High Frequency Sonar (Observasi Akustik Zooplankton Menggunakan Sonar Frekuensi Tinggi) Henry M Manik
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.112 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.20.2.61-72

Abstract

Underwater acoustic sampling techniques provide an advantage over traditional net-sampling for zooplankton research. The research presents a methodology for extracting both biological and physical information from high frequency sonar. These methods can easily provide the information that will improve our understanding of the spatial and temporal distribution of zooplankton. Measured acoustic data converted into biological organisms and numerical physics-based scattering models were used in this research. The numerical backscattering process was modeled using the Distorted-Wave Born Approximation (DWBA) to predict the amount of sound scattered by a weakly scattering animal. Both acoustic measurement and DWBA modeled scattering patterns showed that acoustic scattering levels are highly dependent on zooplankton orientation. The acoustic backscattering from zooplankton depends on the material properties (i.e. the sound speed and density of the zooplankton), the shape and size, and the orientation relative to the incident acoustic wave. DWBA model significantly improve the accuracy and precision of zooplankton acoustic surveys. Zooplankton data measurement and DWBA model analysis provide a basis for future acoustical studies.
Current Structure and Spatial Variation of Indonesian Throughflow in Makassar Strait Under Ewin 2013 (Struktur Arus dan Variasi Spasial Arlindo di Selat Makassar dari Ewin 2013) Selfrida Missmar Horhoruw; Agus Saleh Atmadipoera; Mulia Purba; Adi Purwandana
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1118.092 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.20.2.87-100

Abstract

Selat Makassar (SM) merupakan pintu masuk utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo) membawa transport Arlindo sekitar 75% dari total 15 Sv.  Pengukuran mooring arus di Kanal Labani telah dilakukan sejak tahun 1996, namun pengukuran hidrografi yang mencakup seluruh kawasan SM jarang dilakukan. Kontur selat yang berupa kanal dengan keragaman batimetri sangat mempengaruhi karakteristik massa air yang bergerak di dalamnya sehingga diperlukan penelitian mencakup seluruh kawasan SM. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji variasi spasial dan struktur arus dan massa air Arlindo di kawasan SM dari hasil ekspedisi EWIN Juni 2013. Data hidrografi yang digunakan terdiri dari 29 casts CTD yang tersebar di kawasan SM dan data arus di kedalaman 0-125 m dari shipboard ADCP sepanjang lintasan survei. Hasil penelitian menunjukkan Arlindo Makassar dicirikan arus jet kuat intensif di kedalaman termoklin (75-125 m), dimana pola alirannya mengarah ke selatan sampai barat daya di pintu masuk utara SM. Arus ini berlanjut sampai mendekati lintang 2°LS, yang selanjutnya arah alirannya berubah ke tenggara menyusuri lereng dangkalan Kalimantan yang mengarah ke Kanal Labani.  Arus jet berubah ke arah selatan sampai tenggara di kanal ini dan menjadi lebih kuat. Sirkulasi di sisi tepi barat laut SM terbentuk pusaran arus searah jarum jam. Stratifikasi massa air Arlindo Makassar didominasi massa air Pasifik Utara, yaitu North Pacific Subtropical Water (NPSW) di kedalaman termoklin dan North Pacific Intermediate Water (NPIW) di bawah termoklin. Terdapat variasi spasial massa air NPSW dan NPIW, dimana semakin kearah selatan nilai salinitas maksimum (minimum) NPSW (NPIW) semakin berkurang sekitar 0.03 psu. Ketebalan lapisan termoklin sisi timur selat lebih besar sehingga distribusi vertikal massa air Pasifik Utara tersebut cenderung lebih kuat di sisi timur sehingga ditemukan intensifikasi Arlindo ke arah barat Selat Makassar.
Hydrodynamics Banten Bay During Transitional Seasons (August-September) (Hidrodinamika Perairan Teluk Banten Pada Musim Peralihan (Agustus–September)) Ulung Jantama Wisha; Semeidi Husrin; Joko Prihantono
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1742.337 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.20.2.101-112

Abstract

Perairan Teluk Banten merupakan wilayah yang sibuk dengan aktivitas wisata bahari, industri, permukiman dan lain-lain. Kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak-dampak negatif seperti pencemaran, erosi, dan masalah lingkungan lainya. Pemahaman mengenai kondisi hidro-oseanografi sangat penting sebagai langkah untuk pengelolaan dan perlindungan wilayah pesisir dan laut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik hidrodinamika di Perairan Teluk Banten pada musim peralihan (Agustus - September) berdasarkan data primer (data satu bulan arus, pasang surut, suhu) dan data sekunder (batimetri, kualitas air dan nutrient). Simulasi model diolah menggunakan MIKE 21, didukung dengan penggunaan CD-Oceanography. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pola arus di Perairan Teluk Banten didominasi arus pasut dengan kecepatan berkisar antara 0-0,41 m.s-1, ditunjukkan oleh hasil pengolahan dalam bentuk stick diagram dan scatter plot yang menunjukkan pergerakan arus cenderung teratur dan arah arus dominan menuju ke arah Tenggara dan Selatan, hal ini juga didukung dengan hasil Current rose dengan menggunakan software WR plot. Kecepatan arus di permukaan lebih besar dan menyebar dibanding kecepatan arus di dekat dasar perairan. Simulasi arus permukaan (nilai error MRSE 12,25 %) menunjukkan bahwa arus bergerak sesuai dengan pengaruh pasang dan surut dengan kecepatan berkisar antara 0-0,42 m.s-1. Simulasi juga memperlihatkan distribusi konsentrasi nutrient dan kualitas perairan dipengaruhi oleh karakteristik hidrodinamika Teluk Banten.
Relationship Between Light Intensity and Abundance of Dinoflagellate in Samalona Island, Makassar (Keterkaitan Intensitas Cahaya dan Kelimpahan Dinoflagellate di Pulau Samalona, Makassar) Albida Rante Tasak; Mujizat Kawaroe; Tri Prartono
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.425 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.20.2.113-120

Abstract

Cahaya merupakan salah satu faktor penting dalam proses fotosintesis dinoflagellate dan pertumbuhan variabilitas harian. Intensitas cahaya memengaruhi aktivitas fotosintesis dan kelimpahan dinoflagellate. Studi ini bertujuan untuk menunjukkan pola kecenderungan kelimpahan dinoflagellate dan klorofil serta lama penyinaran terhadap kelimpahan dinoflagellate di Perairan Pulau Samalona. Penelitian dilakukan dengan menginkubasi sampel dinoflagellate kedalam botol sejak pagi-sore hari dengan inkubasi waktu pengamatan setiap 2 jam dengan ulangan sebanyak 3 kali. Pengambilan mencakup kelimpahan dinoflagellate, nutrient dan intensitas cahaya dalam perairan. Analisis data menggunakan regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai intensitas cahaya berkisar antara 50–3000 lux; kelimpahan dinoflagellate berkisar antara 9–1105 sel.L-1, dan kandungan klorofil a lebih dominan dengan kisaran  0.00069–0.50321 µg.L-1. Intensitas cahaya mempengaruhi kelimpahan dinoflagellate, namun pengaruh kandungan nutrient sangat kecil terhadap kelimpahan dinoflagellate. Pola kelimpahan dinoflagellate bervariasi dari pagi hingga sore hari yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya dalam melakukan proses fotosintesis serta kondisi lingkungan lain seperti klorofil a dan nutrient. Hasil penelitian ini memberikan informasi variasi temporal harian kelimpahan dinoflagellate di Pulau Samalona, Makassar.
Amplitude Variations of Tidal Harmonic Constituents in Bitung Station (Variasi Amplitudo Konstituen Harmonik Pasang Surut Utama di Stasiun Bitung) Salnuddin Salnuddin; I Wayan Nurjaya; Indra Jaya; Nyoman M N Natih
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.412 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.20.2.73-86

Abstract

Perhitungan konstituen harmonik pasang surut masih menggunakan metode konvensional, pengembangan metode dominan pada sistem komputasinya dan menggunakan sistem penanggalan Masehi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, apakah amplitudo konstituen harmonik yang dihitung dari pengelompokan data berdasarkan penanggalan Hijriah memberikan karakter yang relatif sama (stabil) dibulan yang sama dibandingkan dengan penanggalan Masehi. Perbandingan tersebut dilakukan pada 10 konstituen harmonik utama pasang surut, guna membandingkan perhitungan tunggang air dari nilai konstituen dan dari Metode Suku Sama (MSS). Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai deviasi amplitudo sangat kecil dari masing-masing konstituen harmonik pada perhitungan berdasarkan sistem kalender Hijriah, dimana amplitudo pada bulan Sya’ban relatif stabil dan lebih tinggi dibandingkan pada bulan lainnya. Nilai koefisien determinan (R2) untuk data awal pasang surut pada fase bulan baru (BB) dan bulan purnama (BP) lebih tinggi dibandingkan data awal pada fase bulan lainnya. ANOVAmenghasilkan konstituen K1dan S2terpengaruh jika data dimulai saat fase bulan kuartil I (KW1) dan purnama (BP), sedangkan saat fase awal kuartil 2 (KW2) terjadi pada konstituen P1 dan K2, MS4 dan M4. Dengan demikian, perhitungan amplitudo konstituen harmonik lebih optimum jika data dimulai saat fase bulan baru atau mengikuti penanggalan Hijriah.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 28, No 3 (2023): Ilmu Kelautan Vol 28, No 2 (2023): Ilmu Kelautan Vol 28, No 1 (2023): Ilmu Kelautan Vol 27, No 4 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 3 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 2 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 1 (2022): Ilmu Kelautan Vol 26, No 4 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 3 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 2 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 1 (2021): Ilmu Kelautan Vol 25, No 4 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 3 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 2 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 1 (2020): Ilmu Kelautan Vol 24, No 4 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 3 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 2 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 1 (2019): Ilmu Kelautan Vol 23, No 4 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 3 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 2 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 1 (2018): Ilmu Kelautan Vol 22, No 4 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 3 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 2 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 1 (2017): Ilmu Kelautan Vol 21, No 4 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 3 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 2 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 1 (2016): Ilmu Kelautan Vol 20, No 4 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 3 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 1 (2015): Ilmu Kelautan Vol 19, No 4 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 3 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 2 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 1 (2014): Ilmu Kelautan Vol 18, No 4 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 3 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 2 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 1 (2013): Ilmu Kelautan Vol 17, No 4 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 3 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 2 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 1 (2012): Ilmu Kelautan Vol 16, No 4 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 3 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 2 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 1 (2011): Ilmu Kelautan Vol 15, No 4 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 3 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 2 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 1 (2010): Ilmu Kelautan Vol 14, No 4 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 2 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 4 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 3 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 2 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 1 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 4 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 3 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 2 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 1 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 4 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 3 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 2 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 1 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 4 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 3 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 2 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 1 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 4 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 3 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 2 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 1 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 3 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 2 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 1 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 6, No 4 (2001): Jurnal Ilmu Kelautan More Issue