cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Kehutanan FALOAK
ISSN : 2620617X     EISSN : 25795805     DOI : -
Jurnal Penelitian Kehutanan FALOAK (JPKF) adalah publikasi ilmiah hasil penelitian bidang kehutanan dengan No. ISSN 2579-5805. Jurnal ini merupakan konsorsium yang dibentuk oleh tiga institusi yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang dan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari. Semula pencantuman nama penerbit oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, namun mulai volume 2 tahun 2018 pencantuman nama penerbit oleh tiga institusi yang berkolaborasi. JPKF diterbitkan dua kali setahun (April dan Oktober). Sejak awal pendirian pada tahun 2017 pengelolaannya dirancang mengikuti sistem jurnal elektronik. Publikasi ilmiah pada jurnal ini meliputi bidang Silvikultur, Jasa Lingkungan, Biometrik, Pemanenan dan Pengolahan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, Perlindungan, Konservasi Sumberdaya, Sosial Ekonomi dan Kebijakan, Ekologi Tumbuhan, Mikrobiologi dan Bioteknologi, Sifat Dasar Kayu dan Tumbuhan, Hidrologi dan Konservasi Tanah.
Arjuna Subject : -
Articles 55 Documents
PENGARUH MODIFIKASI TINGGI SOK PENYULINGAN DAN JENIS BUNGA LONTAR (Borassus flabellifer L.) TERHADAP KUALITAS PRODUK SOPI TIMOR (The effect of refineries elevation and palm (Borassus flabelliferL.) flower types on the quality of Timor Sopi Products) martinus reno manikin; Syprianus Ceunfin; Yakobus PES Agu
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2021.5.2.132-143

Abstract

AbstractLontar (Borassus flabellifer L.)is a featured product of Timor Island that can be used for variuos purposes, including traditional drink. The improvement on the quality of distilled traditional drink is required to increase economic value and also community income in the same time through distillery system modification. The aim of this study was to find the influence of modified distillery (sok height) and flower type of sap on the traditional drink quality. The study was conducted using a fully randomized factorial design of four sok height variables (50, 100, 150, and 200 cm) and flower types sap variables (female, male, and mixed). Analysis of varian was used to determine variables and drink qualities relationship. The results showed that there was no interaction between sok height and flower type sap. The combination of variables (sok heightand flower type sap) influenced the traditional drink quality, including alcohol content, pH, total dissolved solids, color, flavor, and taste of the drink. A good alcohol content was resulted from the combination of a 200 cm sok high and mixed flower sap. The great pH of drink was obtained from male flower sap. The total dissolved solids, color, flavor, and taste were in the range of drinks requierment. The research results imply that for the distillation of traditional drink, a 200 cm high and mixed Lontar flowersap could be used to obtain a good quality of traditional drink product.AbstrakLontar (Borassus flabelliferL.) merupakan produk unggulan dari Pulau Timor yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah minuman tradisional (sopi). Peningkatan kualitas hasil penyulingan lontar diperlukan untuk meningkatkan nilai ekonomi produk dan pendapatan masyarakat melalui modifikasi sistem penyulingan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi sok dan jenis bunga nira terhadap kualitas minuman tradisional. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri atas faktor tinggi sok (50, 100, 150 dan 200 cm) dan jenis nira bunga lontar terdiri (betina, jantan dan campuran).  Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antar perlakuan, tetapi terjadi beda nyata antar perlakuan tinggi sok dan jenis nira bunga lontar terhadap kadar alkohol, pH alkohol, total padatan terlarut, warna, aroma serta rasa sopi. Kadar alkohol sopi yang baik dihasilkan dari perlakuan tinggi sok 200 cm dan jenis nira campuran. pH yang baik didapatkan dari jenis nira bunga jantan. Total padatan terlarut, warna, aroma, dan rasa berada dalam batas yang diperkenankan. Implikasi dari hasil penelitian adalah untuk mendapatkan produk minuman tradisional dengan kualitas yang baik, maka sistem penyulingan menggunakan tinggi sok 200 cm dan jenis bunga lontar campuran.
PENGARUH LAMA PERENDAMAN KNO3 TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PINANG (ARECA CATECHU LINN) Hartini R.L Solle; Sonya I Taniu; Arnold Christian Hendrik
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2022.6.1.16-28

Abstract

Pinang merupakan salah tanaman penting dalam kebudayaan NTT. Benih pinang yang keras sehingga memiliki dormansi menjadikan proses persemaian memakan waktu lama dan daya kecambahnya cenderung rendah. Sampai saat ini belum ada laporan tentang teknik perkecambahan pinang dengan menggunakan perendaman KNO3 untuk meningkatkan performa perkecambahan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui lama perendaman KNO3 dan konsentrasi KNO3 terhadap perkecambahan benih pinang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen RAL pola faktorial. Faktor dalam penelitian ini adalah konsentrasi KNO3(%) dan lama perendaman. Faktor konsentrasi KNO3 dengan 5 taraf perlakuan ditambah dengan 1 kontrol terdiri atas 0%, 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan 0,5%. Lama waktu perendaman dengan 3 taraf perlakuan terdiri atas 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Data dianalisis menggunakan ANOVA (uji F), dilanjutkan dengan uji DMRT. Berdasarkan hasil ANOVA, variasi konsentrasi KNO3 berpengaruh signifikan terhadap parameter pengamatan daya kecambah, kecepatan berkecambah dan nilai rata-rata perkecambahan harian. Perlakuan lama perendaman KNO3 dan kombinasi perlakuan variasi konsentrasi KNO3 dan lama waktu perendaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap daya kecambah, kecepatan berkecambah dan nilai rata-rata perkecambahan harian. Uji DMRT menunjukkan perlakuan perendaman dengan konsentrasi KNO3 0,4% dan 0,5% merupakan konsentrasi optimal untuk meningkatkan perkecambahan benih pinang.
AGROFORESTRI SEBAGAI BAGIAN SKEMA PEMECAHAN MASALAH PENGELOLAAN LAHAN KHDTK KEPAU JAYA Andhika silva yunianto; Hery Kurniawan
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2022.6.1.1-15

Abstract

Hampir seluruh KHDTK yang ada di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan seperti perambahan, alih fungsi kawasan maupun klaim yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Salah satunya terjadi di KHDTK Kepau Jaya, akibat kurangnya perhatian dari Pemerintah terhadap masyarakat sekitar kawasan. Pembangunan dan pengelolaan KHDTK seharusnya menitikberatkan pada upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di sekitar kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkait kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan KHDTK Kepau Jaya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019 sampai dengan Desember 2019, dengan mewawancarai sebanyak 31 responden yang dipilih secara purposive sampling. Penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang bermukim di sekitar KHDTK Kepau Jaya secara sosial adalah homogen. Seluruh responden beragama islam dengan sebagian besar merupakan masyarakat pendatang dari luar daerah. 96,77% responden termasuk ke dalam usia produktif, namun 58,06% responden memiliki tingkat pendidikan formal tergolong sedang. Dari segi ekonomi, rata-rata tingkat pendapatan responden sebesar Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000, masih dibawah UMK Kabupaten Kampar sebesar Rp. 2.718.724,80 pada tahun 2019. Kata kunci: Agroforestri, kondisi sosial, kondisi ekonomi, KHDTK, resolusi konflik
SINTESIS NANOKITOSAN TERMODIFIKASI NATRIUM KLORIDA DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET KAYU SENGON (Falcataria moluccana) Annisa Primaningtyas; Tomy Listyanto; Ganis Lukmandaru
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2022.6.1.29-43

Abstract

Chitosan is an environmentally friendly natural preservative. In this study, nanometer-sized chitosan (nanochitosan) modified with NaCl was used as a sengon wood (Falcataria moluccana) preservative. The NaCl addition aimed to make the nanoparticle stable which was affected by chitosan concentration and the dispersion storage time. This study applied nanochitosan as a wood preservative by observing the concentration of chitosan and the storage time factor of nanochitosan dispersion. The samples were tested its anti-termite properties against dry wood termites (Cryptotermes cynocephalus Light), observed the morphology and size of nanochitosan in wood by Scanning Electron Microscopy (SEM) and particle size analyzer (PSA). ANOVA results showed no significant effect of concentration and storage time factors on preservation test parameters, but interesting things were found in this study. The particle size of the preservative affected the distribution on the surface. Samples preserved with nanochitosan with varying sizes had termite bites that were evenly distributed throughout the surface. On the other hand, samples preserved with uniformly sized nanochitosan had centered termite bites in several spots of surfaces. It was due to the particle sizes diversity influenced by storage time which provokes the agglomeration and determines the particles distribution in the preservative dispersion and wood surfaces.
SKENARIO PENGEMBANGAN EKOWISATA SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HUTAN LINDUNG WOSI RENDANI DI KABUPATEN MANOKWARI SCENARIOS OF ECOTOURISM DEVELOPMENT AS EFFORT IN MAINTAINING IN PROTECTED FOREST WOSI RENDANI IN MANOKWARY REGENCY Mahmud Mahmud; Mutakim Mutakim; Wahyudi Wahyudi
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2022.6.1.44-59

Abstract

Currently, protected forest are in the spotlight regarding national food security that can be applied other than in production forest. This study aims a study  ecotourism scenarios development in the Protected Forest of Wosi Rendani (PFWR).  Research using  techniques for observation, interviews and case studies with a mix method approach. Meanwhile, data analysis using a community based ecotourism development based on the potential and threat level. The results showed potential such as flora, abundant water, caves and waterfalls.  Meanwhile, the threat is rather steep slopes with soil characteristics that are not suitable for seasonal farming. The community has a dominant positive and accepting perception and attitude towards the development of ecotourism. Scenarios ecotourism development in PFWR in order to keep functioning as a protected forest, such as: fruit tourism villages, limited cave tourism, communal water reservoirs and limited waterfall tourism. By making a fruit tourism village, the fallow land becomes more productive because it is planted with fruit trees, so that in the future Manokwari becomes a fruit food estate originating from PFWR. Through limited caves tourism and waterfalls, it is hoped that local people's unemployment will decrease, income will increase so that they are able to meet their daily needs properly.  The availability of abundant water by making reservoirs means that the community around PFWR maintains, protects and maintains the conservation of protected forests, because there is a reciprocal relationship if protect the forest, there will be water available.