cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Kehutanan FALOAK
ISSN : 2620617X     EISSN : 25795805     DOI : -
Jurnal Penelitian Kehutanan FALOAK (JPKF) adalah publikasi ilmiah hasil penelitian bidang kehutanan dengan No. ISSN 2579-5805. Jurnal ini merupakan konsorsium yang dibentuk oleh tiga institusi yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang dan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari. Semula pencantuman nama penerbit oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, namun mulai volume 2 tahun 2018 pencantuman nama penerbit oleh tiga institusi yang berkolaborasi. JPKF diterbitkan dua kali setahun (April dan Oktober). Sejak awal pendirian pada tahun 2017 pengelolaannya dirancang mengikuti sistem jurnal elektronik. Publikasi ilmiah pada jurnal ini meliputi bidang Silvikultur, Jasa Lingkungan, Biometrik, Pemanenan dan Pengolahan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, Perlindungan, Konservasi Sumberdaya, Sosial Ekonomi dan Kebijakan, Ekologi Tumbuhan, Mikrobiologi dan Bioteknologi, Sifat Dasar Kayu dan Tumbuhan, Hidrologi dan Konservasi Tanah.
Arjuna Subject : -
Articles 55 Documents
ETNOBOTANI TANAMAN OBAT DI KECAMATAN NANGAPANDA KABUPATEN ENDE NUSA TENGGARA TIMUR Maria Tensiana Tima; Sri Wahyuni; Murdaningsih Murdaningsih
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1027.11 KB) | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.1.23-38

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan masyarakat dan jenis tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Nangapanda Kabupaten ende Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilaksanakan di tiga desa di kecamatan Nagapanda yaitu Desa Ondorea Barat, Timba Zi’a dan Desa Uzu Zozo. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan penyebaran angket untuk menggali informasi tentang pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat serta tracking yang bertujuan untuk mencocokkan hasil wawancara dan angket dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 73%  masyarakat yang menggunakan tanaman obat untuk kegiatan preventif maupun penyembuhan penyakit dan terapat 54 jenis tanaman yang digunakan.
NILAI EKONOMI PEMANFAATAN AIR RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN GROBOGAN Nur Ainun jariyah; Purwanto purwanto Purwanto
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.068 KB) | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.1.1-10

Abstract

Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami permasalahan air ketika musim kemarau yang disebabkan karena kekeringan hidrometeorologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi pemanfaatan air rumah tangga di Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan Penelitian dilaksanakan pada tahun 2018, di Springshed Mindik, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Responden pada penelitian ini berjumlah 42 orang diambil secara acak dengan kriteria penduduk di kecamatan Kradenan, mengambil air di sendang baik dengan menggunakan pompa air maupun dengan menimba langsung ke sendang. Pengambilan data sekunder ke dinas terkait. Analisis data dilakukan dengan menghitung nilai ekonomi hasil air dari springshed Mindik. Hasil dari penelitian ini adalah nilai ekonomi pemanfaatan  air rumah tangga sekecamatan Kradenan  dilihat dari jumlah rumah tangga pemanfaat air,  konsumsi rata-rata air,  rata-rata jumlah anggota keluarga, diperoleh sebesar Rp 166.717.923.801,00/ tahun.
PENDUGAAN VOLUME POTENSI DAN DOMINASI JENIS BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina Blume.) SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT DI BALI BARAT I Wayan Widhiana Susila
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1281.804 KB) | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.1.39-56

Abstract

AbstractStrychnos ligustrina Blume wood products have economic value as glass raw materials for healthy. The study aims to obtain  tree volume estimation, wood potential and Bidara laut species dominance in the West Bali National Park. Data was collected by census for tree volume modeling activities and randomly for analysis of species vegetation using a 20 m x 20 m plot.  Plots are placed continuously forming a path, 2 path or 20 plots at each location. The volume estimation model at the height of the stem / branch diameter of 5 cm and the height of the base of the crown is V = -0.017 + 0.004 D, where V = wood volume (m3 / tree) and D = diameter (cm). This volume model only applies to tree diameters ranging from 5.0 - 15.0 cm in the West Bali NP area. The Bidara Laut pontency are 4.7 m3/ha, with densities at each stand level are 1156 seedlings/ha, 172 saplings/ha, 38 poles/ha and 8 trees/ha. The highest importance index for the three tree species is Schoutenia ovata, Croton argiratus and Strychnos ligustrina. AbstrakProduk kayu bidara laut (Strychnos ligustrina Blume.) mempunyai nilai ekonomis sebagai bahan baku gelas untuk kesehatan.  Penelitian bertujuan memperoleh penduga volume pohon, potensi kayu dan dominasi jenis Bidara Laut di Kawasan Taman Nasional Bali Barat.  Pengumpulan data dilakukan secara sensus untuk kegiatan penyusunan model volume pohon dan secara random untuk analisis  vegetasi jenis dengan menggunakan petak ukur 20 m x 20 m.  Petak-petak ukur diletakkan secara kontinyu membentuk jalur, 2 jalur atau 20 petak ukur pada setiap lokasi. Model penduga volume pada tinggi pohon diameter ujung batang/cabang 5 cm dan tinggi pangkal tajuk adalah  V = -0,017 + 0,004 D,  dimana V = volume kayu (m3/pohon) dan D = diameter/dbh (cm).  Model volume  ini hanya berlaku pada selang diameter pohon antara 5,0 – 15,0 cm di kawasan TN Bali Barat.  Potensi kayu bidara laut di kawasan TN Bali Barat adalah 4,7 m3/ha, dengan kerapatan  setiap tingkat tegakannya adalah semai 1156 tanaman/ha, pancang 172 tanaman/ha, tiang 38 tanaman/ha dan tingkat pohon 8 tanaman/ha.  Indeks nilai penting tertinggi untuk tiga jenis pohon di TN Bali Barat adalah Schoutenia ovata, Croton argiratus dan Strychnos ligustrina.
Strategi Pengembangan Komoditas Pinang Berkelanjutan Berdasarkan Evaluasi Kesesuaian Lahan Di Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan oskar krisantus oematan
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.1.11-22

Abstract

AbstrakKecamatan Mollo Utara merupakan salah satu daerah penghasil pinang di Kabupaten TTS. Pinang memiliki nilai ekonomi dan jasa lingkungan yang tinggi, namun masyarakat belum membudidayakan tanaman pinang secara intensif. Agar ketersediaan tanaman pinang ini selalu terjaga, maka diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat serta perencanaan tataguna lahan sesuai kriteria tumbuh tanaman (biogeofisik), aspek spasial (tata ruang), ketersediaan lahan dan aspek sosial ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang pengembangan tanaman pinang berdasarkan kondisi fisik lahan, vegetasi dan sosial ekonomi. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel biogiofisik dengan analisis kesesuaian lahan berdasarkan prosedur evaluasi lahan Food and Agriculture Organization (FAO), variabel vegetasi menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon, variabel ekonomi dengan pendekatan TEV (Total Economy Value) dan strategi pengembangan tanaman pinang secara berkelanjutan melalui analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan nilai ekonomi total pinang Rp 12.630.000/pohon/tahun, indeks keanekaragaman H’ pohon memiliki tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi (3,35), sedangkan untuk tingkat pertumbuhan semai (2,24), pancang (2,54) dan tiang (1,73) termasuk dalam golongan sedang. Berdasarkan peta kelas kesesuaian lahan pinang, diperoleh luasan kelas S1 (4079.12 ha atau 43,15%), kelas S2 (3017.98 ha atau 31,93%), kelas S3 (1594.94 ha atau 16,87%) dan kelas N (760.52 ha atau 8,05%). Strategi pengembangan pinang berdasarkan analisis SWOT adalah strategi strength opportunity (SO), dimana strategi ini memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengembangkan pinang dengan mengembangkan vegetasi yang ada melalui penanaman pinang, dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan pinang sehingga tercapai pengelolaan pinang yang berkelanjutan.Kata kunci: Pinang, tataguna lahan, ekonomi, lingkungan, keberlanjutan, Mollo Utara.
POTENSI DAN SEBARAN MASOI (Cryptocarya massoy) DI PAPUA BARAT Freddy Jontara Hutapea
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.1.57-70

Abstract

Masoi (Cryptocarya massoy) merupakan salah satu jenis tumbuhan penghasil HHBK unggulan Papua. Tumbuhan ini mengandung senyawa masoilakton yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Sampai saat ini, permintaan terhadap masoi masih sangat tinggi. Sementara itu, pasokan masoi pada pasar internasional masih didominasi oleh masoi dari Papua. Hal ini mengakibatkan terjadinya eksploitasi berlebih terhadap masoi di alam. Bila kondisi ini terus berlanjut, masoi dikhawatirkan akan punah dimasa depan. Sampai saat ini, informasi mengenai potensi masoi di hutan alam belum tersedia dengan baik. Oleh sebab itu, berbagai studi yang dapat menggambarkan keberadaan masoi di hutan alam Papua masih sangat diperlukan. Studi ini diperlukan dalam upaya mendorong perbaikan pengelolaan masoi di Papua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan sebaran masoi di Papua. Survei potensi masoi dilaksanakan di PT. Yotefa Sarana Timber di Kabupaten Teluk Bintuni dan PT. Wanakayu Hasilindo di Kabupaten Kaimana, menggunakan metode line plot sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi masoi di Kabupaten Teluk Bintuni lebih tinggi daripada Kabupaten Kaimana. Potensi masoi di Kabupaten Teluk Bintuni adalah 1.593 individu/ha, yang terdiri dari semai (1.500 individu/ha) dan pancang (93 individu/ha). Potensi masoi di Kabupaten Kaimana hanya sekitar 871 individu/ha, yang terdiri dari semai (750 individu/ha), pancang (120 individu/ha), dan pohon (1 individu/ha). Keberadaan masoi pada tingkat tiang dan pohon sudah sangat mengkhawatirkan karena aktivitas pemanenan yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masoi tumbuh tersebar dan jarang mengelompok. Masoi tumbuh pada ketinggian 50-500 mdpl (Kabupaten Teluk Bintuni) dan 50-1.100 mdpl (Kabupaten Kaimana).
Karakteristik Pertumbuhan Tanaman Faloak (Sterculia quadrifida R.Br.) Asal Populasi Pulau Rote Siswadi Siswadi; Heny Rianawati; Aziz Umroni; Muhammad Hidayatullah; Grace Serepina Saragih
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.2.81-94

Abstract

Faloak (Sterculia quadrifida R.Br.) adalah tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk pengobatan hepatitis, maag, dan memulihkan stamina. Tumbuhan ini dapat dijumpai di beberapa pulau di NTT, salah satunya di Pulau Rote. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman faloak dari pulau kecil P. Rote. Sumber materi genetik faloak berupa biji diambil dari tiga populasi asal P. Rote yakni Lobalain, Rote Barat, dan Pantai Baru. Biji dari ketiga populasi disemaikan lalu ditanam di Stasiun Penelitian Banamlaat, Kabupaten Timor Tengah Utara. Penanaman menggunakan rancangan Completely Randomized Design (CRD) dengan 3 populasi dan 62 famili, setiap famili ditanam sebanyak 8 anakan dengan jarak tanam 3 x 3 m. Karakter morfologis yang diamati adalah panjang, lebar, dan berat biji, ukuran daun, tinggi, dan diameter bibit. Parameter yang dianalisis adalah persen hidup, Indeks Mutu Bibit, Nisbah Pucuk Akar, dan Kekokohan Bibit. Analisis ANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan karakter morfologis dari ketiga populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur enam tahun populasi asal Pantai Baru memiliki persen hidup tertinggi sebesar 73%, diikuti oleh populasi Rote Barat sebesar 71%. Populasi Lobalain memiliki persen hidup terendah yaitu 58%. Tanaman dari populasi Pantai Baru juga memiliki rerata tinggi dan diameter yang paling baik yaitu 74,26 cm dan 10,25 mm. Tanaman dari populasi Rote Barat dan Lobalain memiliki rerata tinggi dan diameter sebesar 57,19 cm dan 8,44 mm; 40,34 cm dan 5,94 mm. Tanaman faloak dari populasi Pantai Baru memiliki karakteristik pertumbuhan yang terbaik.
JENIS LEBAH MADU DAN TANAMAN SUMBER PAKAN PADA BUDI DAYA LEBAH MADU DI HUTAN PRODUKSI SUBANJERIJI, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN (Honeybee diversity and woof source of beekeeping in Subanjeriji production forest, Muara Enim District, South Sumatera) Beni Rahmad; Nurhayati Damiri; Mulawarman Mulawarman
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2021.5.1.47-61

Abstract

AbstractThe objective of this research was to identify Honeybee's diversity, plants as a potential woof source, and the participation of Forest Farmers Group (KTH) Sari Puspa members in the Subanjeriji Production Forest, Muara Enim District, Sumatera Selatan Province. Identification of bees was carried out by collecting samples which are then identified based on the species key determination. Collecting the potential woof source employed the transect method established around the beekeeping sites. Direct observation and interviews with beekeeper samples were utilized to determine community participation in forest conservation efforts to support beekeeping. The results indicated that it has been identified in field the sting bee of Apis cerana Fabr and stingless bee of Trigona, with variations of as many as six species: Genitrigona thoracica, Heterotrigona itama, Tetrigona apicalis, Lepidotrigona terminata, Tetragonula testaceitarsis, and Tetragonula laeviceps. The types of potential bee woof sources that have been identified consist of forestry plants namely Acacia mangium, Multi-Purpose Tree Species (MPTS) such as rubber (Hevea brasiliensis) and fruit-producing plants, and shrubs. Most of the honey beekeepers understand that forest plants' existence is beneficial to support honey production so that the majority of farmers are involved in land enrichment efforts with woody plants and MPTS that produce fruit. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis lebah madu dan sumber pakan potensial, serta mengetahui tingkat partisipasi anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Sari Puspa dalam usaha pelestarian kawasan hutan di Hutan Produksi Subanjeriji, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Identifikasi jenis lebah dilakukan dengan pengumpulan sampel lebah yang selanjutnya diidentifikasi berdasarkan kunci determinasi.  Pengumpulan data tanaman pakan potensial dilakukan dengan metode transek yang dibuat di sekitar lokasi budi daya lebah.  Analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam usaha pelestarian hutan dilakukan dengan metode wawancara dan pengamatan secara lansung ke lokasi penelitian.  Lokasi pengambilan data dilakukan pada 3 desa yang terletak di dalam kawasan hutan, berbatasan dengan kawasan hutan dan di luar kawasan hutan. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa jenis lebah madu yang dibudidayakan terdiri atas jenis lebah bersengat dari spesies Apis cerana Fabr. dan jenis lebah kelulut sebanyak 6 spesies yakni Genitrigona thoracica, Heterotrigona itama, Tetrigona apicalis, Lepidotrigona terminata, Tetragonula testaceitarsis, dan Tetragonula laeviceps. Jenis tanaman sumber pakan lebah potensial yang berhasil diidentifikasi terdiri atas jenis tanaman kehutanan yaitu akasia (Acacia mangium), tanaman multi guna/Multi Purpose Tree Species (MPTS) seperti karet (Hevea brasiliensis) dan tanaman penghasil buah, tanaman perdu dan semak. Sebagian besar pembudi daya memahami bahwa keberadaan tanaman hutan sangat bermanfaat untuk mendukung produksi madu, sehingga mayoritas pembudi daya terlibat dalam upaya pengayaan lahan dengan tanaman berkayu dan tanaman jenis MPTS yang menghasilkan buah-buahan.
STRUKTUR VEGETASI DAN SERAPAN KARBON DI KELOMPOK HUTAN SUNGAI MERANTI – SUNGAI KAPAS, BATANGHARI, JAMBI Mariana Takandjandji; Nur Muhammad Heriyanto
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.2.115-128

Abstract

Penelitian struktur vegetasi dan serapan karbon di kelompok hutan Sungai Meranti-Sungai Kapas, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi telah dilakukan pada bulan Oktober 2019. Plot penelitian berbentuk bujur sangkar berukuran 100 m x 100 m (satu hektar) dibuat satu plot di lokasi hutan sekunder tua dan satu plot di hutan sekunder muda. Hasil penelitian di hutan sekunder tua tercatat 68 jenis pohon berdiameter ≥ 10 cm berjumlah 515 pohon, 37 suku, didominasi oleh Euphorbiaceae, Rubiaceae, dan Moraceae. Jenis-jenis yang dominan berturut-turut adalah jangklut/Xerospermum noronhianum Blume  (INP= 89,1%) dan malabaro/Nauclea orientalis L. (INP= 21,6%). Di hutan sekunder muda tercatat 63 jenis pohon berdiameter ≥ 10 cm berjumlah 428 pohon, 29 suku dan didominir oleh Euphorbiaceae, Lauraceae dan Annonaceae. Jenis–jenis yang dominan berturut-turut adalah jambu-jambu/Astronia macrophylla Blume (INP= 53,6%) dan malabaro/Nauclea orientalis L. (INP= 21,3%). Biomassa dan serapan karbon di hutan sekunder tua yang berdiameter ≥10 cm yaitu sebesar 152,21 ton/ha setara dengan 76,1 ton C/ha. Di hutan sekunder muda sebesar 123,41 ton/ha setara dengan 61,7 ton C/ha. Kata kunci :Struktur, komposisi, vegetasi, karbon, regenerasi
EVALUASI RISIKO POHON DI RTH UDAYANA KOTA MATARAM DENGAN TREE RISK ASSESMENT Sitti Latifah; MRT Mudhofir; Budhy Setiawan; Andi Tri Lestari; M Husni Idris; Niechi Valentino; Eni Hidayati; Nuraeni Nuraeni; Tedi Zulia Putra
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.2.141-160

Abstract

Jalur hijau merupakan salah satu cara untuk memenuhi keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan yang ditunjang olehnya berbagai jenis tanaman penutup lahan hingga pohon sebagai yang memiliki peran penting baik secara ekologis, sosial budaya, estetika dan ekonomi. Mempertimbangkan pentingnya pohon di perkotaan, kesehatan pohon harus di perhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh pepohonan di sepanjang Jalur Udayana Kota Mataram. Kondisi kerusakan pohon dapat menjadi salah satu indikator dimana pohon-pohon dikatakan sehat atau sakit. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi jenis dan karakteristik pohon, mengevaluasi resiko pohon, dan merekomendasikan penurunan resiko pohon di RTH Jalur Udayana Kota Mataram. Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling dan Tree Risk Assesment berdasarkan standar ISA. Hasil identifikasi terhadap jenis pohon di RTH Udayana didominasi oleh jenis Trembesi (Samanea saman). Penilaian terhadap resiko pohon, didapatkan sebagian besar (71%) masih terkategorikan berisiko rendah dengan tingkat kerusakan pada tajuk umumnya berkisar antara 10% sampai dengan 25%. Sehingga, rekomendasi yang dapat diberikan untuk penurunan resiko pohon di RTH Jalur Udayana Kota Mataram adalah dengan pemangkasan (pruning), yaitu satu bentuk penanggulangan risiko yang paling direkomendasikan untuk meminimalisasi jumlah cabang yang mati pada tajuk pohon.
MODEL PENDUGAAN DIAMETER POHON BERBASIS CITRA UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) PADA HUTAN HUJAN TROPIS PAPUA: STUDI DI PULAU MANSINAM PAPUA BARAT (Model of Tree Diameter Estimation Based on Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Image in Papua Tropical Rain Forest: a Study in Mansinam Island Papua Barat) Francine Hematang; Agustinus Murdjoko; Hendri Hendri
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2021.5.1.16-30

Abstract

AbstractUnmanned aerial vehicles (UAV) have often been used for various purposes, not only for photography but also have been used for science in various scientific fields, including forestry. UAV has the ability to move freely in the air and record objects on the ground with high spatial resolution and wide area coverage. This study aimed to estimate the diameter at breast height (DBH) based on the image generated from the UAV. UAV was used to obtain aerial photographs taken at an altitude of 150 m above the land surface in four sample areas of 27 ha at the study site. Aerial photos were processed using agisoft photoscan software to produce a Digital Elevation Model (DEM) and orthophoto. Tree crowns were delineated from orthophoto and analyzed to obtain crown area and diameter. DBH measurements in the field were carried out on 206 sample trees used to build a DBH estimator model. The correlation test results showed that the crown diameter has a high correlation with DBH so that this variable was used as an independent variable. The best DBH estimator model was the polynomial model with the equation y = 0.0118744 x² + 1.08835 x + 22.8125, where y is DBH and x is the canopy diameter of the aerial photo interpretation results. Estimating DBH using UAV has several benefits, such as reducing time, cost and labour. AbstrakUnmanned aerial vehicle (UAV) sudah sering digunakan untuk berbagai tujuan, bukan hanya untuk fotografi, namun telah dimanfaatkan untuk sains di berbagai bidang keilmuan, termasuk bidang kehutanan. UAV memiliki kemampuan bergerak dengan bebas di udara dan merekam objek di darat dengan resolusi spasial tinggi, dan cakupan areal yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendugaan diameter setinggi dada (DBH) berdasarkan citra yang dihasilkan dari UAV.  UAV digunakan untuk memperoleh foto udara yang diambil pada ketinggian 150 m di atas permukaan darat pada empat areal sampel seluas 27 ha di lokasi penelitian.  Foto udara diproses dengan menggunakan perangkat lunak agisoft photoscan untuk menghasilkan Digital Elevation Model (DEM) dan ortofoto. Tajuk pohon dideliniasi dari ortofoto dan dianalisis untuk memperoleh luas dan diameter tajuk.  Pengukuran DBH di lapangan dilakukan terhadap 206 pohon sampel yang selanjutnya digunakan untuk membangun model penduga DBH.  Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diameter tajuk mempunyai korelasi yang tinggi dengan DBH sehingga variable ini digunakan sebagai variable bebas. Model terbaik penduga DBH adalah model polinomial dengan persamaan y = 0,0118744 x² + 1,08835 x + 22,8125, dengan y adalah DBH dan x adalah diameter tajuk hasil interpretasi foto udara. Pendugaan DBH menggunakan UAV memiliki beberapa manfaat seperti mampu mengurangi waktu, biaya dan tenaga kerja.