cover
Contact Name
Rini
Contact Email
kindaietam@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
kindaietam@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi
ISSN : 25411292     EISSN : 26206927     DOI : -
Core Subject : Social,
indai Etam merupakan jurnal penelitian arkeologi yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi Kalimantan Selatan sejak tahun 2015. Nama "Kindai Etam" berasal dari bahasa asli masyarakat Dayak Kalimantan, yaitu "kindai" yang berarti wadah dari kayu dan "etam" yang berarti kita. Secara harfiah, Kindai Etam berarti wadah kita, yang dapat dimaknai sebagai media kita bersama dalam menginformasikan hasil-hasil penelitian arkelogi.Tujuannya adalah memberikan ruang bagi peneliti arkeologi untuk mempublikasi hasil penelitiannya supaya dapat dinikmati sebagai media edukasi bagi masyarakat luas.
Arjuna Subject : -
Articles 128 Documents
PREFACE KINDAI ETAM VOLUME 5 NOMOR 1 NOVEMBER 2019 - -
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 5 No. 1 (2019): Kindai Etam Volume 5 Nomor 1 November 2019
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.776 KB)

Abstract

-
APPENDIX KINDAI ETAM VOLUME 5 NOMOR 1 NOVEMBER 2019 - -
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 5 No. 1 (2019): Kindai Etam Volume 5 Nomor 1 November 2019
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1800.625 KB)

Abstract

-
RUMAH TRADISIONAL JAWA DALAM TINJAUAN KOSMOLOGI, ESTETIKA, DAN SIMBOLISME BUDAYA [THE JAVANESE TRADITIONAL HOUSE IN REVIEW OF COSMOLOGY, AESTHETIC, AND CULTURAL SYMBOLISM] Theodorus Aries Briyan Nugraha Setiawan Kusuma; Andry Hikari Damai
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 1 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i1.58

Abstract

Rumah adalah kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal untuk berlindung dari segala bentuk ancaman, namun juga memiliki makna-makna filosofis. Makna filosofis yang terkandung dalam rumah tradisional Jawa yang didasarkan pada kemampuan manusia dalam mempelajari lingkungan tempat tinggalnya. Untuk menemukan makna filosofis tersebut kita harus melihat bentuk, ukuran, dan hal lain yang mendasari rumah tersebut dibangun. Makna filosofis tersebut dapat di­lihat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, terutama dalam pembuatan arsitektur rumah. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana hubungan antara kosmologi, estetika, dan simbol dalam bentuk arsitektural rumah tradisional Jawa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kosmologi, estetika, dan simbol dalam bentuk arsitektural rumah tradisional Jawa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian ini memberikan gambaran umum beserta penjelasan mengenai bentuk arsitektur dari rumah tradisional Jawa. Simpulan yang didapatkan yaitu rumah tradisional Jawa sebagai bentuk arsitektural, simbolisme budaya, dan estetika masyarakat, serta kesakralan dan profanitas dalam setiap elemen rumah tradisional Jawa. House is a primary need in human life. A house is not only a place to shelter from threats, but also has philosophical meanings based on the human ability studying their live environment. We should see the shape, size, and other things that underlie the building houses to find the philosophical meaning. It can be seen in the daily life of Javanese people, especially in the making of home architecture. The problem is how the relationship between cosmology, aesthetic, and symbols materialized in the architectural form of traditional Javanese houses. The purpose of this study was to determine those relationship. The method is descriptive analysis, and discussion provides a general description along with an explanation of the architectural forms of traditional Javanese houses. The result shows the traditional Javanese house has a role not only as an architectural form, cultural symbolism and aesthetics of the community, but also as the sacred and profanity in its every element.
BENTENG KALAMATA: TINJAUAN ASPEK PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN BENTENG [KALAMATA FORT: REVIEW OF SELECTION ASPECTS FOR BUILDING LOCATIONS] Laila Abdul Jalil
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 1 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i1.60

Abstract

Sebelum pulau rempah ditemukan, rempah-rempah diperdagangkan di Malaka dengan harga sangat mahal. Untuk menguasai sumber rempah-rempah, Portugis mengirim ekspedisi penjelajahan ke timur dan tiba di Ternate pada tahun 1512. Kedatangan bangsa Portugis di Ternate memberi dampak dalam bidang bangunan terutama benteng. Salah satu benteng Portugis yang berada di Pulau Ternate adalah Benteng Kalamata. Benteng Kalamata menggunakan material yang berasal dari alam berupa terumbu karang dan batu andesit sebagai konstruksi bangunan yang direkatkan menggunakan kalero yaitu batu karang yang dibakar lalu ditumbuk menjadi kapur. Fungsi Benteng Kalamata selain sebagai benteng pertahanan juga berperan sebagai pos pengamatan aktivitas bangsa Spanyol yang menguasai Tidore serta sebagai gudang rempah-rempah terutama cengkeh. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi alasan penentuan pendirian benteng. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Pengumpuan data dilakukan melalui tahap observasi di sekitar kawasan Benteng Kalamata untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi lingkungan dan selanjutnya dianalisis dengan penalaran induktif. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengetahui sejarah pembangunan Benteng Kalamata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap fungsi lain dari Benteng Kalamata berdasarkan aspek keletakannya. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa daerah Kayu Merah dipilih sebagai lokasi pembangunan Benteng Kalamata selain jarak pandang yang dekat ke Rum di Tidore yang menjadi daerah kekuasaan Spanyol, juga karena tersedianya terumbu karang dan batu andesit yang melimpah sebagai material untuk membangun benteng. Spices had been traded in Malacca with the very expensive rate before spices island was discovered., Portuguese sent an excursion to discover the east, and arrived in Ternate at 1521 to manage the supply of spices. The Portuguese arrival in Ternate had given an influence to the bulding area, mainly fortification. It can still be seen some of the forts in Ternate. One of them is Kalamata Fortress located in Kayu Merah Village, Ternate Selatan District, Ternate City. Kalamata Fort was built by nature substances such as coral reefs and andesite stone as development of bulding and glued together with kalero, coral reefs that were burned and crushed. The function of Kalamata is not only as a fortress but also as an observation post. This post had a duty to keep watch of Spanish activities who had managed the Tidore and spice warehouses especially cloves. The aim of this research is to reveal the establishment determining reasons of Kalamata Fort. This research uses descriptive analysis method. Data were collected through observation around fortress area to depict the environmental conditions, then it have been analyzed with inductive reasoning. Data were also obtain by reference studies of the Kalamatan historical construction. Furthermore, other functions of Kalamata Fort based on its layout as the novelty of this study will be revealed. The results of the study noted that Kayu Merah areas was chosen as the location where is Kalamata fortress constructed caused by the visibility closer to Rum, Spanish territory in Tidore, and the availability of coral reefs and andesite stone as the major of material building.
BANGUNAN CAGAR BUDAYA BERLANGGAM TIONGHOA DI MADIUN [THE HERITAGE OF TIONGHOA HOUSE STYLE IN MADIUN] Diyah Wara Restiyati
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 1 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i1.62

Abstract

Kota Madiun merupakan salah satu kota di Jawa Timur sebagai tempat masyarakat Tionghoa bermukim sejak abad ke-15 Masehi (M), dan memiliki peran penting dalam menghidupkan perekonomian kota sebagai pedagang perantara. Masyarakat Tionghoa tersebut meninggalkan jejak budaya material berupa bangunan dengan kekhasan yang jarang ditemukan di kota lain di Jawa. Tulisan ini berdasarkan penelitian untuk mengidentifikasi kondisi existing bangunan, dan persepsi masyarakat mengenai pelestarian dan pemanfaatan bangunan berlanggam Tionghoa sesuai dengan UU Cagar Budaya No.11/2010 dan prinsip-prinsip pelestarian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif berfokus pada tiga rumah tinggal keluarga Tionghoa dengan menggunakan teknik pengambilan data berupa penelitian pustaka, pengamatan, wawancara, dan diskusi terarah, dengan para informan utama merupakan masyarakat lokal Kota Madiun. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ketiga bangunan berlanggam Tionghoa tersebut cukup terawat, dan layak untuk dijadikan bangunan cagar budaya dan dilestarikan, dengan perawatan yang intensif. Pelestarian cagar budaya ini juga sebaiknya dengan melibatkan masyarakat lokal terutama dalam proses perencanaan pelestarian, pelaksanaan pelestarian, dan promosi pelestarian sekaligus sebagai destinasi wisata. The Tionghoa (Indonesia Chinese) community has settled down in Madiun since 15th centuries, and has had important role in economy life as middle trader. This Tionghoa community has given of typical building heritage which is rare found out in other cities of East Java. The research has a purpose to identified existing building, and community perception of Tionghoa conservation and management building based on Cultural Heritage Laws No.11/2010, and conservation principles. This qualitative description focuses on three Tionghoa buildings by applicating the literature study, observation, interview, and focus group discussion methods of primary informants who are member of local community in Madiun. The research result gives the picture of three of Tionghoa building in good condition enough, and deserve to be conserve as heritage building with intensive conservation. The heritage building conservation should involve the local community mostly in the planning, implementation, and promoting the heritage building as tourism destination.
LANSKAP DAN KRONOLOGI HUNIAN KUNO TEWAH PUPUH, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH [THE LANDSCAPE AND CHRONOLOGY OF TEWAH PUPUH, AN ANCIENT SETTLEMENT SITE IN BARITO TIMUR REGENCY, CENTRAL KALIMANTAN] nFn Sunarningsih; nfn Hartatik; Vida Pervaya Rusianti Kusmartono
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 1 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i1.63

Abstract

Situs pemukiman kuno ini berada di Desa Tewah Pupuh, Kecamatan Banua Lima, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian arkeologi sudah beberapa kali dilakukan di wilayah Kabupaten Barito Timur, tetapi situs pemukiman kuno ini belum pernah diteliti. Masyarakat meyakini bahwa situs ini merupakan tempat tinggal salah satu tokoh penting pada zamannya, yaitu Patis Uwey, yang juga menjadi salah satu cikal bakal pembentukan Kademangan Banua Lima. Keberadaan situs ini diketahui dari informasi masyarakat yang diteruskan oleh dinas setempat kepada Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, dengan temuan berupa fragmen keramik asing. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lanskap dan kronologi relatif pemukiman kuno di situs Tewah Pupuh. Metode yang digunakan adalah survei, ekskavasi, wawancara, pemetaan, dan studi pustaka. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa pemukiman kuno milik Patis Uwey di situs Tewah Pupuh berada di bukit kecil yang dikelilingi oleh aliran sungai yang bermuara di Sungai Tabalong. Kronologi berdasarkan hasil analisis fragmen keramik dan penelusuran data sejarah berada di antara abad ke-14 sampai ke-19 Masehi. The ancient settlement site is located in Tewah Pupuh Village, Banua Lima District, Barito Timur Regency, Central Kalimantan Province. Archaeological research has been conducted several times in the area of Barito Timur Regency, but the ancient settlement site has never been studied. The community believes that the site is residence of the important figures, namely Patis Uwey, who also became a forerunner to the formation of Banua Lima Kademangan. The existence of this site is known from public information that was forwarded by the local service to Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, with the findings of foreign ceramic fragments. The research conducted at Tewah Pupuh aims to determine landscape and its chronology (relative dating). The methods used are survey, excavation, interview, mapping, and literature study. The results of the study illustrate that the ancient settlement owned by Patis Uwey was built on a small hill surrounded by a river that empties into the Tabalong River. The relative chronology based on ceramic analyses and historical data came up from 14th to 19th Century.
DAMPAK LETUSAN GUNUNG SINDORO TERHADAP KELESTARIAN SITUS KLASIK DI LERENG TIMUR LAUT GUNUNG SINDORO [THE IMPACT OF MOUNT SINDORO ERUPTION FOR PRESERVATION OF CLASSIC SITES ON THE NORTHEAST ITS SLOPE] Reidika Haris Banu Niksa
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 1 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i1.64

Abstract

Gunung Sindoro merupakan gunung api aktif yang menyimpan potensi ancaman bagi tinggalan arkeologi yang berada di lerengnya. Berdasarkan fakta tersebut analisis terhadap indeks risiko bencana letusan Gunung Sindoro terhadap keberadaan situs klasik, khususnya di lereng Timur Laut Gunung Sindoro perlu dilakukan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat keterancaman situs klasik di lereng timur laut Gunung Sindoro, sehingga kesadaran stakeholder mengenai ancaman kerusakan situs dapat terbangun. Metode yang digunakan adalah deskriptif-eksplanatif, yaitu metode yang dapat memberikan gambaran dan informasi dari suatu gejala tertentu berdasarkan hasil analisis. Selain menganalisis tingkat keterancaman, hasil penelitian ini juga mengusulkan rekomendasi mitigasi terhadap situs klasik tersebut. Mount Sindoro, which is an active volcano, holds a potential threat to archeological remains on its slopes. Based on these facts, analysis of the risk index of Mount Sindoro eruption on the existence of classic sites, especially on the Northeast slope is required. The research aims to discover the threat level of a classic site on the northeast slope of Mount Sindoro so that stakeholder awareness about the threat of site damage can be built. The method used in this paper is descriptive-explanatory that can provide an overview and information of certain indications based on the analysis results. In addition to analyzing the level of threat, the result also proposes recommendations for mitigating the classic site.
PEMILIHAN LOKASI PABRIK GULA GUNUNGSARI OLEH HANDELSVEREENIGING AMSTERDAM (HVA): ANALISIS KERUANGAN SALAH SATU "SISTER FACTORY" PABRIK GULA JATIROTO Abednego Andhana Prakosajaya; Hot Marangkup Tumpal Sianipar; Ayu Nur Widiyastuti
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 2 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i2.67

Abstract

Pabrik Gula Gunungsari merupakan pabrik gula yang didirikan oleh Handels Vereeniging Amsterdam atau HVA pada awal abad ke-20 Masehi. Pabrik gula yang dimaksudkan untuk menjadi sister factory atau pabrik pendukung dari Pabrik Gula Jatiroto ini merupakan bagian dari rangkaian rencana percobaan HVA dalam merevolusi industri gula di Hindia Belanda. Penelitian bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat kesalahan dalam bidang perencanaan pemilihan lokasi pembangunan pabrik gula yang berkaitan dengan berhentinya operasi pabrik gula ini. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan penalaran induktif. Data yang dianalisis secara spasial diperoleh dari hasil survei arkeologi di Pabrik Gula Gunungsari dan kajian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan yang sangat tinggi akan besarnya modal usaha serta anggapan dapat terpenuhinya target yang terlalu ambisius menyebabkan pemilihan lokasi pembangunan pabrik menjadi suatu hal yang merugikan bagi HVA sendiri. Gunungsari Sugar Factory had been established by Handels Vereeniging Amsterdam or HVA in the early of 20th century. The factory which was intended to be a sister of the Jatiroto Sugar Factory was part of a series of HVA trial plans to revolutionize the sugar industry in the Dutch East Indies. This paper aims to analyze whether there is a failure when selecting the location of the factory related to the cessation of its own operation. This method used is descriptive with inductive reasoning. The data analized in spatial were obtained from the survey conducted at the Gunungsari Sugar Factory and literature review. The results show that high dependence on the amount of venture capital, and the assumption that ambitious targets can be achieved, have made the selection of a factory construction location become a major weakness for HVA.
FUNGSI RAGAM HIAS TEMPAYAN MARTAVAN PADA MASYARAKAT TIONGHOA JAKARTA Diyah Wara Restiyati
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 2 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i2.68

Abstract

Tempayan martavan merupakan warisan budaya yang merepresentasikan identitas budaya Tionghoa terutama dengan ragam hias yang digambarkan pada permukaan wadah tersebut. Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang fungsi ragam hias tempayan martavan. Apakah masyarakat Tionghoa memfungsikan tempayan martavan sesuai dengan makna nilai-nilai luhur dari ragam hiasnya? Berdasarkan dari pertanyaan tersebut, penelitian dilakukan untuk mengetahui fungsi dan makna ragam hias yang terkait dengan kepercayaan leluhur masyarakat Tionghoa di Jakarta. Penelitian mengenai tempayan martavan ini menggunakan pendekatan antropologi simbolik untuk mengetahui motif, pola, ragam hias, nilai filosofi dan fungsi martavan di dalam masyarakat Tionghoa di Jakarta. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dan pengamatan terlibat serta kajian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat Tionghoa di Jakarta, ragam hias ini mengandung makna nilai-nilai luhur dalam kepercayaan, yaitu Buddha, Khong Hu Cu dan Tao (disebut dengan Tridharma/Sam Kauw). Martavan as a cultural heritage represent cultural identity of Chinese, mostly with the motifs in its surface. This research problem appoint the function of ornamental variety on martavan jars. Did the Chinese put into function the martavan jars according to the meaning of the noble values of the decoration? Based on these questions, the research was conducted to determine the function and meaning of decorative styles associated with the ancestral beliefs of the Chinese community in Jakarta. This research used a symbolic anthropological approach to confirm the motives, patterns, decorations, philosophical values and functions of martavan in Chinese society in Jakarta. The data collection technique in this study used in-depth interview, observation and literature review. The results showed that in the Chinese community of Jakarta, this decoration contains the meaning of noble values in belief, namely Buddha, Confucianism and Taoism (called Tridharma/Sam Kauw).
POTENSI LINGKUNGAN SEBAGAI DAYA DUKUNG KEBERADAAN SITUS NGALAU TOMPOK SYOHIAH I, TANAH DATAR Nenggih Susilowati -; Lismawaty
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 2 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i2.70

Abstract

Sumber daya alam nirhayati, hayati, dan sumber air pada kawasan karst merupakan daya tarik yang mendorong manusia untuk memanfaatkan gua-gua (cave) dan ceruk-ceruk alam (rock shelter) seperti yang terdapat di Nagari Situmbuk. Keberadaan sebagian gua dan ceruk menyimpan jejak budaya manusia ketika memanfaatkannya. Sisa-sisa budaya itulah yang menjadi penanda kehidupan manusia dalam memanfaatkan lingkungan alamnya di masa lalu hingga kini. Tujuan penelitian di Ngalau Tompok Syohiah I adalah untuk menggambarkan pemanfaatan ruang gua dan kronologinya, dan mengetahui faktor-faktor lingkungan sebagai pendukung keberadaan situs tersebut. Metode penelitian bersifat eksploratif – deskriptif menggunakan alur penalaran induktif (khusus ke umum) dengan melakukan survei dan ekskavasi. Hasil penelitian arkeologi dan geologi di Ngalau Tompok Syohiah I menjelaskan pemanfaatan ruang gua oleh manusia yang menghuni sementara di gua itu pada sekitar abad ke-16 hingga abad ke-20 M. Perlakuan meratakan bagian permukaan tanah di dalam ruangan ditunjukkan oleh stratigrafi pada kotak-kotak ekskavasi yang menggambarkan bahwa kondisi awalnya miring ke arah utara. Perlakuan istimewa pada stalagmit, hingga membuat makam semu, serta simbol-simbol yang digambarkan pada dinding gua dikaitkan dengan religi lama yang berlatar belakang pada kegiatan pertanian, hingga kegiatan lainnya. Aktivitas tersebut sangat didukung oleh kondisi lingkungan yang dekat dengan sumber air, dan lahan yang subur. Natural resources, including water sources in the karst area attract and encourage human to take advantages of caves and rock shelters such as those found in Nagari Situmbuk. Some caves and niches have kept the traces of human culture during their inhabitation. Those cultural remnants are the mark of human life in utilizing their natural environment from the past to the present. The purpose research at Ngalau Tompok Syohiah I is to describe the cave space used and its chronology, and to determine the environmental factors that support the site's existence. The research method is exploratory-descriptive using inductive reasoning lines (specific to the general) by conducting surveys and excavations. The results of archaeological and geological research in Ngalau Tompok Syohiah I explained the use of cave space by humans who had temporarily inhabited around the 16th to the 20th centuries. The treatment of flattening the soil surface in the room showed by the stratigraphy of the excavation boxes depicts the initial condition was tilted to the north. The special treatment of stalagmites, the creation of fake tombs, and the symbols depicted on the cave walls are associated with old religions with a background of agricultural activities and other activities. These activities were strongly supported by environmental conditions that are close to water sources and fertile land.

Page 10 of 13 | Total Record : 128