cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Kajian Wilayah
ISSN : 20872119     EISSN : 2502566x     DOI : -
Core Subject : Social,
Submit Manuscript Journal Help User Username Password Remember me Notifications View Subscribe Information For Readers For Authors For Librarians Current Issue Atom logo RSS2 logo RSS1 logo Visitor Statistics Web Analytics View My Stats ID 4723 US 925 MY 192 PH 103 AU 59 SG 56 GB 51 JP 50 DE 47 EU 45 Newest: DJ You: ID Today: 16 Month: 341 Total: 7264 Supercounters.com Home / Vol 9, No 1 (2018) Jurnal Kajian Wilayah Jurnal Kajian Wilayah (JKW) is an authoritative source of information and discussion on area studies, particularly Southeast Asian studies, Asia Pacific studies, as well as European and African studies. It publishes original research papers, review articles, book reviews and research summary on various perspectives and disciplines (history, anthropology, sociology, literature, politics, international relation, economics, philosophy and religion). JKW is an open access and peer reviewed journal published by Research Center for Regional Resources, the Indonesian Institute of Sciences, twice in a year (July and December).
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah" : 9 Documents clear
DIASPORA DAN IDENTITAS KOMUNITAS EKSIL ASAL INDONESIA DI BELANDA Gusnelly Gusnelly
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.555 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.760

Abstract

This paper is the result of research on Indonesian migration that focuses on the diaspora of the exile community in the Netherlands. The purpose to discuss this issue is to tell about the existence of an Indonesian community that has been exiled from the country for decades and became stateless or lost citizenship, because its passport was revoked by the Indonesian government. They are the generation who have been forced to move to several countries and choose to seek asylum in various Western European countries after the collapse of the Soviet Union. The history of their existence abroad as a result of the event of G30S/1965. They were abroad when the G30S occurred in the country. Their departure abroad was in the leftist (socialist) countries of the mid-1960s not because of political affairs but for various interests, but in fact it was related to the occurrence of the G30S/1965. In 1989 with the fall of communism and the end of the cold war after the collapse of the superpower of the Soviet Union, most of them have registered themselves as asylum seekers to several countries in Western Europe, including to the Netherlands. As a Dutch citizen, their descendants get education and work in the Netherlands. Their descendants feel that the Dutch or Europeans are his identity but the exiles keep their nationalism for Indonesia. We call that with long-distance nationalism.Keywords: Dutch, diaspora, exile community, asylum, citizenshipABSTRAKTulisan ini merupakan hasil penelitian tentang migrasi orang Indonesia yang fokus pada diaspora komunitas eksil di Belanda. Tujuan untuk membahas masalah ini adalah untuk menceritakan tentang keberadaan komunitas Indonesia yang sejak puluhan tahun terbuang dari tanah air dan menjadi stateless atau kehilangan kewarganegaraan, sebab pasportnya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Mereka merupakan anak bangsa dari satu generasi yang terpaksa pindah ke beberapa negara dan memilih mencari suaka ke berbagai negara Eropa Barat pascaruntuhnya Uni Soviet. Sejarah keberadaan mereka di luar negeri sebagai akibat dari peristiwa G30S tahun 1965. Mereka sedang berada di luar negeri ketika terjadi peristiwa G30S di dalam negeri. Kepergian mereka ke luar negeri yaitu di negara-negara beraliran kiri (sosialis) di pertengahan tahun 60-an bukan karena hanya karena urusan politik, tetapi untuk berbagai kepentingan, namun pada kenyataannya disangkutpautkan dengan terjadinya peristiwa G30S tahun 1965 tersebut. Pada tahun 1989 dengan kejatuhan komunisme dan berakhirnya perang dingin setelah keruntuhan negara adi kuasa Uni Soviet sebagian besar mereka telah mendaftarkan diri menjadi pencari suaka ke beberapa negara di Eropa Barat, termasuk ke Belanda. Sebagai warga negara Belanda, anak keturunannya mendapatkan pendidikan dan bekerja di Belanda. Anak-anak keturunannya merasa Belanda atau Eropa adalah identitasnya akan tetapi orang eksil tetap menjaga nasionalisme mereka buat tanah airnya yaitu Indonesia. Kami menyebutnya dengan nasionalisme jarak jauh.  Kata Kunci: Belanda, diaspora, komunitas eksil, suaka, kewarganegaraan
RINGKASAN HASIL PENELITIAN MIGRASI TRANSNASIONAL DAN IDENTITAS DIASPORA DI KOTAKOTA PERBATASAN DI ASIA TENGGARA STUDI KASUS THAILAND DENGAN MYANMAR DAN LAOS Amorisa Wiratri; Betti Rosita Sari; Yekti Maunati; Lamijo Lamijo
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.721 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.768

Abstract

This research has done in the border cities in Southeast Asia, namely Thailand, Lao PDR and Myanmar that straight bordered with China. Border cities are strategic locations for transnational migration, including the mobility of human, goods, information and transfer of ideas, where at the same time also contributed as bridge that linked between two or three different countries in Southeast Asia. China’s economic expansion and people migration from neighbouring countries has influenced the dynamic of economic, social and culture for people who live in border areas, especially in North Thailand. This research focus on the process of transnational migration, the identity of diaspora, and small scale economic activity among diaspora groups in border areas between north Thailand and Myanmar and also Lao PDR.Keywords:  transnational migration, diaspora identity, border citiesAbstrakPenelitian ini dilakukan di kota-kota perbatasan Asia Tenggara, yaitu Thailand, Laos, dan Myanmar yang berbatasan langsung dengan China. Kota perbatasan merupakan lokasi strategis bagi pergerakan transnasional baik manusia, barang, informasi, dan ide-ide, sekaligus sebagai wilayah yang menghubungkan antara dua atau tiga negara yang berbeda di Asia Tenggara. Ekspansi ekonomi China dan pergerakan manusia dari negara-negara tetangga mempengaruhi dinamika ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di perbatasan. Fokus penelitian ini adalah menggali proses migrasi transnasional, identitas budaya diaspora, dan aktivitas ekonomi skala kecil kelompok diaspora di wilayah perbatasan Thailand utara dengan Myanmar dan Laos.Kata Kunci: migrasi transnasional, identitas budaya diaspora, kota perbatasan
Cover Jurnal Kajian Wilayah Vol. 8 No. 1 (2017) Ahmad Helmy Fuady
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.948 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.793

Abstract

KUDETA YANG (DIRANCANG) GAGAL DAN KONSOLIDASI REZIM (NEO) ATATURK? HIZMET GULEN, PARALEL STATE, DAN AMBISI TERSELUBUNG ERDOGAN Nuruddin Al Akbar
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.797 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.762

Abstract

This study seeks to undertake critical reading of a number of military coup d’etat attempts that took place in 2016. The failure of the military coup d’etat can be read not as a victory of democracy, but rather as the consolidation effort that is continuously formed by Erdogan’s regime to increasingly exert his power in all areas of Turks life. This study rests on official discourse voiced by the Turkish government that states Gulen Hizmet movement plays an important role in the coup d’etat attempt. Unfortunately, Erdogan’s regime has acknowledged Gulen steps. Then, he designed a counter-coup operation in such a way in order to, firstly,  quell the coup d’etat attempts that occur thus ensuring Erdogan’s regime persisted; second,  make sure the coup d’etat attempt at certain level is still running so that it can be utilized for the benefit of Erdogan’s regime. The research method used in this research is discourse analysis with analytical framework based on Rossa and Nugroho Notosusanto theory about G30S event in Indonesia (which has been modified to read coup attempt in Turkey). The data sources used in this study are based entirely on secondary sources, including international and Turkish media coverage of the course of the coup. Includes various articles written by various experts / analysts about the incident.Keywords:  Erdogan, Gulen, Paralel State, Coup d’etat, Neo AtaturkAbstrakStudi ini berupaya melakukan pembacaan kritis upaya kudeta sejumlah kalangan militer yang berlangsung di tahun 2016. Kegagalan kudeta militer yang terjadi dapat dibaca bukan sebagai kemenangan demokrasi tetapi justru upaya kondolidasi yang terus dibangun rezim Erdogan untuk semakin mencengkramkan kuasanya di semua lini kehidupan masyarakat. Studi ini berpijak pada wacana resmi yang disuarakan oleh pemerintah Turki bahwasanya gerakan Hizmet Gulen memegang peranan penting dalam upaya kudeta. Akan tetapi rezim Erdogan telah membaca langkah Gulen dan merancang operasi kontra kudeta sedemikian rupa untuk: Pertama,  menumpas upaya kudeta yang terjadi sehingga memastikan rezim Erdogan tetap bertahan; Kedua, memastikan upaya kudeta dalam level tertentu tetap berjalan sehingga dapat dimanfaatkan sedemikian rupa bagi kepentingan rezim Erdogan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana dengan kerangka analisis yang didasarkan pada teori Rossa dan Nugroho Notosusanto mengenai peristiwa G30S di Indonesia (yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk membaca upaya kudeta di Turki). Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini sepenuhnya mendasarkan pada sumber sekunder, baik pemberitaan media internasional dan Turki sendiri mengenai jalannya kudeta tersebut, ditunjang dengan berbagai artikel yang ditulis oleh berbagai analis mengenai kejadian tersebut.Kata Kunci: Erdogan, Gulen, Paralel State, Kudeta, Neo Ataturk
REPRODUKSI KULTURAL MITOS “PEREMPUAN IDEAL” JEPANG MELALUI SERIAL TV OSHIN KARYA SUGAKO HASHIDA TAHUN 1983 Yusnida Eka Puteri; Yusy Widarahesty
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.734 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.771

Abstract

Japan was a fairly equitable matriarchal society until Confucian ideas immigrated from China. These ideas defined Japanese society up until the end of World War II. The integration of Confucian hierarchical structures where male domination shifted gender roles into a patriarchal system. Gender roles are defined by culture rather than physical differences between men and women. Japan traditional values that form the idealism of Japanese women continued until the early modern period. Those values known as “ryousai kenbo” (good wife and wise mother). This gender issues also widely seen in popular culture of the Japanese manga, anime to drama, one of the legendary popular drama is Oshin. Oshin is the name of the heroine of television drama that went out twice a day in Waku-waku Channel for a year . Oshin is much more than the epitome of the good wife and wise mother, she is courageous, hard working and preservering. This research is specifically conducted by looking at the dynamic of Japan gender issues through the serial movie of drama Oshin using cultural reproduction by Pierre Bourdieu.Key Words: Cultural Reproduction, Ideal Women,Oshin, Japan AbstrakJepang merupakan masyarakat matriarkal yang cukup sejajar hingga datangnya pemikiran Konfusian dari China. Pemikiran ini mendefinisikan masyarakat  Jepang sampai akhir Perang Dunia II. Integrasi struktur hierarkis Konfusian dengan dominasi peran gender laki-laki mengalihkan ke dalam sistem patriarki. Peran gender ditentukan oleh budaya dan bukan perbedaan fisik antara pria dan wanita. Nilai tradisional  Jepang yang membentuk idealisme wanita Jepang berlanjut hingga masa modern awal. Nilai itu dikenal sebagai “ryousai kenbo” (istri yang baik dan ibu yang bijak). Isu gender ini juga banyak terlihat dalam budaya populer manga Jepang, anime hingga drama, dengan salah satu drama populer dan legendaris adalah Oshin. Oshin adalah nama pahlawan drama televisi yang keluar dua kali sehari di Waku-waku Channel selama setahun. Oshin lebih dari sekadar lambang istri yang baik dan ibu yang bijak, dia pemberani, pekerja keras dan penjaga. Penelitian ini secara khusus dilakukan dengan melihat dinamika isu gender Jepang melalui serial drama drama Oshin dengan menggunakan reproduksi budaya oleh Pierre Bourdieu.Kata Kunci: Reproduksi Budaya, Wanita Ideal, Oshin, Jepang
Preface Jurnal Kajian Wilayah Vol. 8 No.1 (2017) Ahmad Helmy Fuady
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.058 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.794

Abstract

TRANSNATIONAL MIGRATION AND ETHNIC ENTREPRENEURSHIP AMONG THE CHAM DIASPORA IN MALAYSIA Betti Rosita Sari
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.332 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.763

Abstract

This article is concerned with the Cham diaspora in Malaysia, who maintain transnational ties to their home land of “Kampong Cham” in Cambodia. With the process of movement and resettlement, this community confronted real challenges and had to develop new ways of life in a new milieu. From traditional forms of farming and fishing, which had been their main sources of economic support in Cambodia, these people transformed their main traditional activities to develop commercially-oriented economic activities in their new settlement.This paper aimed to answer two questions, first, how migrants use patron client relationships to survive and pursue their life in Malaysia. Second, how Cham diaspora in Malaysia who take the role of ethnic entrepreneur or patron help other migrants to negotiate transnational space and therefore facilitate transnationalism. This ethnic network plays an important role in their ethnic businesses and economic survival strategy, both for the previous migrant and new comer migrants. This paper contributes to a contemporary issue of Cham diaspora in Malaysia, one of ethnic minority in Cambodia and their strategy to face globalization by establishing transnational networking.  Keywords: Diaspora, Cham, transnational migration, entrepreneurship, ethnic network, Malaysia AbstrakArtikel ini berkaitan dengan diaspora Cham di Malaysia, yang mempertahankan hubungan transnasional dengan tanah asal mereka "Kampong Cham" di Kamboja. Dengan proses perpindahan dan pemukiman kembali, komunitas ini menghadapi tantangan nyata dan harus mengembangkan cara hidup baru di lingkungan baru. Dari bentuk tradisional pertanian dan perikanan, yang merupakan sumber utama dukungan ekonomi mereka di Kamboja, orang-orang ini mengubah kegiatan tradisional utama mereka untuk mengembangkan kegiatan ekonomi berorientasi komersial di pemukiman baru mereka. Makalah ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan, pertama, bagaimana migran menggunakan hubungan klien patron untuk bertahan dan mengejar kehidupan mereka di Malaysia. Kedua, bagaimana Cham diaspora di Malaysia yang mengambil peran pengusaha etnis atau pelindung membantu migran lainnya untuk menegosiasikan ruang transnasional dan karena itu memfasilitasi transnasionalisme. Jaringan etnik ini memegang peranan penting dalam bisnis etnik dan strategi bertahan hidup ekonomi mereka, baik bagi pendatang migran migran sebelumnya maupun pendatang baru. Makalah ini berkontribusi pada isu kontemporer Cham diaspora di Malaysia, salah satu etnis minoritas di Kamboja dan strategi mereka untuk menghadapi globalisasi dengan membangun jaringan transnasional. Kata kunci: Diaspora, Cham, migrasi transnasional, kewirausahaan, jaringan etnik, Malaysia 
BOOK REVIEW: ECONOMIC GROWTH AND DEVELOPMENT IN AFRICA, UNDERSTANDINGS TRENDS AND PROSPECTS Muzzar Kresna
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.169 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.772

Abstract

'COME TO HOLLAND': PROMOSI PARIWISATA BELANDA BAGI HINDIA-BELANDA DAN INDONESIA Achmad - Sunjayadi
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.882 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.759

Abstract

Relation between Indonesia and The Netherlands, particularly in the tourism sector has been established long time ago. The relation has been built since Indonesia still part of Dutch colony until now. Relation in the tourism sector had disconnected between the beginning of Second World War until the 1950s. This article tries to trace the relation and the contemporary situation of the tourism sector in Netherland. The discussion focuses on the Netherlands as a tourism destination for the Dutch East Indies’ verlofgangers (those who furlough) and for Indonesian tourists. The question is how Netherlands promote their country as tourist destination and the reason why they promote their country to Dutch East Indies and Indonesian tourists. The data sources for this article are from Dutch’s newspapers and magazines during the colonial period, archives of tourism agencies in the Netherlands as well as Dutch contemporary newspapers,.Keywords: The Netherlands, Indonesia, Dutch East Indies, tourism, promotionAbstrakHubungan antara Indonesia dengan Belanda dalam sektor kepariwisataan sudah terjalin lama. Hubungan tersebut terjalin sejak Indonesia masih Hindia-Belanda dan berada di bawah kepemimpinan Belanda hingga Indonesia merdeka. Hubungan di sektor kepariwisataan itu sempat terputus pada masa awal Perang Dunia II hingga tahun 1950-an. Artikel ini membahas jejak hubungan dan situasi kontemporer sektor kepariwisataan di kedua negara. Bahasan dititikberatkan pada Belanda sebagai negara tujuan wisata bagi penduduk Hindia Belanda yang ketika itu disebut verlofgangers (orang yang mengambil cuti) dan wisatawan Indonesia pada saat ini. Pertanyaan yang akan dijawab pada studi ini adalah bagaimana Belanda mempromosikan negerinya serta alasan di balik promosi itu. Sumber yang digunakan adalah arsip surat kabar dan majalah pada periode tersebut, arsip dari lembaga pariwisata di Belanda. serta surat kabar kontemporer terbitan Belanda.Kata kunci: Belanda, Indonesia, Hindia-Belanda, kepariwisataan, promosi

Page 1 of 1 | Total Record : 9