cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Ibn Abbas
ISSN : -     EISSN : 26207885     DOI : -
Core Subject : Social,
JURNAL IBN ABBAS MERUPAKAN JURNAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ALQURAN DAN TAFSIR (S2) FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM YANG SECARA KOMPREHENSIF MENGKAJI BIDANG ALQURAN DAN ILMU-ILMU ALQURAN BERBASIS TURATS, ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI.
Arjuna Subject : -
Articles 67 Documents
CONTRIBUTION OF SYEKH AZRA'I ABDURRAUF IN GIVING ALQURAN SCIENCES IN NORTH SUMATERA Ahmad Zuhri Zam Zam Halomoan
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 2, No 2 (2019): Oktober-Maret
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3351.914 KB) | DOI: 10.9876/jia.v2i2.7455

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kontribusi Syekh Azra’i Abdurrauf dalam membumikan ilmu-ilmu Alquran di Sumatera Utara. Ia merupakan salah satu ulama yang berpran penting dalam memasyarakatkan Alquran. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemikiran Syekh Azra’i Abdurrauf dalam ilmu-ilmu Alquran baik dalam ilmu fas}aha dan ilmu qira’at sab’ah, maupun dalam bidang ilmu tafsir. Hal yang terpenting dalam penelitian ini adalah mengetahui pemikiran Syekh Azra’i Abdurrauf dan bagaimana kontribusinya dari berbagai aktifitas semasa hidupnya, dalam melakukan pengajaran ilmu-ilmu Alquran di dalam kajiannya. Bagaimana pemilihan tema, penyampaian materi dan kitab rujukan dalam kajiannya. Penelitian ini juga bertujuan untuk menelusuri berbagai kontribusi penting lainnya semasa hidup Syekh Azra’i Abdurrauf berbagai karya dan aktifitas, beserta lembaga-lembaga kajian yang didirikannya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian studi tokoh, yang akan mengkaji kontribusi atau gagasan-gagasan seorang tokoh dan pemikir muslim, yaitu Syekh Azra’i Abdurrauf. Menurut Syahrin Harahap, dalam memulai penulisan studi tokoh, paling tidak ada tiga hal yang harus dilalui yaitu, (1) inventarisasi; (2) evaluasi kritis, dan (3) sintesis. Inventarisasi maksudnya adalah pemikiran tokoh yang diteliti dibaca dan dipelajari secara komprehensif, setelah itu diuraikan secara jelas.
الإحسان في ضوء القرآن والسنة Muhammad Ali Azmi
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 2, No 2 (2019): Oktober-Maret
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9876/jia.v2i2.7451

Abstract

Di antara kewajiban ulama adalah mempelajari firman-firman Allah dan menyingkap makna-maknanya dengan merujuk kepada sumber-sumber dan referensi-referensi yang terpercaya dan diakui. Selanjutnya mereka juga berkewajiban menyampaikan dan mengajarkan apa-apa yang mereka ketahui dari firman-firman Allah tersebut dan tidak boleh menyembunyikannya sebagaimana Allah jelaskan dalam surah Ali Imran ayat 187. Sehubungan dengan itu, cara penafsiran Alquran yang paling benar adalah menafsirkan Alquran dengan Alquran dan setelahnya menafsirkan Alquran dengan Sunah karena ia juga merupakan wahyu sekaligus penjelas bagi Alquran. Berdasarkan kesemua hal di atas dan sebagai upaya menerapkan metode tafsir tematik, maka perlu dilakukan penelitian tentang al-ihsaan (ihsan) menurut Alquran dan Sunah untuk mengungkap pengertiannya, macam-macamnya, contoh-contohnya, dan faedah-faedahnya dikarenakan, setidaknya, tiga hal berikut. Pertama, ihsan merupakan kedudukan tertinggi dalam agama (diin) di atas Islam dan iman. Kedua, kata al-ihsaan dan turunannya disebutkan berulang kali dalam banyak ayat Alquran dan Hadis Nabi saw. dengan menunjukkan makna-makna yang berbeda sesuai dengan konteks-konteks kalimatnya. Ketiga, minimnya penelitian yang secara khusus membahas tentang kata al-ihsaan dan turunannya serta menafsirkannya secara tematik dengan menelusuri ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis Nabi saw.
EKSISTENSI TAFSIR MODERN : STUDI ANALISIS PERKEMBANGAN SUMBER, CORAK DAN METODE TAFSIR MODERN Abdul Muhaimin Mas’ulil Munawaroh
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 2, No 2 (2019): Oktober-Maret
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3274.003 KB) | DOI: 10.9876/jia.v2i2.7456

Abstract

The existence of the Qur'an which is always relevant throughout the time (sha> lihun li kulli zama>n) directly provides space for the interpreters to interpret the Qur'an in accordance with the demands of the times. Modern interpretation is the product of contemporary interpreters who have new things in accordance with the context of the present era. If the classical interpretation has a source, style and method of interpretation, the modern interpretation also has the same thing as the classical interpretation. The development of modern interpretation sources begins by using the method of al-iqtira> ni (a combination of bi al-manqu>l and bi al-ma’thu>r). The development of the Modern interpretive method begins with the Islamic method> li then singular thematic interpretations (al-Maudhu> 'i al-Aha>d), prular thematic methods (al-Maudhu>' i al-Ja>mi ') and interpretations that discuss just one sentence by gathering all the verses using the sentence or derivation and the root of the sentence, then interpreting them one by one and expressing the theorem and its use in the Qur'an.
DEVELOPMENT OF THE INTERPRETATION OF AHL AL-KITÂB IN THE BOOK OF CONTEMPORARY INTERPRETATION IN INDONESIA Katimin Nur Aisah Simamora Fathia Nuzula
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 2, No 2 (2019): Oktober-Maret
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3609.834 KB) | DOI: 10.9876/jia.v2i2.7452

Abstract

Karya ini untuk meneliti perkembangan penafsiran tentang Ahl al-Kitâb di dalam kitab-kitab tafsir kontemporer di Indonesia. Kitab tafsir kontemporer yang dibahas disini adalah Kitab Tafsir Al-Qur’anul Karim Karya Ulama 3 Serangkai. Kitab Tafsir An-Nur karya T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Kitab Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Dan terakhir Kitab Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Karena itu penulis meneliti agar mengetahui, apakah benar terjadi perkembangan terhadap penafsiran Ahl al-Kitâb di dalam Tafsir Kontemporer di Indonesia? Term ahl al-kitâb disebutkan secara langsung dalam Alquran sebanyak 31 kali dan tersebar pada 9 surat yang berbeda. Kesembilan surat tersebut adalah al-Baqarah, Ali ‘Imran, an-Nisa’, al-Ma’idah, al-Ankabut, al-Ahzab, al-Hadid, al-Hasyr dan al-Bayyinah. Dari kesembilan surat ini hanya al-Ankabut-lah yang termasuk dalam surat Makkiyah dan selebihnya termasuk dalam surat-surat Madaniyyah. Para ulama sepakat bahwa kaum Yahudi dan Kaum Nasrani adalah termasuk golongan ahl al-kitâb. Persoalan yang sering kali menjadi topik diskusi adalah mengenai siapa saja yang disebut ahl al-kitâb. Sejak perkembangan Islam, apakah ahl al-kitâb yang diperkenalkan Alquran itu masih ada atau tidak, sehingga keberadaannya di dalam Alquran hanya sekedar menjadi informasi historis. Dan apakah penganut kepercayaan lain, yaitu Hindu, Buddha, Majusi, Zoroaster, Konfusianisme, Taoisme dan Shinto dapat digolongkan kedalam golongan ahl al-kitâb atau tidak?. 
TAZKIYAH TIMES IN THE KITAB OF AL MUNIR LI MA’ALIMI AT-TANZIL BY IMAM NAWAWI AL-JAWI AL-BANTANI Muzakkir Husnel Anwar Ananda Siregar
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 2, No 2 (2019): Oktober-Maret
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3444.677 KB) | DOI: 10.9876/jia.v2i2.7457

Abstract

Studi ini ditulis untuk meneliti pemikiran dan metode Imam Nawawi Al-Bantani tentang kajian Tazkiyat Al-Nafs dalam kitab tafsir Al-Munīr Lī ma’ālimi At-Tanzil Marah Labid dan untuk lebih memahami apa makna sebenarnya dari kata Tazkiyat Al-Nafs, karena redaksi ayat yang berbicara tentang Tazkiyat Al-Nafs banyak dipahami oleh beberapa kalangan masyarakat sebagai bentuk zikir dan permohonan ampun semata kepada Allah swt. padahal jika didalami lebih jauh maka akan kita dapati fenomena yang sungguh luar biasa yang terdapat dalam kajian tentang Tazkiyat Al-Nafs ini.Penulis juga memilih kitab Tafsir Al-Munīr Lī ma’ālimi At-Tanzil Marah Labid yang ditulis oleh Imam Nawawi Al-Jawi Al-Bantani karena merupakan sosok ulama yang kharismatik dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu Alquran dan Tafsir di Nusantara, beliau juga merupakan ulama yang memiliki aliran Qadariyah yang banyak sekali berbicara tentang akidah dan tasawuf, sehingga tepat sekali rasanya jika kajian tentang Tazkiyat Al-Nafs ini memilih dan mengambil kitab tafsir Al-Munīr Lī ma’ālimi At-Tanzil Marah Labid sebagai sumber untuk diteliti dan dikembangkan lebih luas lagi.Penelitian ini dilakukan secara library research, yaitu penelitian keperpustakaan. Data-data penelitian ini diperoleh berdasarkan telaah terhadap buku- buku yang berkaitan dengan konsep/pemikiran tentang Tazkiyat Al-Nafs yakni kitab-kitab ulama tafsir maupun ulama bahasa yang terutama kitab Tasīr Al-Munīr Lī ma’ālimi At-Tanzil Marah Labid karya Imam Nawawi Al-Jawi Al-Bantani sebagai sumber utama, penelitian ini mengunakan teknik pengelolaan dan seterusnya mengumpul data serta membuat kesimpulan khusus. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kata Tazkiyat mempunyai banyak konsep/pemikiran dari ulama-ulama tafsir dan tasauf serta di dalam Tasīr Al-Munīr Lī ma’ālimi At-Tanzil Marah Labid karya Imam Nawawi Al-Jawi Al-Bantani.
SISTEM SOSIAL AL-QUR’AN Ilyas Daud
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 2, No 2 (2019): Oktober-Maret
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3479.334 KB) | DOI: 10.9876/jia.v2i2.7453

Abstract

This paper discusses about the social system of the Qur'an, using the reading through the theory of community development according to Karl Marx. The development of the social system of society according to Marx its began from the primitive communism system, the slavery, feudalism, capitalism, and socialism. The results of this reserch was showed that the social system of the Qur'an is an egalitarian form. This is as indicated in several verses among them QS. An-Nisa>: 1; Al-H{ujurat: 13; Al-Mu’minu>n: 32 and al-Anbiya>: 92. Nevertheless, despite teaching the human equality, the Qur'an also recognizes the existence of social differentiation. To overcome the monopoly of wealth, the Qur'an commands the distribution of wealth and prohibits the accumulation of property as in QS. Al-H{asr: 7 and al-Humazah: 1-4.
Menakar Nilai Kritis Fakruddin al-Razi dalam Tafsir Mafatih al-Ghayb Muhammad Nurman; Syafruddin Syafruddin
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 3, NO 2 (2020): OKTOBER-MARET
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i2.9224

Abstract

Tulisan ini menjawab tentang kritikan terhadap Fakruddin al-Razi tentang kurangnya nilai kritis dalam membantah pemikiran yang berseberangan di dalam Tafsir Mafatih al-Ghayb. Sehingga ditemukan bahwa ada kritikan yang secara kualitas sangat argumentatif namun tidak sebanding dengan pemaparan kritikan secara kuantitas. begitu juga, Fakhruddin al-Razi mengkritisi di awal penafsiran dengan lugas, tegas dan rinci. Namun dalam ayat lain kritikan pada pembahasan yang sama hanya dibahas secara global, agar tidak terjadi banyak pengulangan. Maka buku Tafsir Mafatih al-Ghayb harus dibaca secara utuh, sehingga ditemukan bahwa suatu topik atau pembahasan, telah dikritisi dan dijelaskan dengan rinci oleh Fakhruddin al-Razi.
TAFSIR QS. AN-NUR 24:32 TENTANG ANJURAN MENIKAH (Studi Analisis Hermeneutika Ma’na Cum Maghza) Winceh Herlena; Muads Hasri
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 3, No 1 (2020): VOL 3, NO 1 (2020): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i1.7938

Abstract

Pada era sekarang, modal bisa dikatakan sebagai syarat utama untuk membangun rumah tangga. Namun Al-Qur’an berkata lain, Al-Qur’an menyerukan untuk menikah meskipun dalam keadaan fakir. Hal ini tentu saja mengalami kontradiksi dengan konteks sekarang yang mengharuskan modal sebelum pernikahan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menggali lebih lanjut anjuran menikah dalam QS. An-Nur 24:32 dengan beberapa pertanyaan. Apa maksud dan tujuan QS. An-Nur 24:32 memerintahkan menikah meskipun dalam keadaan fakir ?, kemudian bagaimana signifikansi dari QS. An-Nur 24:32 diimplementasikan dalam konteks sekarang ?. Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penelitian ini akan menggunakan teori hermeneutika ma’na cum maghza yang dipopulerkan oleh Sahiron Syamsuddin. Dari penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa anjuran menikah dalam keadaan fakir bukanlah maksud dan tujuan utama dari QS. An-Nur 24:32, melainkan sebagai pembebas bagi para budak dan hamba sahaya, anjuran untuk lebih menghargai orang-orang yang tidak mampu, serta anjuran menikah bagi yang telah mampu
Konsep Istisna’ (Insya Allah) dalam Al-Quran Tafsir al-Marāghī Muhammad Roihan Nst, Nuraisah, Robiatul Adawiyah Muhammad Roihan Nasution; Nuraisah Nuraisah; Robiatul Adawiyah
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 4, NO 1 (2021): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v4i1.11105

Abstract

AbstrakKata Insya Allah begitu sering diucap oleh masyarakat muslim di Indonesia. Tidak hanya dalam percakapan sehari-hari, kalimat ini juga sangat populer di media sosial. Kata ini sering diterima dan dipakai begitu saja tanpa menyesuaikan makna dan penggunaan yang seharusnya. Tulisan ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi esensi dan urgensi kalimat Insya Allah dalam al-Qur’an tafsir al-Marāghī, 2) Mengidentifikasi konteks ayat-ayat Insya Allah dalam al-Qur’an tafsir al-Marāghī, 3) Mengidentifikasi pandangan al-Marāghī  dan ulama lain  tentang istitsna dengan kalimat Insya Allah. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu riset kepustakaan (library research), dikaji secara deskriptif dan analitis. Hasil penelitian menunjukan bahwa; Esensi (hakikat) Istitsna’ (Insya Allah) dari kajian al-Qur’an merupakan suatu jaminan akan sebuah kepastian terhadap apa yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang, sementara urgensi mengucapakan kalimat Insya Allah dalam kehidupan sosial adalah untuk mengendalikan rasa sombong, angkuh seorang hamba sebab manusia dalam berbuat tidak terlepas dari kehendak Allah SWT.Kata Kunci : Istitsna’, Insya Allah, Al-Qur’an
KONSEP PEMIMPIN IDEAL DALAM TAFSIR TURJUMAN AL-MUSTAFID Muhammad Roihan Nasution; Harun Ar-Rasyid; Fachrur Rozi
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 3, No 1 (2020): VOL 3, NO 1 (2020): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i1.11071

Abstract

AbstrakAda dua bentuk plural dari kata khalifah, pertama khulafa, bentuk jamak ini mengandung makna kekuasaan politik dalam mengelolah satu wilayah. Kedua khalaif, bentuk jamak kedua ini tidak mengindikasikan makna kekuasaan pada satu wilayah. Berangkat dari  makna yang diutamakan, tafsiran ayat di atas terlepas dari makna politik atau kekuasaan. Dengan demikian, makna khalifah bersandar pada makna asal yaitu ‘di belakang‘ atau ‘yang menggantikan’. Kata ‘menggantikan' tidak semerta-merta bermakna  politis atau penguasaan terhadap satu  kekuasaan, karena pengganti memiliki kesamaan atau kesesuaian dengan yang diganti. Pergantian muncul karena beberapa sebab, diantaranya kematian, perbedaan waktu dan tempat. Dengan demikian, pagantian selalu memerlukan kerjasama antara pengganti dan yang diganti, sehingga tidak ada satupun yang saling menguasai satu sama lainnya.Kata Kunci: Pemimpin, Khalifah, Kekuasaan, Kesamaan