cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Ibn Abbas
ISSN : -     EISSN : 26207885     DOI : -
Core Subject : Social,
JURNAL IBN ABBAS MERUPAKAN JURNAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ALQURAN DAN TAFSIR (S2) FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM YANG SECARA KOMPREHENSIF MENGKAJI BIDANG ALQURAN DAN ILMU-ILMU ALQURAN BERBASIS TURATS, ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI.
Arjuna Subject : -
Articles 67 Documents
TAFSIR AL-QUR’AN DENGAN AL-QUR’AN (SUATU ANALISIS TERHADAP JENIS PENAFSIRAN AL-QUR’AN) Mardian Idris Harahap
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 3, No 1 (2020): VOL 3, NO 1 (2020): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i1.11068

Abstract

AbstrakSejarah perkembangan tafsir dengan pendekatan bi al-ma’tsur (khususnya dengan tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an) menempuh dua periode. Pertama, apa yang disebut dengan istilah periode oral atau marhalah syafahiyah. Pada masa ini, aktivitas penafsiran dilakukan dari mulut ke mulut (dalam hal periwayatan). Riwayat-riwayat yang dinukilkan pada masa ini diprediksi masih mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi. Cara penafsiran seperti ini merupakan awal mula penafsiran bi al-ma’tsur. Para sahabat yang menjadi tokoh dalam penafsiran ini selain khalifah yang empat adalah Ibn ‘Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Zubair dan Abu Musa Al-Asy’ari. Adapun periode kedua adalah masa kodifikasi atau diistilahkan dengan marhalah tadwiniyah. Pada masa ini, tafsir bi al-ma’tsur sudah mulai ditulis. Namun pada periode kedua ini diduga banyak riwayat yang tidak shahih, baik berupa Israiliyat maupun maudhu’at (riwayat-riwayat dusta). Penafsiran al-Qur-an dengan al-Qur’an adalah penafsiran yang paling puncak, karena logikanya setiap pembicara lebih paham dan lebih mengetahui maksud perkataannya daripada yang lainnya. Syeikh Islam Ibn Taimiyah mengatakan bahwa cara atau metode terbaik (yang paling shahih) dalam menafsirkan al-Qur’an adalah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri. Apabila terdapat di satu tempat suatu hal yang masih global maka akan dijumpai penjelasannya di tempat yang lain.Kata Kunci: Al-Qur’an, Tafsir, Kodifikasi, Riwayat Shahih.
PENAFSIRAN MARWAN BIN MUSA TERHADAP AYAT-AYAT SIFAT DALAM TAFSIR HIDAYATUL INSAN BI TAFSIR ALQURAN Muzakkir Muzakkir; Imam Fikri
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 4, NO 1 (2021): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v4i1.11107

Abstract

AbstractMelihat adanya krisis dalam penafsiran ayat-ayat sifat-sifat Allah, seperti kesamaran dan ketidakjelasan tentang sebab terjadinya konflik dan perbedaan tafsir dalam permasalahan tauhid asma' wa sifat menjadi latar belakang peneliti untuk meneliti akan hal ini. Seperti pada penafsiran pada ayat-ayat Mutasyabih yang lumayan fenomenal seperti penafsiran tentang Istiwa', Al-Wajh, Al-Yadd dan selainnya. Penelitian ini bersifat kepustakaan (librart research) yang didasarkan pada Tafsir Hidayatul Insan Bi Tafsir Alquran karya Abu Yahya Marwan bin Musa sebagai data sumber primer, dan kitab-kitab lain yang mendukung dan terkait dengan pembahasan sebagian data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan yang penulis lakukan, dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara penafsiran Abu Yahya Marwan bin Musa dengan penafsiran-penafsiran sebagian mufassir lainnya, yaitu bahwa penafsiran Abu Yahya Marwan bin Musa terhadap ayat-ayat sifat Allah adalah dengan menafsirkan ayat-ayat sifat Allah sesuai dengan dzohir (tekstual lafadz) ayat tersebut saja, tanpa melakukan "Takwil" ataupun "Tafwidh". Penafsiran Marwan bin Musa tentang Sifat Al-Kalam, bahwasanya Allah mempunyai Sifat Al-Kalam yaitu Allah berbicara dengan huruf dan suara sesuai dengan kesempurnaan dan keesaanNya, juga tidak sama dengan sifat mahkluk. Juga perbedaan yang sangat mencolok dalam penafsiran Marwan bin Musa dalam Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsir Alquran tentang Sifat Mukhalafatu lil Hawadist, bahwasanya tidak sama seperti mahkluk sama sekali.Kata Kunci: Asma' Wa Sifat, Istiwa', Al-Wajh, Al-Yadd, Takwil, The Qur'an
TAFSIR AL-AZHAR: KEKUATAN DAN PENGARUHNYA ahmad nabil amir
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 3, NO 2 (2020): OKTOBER-MARET
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i2.8796

Abstract

Kajian ini membincangkan metodologi Hamka (Februari 17, 1908 - Julai 24, 1981) dalam menghasilkan kitab Tafsir al-Azhar. Ia membahaskan secara komprehensif manhaj yang dilakarkannya dan corak analisis yang diketengahkan dalam perbincangan dan penelitian ayat-ayat al-Qur’an. Latar perbincangannya yang ekstensif dan penggarapannya yang luas tentang hukum, sejarah, pemikiran, tasauf, akhlak, akidah dan peradaban menzahirkan kekuatan fikrah dan ijtihad yang diungkapkan dalam karya ini. Metode kajian adalah bersifat deskriptif dan analitik. Ia cuba meninjau tema-tema yang dibawakan dalam Tafsir Hamka dan merumuskan kefahaman dan pengaruhnya dalam pemikiran tafsir yang ingin dikembangkan.  Tafsir al-Azhar merupakan karya besar yang dihasilkan dengan kekuatan analisis dan pandangan dunia yang luas yang diangkat sebagai rujukan terpenting dalam tradisi penulisan tafsir di nusantara. Ia menekankan kepada manhaj akliah dan ijtihad yang substantif yang memperlihatkan aspirasi ke arah pembaharuan dan pemberdayaan kaum Muslimin. Kesimpulan dari kajian mendapati bahawa tafsir ini menekankan corak penafsiran akliah yang mendalam dalam memahami ayat-ayat al-Quran yang terkesan dengan prinsip rasional yang meluas yang dibawa dalam Tafsir al-Manar dan memberi pengaruh yang mendalam dalam pemikiran dan tradisi tafsir yang berkembang di Nusantara.
METODOLOGI TAFSIR TABI’ TABI’IN: TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-QUR’AN AL-AZIM KARYA IBNU ABI HATIM AL-RAZI Eko Zulfikar
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 3, No 1 (2020): VOL 3, NO 1 (2020): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i1.7517

Abstract

AbstrakTulisan ini berusaha melakukan eksplorasi terhadap metodologi tafsir tabi’ tabi’in, yakni Tafsir al-Qur’an al-Azim karya Ibnu Abi Hatim al-Razi. Dengan membacanya dari perspektif konstruktivisme dengan analisa data intertekstualitas, penulis dapat mengindentifikasi keberadaan tafsir Ibnu Abi Hatim yang hanya menggunakan tafsir bi al-ma’tsur sebagai sumber penafsiran, yakni berdasarkan pada penjelasan riwayat hadis Nabi, pendapat sahabat, tabi’in, dan kisah-kisah israiliyyat. Sementara upaya dalam menjelaskan al-Qur’an, metode yang diusung Ibnu Abi Hatim adalah metode ijmali, yakni menafsirkan ayat al-Qur’an dengan bahasa yang ringkas, padat, dan tidak panjang lebar. Di samping itu, Ibnu Abi Hatim juga memakai metode muqaran dengan cara mengutip dan membandingkan pendapat sahabat dan tabi’in. Untuk corak tafsirnya, penafsiran Ibnu Abi Hatim tidak sampai pada corak disiplin keilmuan tertentu, hanya sebatas penafsiran letak geografis dan tradisionalis, yakni menafsirkan al-Qur’an dengan cenderung menggunakan riwayat-riwayat dari hadis Nabi, sahabat, dan tabi’in.AbstractThis paper seeks to explore the tabi’ tabi’in interpretation methodology, namely Tafsir al-Qur’an al-Azim by Ibnu Abi Hatim al-Razi. By reading it from a constructivism perspective with an analysis of intertextuality data, the writer can identify the existence of Ibnu Abi Hatim interpretation which only uses the interpretation of bi al-ma’tsur as a source of interpretation, which is based on an explanation of the Prophet’s hadith, the opinions of friends, tabi’in, and the stories of israiliyyat. While the effort in explaining al-Qur’an, the method carried by Ibnu Abi Hatim is the method of ijmali, which is interpreting verses of the Qur'an in a concise, concise, and not lengthy language. In addition, IIbnu Abi Hatim also used the muqaran method by quoting and comparing the opinions of friends and the tabi’in. For his interpretation style, the interpretation of Ibnu Abi Hatim did not reach a certain scientific discipline style, only limited to the interpretation of geographical and traditionalist locations, namely interpreting the al-Qur’an by tending to use narrations from the hadiths of the Prophet, friends, and tabi’in.
المباهلة في تفسير الأزهر لهامكا Katimin Katimin; Husnel Anwar; Usman Harahap
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 4, NO 1 (2021): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v4i1.11103

Abstract

تجريد البحثالقرآن كتاب الحياة ، يحتوي على قواعد مختلفة تتعلق بترتيب حياة الإنسان في العالم ونتائج تلك الحياة في الآخرة. من المشاكل التي يعبر عنها وينظمها القرآن هي المباهلة. تأخذ هذه الكتابة دراسة أفكار هامكا. و تهدف هذه الدراسة إلى تحليل المباهلة في تفسير الأزهر، والتوصل إلى خصوصية تفسير هامكا بالمباهلة. و لتحليل قانون المباهلة مع إخوانهم المسلمين ومعرفة أهمية مناقشة المباهلة وصلتها بالمجتمع الإندونيسي. هذا البحث عبارة عن بحث مكتبة و يؤخذ مصدره من تفسير الأزهر، ثم المصادر الآخر باستخدام نهج موضوعي. وجد المؤلف ثلاثة تفرد في تفسير الأزهر تتعلق بالمباهلة, وهي: المباهلة دليل على أهمية مكانة  المرءة في الإسلام، ذكر المثل و بيان التاريخي.المباهلة هي إحدي القضايا المهمة جدًا للدراسة وذات الصلة التي سيتم مناقشتها في هذا الوقت. و فيما يلي بعض من ظواهر المباهلة في إندونيسيا: قسم بوكونج ، ومباهلة حبيب رزق سيهاب ، و المباهلة جوس نور وغيرها. المباهلة مثل هذا لا يجب أن يحدث لأنه مرتبط بمشاكل دنيوية فقط، وليس مسألة إيمان أو مسألة من مسائل الشريعة الهامة. و لا يصح للمسلم أن يسرع في القيام بالمباهلة أو قبول تحديات المباهلة من إخوانه المسلمين.الكلمات المفتاحية: هامكا, التفسير, المباهلة
KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN MENURUT TAFSIR AL-AZHAR BUYA HAMKA Muzakkir Muzakkir; Nur Aisyah Simamora; Robiatul Adawiyah
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 3, No 1 (2020): VOL 3, NO 1 (2020): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i1.11070

Abstract

Kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh perbuatan tangan manusia (Q.S Ar-Rum : 41) karena tidak memiliki visi dan misi yang benar dalam mengelola alam semesta. Pembangunan-pembangunan semakin banyak, namun jiwa mereka bertambah jauh dari Allah. Dalam kemajuan ilmu penngetahuan hidup mereka tambah sengasara. Kemajuan teknik tidak hanya membawa kebahagiaan melainkan cahaya perang selalu mengancam, peri kemanusiaan semakin menipis dan niat jahat bertambah subur hendak menghancurkan orang lain Kerusakan yang terjadi di darat disebabkan ulah manusia seperti polusi yang berarti pengotoran udara akibat dari asap dan zat pembakar. Udara kotor dihisap tiap saat sehingga paru-paru penuh dengan kotoran. Sementara itu kerusakan juga timbul di lautan, air rusak disebabkan kapal tangki yang membawa minyak tanah atau bensin pecah di laut yang menyebabkan air laut tercemar. Begitu juga air dari pabrik-pabrik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan. Dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa kerusakan lingkungan disebabkan banyaknya kekufuran dan maksiat, yaitu dengan melanggar nilai-nilai yang telah ditetapkan agama yang menyebabkan alam murka dan rusaknya lingkungan hidup.
NASIONALISME DALAM PANDANGAN IMAM NAWAWI AL-BANTANI Amoreni Amroeni; Hermansyah Hermansyah
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 4, NO 1 (2021): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v4i1.11108

Abstract

AbstractIstilah Nasional tergambar dalam beberapa kata, misalnya; Al-qaumiyyah berarti kesukuan, secara etimologi kata al-qaum ini berarti kumpulan orang laki-laki dan perempuan sebagaimana tertulis dalam banyak ayat Alquran, misalnya ucapan para nabi ketika mengajak kaumnya yang diawali dengan kata ya qaumi. Dalam lisan al-Arab disebutkan bahwa kata qaum berasal dari huruf qaf, waw dan mim. Maka jika dilihat dari beberapa perubahannya, qaum, qaumah atau qiyam berarti berdiri, menopang, bertekad dan tegak lurus, kata qawwam berarti melindungi, bertanggung jawab dan memimpin, kata istiqomah berarti lurus, disiplin dan terus menerus kata muqim berarti tempat tinggal dan maqam berarti tempat berdiri atau tempat yang menunjukan derajat seseorang. Maka orang arab memakai kata ini untuk menggambarkan nasionalisme. Hal ini karena jika digabungkan dari derivasi kata qaum ini maka akan membentuk suatu pengertian yang sesuai dengan makna nasionalisme. Kemudian istilah al-Ummah, istilah ini dapat dijumpai pada Piagam Madinah yang dideklarasikan oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam Piagam Madinah ini, pengertian ummah beserta cakupan maknanya dipergunakan dalam dua model dengan pasal yang berbeda, yaitu: Pertama, dipakai untuk menyebut komunitas seagama dan Kedua dipakai untuk menyebut komunitas yang pluralistik yang terdiri atas berbagai agama, ras dan suku tetapi tergabung dalam satu kesatuan sosial politik. Maka istilah-istilah tersebut akan menjadi dasar dalam memperkaya cakupan dan bahasan dalam penelitian ini. Manfaat dari penulisan semoga bisa menambah khazanah pengetahun tehadap makna Nasionalisme yang dirangkum dalam perspektif ulama tafsir yang menjadi pelaku dalam sebuah gerakan nasionalisme itu sendiri. Sehingga pemahaman tehadap hal ini, mudah-mudahan akan lebih kompleks. Juga bisa menjadi bahan telaah sejarah dari seorang Ulama yang berpendidikan yang memiliki banyak karya yang layak untuk di telusuri.Kata Kunci: Nasionalisme, Tafsir, Khazanah, Ulama
KEBANGKITAN DAN MAHSYAR PRESPEKTIF ALQURAN DAN HADIS Sri Ulfa Rahayu; Muhammad Akbar Rosyidi Datmi; Idris Siregar
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 5, NO 1 (2022): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v5i1.12554

Abstract

abstrakhari kiamat adalah hari yang sudah ditentukan oleh Allah swt akan kejadiannya namun disembunyikan terhadap manusia hingga hari itu tiba. Serangkaian peristiwa yang terjadi setelah hari kiamat tiba diantaranya adalah hari kebangkitan dan berkumpulnya manusia di Padang Mahsyar. Hal tersebut adalah peristiwa-peristiwa gahibiyat yang wajib kita imani dan percaya sekarang. Dengan menggunakan metode kualitatif telaah pustaka, artikel ini menyajian data-data konkrit dari dalil-dalil alquran dan Sunnah akan kebenaran peristiwa hari kebangkitan dan berkumpulnya manusia di Padang Mahsyar.Keynote: kebangkitan, Mahsyar
PENAFSIRAN MAHMUD YUNUS TERHADAP AYAT-AYAT KAUNIYAH DALAM TAFSIR QURAN KARIM Ahmad Zuhri; Muhammad Roihan Nasution; Furaisyah Nasution
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 4, NO 2 (2021) OKTOBER-MARET
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v4i2.12564

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini meneliti penafsiran Mahmud Yunus terhadap Ayat Kauniah Penciptaan Langit dan Bumi di dalam Tafsirnya Tafsir Qur’an Karim. Berangkat dari penafsiran Mahmud Yunus dan pendapat para ilmuwan, penulis menyimpulkan bahwa penciptaan langit dan bumi dimulai dari suatu perpaduan kemudian terpisah yang menjadi cikal bakal terbentuknya alam semesta, planet-planet, bintang-bingtang dan sebagainya. Masa penciptaan langit dan bumi berlangsung selama enam masa, dua masa pada bumi, dua masa pada isi bumi, dan dua masa pada langit. Penafsiran Mahmud Yunus sudah cukup mewakili penafsiran bercorak ilmiah pada masanya meskipun masih dengan pembahasan sederhana.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu dengan menganalisis isi bacaan dengan mengklasifikasikan ayat-ayat yang berkenaan dengan Penciptaan Langit dan Bumi, refrensi-refrensi dari literature yang berkenaan dan juga relevan. Madapun dalam penelitian ini, bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data-data yang diperoleh dari literatur yang berkaitan langsung dengan judul ini yakni Tafsir Qur’an Karim karya Mahmud Yunus. Dan adapun data sekundernya yaitu buku-buku dan tulisan yang mengandung pembahasan. Analisis data dilakukan secara deskriptif analisis yaitu memberikan deskripsi-deskripsi analisa terhadap objek penelitian dari data yang erhasil dikumpulkan untuk kemudian ditarik kesimpulan.Kata Kunci: Tafsir Qur’an Karim, Kauniyah, Ilmiah, Langit, Bumi 
TAFSIR JALÂL AL-DÎN AL-SUYÛTÎ & IBN JARÎR AL-TABARÎ PADA AL-MÂIDAH: 51 (Studi Tafsir Muqâran) komarudin komarudin
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 5, NO 1 (2022): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v5i1.12555

Abstract

 Abstract  This article aims to reveal the interpretation of Jalaladdîn al-Suyûtî and Ibn Jarîr al-Tabarî about making Jews and Christians as leaders through their interpretation of the Qur'an in Surah al-Mâidah verse 51 and introduce the interpretation of muqāran. In fact, much literacy regarding to interpretations of al-Maidah verse 51 have been found, but among these literacy do not show the main source so that it feels far from substance. Helmy Zakaria for example, he wrote “VARIETY OF NETIZEN'SINTERPRETATIONS    ABOUT    NON-MUSLIM    LEADERS;    Study    on    theInterpretation of Surah al-Maidah verse 51 " This article is packaged using a qualitative method which is began by dissecting the works of al-Suyûtî and al-Tabarî; al-Dârr al-Mantsûr fî Tafsr al-Mantsûr and Jâmi' al-bayân fî Tawîl al-Qurân. Then it is compared, analyzed, and conluded. This article concludes that Ibn Jarîr al-Tabarî and Jalâluddîn al-Suyûtî condemned the prohibition of making Jews and Christians as guardians/meeting friends/leaders on the grounds of following qâ'idah al-Ashl fi al-Nahy li al-Tahrim  Keywords: al-Mâidah, al-Suyûtî, al-Tabarî, Leader, Jews, Christians