cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 19 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION" : 19 Documents clear
Analisa Kesesuaian Antara Preskripsi Diet Dengan Kebutuhan Gizi Secara Individu pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit X Anisa Handayani; Laksmi Karunia Tanuwijaya; Eva Putri Arfiani
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.918 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.276-283

Abstract

Background: Medical nutrition management in DM patients must be done individually because it must consider eating habits, metabolism, physical activity and comorbidities. Calculation of nutritients adequacy can use the PERKENI formula by calculating basal energy then added or reduced by several factors, namely age, weight, physical activity, gender, metabolic stress.Objective: The aim of the study was to analysis the conformity of diet prescription and nutrients adequacy of DM patients. Method: This study used observational methods related to assessment data such as weight, hight, biochemical, and physic-clinic data and diet prescription. The number of samples in this study were 27 DM patients at X Hospital. Results: Results showed that there was discrepancies of diet prescription and nutrients adequacy of DM patients. Category of nutrient adequacy devided by 8 category, 1100 kkal, 1200 kkal, 1300 kkal, 1400 kkal, 1500 kkal, 1600 kkal, 1700 kkal, 1800 kkal. Diet prescription of DM patients was 1700 kkal. Conclusion: Comparison between diet prescription and nutrients adequacy 48% were mostly fall in appropriate category, and 52% were in inappropriate category. This was due to several factors such as the use of formulas in calculating nutrition adequacy of DM patients and the limited type of diet mannuals provided by hospitals to be prescribed for DM patients' diets.ABSTRAKLatar Belakang: Penatalaksanaan gizi medis pada pasien DM harus dilakukan secara individual karena harus mempertimbangkan kebiasaan makan, metabolisme, aktivitas fisik dan adanya komorbid. Perhitungan kebutuhan pasien secara individu dapat menggunakan rumus PERKENI dengan memperhitungkan energi basal kemudian ditambahkan atau dikurangi dengan beberapa faktor yaitu umur, berat badan, aktivitas fisik, jenis kelamin, stress metabolik.Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian antara preskripsi diet dengan kebutuhan gizi secara individu pada pasien DM.Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasi terkait data asesmen pasien yang meliputi data BB, TB, data biokimia, dan data fisik klinis, dan preskripsi diet. Data tersebut didapatkan berdasarkan informasi dari ahli gizi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 27 pasien DM di RS X.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian preskripsi diet dengan kebutuhan gizi secara individu pada pasien DM di RS X. Kategori kebutuhan energi secara individu terbagi menjadi 8 kategori, yaitu 1100 kkal (n=1), 1200 kkal (n=1), 1300 kkal (n=4), 1400 kkal (n=4), 1500 kkal (n=6), 1600 kkal (n=5), 1700 kkal (n=2), 1800 kkal (n=4). Preskripsi diet pasien DM adalah 1700 kkal.Kesimpulan: Perbandingan preskripsi diet dengan kebutuhan gizi secara individu adalah sebanyak 13 orang (48%) berada pada kategori cukup atau sesuai, dan sebanyak 14 orang (52%) berada pada kategori lebih atau tidak sesuai. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti penggunaan rumus dalam menghitung kebutuhan gizi pasien DM dan terbatasnya jenis standar diet yang disediakan rumah sakit untuk dituliskan menjadi preskripsi diet pasien DM.
Status Besi dan Kualitas Diet pada Wanita Usia Subur Pranikah Obesitas di Kota Semarang Sekar Ratry Nurramadhani; Fillah Fithra Dieny; Etisa Adi Murbawani; A Fahmy Arif Tsani; Deny Yudi Fitranti; Nurmasari Widyastuti
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.847 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.247-256

Abstract

Background: Women of reproductive age are potentially to have double-burden malnutrition due to poor diet quality. Obesity-related anemia affects iron homeostasis (hypoferremia) through low-grade inflammation.Objectives: This study aimed to analyze the differences of iron status among women of reproductive age based on obesity status and diet quality based on iron and obesity status.Methods: A cross-sectional study of female students, aged 18-22 years old that classified as obese (n=25) and non-obese (n=25). Subjects were selected by proportional random sampling. This study used iron status and diet quality as variable datas. Blood samples were taken to determined iron status (Fe serum). Diet quality was analyzed by SQ-FFQ and DQI-I. Statistical analysis using Independent-T Test, One-way ANOVA, Kruskal Wallis, Mann Whitney tests.Results: There were 20% of obese subjects had low iron status and majority (94%) had low diet quality score (52.04±5.2). Iron status of obese women (83.9±20.7 µg/dl) significantly differed to non-obese women (99.2±26.1 µg/dl), p=0.027. Obese group with low iron status had lower diet quality and moderation component score, however adequacy score was higher than other groups, p<0.05. There were no significant differences in variation and overall balance among all groups, p>0.05.Conclusions: Iron status of obese women was significantly different than non-obese women. Obese group with low iron status had lower diet quality and moderation component score, however adequacy score was higher than other groupsABSTRAKLatar Belakang: Wanita Usia Subur (WUS) rentan terkena masalah gizi ganda akibat kualitas diet yang buruk. Obesitas terkait anemia disebabkan inflamasi tingkat rendah yang mempengaruhi homeostasis zat besi (hipoferrimia). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan status besi WUS berdasarkan status obesitas, dan perbedaan kualitas diet berdasarkan status besi dan obesitas. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dengan subjek mahasiswi berjumlah 25 orang obesitas dan 25 orang non-obesitas, dipilih menggunakan teknik proportional random sampling. Data yang diambil berupa status besi (kadar Fe serum) melalui pengambilan sampel darah, dan kualitas diet menggunakan wawancara SQ-FFQ dan analisis DQI-I. Analisis menggunakan uji Independent-T Test, One-way ANOVA, Kruskal Wallis, dan Mann Whitney.Hasil: Sebanyak 20% WUS obesitas memiliki status besi rendah dan mayoritas subjek (94%) memiliki kualitas diet rendah (52,04±5,2). Status besi WUS obesitas (83,9±20,7µg/dl) berbeda signifikan dibandingkan WUS non-obesitas (99,2±26,1µg/dl), p=0,027. Kelompok WUS obesitas dengan status besi rendah memiliki skor kualitas diet dan komponen moderasi lebih rendah, namun memiliki skor kecukupan lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya, p<0,05. Komponen variasi dan keseimbangan keseluruhan pada semua kelompok tidak menunjukkan perbedaan signifikan, p>0,05.Kesimpulan: Status besi WUS obesitas signifikan lebih rendah dibandingkan WUS non-obesitas. Kelompok WUS obesitas dengan status besi rendah memiliki skor kualitas diet dan moderasi lebih rendah, namun memiliki skor kecukupan lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. 
Pengembangan Indeks Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Kaitannya dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Balita Sutyawan Sutyawan; Ali Khomsan; Dadang Sukandar
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.523 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.201-211

Abstract

 Background: Household food insecurity is a underlaying causes on undernutrition problems in children under five years. Household food security especially from food acces dimention is reflected from many indicators that are complex and easier to understand in a composite index. Objectives: The purpose of this study was to develop a index of household food security and its relationship to nutrient intake level and nutritional status in children under five years. Method: This cross-sectional study was conducted in four villages in West Bangka Regency in December 2018 until April 2019. The study involved 219 subjects consisting of mothers and children aged 12-59 months. Data were analyzed using Rank Spearman relationship test. Results: The validation results showed that the index score has a negatively correlation (p<0.01) with the proportion of food expenditure and it has a significant correlation with dietary diversity (HDDS Score). In addition, the index score was a significant correlation (p<0.01) with the level of adequacy of energy, protein, fat, calcium, iron, zinc and dietary diversity in children. The index score was a significant associated (p<0.01) with the nutritional status of children based on height for age, weight gor age, and height for wight. Conclusions: The index was developed from this study can be an alternative to evaluate the status of household food security level and stronger marker of food consumption and nutritional status of under five children.ABSTRAKLatar Belakang: Kondisi rawan pangan pada rumah tangga merupakan salah satu penyebab masalah kekurangan gizi pada anak berusia di bawah lima tahun. Ketahanan pangan rumah tangga tercermin dari banyak indikator yang kompleks dan lebih mudah dipahami dalam indeks komposit.Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengembangkan indeks ketahanan pangan rumah tangga serta hubungannya dengan tingkat asupan gizi dan status gizi pada anak balita.Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan di empat desa di Kabupaten Bangka Barat. Penelitian ini melibatkan 219 subjek yang terdiri dari anak berusia 12-59 bulan dan ibu dari anak. Data dianalis menggunakan uji beda Kruskal Wallis dan uji hubungan Rank Spearman.Hasil: Hasil validasi menunjukkan bahwa skor indeks memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) berdasarkan tingkat kerentanan pangan wilayah dan terdapat hubungan negatif yang kuat (p<0,05) dengan proporsi pengeluaran pangan. Selain itu, skor indeks memiliki keterkaitan yang kuat (p<0,05) dengan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, kalsium, besi, seng serta keragaman diet pada balita. Skor indeks juga memiliki hubungan yang nyata (p<0,05) dengan nilai z-score status gizi balita berdasarkan indeks antropometri tinggi badan menurut usia, berat badan menurut umur, dan tinggi badan menurut berat badan.Kesimpulan: Indeks yang dikembangkan dari penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam menilai status ketahanan pangan rumah tangga serta prediktor yang kuat dalam melihat gambaran konsumsi pangan dan status gizi balita. 
Hubungan Antara Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi MAN 1 Lamongan Nurul Maulid Dya; Sri Adiningsih
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.5 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.310-314

Abstract

Background: Puberty is a period that occurs in adolescence. Puberty in young women is characterized by the occurrence of menarche. Adolescent is an age group that is prone to menstrual disorders, one of which is an abnormal menstrual cycle. Abnormal menstrual cycles can be predictors of reproductive health problems. One of the factors that causes an abnormal menstrual cycle is nutritional status.Objective: This study aimed to analyze the relationship between nutritional status and menstrual cycles in female students of Islamic Senior High School Lamongan.Method: This cross-sectional designed study was conducted on the 10th and 11th-grade students of Islamic Senior High School 1, Lamongan. The determination of the sample was done by simple random sampling to choose 83 students. Data related to the menstrual cycle was obtained by interview using a questionnaire. Nutrition status data was obtained by measuring height, weight. Nutritional status was classified by using the BMI/U z-score table values for girls aged 5-18 years from the Indonesian Ministry of Health. Data analyzed using the Spearman correlation test with α = 0.05.Results: The results showed that respondents with normal nutritional status (66.3%) mostly had normal menstrual cycles (62.7%). Respondents with obesity tend to experience abnormal menstrual cycles (71.4%). Based on the results of statistical tests, it was known that there was a relationship between nutritional status with the menstrual cycle (p = 0.036).Conclusions: There was a relationship between nutritional statuses with the female students’ menstrual cycle of Islamic Senior High School 1, Lamongan ABSTRAKLatar Belakang: Salah satu fase dalam pekembangan manusia adalah masa remaja. Masa pubertas merupakan masa yang terjadi pada masa remaja. Pubertas pada remaja putri ditandai dengan terjadinya menarche. Remaja perempuan merupakan kelompok usia yang rentan mengalami gangguan menstruasi seperti siklus menstruasi yang tidak normal. Salah satu faktor yang menyebabkan siklus menstruasi yang tidak normal yaitu status gizi.Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi siswi MAN 1 Lamongan.Metode: Analitik observasional merupakan jenis dari penelitian ini dan cross sectional merupakan desain pada penelitian ini. Populasi pada penelitian ini merupakan siswi kelas X dan XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Lamongan (MAN 1 Lamongan). Penentuan sampel dilakukan dengan simple random sampling dan didapatkan besar sampel adalah 83 siswi. Data terkait siklus menstruasi didapatkan dengan wawancara menggunakan kuisioner. Data status gizi didapatkan dengan melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan. Status gizi diklasifikasikan dengan menggunakan nilai tabel z-score IMT/U untuk anak perempuan usia 5-18 tahun dari kemenkes RI. Analisis data menggunakan uji korelasi spearman dengan α = 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan status gizi normal (66,3%) sebagian besar memiliki siklus menstruasi yang normal (62,7%). Responden dengan status gizi yang tidak normal cenderung mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi dengan nilai p = 0,036.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi siswi MAN 1 Lamongan.
Hubungan Perilaku Picky eater dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Usia Prasekolah Di Gayungsari Adhelia Niantiara Putri; Lailatul Muniroh
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.232-238

Abstract

Background: Picky eater is unwillingness to eat unfamiliar food or try new food as well as strong food preference. Picky eater behaviour in preschool-aged children might cause an insufficient intake of food and lead to impaired growth. Objectives: This study aimed to analyze the correlation between picky eater with adequacy level of intake and nutritional status among preschool children in KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Methods: This study was an analytic observational study with a cross-sectional design. 45 subjects aged 41-59 months participated in this study. Simple random sampling method was used to select the sample of this study. Data were collected by measuring height, weight, filling Child Eating Behaviour Questionnaire, and nutrient intake by filling Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. All data were analyzed using Spearman’s Rho test using SPSS v25.0.Results: This study discovered that 57.6% of subjects had picky eater behaviour, 40% subject had high intake of energy but 95,6% subject had low fibre intake, 22.2% subject were malnutrition, 20% subject were wasting, 13.3% subject were categorized as stunting. Around 23.1% subject with picky eater behaviour had malnutrition. Energy intake level (p=0.000, r=0.717), carbohydrate (p=0.000, r=0.566), protein (p=0.007, r=0.396), dan fat (p=0.000, r=0.599) were correlated to picky eater behaviour. Subjects with picky eater tend to have lower intake level compared to non-picky eater subjects. All subjects have low fibre intake. Nutritional status were not correlated to picky eater behaviour with WAZ (p=0.444), HAZ (p=0.366) and WAZ (p=0.235). Conclusions: There were correlation between picky eater behaviour and intake level. Subject with this behaviour needs to improve their intake level to prevent incident of underweight.ABSTRAKLatar belakang: Picky eater adalah perilaku memilih-milih makanan yang ditandai dengan terbatasnya jumlah pilihan makanan. Kejadian picky eater pada anak prasekolah berakibat kekurangan asupan jangka panjang, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan anak.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara perilaku picky eater dengan tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi pada anak usia prasekolah di KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. 45 subyek dengan usia 41-59 bulan berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan sampel. Pengumpulan data meliputi pengukuran antropometri, pengisian Child Eating Behavior Quiessionare, dan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare. Seluruh data dianalisis menggunakan SPSS v25.0 dengan uji Spearman’s Rho.Hasil : Hasil menunjukkan 57,8% responden memiliki perilaku picky eater. Tingkat kecukupan zat gizi memiliki hasil beragam dengan tingkat kecukupan serat kurang. Terdapat 22,2% subyek dengan status gizi kurang, 13,3% subyek dengan stunting, dan 20% subyek dengan wasting. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,000, r=0,717),  karbohidrat (p=0,000, r=0,566), protein (p=0,007, r=0,396), dan lemak (p=0.000, r=0,599) dengan kejadian picky eater namun tidak berhubungan dengan tingkat kecukupan serat (p=0,825), status gizi BB/U(p=0,444), TB/U(p=0,366) dan BB/TB(p=0,235).Kesimpulan : Subyek yang berperilaku picky eater memiliki tingkat kecukupan zat gizi lebih rendah. Picky eater berhubungan tingkat kecukupan zat gizi. Responden dan subyek dengan perilaku ini sebaiknya memperbaiki kebiasaan makan dan memperbanyak konsumsi serat untuk mencegah kejadian gizi kurang
Pie Substitusi Tepung Biskuit MP-ASI Kemenkes dan Isolat Protein Kedelai Sebagai Alternatif Pencegahan KEP Pada Anak Usia 12-24 Bulan Mufidah Ahmad; Mahmud Aditya Rifqi
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.922 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.284-290

Abstract

Background: The government prevent Protein Energy Malnutrition (PEM) by implemented a feeding program of companion breast milk (MP-ASI) in the form of biscuits. After the evaluation, MP-ASI biscuit from Department of Health has a low acceptability, because it has a bitter taste and experience the saturation point of boredom. Therefore, researchers innovate to improve acceptance by modifying biscuits into pie shapes fla that have a preferred flavor and more appealing to children.Objective: to assess the best pie formula substituted with MP-ASI biscuit and soya isolate protein; to analyze the differences acceptability in control formula (F0), the best formula (F2), and MP-ASI biscuit; comparing the macro nutrient contained and the recommended portion of the best pie formula and MP-ASI biscuit.Method: This research design was Experimental with Completely Randomized Design (CRD). There were 1 control formula and 3 modification formula (F1, F2, F3). Each formula contained wheat flour, MP-ASI biscuit and soy protein isolate: F0 (100%, 0%, 0%); F1 (85%, 10%, 15%); F2 (60%, 20%, 20%); F3 (45%, 30%, 25%). Selection of the best formula through weighing score from the calculation nutrition contained based on DKBM and hedonic test result by 3 expert panelists. The control formula, the best formula and MP-ASI biscuit were hedonic tested on 25 panelists of children aged 12-24 month and their mothers. The difference in acceptability was known through the Friedman test and Wilcoxon Sign Rank.Results: The best pie formula modification was F2. The results of the acceptability test of F0, F2 and MP-ASI biscuits get the mean rank value of preference levels (2.1), (2.5) and (1.6). The nutrient contained of energy, protein, carbohydrates and fat per 100 g F2 was lower than the MP-ASI biscuit. The recommended portion of F2 consumption and MP-ASI biscuits per day was 4 pieces and 12 pieces.Conclusion: The best pie formula was F2. The acceptability of F2 was higher than MP-ASI biscuit. Although the macro nutrient contained in F2 pie per 100 g was still lower than MP-ASI biscuit, the recommended amount of F2 serving was less than MP-ASI biscuitABSTRAKLatar Belakang: Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak usia 12-24 bulan disebabkan adanya  ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan gizi yang diterima, maka pemerintah melaksanakan program pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) berupa biskuit4. Setelah dilakukan evaluasi, biskuit MP-ASI Kemenkes RI memiliki daya terima yang rendah, karena memiliki rasa pahit diakhir dan mengalami titik jenuh kebosanan. Oleh karena itu peneliti membuat  inovasi untuk meningkatkan daya terima dengan memodifikasi biskuit menjadi  bentuk pie dengan fla yang  memiliki rasa yang disukai dan lebih menarik bagi anak usia tersebut.Tujuan: mengetahui formula pie terbaik, menganalisis kadar zat gizi makro dan mengetahui daya terima dari pie yang disubstitusi dengan biskuit MP-ASI Kemenkes RI dan isolat protein kedelai.Metode: Eksperimental murni pada tahap pengembangan formula dan eksperimental semu pada tahap uji daya terima. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).Hasil: Formula terbaik adalah pie dengan substitusi biskuit MP-ASI 10% dan isolate protein kedelai 11%. Hasil uji laboratorium kandungan protein dan lemak mengalami penurunan, sedangkan karbohidrat meningkat jika dibandingkan perhitungan berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia (DKBM) 201012. Hasil uji daya terima F2 pada panelis anak mendapatkan ranking tertinggi, sedangkan pada panelis ibu mendapatkan rangking tertinggi pada aspek warna, aroma dan tekstur, serta mendapatkan rangking kedua pada aspek rasa.Kesimpulan: Formula Pie terbaik adalah (F2). Kandungan zat gizi makro pada pie tiap 100 g masih lebih rendah jika dibandingkan biskuit MP-ASI Kemenkes Ri, tetapi memiliki daya terima lebih tinggi.Kata Kunci: Kurang Energi Protein, MP-ASI, Pie 
Hubungan antara Kebiasaan sarapan dengan Status Gizi pada siswa SMP Negeri 5 Banyuwangi Sheila Monica Kelly Amalia; Merryana Adriani
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.007 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.212-217

Abstract

 Background: The increase prevalence in obesity by 14.8 percent according to Riskesdas 2018 needs to be a public concern. Obesity in adolescents can result in a high risk of degenerative diseases in later life. One cause of obesity is breakfast habits that are often left abandoned.Objective: This study was aimed to analyze the relationship between habits of breakfast and nutritional status of students in SMP Negeri 5 Banyuwangi.Method: This study was an observational study using design of cross sectional. The sample size of this study was 37 seventh grade students of SMP Negeri 5 Banyuwangi. The method of sampling was Proportionate Stratified Random Sampling. The data were collected by interviewing using food recall 3x24 hours, habits of breakfast questionnaire, and nutritional status was determined based on BMI for age measurements. Data analysis was performed to determine the frequency distribution and the percentage of each variable studied. The statistical analysis used is a regression test.Results: The results showed that most students had good habits of breakfast (91.9%), normal nutritional status (72.9%). The regression test results show that there was a correlation between habits of eating breakfast and nutritional status (p=0.049). Conclusion: Breakfast habits related to nutritional status of students of SMP Negeri 5 Banyuwangi.Keywords: breakfast habits, nutritional status, adolescentsABSTRAKLatar Belakang: Salah satu masalah yang dapat mengancam masa depan remaja di Indonesia yaitu masalah yang terkait dengan status gizi yakni kurus atau kurang energi kronis (KEK) dan kegemukan atau obesitas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi pada siswa SMP Negeri 5 Banyuwangi.Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Besar sampel penelitian ini adalah 37 siswa kelas VII SMP Negeri 5 Banyuwangi. Cara pengambilan sampel dengan Proportionate Stratified Random Sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner kebiasaan sarapan, dan status gizi ditentukan berdasarkan pengukuran IMT/U.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki kebiasaan sarapan baik (91,9%), status gizi normal (72,9%). Hasil uji regresi menunjukkan bahwa adanya hubungan pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan (p=0,049).Kesimpulan: Kebiasaan sarapan berhubungan dengan status gizi siswa SMP Negeri 5 Banyuwangi. 
Hubungan Asupan Energi Dan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Produktivitas Pada Tenaga Kerja Berstatus Gizi Lebih Bagian Packaging Di PT Timur Megah Steel Alfa Lailatul Maghfiroh
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.481 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.315-321

Abstract

Background: Productivity is the ability to produce goods and services using resources efficiently. Low worker productivity can affect the ability and results of their work. Work productivity can be influenced by various things, one of which is energy intake and physical activity of the workforce.Objective: To analyze the correlation between energy intake and physical activity level with productivity in workers with overweight nutritional status.Method: this research was observational analytic with design study cross sectional. The population were 30 workers with overweight. 22 samples were chosen by simple random sampling.  Energy intake data was obtained through 24-hour food recall questionnaire within 2 days (weekend and weekdays). Physical activity data were obtained through the Baecke questionnaire. Productivity data obtained from reporting the results of daily work. Statistical analysis using Pearson correlation test and chi square.Results: 23% of respondent was overweight, 50% of respondent was obesity 1 and 27% of respondent was obesity 2. The average energy intake of respondents was 2330.5 ± 853 kcal and the average index of physical activity of respondents was 7 , 5 ± 1.59. Based on the analysis of the data there was a relationship between energy intake and productivity (p = 0.001). There was not relathionship between physical activity and productivity (p = 0.129).Conclusion: workers who have higher energy intake have better productivity. Therefore, labor energy intake needs to be considered. One form of regulating energy intake is to provide food according to energy needs for workers in the company. These efforts can be done by providing food or by providing food as needed in the company canteen. ABSTRAK Latar Belakang: Produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efisien. Tenaga kerja dengan produktivitas yang rendah dapat berpengaruh pada kemampuan dan hasil kerjanya.  Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya yaitu asupan energi dan aktivitas fisik tenaga kerja.  Kondisi gizi lebih yang dialami oleh tenaga kerja akan berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kemampuan mobilitas sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan produktivitas.Tujuan: Menganalisis hubungan asupan energi dan tingkat aktivitas fisik dengan produktivitas pada tenaga kerja berstatus gizi lebih.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian Cross sectional. Besar sampel sebanyak 22 orang dipilih secara simple random sampling. Data asupan energi didapatkan melalui kuesioner foodrecall 2x24 jam. Data aktivitas fisik didapatkan melalui kuesioner Baecke. Data produktivitas didapatkan dari pelaporan hasil kerja harian. Analisis statistik menggunakan uji korelasi pearson.Hasil: Sebanyak 23% responden memiliki status gizi overweight,50% responden memiliki status gizi obesitas 1, dan 27% responden memiliki status gizi obesitas 2. Rata-rata asupan energi responden sebesar 2330,5±853 kkal dan rata-rata indeks aktivitas fisik responden 7,5±1,59. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan produktivitas (p=0,001 dan r=0,660) terutama pada responden laki-laki (p=0,020 dan r=0,716). Aktivitas fisik tidak berhubungan dengan produktivitas (p=0,131).Kesimpulan: Tenaga kerja yang memiliki asupan energi lebih tinggi memiliki produktivitas yang lebih baik terutama pada tenaga kerja laki-laki. Salah satu bentuk upaya perbaikan produktivitas kerja yaitu dengan menyediakan makanan sesuai kebutuhan energi bagi tenaga kerja di perusahaan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pemberian makanan ataupun dengan menyediakan makanan sesuai kebutuhan di koperasi perusahaan.   
Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dan Frekuensi Diare dengan Stunting pada Balita di Kampung Surabaya Musyayadah Musyayadah; Sri Adiningsih
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.375 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.257-262

Abstract

Background: Stunting is growth failure in toddlers due to chronic nutrients deficiency and recurrent infections, especially during the first 1000 days of life and can be a bad impact to quality of widely accepted human resources, which further can decreases future national productivity. The incidence of diarrhea and family food security are indicated to be factors cause stunting. Stunting is closely related to food insecurity and the incidence of recurrent diarrhea experienced by toddlers.Objectives: This study aimed to analyze the relationship between family food security and the frequency of diarrhea among stunted toddlers in Kampung SurabayaMethods: This research was observational analytic using cross-sectional. Sample consisted of 52 toddlers 6-24 months in the Puskesmas Bulak Banteng Surabaya. Sample selection with simple-random-sampling. Data was collected by interview with questionnaire. Food security was measured by US-HFSSM questionnaire and a questionnaire to the frequency of diarrhea. Data were analyzed using the Spearman statistical test (α=0.05).Results: The results showed that as many as 63.5% of toddlers are stunted, 71.1% of toddlers were in families with food insecure conditions, and 55.8% of toddlers diarrhea with frequency rarely (1-2 times). Results showed a significant relationship between family food security with stunting (p=0.004). Frequency of diarrhea with stunting showed a significant relationship (p=0.01).Conclusions: The proportion of stunting events increase if condition of food insecurity occur continuously, hence, coping strategies in the family were needed to overcome food insecurity. Besides, to overcoming the incidence of diarrhea by held counseling about PHBS.ABSTRAKLatar Belakang: Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan pada balita akibat defisiensi zat gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada masa 1000 HPK dan dapat berdampak buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas, yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa yang akan datang. Kejadian penyakit infeksi terutama diare dan ketahanan pangan keluarga diindikasikan menjadi faktor yang dapat menyebabkan stunting. Kondisi stunting erat kaitannya dengan rawan pangan dan kejadian diare berulang yang dialami balita.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan ketahanan pangan keluarga dan frekuensi diare dengan stunting pada balita di kampung Surabaya.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 52 balita berusia 6-24 bulan di wilayah Kerja Puskesmas Bulak Banteng Surabaya. Pemilihan sampel dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Ketahanan pangan diukur dengan kuesioner US-HFSSM dan kuesioner terkait frekuensi diare. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Spearman (α=0,05).Hasil: Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 63,5% balita mengalami stunting, 71,1% balita berada pada keluarga dengan kondisi rawan pangan, dan 55,8% balita mengalami diare dengan kategori frekuensi jarang (1-2 kali). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ketahanan pangan keluarga dengan stunting (p=0,004). Frekuensi diare dengan stunting juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,01).Kesimpulan: Proporsi kejadian stunting akan meningkat jika kondisi rawan pangan terjadi terus menerus, sehingga dibutuhkan coping strategi dalam keluarga untuk mengatasi kerawanan pangan. Selain itu untuk mengurangi kejadian diare dengan mengadakan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 
Hubungan Cakupan Tablet Fe3 dengan BBLBR di Provinsi Jawa Timur tahun 2017 Irohatul A'ila; Sri Sumarmi
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.438 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.291-297

Abstract

Background: Low birth weight (LBW) is one of the children's health indicators. Based on the health profile of East Java province in 2017, the prevalence of LBW increased from 3.6% in 2016 to 3.8%. Besides increasing the prevalence of LBW, there was a decrease in Fe3 tablet coverage. In 2016 Fe3 tablets decreased by 88.2% and decreased in 2017 to 87.4%. A decrease in Fe3 tablet coverage is likely to cause a high prevalence of LBW.Objective: This study aimed to know the relationship of Fe3 tablets with the prevalence of LBW in East Java province in 2017. Methods: The type of this research was quantitative research using secondary data on the health profile of East Java province in 2017. The observed variables was Fe3 tablet coverage and LBW prevalence. Data analysis using a Pearson correlation and Chi-square test.Result: The regency/city included in the category of low Fe3 tablet coverage was 55.3% and as many as 21.1% regency/city with LBW prevalence were included in the category of not public health problems. Pearson correlation test results (p-value=0.270) and Chi-square test (p-value=0.206) showed there was no relationship between the coverage of Fe3 tablets with prevalence of LBW in East Java Province in 2017.Conclusion: The regency/city that has low Fe3 tablet coverage doesn’t necessarily have a high LBW prevalence. Further research is needed to find out other factors related to the high prevalence of LBW in East Java Province in 2017.ABSTRAKLatar Belakang: Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator kesehatan anak. Berdasar profil kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017, kejadian BBLR mengalami peningkatan dari 3,6% pada tahun 2016 menjadi 3,8%. Selain peningkatan prevalensi BBLR, terjadi penurunan cakupan tablet Fe3 (90 tablet Fe) yang diberikan kepada ibu hamil. Pada tahun 2016 cakupan tablet Fe3 sebesar 88,2% dan menurun pada tahun 2017 menjadi 87,4%. Cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil merupakan salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kejadian BBLR.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cakupan tablet Fe3 untuk ibu hamil dengan kejadian BBLR di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017.Metode: Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder profil kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017. Data sekunder yang digunakan berupa data cakupan tablet Fe3 dan kejadian BBLR. Analisis data menggunakan uji korelasi perason.Hasil: Hasil uji korelasi pearson antara cakupan tablet Fe3 dengan kejadian BBLR di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 menunjukkan nilai p-value <0,05 (p=0,000). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara cakupan tablet Fe3 dengan kejadian BBLR di Provinsi Jawa Timur tahun 2017 dengan koefisiensi korelasi r=0,706.Kesimpulan: erdapat hubungan antara cakupan tablet Fe3 dengan kejadian BBLR di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017.

Page 1 of 2 | Total Record : 19


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 1 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 7 No. 4 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 7 No. 2 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Big Data Seminar Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 6 No. 4 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 4 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 4 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 1SP (2020): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 3 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 2 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION More Issue