cover
Contact Name
iqbal
Contact Email
khazanah@uin-antasari.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
iqbalassyauqi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora
ISSN : 0215837X     EISSN : 24607606     DOI : -
Khazanah : Jurnal Studi Islam dan Humaniora ISSN 0215-837X and E-ISSN 2460-7606 is peer-reviewed national journal published biannually by the State Islamic University (UIN) of Antasari Banjarmasin. The journal is published biannually in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 2 (2020)" : 7 Documents clear
PENGARUH IDE PEMBAHARUAN ABDUH DI MESIR PADA TRADISI TAFSIR DI INDONESIA: KAJIAN TERHADAP TAFSIR QUR’AN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS Rosihon Anwar; Asep Abdul Muhyi; Irma Riyani
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v18i2.3825

Abstract

Qur’anic Interpretation in Indonesia has been long interconnected with the tradition in the Middle East, especially in Haramayn and Egypt. Many Indonesians studied many Islamic disciplines from prominent ulama in these regions. One of them is Mahmud Yunus, who studied at Al-Azhar University, Cairo. He was influenced by the prominent ulama of Al- Azhar, i.e., M. Abduh. Abduh is famous for his thought of Islamic revivalism. This research investigates the possible influence of Abduh’s reformation thought to Mahmud Yunus Qur’anic interpretation, which called tafsir Qur’an Karim. This research employs a qualitative method with a historical approach and content analysis to analyze the data. This research shows that Mahmud Yunus is influenced significantly by Abduh’s reformation thought and can be seen from Yunus’ interpretation in his tafsir. The influence includes combating blind taqlid (unquestioning acceptance of religious thoughts), rationalizing the ‘mythical’ understanding of the Qur’anic texts, and emphasizing the belief that the Qur’an is compatible with science and the changing social reality. Kajian tafsir di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan pemikiran tafsir di Timur Tengah. Hal ini dapat dipahami karena banyak ulama Indonesia belajar di sana terutama Haramayn dan Mesir. Salah satu ulama yang memiliki keterpengaruhan tersebut adalah Mahmud Yunus yang sempat belajar di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Secara spesifik, Yunus banyak mengadopsi pemikiran pembaharuan dari tokohpembaharu Mesir yakni M. Abduh. Penelitian ini bermaksud menelusuri keterpengaruhan pemikiran pembaharuan Mahmud Yunus dalam karya Tafsirnya Qur’an Karim dari pemikiran pembaharuan M. Abduh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggali kajian pustakaatas naskah tafsir Mahmud Yunus dan Al-Manar dengan menggunakan analisi isi dan historis. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pembaharuan Abduh terlihat dalam penafsiran yang dilakukan oleh Mahmud Yunus dalam Tafsirnya berkaitan dengan beberapa aspek diantaranya adalah: penolakan atas taqlid, bid’ah dan khurafat, rasionalitas atas beberapa pemahaman yang bersifat mitis dan kesesuaian antara al-Qur’an dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat.
KONSTRUKSI FIKIH ZAKAT DALAM KARYA ULAMA BANJAR DAN RELEVANSINYA DENGAN MANAJEMEN ZAKAT MODERN Budi Rahmat Hakim
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v18i2.3970

Abstract

This article seeks to identify and describe the construction of zakat thought contained in a number of local works by Banjarese Ulama and to find the relevance of zakat thought as proposed by modern zakat management concepts. The study of the Banjar Ulama's conception of zakat thought was carried out through reading library materials in the form of a number of fiqh works written by Banjar Ulama in the 18-19M century which were also the targets or objects of study. The search results and analysis of the intended local fiqh literature found a number of constructs for discussion of zakat fiqh that discuss the legal provisions of zakat obligations, criteria for zakat objects, zakat distribution mechanisms, the concept of productive zakat, and amil criteria, as well as zakat management authority. From a number of fiqh formulations found, some provisions are still limited conventionally and conservatively, especially regarding the subject of zakat and the criteria for assets which are the object of zakat. While some contain jurisprudence ideas that are relevant to the context of modern management in zakat management, namely related to the productive use of zakat, zakat agency institution with their various duties and functions, and the active role of the government in providing regulatory support and facilitation of operational facilities and infrastructure for zakat management. Some of these fiqh ideas can even be considered as a progressive thought that transcends fiqh thinking in the context of their time.Tulisan ini berupaya mengidentifikasi dan mendeskripsikan konstruksi pemikiran zakat yang terdapat dalam sejumlah karya lokal Ulama Banjar serta menemukan relevansi pemikiran zakat yang dikemukakan dengan konsep manajemen zakat modern. Kajian tentang konsepsi pemikiran zakat Ulama Banjar ini dilakukan melalui penulusuran bahan pustaka berupa sejumlah karya fikih yang ditulis Ulama Banjar dalam rentang abad 18-19M yang sekaligus menjadi sasaran atau objek kajian. Hasil penelusuran dan telaah dari literatur fikih lokal dimaksud menemukan sejumlah konstruk bahasan fikih zakat yang mengulas seputar ketentuan hukum kewajiban zakat, kriteria objek zakat, mekanisme distribusi zakat, konsep zakat produktif, dan kriteria amil, serta otoritas pengelolaan zakat. Dari sejumlah rumusan fikih yang ditemukan tersebut sebagian ketentuannya masih terbatas secara konvensional dan konservatif terutama menyangkut subjek zakat dan kriteria harta yang termasuk objek zakat. Sementara sebagian lagi mengandung gagasan fikih yang relevan dengan konteks manajemen modern dalam pengelolaan zakat, yakni terkait pendayagunaan zakat secara produktif, lembaga keamilan dengan berbagai tugas dan fungsinya, serta peran aktif pemerintah dalam memberikan dukungan regulasi maupun fasilitasi sarana dan prasarana operasional pengelolaan zakat. Beberapa gagasan fikih tersebut bahkan juga dapat dinilai sebagai sebuah pemikiran progresif yang melampaui pemikiran fikih pada konteks zamannya.
PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA DERADIKALISASI FAHAM RADIKAL DI KALIMANTAN SELATAN Syaugi Syaugi; Badrian Badrian; Faisal Mubarak
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v18i2.4155

Abstract

This article study discusses a portrait of religious insights among students and teachers in high schools in South Kalimantan. However, the conducted research is based on the background that the spread of radical ideology can be channeled through education, in which high school students are targeted by radical ideologies. This study intends to answer the question of how religious understanding and the role of local wisdom may encounter radicalism among Islamic education students and teachers. This article study finds that: Firstly, there are three categorizations can be mapped related to religious ideas emerging, namely: (1) Respondents whose militancy and radicalism narratives tend to dominate; (2) Some respondents also have moderation narration that dominates; and (3) some others have an equal narration of militancy and radicalism and moderation. Secondly: the locality of recitation through religious institutions of the majelis taklim with the content of Sufism-based recitation has a significant role for the students and teachers in responding to each religious issue based on moderation narration.Riset ini membahas potret faham keagamaan di dunia pendidikan dengan fokus pada siswa dan guru di Sekolah Menengah di Kalimantan Selatan. Hal ini dilatar belakangi bahwa penyebaran idiologi radikal dapat melalui jalur pendidikan, dimana siswa/siswi sekolah menengah atas dijadikan sasaran penanaman idiologi radikal.  Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana pemahaman agama di kalangan siswa dan guru pendidikan Agama Islam? Bagaimana peran kearifan lokal dalam menangkal radikalisme di kalangan siswa dan guru pendidikan Agama Islam?. Penelitian ini menemukan bahwa: Pertama, ada tiga katagorisasi yang bisa dipetakan terkait narasi faham keagamaan yang muncul, yaitu: (1) Ada responden yang narasi militansi dan radikalisme cenderung mendominasi; (2) Ada responden yang narasi moderasinya mendominasi; (3) Ada yang antara militansi dan radikalisme di satu sisi dan moderasi di sisi lain berimbang (equal). Kedua: Lokalitas pengajian melalui lembaga keagamaan majlis taklim dengan konten pada pengajian berbasis tasawuf memiliki peran yang signifikan bagi siswa dan guru dalam merespons setiap isu keagamaan dengan basis narasi moderasi.
MEMBINCANG PROSES ISLAMISASI KAWASAN KALIMANTAN DARI BERBAGAI TEORI Rahmadi Rahmadi
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v18i2.4164

Abstract

This study discusses four issues related to the Islamization in Kalimantan, namely the origin of the arrival of Islam, the period of the arrival of Islam, the spreader of Islam, and the channels of Islamization. These four problems are studied using a historical approach by analyzing relevant information from various sources. This study concluded that the Islamization in Kalimantan led to an Arab theory, namely that Islam came to this area directly brought by Arabs themselves from the Middle East, both by traders and professional preachers (ulama or Sufi). Furthermore, the Islamization period of the Kalimantan region is divided into four phases, namely the arrival phase in the 7th to 10th centuries; the phase of formation of the Muslim community in the 11th to 15th centuries; the great wave phase of coastal Islamization and the formation of Islamic empires in the 16th to early 17th centuries; and the phase of Islamization from the coast to the interior that occurred in the 17th to 19th centuries. The carriers of Islam at the arrival stage (7th to 12th centuries) were traders, and at the development stage (13th to 17th centuries) were brought by professional preachers (wandering Sufi scholars). Finally, Islamization in Kalimantan was carried out using the channels of da'wah, politics, trade, marriage, and education.Kajian ini membahas empat masalah terkait islamisasi kawasan Kalimantan, yaitu asal kedatangan Islam, masa kedatangan Islam, pembawa Islam dan saluran Islamisasi. Keempat masalah ini dikaji menggunakan pendekatan sejarah dengan melakukan analisis terhadap informasi yang relevant  dalam berbagai sumber sejarah. Kajian ini menghasilkan simpulan bahwa Islamisasi di kawasan Kalimantan mengarah ke teori Arab, yakni Islam datang ke kawasan ini dibawa langsung oleh orang Arab sendiri dari Timur Tengah baik oleh pedagang maupun pendakwah profesional (ulama atau sufi). Selanjutnya, periodesasi islamisasi kawasan Kalimantan terjadi dalam empat fase, yaitu fase kedatangan pada abad ke-7 hingga abad ke-10, fase pembentukan komunitas muslim pada abad ke-11 hingga 15, fase gelombang besar islamisasi pesisir dan pembentukan kerajaan Islam pada abad ke-16 hingga awal abad ke-17, dan fase islamisasi dari pesisir ke pedalaman yang tejadi pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Adapun pembawa Islam pada tahap kedatangan (abad ke-7 hingga 12) adalah para pedagang dan pada tahap perkembangan (abad ke-13 hingga 17) dibawa oleh para pendakwah profesional (ulama sufi pengembara). Terakhir, islamisasi di Kalimantan dilakukan melalui saluran dakwah, politik, perdagangan, perkawinan, dan pendidikan.
NATURALISASI FILSAFAT ISLAM DALAM PEMIKIRAN AL-GHAZALI Ridhatullah Assyabani
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v18i2.3563

Abstract

The thought of al-Ghazali as outlined in Tahafut al-Falasifah has been a controversy for centuries and even today it has become a debate mainly related to the view of al-Ghazali who deconstructed the building of philosophy in Islam resulting in old wounds. In the end, various negative stigmas directed at al-Ghazali. However, whether the work of al-Ghazali, as many have suspected, has resulted in haunting in philosophy or just the opposite? By re-reading al-Ghazali as a traditionalist scholar and reviewing the general opinion which says that Tahafut al-Falasifah is a representation of the conflict between philosophy and dogma; or between orthodoxy and heterodoxy, this paper will show that al-Ghazali has an important role in naturalizing science and philosophy in the frame of Islamic theology.Pemikiran al-Ghazali yang tertuang pada Tahafut al-Falasifah menjadi kontroversi selama berabad-abad, bahkan hingga saat ini menjadi perdebatan terutama terkait dengan pandangan al-Ghazali yang mendekonstruksi bangunan filsafat dalam Islam mengakibatkan luka lama. Pada akhirnya berbagai macam stigma negatif yang ditujukan kepada al-Ghazali. Namun, apakah karya al-Ghazali tersebut seperti banyak yang diduga, telah mengakibatkan kehancuran dalam fisafat atau justru sebaliknya? Dengan melakukan pembacaan ulang terhadap al-Ghazali sebagai ulama tradisionalis dan meninjau pendapat umum yang mengatakan bahwa Tahafut al-Falasifah merupakan representasi konflik antara filsafat dan dogma; atau antara ortodoksi dan heterodoksi, tulisan ini akan memperlihatkan bahwa al-Ghazali memiliki peran penting dalam melakukan naturalisasi filsafat dalam bingkai teologi Islam. 
TRADISI RITUAL BEPAPAI SUKU BANJAR: MANDI TOLAK BALA CALON PENGANTIN SUKU BANJAR KUALA-TUNGKAL PROVINSI JAMBI, INDONESIA Nurhasanah Nur; Muhammad Syahran Jailani
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v18i2.3920

Abstract

The goals of this study is to learn more deeply and comprehensively about Bepapai. The Bepapai is a hereditary tradition that lasted until this modern era in Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province, especially for the prospective bride before the wedding ceremony. This article uses the phenomenological qualitative research approach. The collecting data methods used the indept interviews, observation and documentation. The research found that the “Bepapai” tradition is one of the ceremonies to prevent problems for the people of the Banjar Kuala-Tungkal Tribe especially for the prospective bride and groom who are getting married. Bepapai is interpreted as a bridal bath which aims to be a means to protect oneself from psychological problems and disorders, both from outside and inside a person. In other words, the people of Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province believe that the Bepapai tradition or bridal bathing is a means to ward off disease, both physical and mental illness, and as an antidote from evil deeds. In essence, the Bepapai ritual is a bridal shower ceremony to get rid of problems and calamities and is a symbol as a room for oneself, both physically and mentally. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam & komprehensif ritual Bepapai yang merupakan tradisi turun temurun berlangsung sampai era modern ini pada masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi, terutama bagi calon mempelai mengantin menjelang acara pernikahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa tradisi “Bepapai” merupakan salah satu upacara tolak bala masyarakat Suku Banjar Kuala-Tungkal  dikhususkan untuk calon pengantin yang akan menikah. Bepapai dimaknai mandi-mandi pengantin bertujuan menjadi sarana untuk membentingi diri dari masalah dan gangguan kejiwaan, baik gangguan yang datang dari luar maupun dalam diri seseorang. Dengan kata lain, bagi masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi berkeyakinan dan percaya bahwa tradisi Bepapai atau mandi-mandi pengantin merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir atau batin serta sebagai  penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Pada hakikatnya ritual Bepapai adalah upacara mandi-mandi pengantin untuk menghilangkan petaka, bala dan musibah yang merupakan simbol sebagai pernyataan tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. 
PEMAHAHAMAN HADIS TENTANG COVID-19 DALAM PERSPEKTIF INTEGRASI-INTERKONEKSI AMIN ABDULLAH Muhammad Alfatih Suryadilaga
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v18i2.3795

Abstract

The Prophet's hadith has provided information about infectious epidemics and how to handle them, namely by saying prayers to avoid the plague, staying away from those who are sick like running when they find a lion in front of them, isolating and locking down areas affected by the plague, and the promise of a large reward equivalent to death martyrdom for those affected by infectious diseases. As a source of Islamic teachings, this hadith can be understood and brought to the present context, namely the Covid-19 outbreak. The integration-interconnection paradigm initiated by Amin Abdullah made it necessary to understand the hadith of infectious diseases in a humanist way and prioritize humanity. It is the obligation of Muslims to pray to avoid illness. Still, on the other hand, if infected, serious medical treatment is necessary, and those who are healthy do not approach them but must keep their distance and wear a mask. This method is more effective if those infected with the disease isolate themselves within the specified time not to infect the healthy ones. The rewards of martyrdom are for those who die, whether patients or medical personnel and those who are healthy because they also participate in jihad with their souls and assets to reduce and prevent wider disease transmission, one of which is by obeying the PSBB rules. Through Amin Abdullah's integration-interconnection paradigm, the hadith about Covid-19 is understood as a disaster or destiny and a trigger for the development of science, especially in medic and virology.Hadis Nabi telah memberikan informasi tentang wabah menular dan penanganannya, yaitu dengan memanjatkan doa agar terhindar dari wabah tersebut, menjauhi mereka yang sakit seperti lari ketika mendapati singa di depannya, melakukan isolasi dan lockdown daerah yang terkena wabah, serta janji pahala yang besar setara dengan mati syahid bagi mereka yang terkena penyakit menular. Sebagai salah satu sumber ajaran Islam, hadis tersebut tentunya dapat dipahami dan dibawa pada konteks kekinian, yaitu wabah Covid-19. Paradigma integrasi-interkoneksi yang digagas oleh Amin Abdullah meniscayakan pemahaman atas hadis penyakit menular tersebut dengan cara yang humanis dan mengedepankan kemanusiaan. Kewajiban Muslim untuk berdoa agar terhindar dari penyakit, namun di sisi lain, jika tertular maka perlu dilakukan penanganan serius secara medis, dan yang sehat tidak mendekatinya, melainkan harus menjaga jarak dan menggunakan masker. Cara ini semakin efektif jika mereka yang terinfeksi penyakit mengisolasi diri dalam waktu yang ditentukan agar tidak menularkan pada yang sehat. Pahala syahid bagi mereka yang meninggal, baik pasien atau tenaga medis, begitupun bagi mereka yang sehat karena mereka juga turut berjihad dengan jiwa dan hartanya mengurangi dan mencegah penularan penyakit yang lebih luas, salah satunya dengan mentaati aturan PSBB. Melalui paradigm integrasi-interkoneksi Amin Abdullah, hadis tentang Covid-19 tidak hanya dipahami sebagai musibah atau takdir, melainkan juga sebagai pemicu pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran dan virology.

Page 1 of 1 | Total Record : 7