cover
Contact Name
iqbal
Contact Email
khazanah@uin-antasari.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
iqbalassyauqi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora
ISSN : 0215837X     EISSN : 24607606     DOI : -
Khazanah : Jurnal Studi Islam dan Humaniora ISSN 0215-837X and E-ISSN 2460-7606 is peer-reviewed national journal published biannually by the State Islamic University (UIN) of Antasari Banjarmasin. The journal is published biannually in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 399 Documents
SYEKH NAWAWI AL-BANTANI DAN PEMIKIRANNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM Ahmad Wahyu Hidayat; Muhammad Iqbal Fasa
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v17i2.3209

Abstract

This article describes the meaning of education according to Sheikh Nawawi Al-Bantani by using library research and analytical study methods. Analytical studies used are analytical content and analytical descriptions of education according to Sheikh Nawai Al-Bantani. The result of this study indicates that the purpose of education in Islam is a reflection of the function of humans to worship God by achieving His pleasure, striving to eradicate ignorance, and striving to perpetuate Islam with the light of knowledge. His thoughts about educators and students reveal that the personality factor of educators is more important than other factors, whereas, students themselves, they should always hold fast to noble morals in dealing with teachers, both in the teaching and learning process or in interacting with teachers in daily life.Penelitian ini menguraikan pendidikan menurut Syekh Nawawi Al-Bantani. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan dengan metode studi analitis. Studi analitis yang digunakan adalah analitis konten dan analitis deskripsi tentang pendidikan menurut Syekh Nawai Al-Bantani.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan dalam Islam merupakan sebuah refleksi dari fungsi manusia untuk beribadah kepada Allah yaitu dengan mencapai keridhoanNya, berjihad untuk memberantas kebodohan, berjihad untuk mengabadikan Islam dengan sinaran ilmu. Pemikirannya tentang pendidik dan peserta didik mengungkapkan bahwa faktor kepribadian pendidik lebih penting daripadafaktor yang lain, sedangkan dengan peserta didik sendiri hendaklah selalu berpegang teguh pada akhlak mulia dalam menghadapi guru, baik dalam proses belajar mengajar ataupun dalam berinteraksi dengan guru dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi Budaya dalam Filsafat Erich Fromm Fatrawati Kumari
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 13, No 2 (2015)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v13i2.766

Abstract

Abstract: The aim of this study is to determine the formulation of Frommscultural strategy and find its relevance to national cultural strategy. This qualita-tive -philosophical study is presented through the synthesis analysis of the psy-choanalyst Freud and socio-economist Marx. The conclusion is that the for-mulation of Fromms culture strategy rooted in the concept of to be. To be isa way of being existential human, characterized by being active, that is theoptimal use of the human strengths for productivity, which tends to makechanges and is interested in goodness, also tends to give and love. The culturalstrategy is then formulated from the concept of to be. This is an attempt tocreate a new culture which includes material and non-material aspects. Materialaspects include social, economic and political structure, while the non-materialaspects includes individual-social character, ideas and objectives of the com-munity in the form of norms, values, dogma, ideology and so forth. Theseaspects are interacting and influencing each other. The orientation of to be willaffect the economic structure, and then form a social character and subse-quently form an idea. Furthermore, the cycle runs in reverse in the relationaldynamic series.
REKONSTRUKSI HUKUM TENTANG HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL (Kajian Analisis Yuridis-Sosiologis PERPPU No. 1 Tahun 2016 Dalam Perspektif Kriminologi Hukum) Hanafi Arif
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v14i1.1052

Abstract

Negara Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat 3. Maka oleh karena itu dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi seluruh aspek baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, terlebih lagi hukum harus berdasar pada konstitusi maupun aturan-aturan hukum yang berlaku. Hukum adalah sesuatu yang hidup dan terus berkembang oleh karena itu hukum haruslah dapat mengakomodir serta mengatur kehidupan masyarakatnya bukan hanya terfokus pada segi legalitas atau kepastian hukumnya saja akan tetapi harus lebih dari itu yaitu adanya pemenuhan rasa keadilan. Tindak pidana yang sedang merajalela di negara ini, seperti jamur yang sedang berkembang dengan pesatnya. Dimulai dari tindak pidana korupsi, peredaran narkoba, terorisme, pembunuhan, perjudian, pencurian hingga pada pemerkosaan terhadap anak dsb. Wacana tentang hukuman kebiri bagi pelaku tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah dalam produk hukum berupa PERPPU No. 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sedang ramai dibicarakan di kalangan masyarakat. Banyak yang sependapat dengan adanya rencana tersebut dan tidak sedikit pula yang tidak sependapat, melalui penelitian hukum peneliti berpendapat bahwa harus ada kajian khusus terlebih dahulu tentang dasar filosofi maupun tujuan dari peraturan ini atau making of law process, sehingga PERPPU No. 1 tahun 2016 ini akan dapat memenuhi aspek legalitas dan aspek keadilan serta akan terasa lebif efektif dalam memberantas ataupun memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana pelecehan dan kekerasan terhadap anak.
PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM PROFETIK DAN TANTANGAN MASA DEPAN M. Akhyar Abdi
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 3, No 2 (2005)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v3i2.3168

Abstract

Pemikiran tentang perlunya perguruan atau lembaga pendidikan tinggi Islam (Universitas, IAIN, atau PTAIN/PTAIS) yang bermutu dan berkualitas, memenuhi kaidah dan harapan nilai etis Islami yang disebut profetik telah lama dirintis, sejak masa Nidzamul Mulk hingga Al-Azhar. Bahkan berdirinya berbagai universitas Islam di beberapa negara dimotivasi oleh keinginan-keinginan yang kuat untuk merebut masa depan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pintu utamanya adalah institusi pendidikan. Tentu saja keinginan itu harus diikuti oleh semangat dan kerja keras untuk mewujudkannya, walaupun kondisi dari lembaga pendidikan tinggi Islam sendiri masih tertinggal dibanding dengan lembaga pendidikan umurn. Apa dan bagaimana upaya yang dilakukan agar lembaga pendidikan tinggi Islam bisa sejajar dan tidak kalah mutunya dengan lembaga pendidikan tinggi yang lain?
WACANA AGAMA DAN KETUHANAN DALAM PEMIKIRAN IMMANUEL KANT Abdul Hakim
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 7, No 1 (2009)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v7i1.3036

Abstract

Bagi Kant, Tuhan tidak bisa diketahui lewat jalan ilmu pengetahuan. Karena pintu akal budi teoritis telah tertutup, maka satu-satunya jalan yang tersedia adalah melalui akal budi teoritis atau moralitas. Kant menganggap bahwa Tuhan bukanlah masalah ilmu pengetahuan yang bisa dibuktikan secara teoritis, melainkan masalah iman yang bisa dibuktikan melalui akal budi praktis murni. Terhadap agama Kant memformulasikan agama dalam batas rasionalitas tertentu dan karena hal ini tampaknya ia banyak mereduksi agama atau Kekristenan menjadi sebatas agama moral dan rasional, namun yang perlu sebagai bahan pertimbangan kita adalah “sejauhmana agama itu mampu membuat manusia (umat beragama) menjadi lebih bermoral”.
Tradisi Integrasi Ilmu dalam Institusi Pendidikan Islam Zainal Abidin
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v12i1.297

Abstract

The Integration of secience in Islamic tradition is importance aspect. In the Islamic historical contect indicated that Islamic education was supported to integration of secience, because more of islamic educa- tion institution can be important playing in developing aspect especially to built the civiulization araound the world. From early Islam period, many institution of Islamic education was produced several Islamic intellectuals heritage and more Islamic scholars, so its developed sciences of Islamic perspectives. This tradition is a branch of muslim identity who has influenced for many ages. After Islam be came the ones of gread religion in the world,its tradition was established and until now the influence of Islamic tradition in scientific method must be developed and be come to the great interests between Islamic scholars in many Islamic countries.
PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BANJARMASIN Siti Shalihah
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 7, No 2 (2009)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v7i2.3044

Abstract

Mahasiswa sebagai anggota masyarakat yang berpendidikan seharusnya berperan aktif dalam pengelolaan sampah sebagaimana yang dimaksud pasal 28 Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) mahasiswa dapat mendefinisikan sampah, jenis sampah organik dan organik, tetapi belum mengenal sampah B3 karena kurangnya interaksi dengan sampah B3. (2) Sebagian mahasiswa berpartisipasi dalam penempatan sampah pada tempatnya, tetapi masih ada yang suka buang sampah sembarangan. Partisipasi mahasiswa untuk memperbaiki wadah sampah yang rusak juga tidak ada, apalagi untuk menyediakan wadah sampah sendiri. (3) Sistem pengumpulan sampah yang dilakukan oleh mahasiswa adalah sistem individual dan komunal, dengan pola individual tidak langsung dan komunal tidak langsung. Tidak ada kreativitas mahasiswa untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna karena kesibukan dan keterbatasan pengetahuan serta pemahaman mahasiswa tentang manfaat sampah
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN JAWA DALAM TRADISI MENGUBUR TEMBUNI Siti Humairoh; Wildan Zulza Mufti
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v19i2.4384

Abstract

This article analyzes the acculturation of Islamic and Javanese culture in the tradition of burying tembuni in the Panti community. This study aims to determine the construction of the community in understanding the history of the burial of the Tembuni tradition, the meaning of the forms and symbols of the rituals of the community in the burial of the Tembuni tradition and how the values contained in the tradition.  This type of research is descriptive qualitative, using an ethnographic approach with observation, documentation, and in-depth interviews.  The results of this study are that there are no special records regarding this tembuni burial tradition, both in terms of when and who first triggered it.  Where in this ritual there are elements of Hindu-Buddhist belief, kejawen and finally intersect with Islam, which in this process the author calls the process of cultural acculturation.  Tradition in the ritual of burying tembuni has existed since ancient times and nothing has changed, for centuries.  Therefore, it has become a consideration related to the form of rituals and symbols that are believed to have a sacred value by the Panti community.  So that this can have sociocultural implications and a strong relationship with the future of children in community life in the future. The tradition of burying the tembuni seeks to reveal the relationship between humans and God through prayer, rituals as a mediation to express gratitude and ask for salvation.  This tradition contains values that are meaningful to the Panti community, such as religious values, moral values, and social values. Artikel ini menganalisis tentang akulturasi budaya Islam dan Jawa dalam tradisi mengubur tembuni di masyarakat Panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi masyarakat dalam memahami sejarah penguburan tradisi Tembuni, makna bentuk dan simbol ritual masyarakat dalam penguburan tradisi Tembuni dan bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, menggunakan pendekatan etnografi dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini bahwa tidak ada catatan khusus mengenai tradisi penguburan tembuni ini, baik dari segi kapan dan siapa yang pertama kali memicunya. Dalam ritual ini terdapat unsur kepercayaan Hindu-Budha, kejawen dan akhirnya bersinggungan dengan agama Islam, yang dalam proses ini penulis sebut sebagai proses akulturasi budaya. Tradisi dalam ritual mengubur tembuni sudah ada sejak zaman dahulu dan tidak ada yang berubah, selama berabad-abad. Oleh karena itu, telah menjadi pertimbangan terkait bentuk ritual dan simbol-simbol yang diyakini akan nilai kesakralitasnya oleh masyarakat Panti. Sehingga hal tersebut dapat berimplikasi pada sosiokultural dan hubungannya yang kuat dengan masa depan anak dalam kehidupan masyarakat kelak. Tradisi mengubur tembuni ini berupaya mengungkap hubungan manusia dengan Tuhan melalui sembahyang, ritual sebagai mediasi untuk mengungkapkan rasa syukur dan meminta keselamatan. Tradisi ini mengandung nilai-nilai yang bermakna bagi masyarakat Panti, seperti nilai-nilai religius, nilai moral, dan nilai sosial.
REHABILITASI MAKNA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA (REFLEKSI ATAS NILAI-NILAI QUR’ANI) Lufaefi Lufaefi
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 15, No 2 (2017)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v15i2.1631

Abstract

Diversity is a fact that is often denied by some who do not want to be responsible, so often assume others who disagree and not the same as himself as the culprit of mistakes, and he is the most correct among others. They forget the history of the plurality of the country. This has actually hurt the already grounded culture in the archipelago that this nation was born into a culture of diversity. Unfortunately, the person who is reluctant to take responsibility often makes the verses of the Quran justify his behavior. Consequently, the moral spiritual of Qur'an is often politicized for the benefit of the individual, or even his group by putting aside the cultural heritage mentioned above. Yet the essence of holy revelation [al-Quran] always tells us to uphold the truth in diversity culture. The culture of multiculturalism is indeed embodied and legalized in the spiritual of Qur'an. This is in accordance with the mission of the Koran itself as a revelation that saalih likulli time wa al-meal that has long confirmed the legality of difference and diversity.
JEJAK-JEJAK PLURALISME AGAMA DALAM SUFISME Ilham Masykuri Hamdie
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v17i2.3207

Abstract

This article intends to explore Sufism about the pluralism of religion. Khazanah Sufism is known synonymous with the esoteric approach in religion. Through this esoteric approach, the unity of religions or pluralism is very likely to be achieved, because all religions ultimately meet God. In Islam this aspect of esotericism is known to be discussed by Sufism or Sufi figures who have many concepts of unity (al-wahdat) such as Wahdat al-Wujud, Wahdat al-Syuhud, Wahdat al-Ummah and Wahdat al-Adyan. This article is the result of library research that raises the issue of Sufi treasures around religious pluralism. The study in this paper can be considered important, theoretically besides being able to enrich the treasury of Islamic thought more specifically in the field of Sufism, it can also strengthen the theological basis for understanding pluralism of religion, which at the level of praxis can encourage a more harmonious relationship between and among adherents of religion that different. Moreover, if so far the discourse on religious pluralism is considered to always refer to the works of Western religious scholars, those who define pluralism as the view that the One manifests to many or that particular religions are a response to the Almighty, in fact some Sufism or Sufi figures actually have long, first discuss it philosophically and deeply.