cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012" : 9 Documents clear
Pertumbuhan ikan oskar (Amphilophus citrinellus, Gunther 1864) di Waduk Ir H. Djuanda, Jawa Barat [Growth of Midas Cichlid (Amphilophus citrinellus, Gunther 1864) in Ir. H. Djuanda Reservoir, West Java] Prawira Atmaja R.P. Tampubolon; M. F. Rahardjo; Krismono Krismono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.125

Abstract

This research was held on October 2011 until January 2012 in Ir. H. Djuanda Reservoir, West Java, in order to describe some aspects of Midas cichlid (Amphilophus citrinellus) growth, such as length-weight relationship, condition factor, and growth constant (K). The samples were captured from six stations using 1, 1.5, 2, 2.5, 3, and 3.5 inches mesh sized of gill nets. The captured samples were separated in accordance to the stations, then the fish size and weight were measured. The total of fish captured were 460 individuals from six sampling stations. Total length of the captured fishes ranged from 62-210 mm and body weight is 4.81-187.18 gram. Midas cichlids are positive allometric. The condition factor varied depending on periods and stations. The growth formula for Midas cichlid was Lt= 215.78 (1-e'039 (t+025)). AbstrakPenelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2011-Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat, dengan tujuan untuk mendeskripsikan beberapa aspek yang bertalian dengan pertumbuhan ikan oskar (Amphilophus citrinellus) di waduk tersebut, seperti hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, dan koefisien pertumbuhan. Contoh ikan diambil di enam stasiun yang menggunakan alat tangkap jaring insang berukuran mata jaring 1; 1,5; 2; 2,5; 3; dan 3,5 inci. Contoh ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan stasiun, kemudian diukur panjang dan ditimbang bobotnya. Total ikan contoh yang tertangkap selama penelitian berjumlah 460 ekor yang berasal dari enam stasiun pengamatan. Pan-jang total dan bobot tubuh ikan berkisar antara 62-210 mm dan 4,81-187,18 gram. Pola pertumbuhan ikan oskar ada-lah alometrik positif. Faktor kondisi ikan oskar bervariasi berdasarkan waktu dan stasiun pengamatan. Persamaan pertumbuhan panjang ikan oskar mengikuti formula Lt= 215,78 (1-e-0,39 (t+0,25)).
Peningkatan laju pertumbuhan benih ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) yang direndam dalam air yang mengandung hormon pertumbuhan ikan mas [Growth enhancement of Osphronemus goramy Lac.juvenile immersed in water containing recombinant Cyprinus carpio growth hormone] Irmawati Irmawati; Alimuddin Alimuddin; Muhammad Zairin Jr; Muhammad Agus Suprayudi; Aris Tri Wahyudi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.126

Abstract

This study was aimed toenhance the growth of the giant gourami juve-nile by immersion with recombinant Cyprinus carpio growth hormone (rCcGH). Recombinant growth hormone was expressed by plasmid pCold-I/CcGHin E. coli BL21 (DE3). The inclusion bodies were isolated from E. coli using lyso-zyme and centrifugation method. Immersion with water containing 0.9% NaCl and 0.01% bovine serum albumin and inclusion bodies with different doses of rCcGH, 5 mgL-1 (C1), 15 mgL-1 (C3), and 30 mg L-1 (C6) was performed for 1 hour on weekly basis for the first four weeks of experimental period. Fish were subjected to salinity shock of 30 ppt NaCl for 2 minutes before it was transferred into the water containing rCcGH. Controls fish were without immersion and salinity shock (control), immersed in 30 ppt NaCl for 2 minutes (SS), immersed in 0.01% BSA (BSA), and immersed in medium containing BSA and 30 mg L-1 inclusion bodies of pCold without rCcGH (pCold).The giant gourami ju-venile treated with 30 mg L-1 rCcGH were 72.90% heavier and 21.04% longer (p<0.05) than the control, and 43.07% heavier and 14.64% longer (p<0.05) than the pCold. No significant difference in survival rate was obtained between treatments and controls. Biomass of fish treated 30 mgL-1 rCcGH was the highest among others. The rCcGH was able to promote soluble protein synthesis and lipid utilization as energy sources to spare protein (protein sparing effect). Thus, immersion with rCcGH could be applied to enhance the growth of giant gourami juvenile. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan benih ikan gurame melalui perendaman dengan hormon pertumbuhan rekombinan ikan mas (rCcGH). Hormon pertumbuhan rekombinan diekspresikan oleh plasmid pCold-I/CcGH di dalam Escherichia coli BL21(DE3). Badan inklusi diisolasi dari E. coli menggunakan lisozim dan metode sentrifugasi. Perendaman dilakukan selama 1 jam di dalam air yang mengandung 0,9% NaCl, 0,01% albumin serum sapi (BSA), dan badan inklusi rCcGH pada dosis5 mg L-1 (C1),15 mg L-1 (C3), dan 30mg L-1 (C6),sekali seminggu pada 4 minggu pertama. Ikan diberi kejutan salinitas 30 ppt NaCl selama dua menit sebelum ikan dipindahkan ke dalam air yang mengandung rCcGH.Sebagai kontrol ialah: benih ikan gurame tanpa perendaman (kontrol), benih ikan gurame yang diberi kejutan salinitas (SS), benih ikan gurame yang direndam di dalam air media yang mengandung BSA (BSA), dan benih ikan gurame yang direndam di dalam air yang mengandung BSA dan protein pCold-I tanpa rCcGH (pCold). Setelah tujuh minggu pemeliharaan, kelompok ikan yang direndam dalam air yang mengandung 30 mg L"1 rCcGH,72,90% bobot lebih berat dan 21,04% badan lebih panjang di-bandingkan dengan kontrol serta 43,07% bobot lebih berat dan 14,64% badan lebih panjang dibandingkan dengan pCold (p>0,05). Kelangsungan hidup antar perlakuan dan kontrol tidak berbeda nyata. Biomassa kelompok ikan yang direndam dengan 30 mg L-1 adalah yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. GH rekombinan ikan mas meningkatkan sintesis protein terlarut dan pemanfaatan lipid sebagai sumber energi sehingga mengoptimalkan pemanfaatan protein untuk pertumbuhan (protein sparing effect). Dengan demikian, perendaman dengan rCcGH dapat diaplikasikan untuk memacu pertumbuhan benih ikan gurame.
Perubahan plasma darah dan kematangan gonad pada ikan betina Tor soro di kolam pemeliharaan [Changes of blood plasma and gonadal maturity on female Tor soro in pond] Hesti Wahyuningsih; Muhammad Zairin Jr; Agus Oman Sudrajat; Ligaya ITA Tumbelaka; Wasmen Manalu
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.127

Abstract

Tor soro is an endemic species of freshwater fish in North Sumatera. Year by year the population of Tor soro tend to decrease. Currently,Torsorohashadtechnologyofdomestication. In order to support the success of breeding of Tor soro, information on the gonad development is urgently needed. Oocyte diameter and biochemistry of blood plasma of eight young females was carried out every month during a year (April 2009-March 2010). The estradiol-17p concentration was high received in July (0.9±0.8 ng ml'1), then decreased drastically in August (0.20±0.16 ng ml'1) and again increased until achieving the highest concentration in March.The highest of the estradiol-17p concentration correspond the peak of vitellogenesis towards the maturation. Biochemistry of blood plasma low in June as follow protein total 3.9±0.359 g dl-1; cholesterol 0.13±0.014 g dl-1; triglyceride 0.1±0.021 g dl-1 occurred at the time of the maximum size oocyte development. Concentration of low glucose existed in September (0.04±0.019 g dl-1) when the fish ovulated, this condition increased gradually up to optimal in February (0.12±0.003 g dl-1).Meanwhile optimal ovarian maturity occurred in June and September. AbstrakTor soro merupakan ikan endemik di Sumatera Utara dengan populasinya yang kian menurun. Saat ini, Tor soro telah mengalami teknologi domestikasi dan mampu dilakukan perbanyakan ikan pada kolam budidaya sejak tahun 2000. Informasi tentang reproduksi ikan ini masih sangat sedikit sehingga perlu adanya kajian tentang perkembangan gonad sebagai data awal pengembangan budi daya. Dalam studi ini digunakan delapan ekor betina muda. Pengukuran diameter oosit dan parameter biokimia plasma darah dilakukan sebulan sekali selama setahun (April 2009-Maret 2010). Konsen-trasi estradiol-17p yang tinggi diperoleh pada bulan Juli 2009 (0,9±0,8 ng ml-1), kemudian menurun drastis pada bulan Agustus 2009 (0,20±0,16 ng ml-1) dan kembali meningkat hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada bulan Maret 2010. Tingginya konsentrasi estradiol-17p ini menunjukkan puncak vitelogenesis menuju maturasi. Hasil pengukuran biokimia plasma (total protein, kolesterol dan trigliserida, kecuali glukosa) yang rendah diperoleh pada bulan Juni 2009 (total protein 3,9±0,359 g dl-1; kolesterol 0,13±0,014 g dl-1; trigliserida 0,1±0,021 g dl-1) yang terjadi pada saat ukuran oosit mencapai maksimum. Konsentrasi glukosa terendah pada bulan September 2009 (0,04±0,019 g dl-1) saat ikan mengalami ovulasi, dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai optimal pada bulan Februari 2010 (0,12±0,003 g dl-1). Perkembangan kematangan gonad mencapai optimum pada bulan Juni dan September 2009.
Beberapa aspek pemijahan ikan brek Puntius orphoides (Valenciennes, 1842) di Sungai Klawing Purbalingga, Jawa Tengah [Spawning aspects of javaen barb Puntius orphoides (Valenciennes, 1842) in Klawing River, Purbalingga, Central Java] Suhestri Suryaningsih; Mammed Sagi; Kamiso Handoyo Nitimulyo; Suwarno Hadisusanto
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.128

Abstract

The aim of this study is to analyze the spawning pattern and fecundity of the javaen barb (Puntius orphoides). Samples were collected during one year, from June 2009 until May 2010. Fish caught by gillnet with long-stemmed and fish trap in Klawing River, Purbalingga, Central Java. Analysis was done to estimate gonado somatic indices, gonad maturity, fecundity, and frequency of oocyte diameter distribution. The javaen barb caught were 431 fishes, consisted of 200 male and 231 female, with varied total length in the range of 95-294 mm, and weight 12.0-276.4 grams. First maturity gonad of male fish was 109 mm TL, while female fish was 118 mm TL. According to analysis of gonado somatic indices and gonad maturity stages, fish was estimated to spawn in the long time with its peak in September-October. Fecundity was 7,379-39,794 oocytes, and oocyte diameter was 25-900 ^m. Based on the development of oocyte stages, the javaen barb have an asynchronous spawning pattern, and based on the distribution of oocyte diameter suggested that this species could be grouped as partial spawner. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis beberapa aspek pemijahan dan fekunditas ikan brek (Puntius orphoides). Peng-ambilan contoh dilakukan selama satu tahun, dari Juni 2009 sampai Mei 2010. Ikan ditangkap menggunakan seser ber-tangkai panjang dan bubu, di Sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah. Analisis dilakukan terhadap indeks gonado somatik, tingkat kematangan gonad, fekunditas, dan sebaran diameter oosit. Ikan brek yang diperoleh selama penelitian berjumlah 431 ekor, terdiri atas 200 ikan jantan dan 231 ikan betina, dengan kisaran panjang total 95-294 mm, dan bo-bot 12,0-276,4 gram. Pada ikan brek betina, gonad mulai berkembang pada panjang total 118 mm, dan ikan jantan 109 mm. Atas dasar analisis nilai indeks gonado somatik dan fase perkembangan oosit pada tingkat kematangan gonad, di-duga musim pemijahan ikan brek berlangsung lama tetapi puncak reproduksi terjadi pada bulan September-Oktober. Fekunditas ikan brek berkisar 7.379-39.794 butir dan diameter oosit 25-900 ^m. Atas dasar analisis fase perkembangan oosit pada tingkat kematangan gonad ikan brek memiliki pola pemijahan asynchronous spawner dan atas dasar sebaran diameter oosit memberikan gambaran bahwa spesies ini termasuk tipe pemijah bertahap.
Perubahan ontogenetik makanan ikan kurisi, Nemipterus hexodon (Famili: Nemipteridae) di Teluk Kendari [Ontogenic shift in the diet of ornate threadfin bream, Nemipterus hexodon (Family Nemipteridae) in Kendari Bay] Asriyana Asriyana; Lenny S. Syafei
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.129

Abstract

The present study aimed to analyze ontogenetic shift in the diet of ornate threadfin bream related to body size and season in Kendari Bay. Monthly sampling was conducted from August 2009 to July 2010. Fish were caught using experimental gillnets with mesh sizes of %,1, 1%, 1% inch) and push nets (1 m diameter, 0.04 inch mesh). Stomach content analysis was determined using index of preponderance. A total of 67 individual fish were caught with range from 46-230 mm in length and 2.2-185.5 in weight. The fish were grouped into three groups that is small size (46-110 mm), middle (110.1-170 mm); and big (170.1-230 mm). The gut contents showed an ontogenetic shift in diet with an increase in length, small size feeds phytoplankton Thallasiothrix; whereas, middle and big sizes tend to consume Stolephorus commersonii. Moreover, ornate threadfin bream also showed the seasonal diet shift. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memaparkan perubahan makanan ikan kurisi berdasarkan ukuran dan musim. Pengambilan contoh dilakukan sekali sebulan dari bulan Agustus 2009 sampai Juli 2010, dengan jaring insang percobaan berukuran mata jaring %, 1, 1%, 1% inci dan alat seser (garis tengah 1 m dan ukuran mata jaring 0,04 inci). Analisis makanan menggunakan metode indeks bagian terbesar. Jumlah ikan yang terkumpul sebanyak 67 ekor dengan kisaran panjang total antara 46-230 mm dan kisaran bobot antara 2,2-185,5 g. Ikan dikelompokkan ke dalam tiga ukuran yaitu ukuran kecil (46-110 mm), sedang (110,1-170 mm), dan besar (170,1-230 mm). Hasil analisis menunjukkan bahwa menu makanan ikan kurisi berganti seiring dengan perubahan ukuran tubuh. Ikan kurisi berukuran kecil menyukai fitoplankton, Thallasiothrix; kemudian ketika tumbuh membesar (kelompok sedang dan besar), cenderung mengkonsumsi ikan teri (Stolephorus commersonii). Lebih lanjut ditemukan bahwa terjadi perubahan jenis makanan ikan kurisi berdasarkan musim.
Fekunditas ikan gelodok, Boleophthalmus boddarti (Pallas 1770) di Pantai Brebes [Fecundity of Boddart's goggle-eyed goby, Boleophthalmus boddarti (Pallas 1770) in Brebes Coast] Djumanto Djumanto; Eko Setyobudi; Rudiansyah Rudiansyah
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.130

Abstract

Boddart's goggle-eyed goby (Boleopthalmus boddarti) is often found in mudflats of estuary and coastal areas, has ability to walk on land and spawn inside the mud pits of hiding hole. The aim of this research was to study the fecundity and reproductive potential of mudskipper. Sampling was conducted in Losari, Tanjung and Bulakamba sub districts of Brebes regency from February to March 2012. Fish were caught using trap nets of 100 units for each station, then was repeated three times every two weeks. All fish samples were collected and preserved in 10% formaldehyde, then transported to the laboratory for measurement of length, weight, gonad weight, and counting the number and diameter of eggs. The results showed that the smallest size of brood stock was 15.0 cm in length and 30 g in weight. The ratio of male and female showed a balance of 1:1. Fish condition factor tended to decrease when the levels of gonadal maturity increase. The gonad maturity index of the spawned brood stock ranged from 0.8 to 7.9%. The fecundity for each female brood stock ranged from 4,874 to 28,028 eggs with a mean of 14,520 eggs. Relative fecundity ranged from 108 to 577 with a mean of 303 eggs/g body weight. Gonad of mature female consisted of one size group, and egg diameter ranged from 0.38 to 0.55 mm with a mean of 0.47 mm. AbstrakIkan gelodok (Boleopthalmus boddarti) merupakan jenis ikan yang banyak dijumpai di daerah muara dan pantai berlumpur, ikan yang mampu berjalan di darat dan memijah di dalam lubang lumpur tempat persembunyian. Tujuan pe-nelitian adalah untuk menentukan fekunditas ikan gelodok dan mengkaji potensi reproduksinya. Penangkapan ikan di-lakukan di Kecamatan Losari, Tanjung dan Bulakamba, Kabupaten Brebes di antara bulan Februari dan Maret 2012. Penangkapan ikan menggunakan jaring perangkap sebanyak 100 unit tiap stasiun, kemudian diulang sebanyak tiga kali dengan jarak antarwaktu sampling dua minggu. Semua ikan yang terperangkap dikumpulkan kemudian diawetkan dalam formalin 10% dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengukuran panjang total dan bobot tubuh, bobot gonad, penghitungan jumlah serta diameter telur. Hasil pengamatan menunjukkan ukuran ikan gelodok matang gonad ter-kecil adalah 15,0 cm dan bobot 30 g. Nisbah kelamin jantan dan betina menunjukkan jumlah yang seimbang 1:1. Faktor kondisi ikan cenderung menurun seiring meningkatnya tingkat kematangan gonad. Indek kematangan gonad pada induk siap pijah berkisar 0,8-7,9%. Fekunditas telur dalam gonad berkisar 4.874-28.028 dengan rerata 14.520 butir. Fekunditas relatif berkisar 108-577 dengan rerata 303 butir butir/g berat induk. Pada induk matang gonad terdapat satu kelom-pok ukuran, dan diameter telur berkisar 0,38-0,55 mm dengan rerata 0,47 mm.
Aplikasi pemberian taurin pada rotifer untuk pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis [The application of rotifers enriched with taurine for larvae of humpback grouper Cromileptes altivelis] Dedi Jusadi; Achmad Noerkhaerin Putra; Muhammad Agus Suprayudi; Deddy Yaniharto; Yutaka Haga
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.131

Abstract

This experiment was performed to evaluate the effect of rotifers enriched with taurine on the growth and survival rate of larval humpback grouper Cromileptes altivelis. A duplicate feeding experiment was conducted in 1000 L rectangular fiberglass tanks supplied with seawater. Hatched-larvae were stocked into the tanks at a density of 10 ind. L-1 and cultured for 16 days. Larvae were fed on rotifers either from mass culture (control), or enriched with 0 and 0.5 g taurine in 10 L culture medium, respectively. Results shows that larvae fed on rotifers enriched with 0.5 g taurine significantly had the highest survival rate (58.4%), ratio of RNA/DNA (0.2), and total length (5.86 mm). The survival rate, ratio of RNA/DNA, and total length for fish in control and 0 taurine treatments were 17.6% and 33.6%; 0.1 and 0.15; 5.43 mm and 5.70 mm, respectively. It was also found that larvae consumed more rotifers when enriched with 0.5 taurine. These results suggest that the larval growth of humpback grouper was significantly improved by the feeding of rotifers enriched with taurine. AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh rotifera yang diperkaya dengan taurin terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis. Percobaan pemberian pakan secara duplikasi dilakukan pada tangki fiber persegi panjang dengan kapasitas 1000 L air laut. Larva ikan yang baru menetas ditebar ke dalam tangki dengan kepadatan 10 ekor.L-1 dan dipelihara selama 16 hari. Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan tiga jenis rotifera, yakni rotifera yang diambil dari kultur massal (kontrol), serta rotifera yang diperkaya dengan 0 atau 0,5 g taurin per 10 L media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva ikan yang diberi rotifera yang diperkaya dengan 0,5 g taurin secara signifikan memiliki nilai kelangsungan hidup (58,4%), nisbah RNA/DNA (0,2), serta panjang total (5,86 mm) tertinggi. Nilai kelangsungan hidup, nisbah RNA/DNA, serta panjang total ikan pada perlakuan kontrol dan 0 g taurin masing-masing sebesar 17,6% dan 33,6%; 0,1 dan 0,15; 5,43 mm dan 5,70 mm. Ditemukan pula bahwa larva ikan lebih banyak mengkonsumsi rotifera yang diperkaya dengan 0,5 g taurin dibanding perlakuan lainnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan larva ikan kerapu bebek secara signifikan meningkat dengan mengkonsumsi rotifer yang diperkaya dengan taurin.
Iktiofauna perairan lahan gambut pada musim penghujan di Kalimantan Tengah [Fish fauna of Central Kalimantan peatland waters in rainy season] Haryono Haryono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.132

Abstract

The activities of one million hectares of peatland project in Central Kalimantan have changed the swamp forest to the rice fields and disturb fish community in this area. The purposes of the current study were to determine fish diversity, abundance, distribution, species status, potency, and fish culture aspect. Survey method was conducted at six stations. Throughout the study, 39 fish species belonging to 16 families were collected and Cyprinidae was the dominant family with 13 species. The range number of species among the stations were 8 to 16 species; the highest number of species found in St. 6, whereas the lowest in St. 3. Osteochilus spilurus was the most abundant species with the mean number of 21 individuals per station; while Rasbora cephalotaenia, Pristolepis fasciata, and Belontia hasseltii have the widest distribution in study area (83.33%). According to the fish potency, edible fish were dominant among the fishes (46.15%); while based on species status, two endemic species and one new record species were collected. AbstrakKegiatan proyek lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan Tengah telah mengubah hutan rawa gambut menjadi persawahan sehingga mengganggu komunitas ikan di lokasi tersebut. Penelitian ini bertujuan mengungkap keragaman jenis ikan, kelimpahan, distribusi, status jenis, potensi, dan aspek budidayanya. Penelitian ini menggunakan metode survei di enam stasiun pengambilan contoh. Ditemukan sebanyak 39 jenis ikan dari 16 famili. Cyprinidae merupakan famili yang paling dominan dengan 13 jenis. Jumlah jenis ikan pada setiap stasiun berkisar antara 8-16 jenis; St.1, St.2, dan St.6 memiliki jumlah jenis ikan tertinggi masing-masing sebanyak 16 jenis; sedangkan yang paling rendah ditemukan pada St.3 dengan jumlah 8 jenis. Jenis ikan yang paling melimpah adalah Osteochilus spilurus sebesar 21 ind. st-1, dan jenis yang tersebar luas adalah Rasbora cephalotaenia, Pristolepis fasciata, dan Belontia hasseltii masing-masing sebesar 83,33%. Berdasarkan potensi ikan, ikan yang terkoleksi umumnya adalah ikan konsumsi (46,15%); sementara ditinjau dari status jenis, ada dua jenis ikan endemik dan satu jenis sebagai catatan baru yang terkoleksi.
Makanan ikan bilis (Thryssa hamiltonii, Gray 1835) di perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat [Diet of Hamilton’s anchovy (Thryssa Hamiltonii, Gray 1835) in the Mayangan Coast, Subang, West Java] Indah Mustika Putri
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.133

Abstract

The research was conducted during six months in order to examine the diet composition of Hamilton’s anchovy and dietary shift relating with the fish body length. Samplings were done once in a month, using gillnet, minitrawl, and trammel net. Total samples were 795 individuals and the range of total length was between 107-364 mm. The Hamilton’s anchovy was crustacivore and the main food was shrimps. The main food was changed relatAlong with the increasing of the fish size, there was a change of the main foods AbstrakPenelitian yang berlangsung selama enam bulan bertujuan untuk mengkaji komposisi ikan terkait dengan perubahan ukuran panjang tubuh ikan bilis. Pengambilan contoh dilakukan setiap bulan dengan menggunakan jaring rampus, jaring arad, dan jaring berlapis. Sebanyak 573 ekor ikan tertangkap dengan kisaran panjang 74-205. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan utama T. hamiltonii adalah udang, sehingga dapat digolongkan sebagai krustasivora. Ikan ini melakukan perubahan makanan terkait pertambahan ukuran tubuh.

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue