cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 16 No 1 (2016): February 2016" : 10 Documents clear
Evaluation of the addition of turmeric Curcuma longa Linn. extract in diet for biochemical blood and growth performance of giant gourami Osphronemus goramy Lacepede, 1801 Putri Pratamaningrum Arifin; Mia Setiawati; Nur Bambang Priyo Utomo
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.44

Abstract

Giant gourami (Osphronemus goramy) has a relatively slow growth. One way to increase the growth of giant gourami is to provide additional materials (feed additives). The active substance curcumin in turmeric can stimulates the gall bladder wall to secrete bile and essential oils to prevent excessive stomach acid secretion. This study aimed to evaluate the different dose of turmeric extract in the feed that can affect digestive enzymes and growth performance of giant gourami. The turmeric extract mixed into the diet with 4 doses i.e.: 0 (control); 0.05; 0.10; and 0.15%. Fishes (4.20±0.08 g) were reared in 12 aquariums (50 x 40 x 35 cm3) with density of 10 fishes in 40 L for 60 days. Fishes were reared with recirculating system using top filter and fed at satiation two times daily at 08.00 and 16.00. Some parameters were measured including blood biochemistry (cholesterol, triglycerides, HDL, LDL and glucose), feeding consumption, specific growth rate, feed efficiency, survival rate, protein retention, lipid retention, hepatosomatic index (HSI), lipid content of liver, and glycogen content of liver. Experimental design was set according to completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. Data growth performance and liver parameters were statistically analysed by ANOVA (one-way analysis of variance) using SPSS 17.0. The significant parameters (p<0.05) then analysed by Tukey’s test. The blood biochemical parameters (cholesterol, triglycerides, HDL, LDL and glucose) were descriptively analysed. The result showed that turmeric extract 0.15% in the feed could affect the blood biochemistry but not the growth performance of giant gourami. Abstrak Ikan gurame (Osphronemus goramy) memiliki pertumbuhan yang relatif lambat. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ikan gurame dengan memberikan bahan tambahan. Kunyit memiliki zat aktif kurkumin yang merangsang dinding kantung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu dan minyak atsiri mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian ekstrak kunyit dengan dosis yang berbeda pada pakan yang dapat memengaruhi biokimia darah dan kinerja pertumbuhan ikan gurame. Ekstrak kunyit dicampurkan ke dalam pakan dengan 4 dosis yaitu: 0; 0,05; 0,1; dan 0,15%. Ikan gurame (4,20±0,08 g) dipelihara dalam 12 akuarium (50 x 40 x 35 cm3) dengan kepadatan 10 ekor dalam 40 L selama 60 hari. Ikan dipelihara menggunakan sistem resirkulasi top filter dan diberi pakan secara at satiation sebanyak dua kali sehari pada pukul 08.00 dan 16.00. Parameter uji yang diamati yaitu biokimia darah (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan glukosa), jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, kelangsungan hidup, retensi protein, retensi lemak, indeks hepato-somatik, kadar lemak hati, dan kadar glikogen hati. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Data kinerja pertumbuhan dan parameter hati dianalisis secara statistik dengan ANOVA menggunakan program SPSS 17.0. Parameter yang berbeda nyata (p<0,05) dilakukan uji lanjut menggunakan analisis Tukey. Parameter biokimia darah dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kunyit 0,15% pada pakan dapat memengaruhi biokimia darah tetapi tidak memengaruhi kinerja pertumbuhan ikan gurame.
The Application of the willow leaf powder (Justicia gendarussa) in the fish feed to reduce the level of fertility of gift tilapia, Oreochromis sp. Munawar Khalil; Nurul Aida; Saiful Adhar; Prama Hartami
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.45

Abstract

The study was conducted on March, 18th -May, 2nd 2014 at Balai Benih Ikan Keumala, Pidie Regency, Nangroe Aceh Darussalam Province. The aim of this study was to test the use of willow leaf powder in the feed to reduce fertility levels of gift tilapia (Oreochromis sp. genetic improvement farmed tilapias ). The method in this study used non-factorial completely randomized design with four treatments and three replications i.e. A: without giving willow leaf powder, B: 40 mg, C: 50 mg, D: 60 mg leaf powder. The results showed that the application of willow leaf powder in the fish feed gives a very significant effect on the level of fertility and hatching rate of tilapia, where (F value > F table). The eggs were unfertilized on the treatment numbers D, C, and B, meanwhile almost of eggs were fertilized in the treatment numbers A (without giving willow leaf powder). Otherwise, the results showed that the willow leaf powder was not affect the growth weight and length of tilapia (Fvalue < Ftable). Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Maret-2 Mei 2014 di Balai Benih Ikan Keumala, Kabupaten Pidie, Pro-vinsi Nangroe Aceh Darussalam. Tujuan penelitian untuk menguji penggunaan tepung daun gandarusa dalam pakan un-tuk mengurangi tingkat fertilitas pada ikan nila gift (Oreochromis sp., genetic improvement farmed tilapias). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap non faktorial dengan empat perlakuan dan tiga ulangan yaitu perlakuan A: tanpa pemberian tepung daun gandarusa, perlakuan B: 40 mg, perlakuan C: 50 mg dan perlakuan D: 60 mg tepung daun gandarusa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran tepung daun gandarusa dalam pakan memberi pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap tingkat fertilitas dan tingkat penetasan telur ikan nila gift. Telur yang paling banyak tidak terbuahi adalah pada perlakuan D kemudian C, dan B, sedangkan yang paling banyak terbuahi adalah pada perlakuan A. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tepung daun gandarusa tidak memberi pengaruh buruk terhadap pertumbuhan baik pertumbuhan bobot maupun panjang ikan nila gift (Fhitung < Ftabel).
Hormonal induction on artificial ovulation and spawning of striped catfish, Pangasianodon hypopthalmus (Sauvage, 1878) using aromatase inhibitor and oxytocin Mahdaliana Mahdaliana; Agus Oman Sudrajat; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.46

Abstract

Artificial spawning on stripe catfish has generally carried out by stripping because of the absence in reflex of spawning. Mechanical stripping usually caused stress, decreased quality of gametes and seeds and damage on gonad. Induced spawning without stripping could be used for the process of gonad maturation to stimulate the ovulation of the fish which has the difficulties to spawn in its non natural habitat. Induced spawning without stripping by using hormones combi-nation was conducted in the present study. This research proposed to evaluate the injection of hormones combination between aromatase inhibitor (AI) and oxytocin association with ovaprim and PGF2a for stimulating ovulation and spawning without stripping. The completely randomized design of combined hormones consisted of five treatments such as P1(AI,oxytocin), P2 (AI, oxytocin,ovaprim), P3 (AI, oxytocin, ovaprim, PGF2a), P4 (ovaprim) as positive control, and P5 (NaCl) as negative control. Each treatment was performed using five paires of males and females as individual replicate of about 2-6 kg weight. The results showed that the combination of P3 was the most effectively and successfully induced ovulation with naturally spawning without stripping, treatment P4 ovulation with stripping, while the treatment P5 there was not ovulation. The hormones combination caused decreasing of estradiol-17p concentration and testosterone (p<0.05) as the sign of the final maturation. The average time of ovulation was 12.35±4.05 to 15.20±2.25 minutes. The highest number of eggs about 145.865 from the treatment P3 (AI, oxytocin, ovaprim, PGF2a). Abstrak Pemijahan buatan pada ikan patin dilakukan dengan cara pengurutan karena tidak memiliki kemampuan untuk menge-luarkan telur secara alami. Teknik pengurutan berdampak stres pada induk, kualitas gamet menurun, dan gonad menjadi rusak. Proses pematangan gonad dan pemijahan tanpa pengurutan dapat diinduksi secara hormonal untuk membantu ovulasi ikan yang sulit memijah di luar habitatnya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan hormon penghambat aromatase (aromatase inhibitor - AI) dan oksitosin serta kombinasi hormon untuk merangsang ovulasi dan pemijahan pada ikan patin tanpa pengurutan(semi alami). Perlakuan kombinasi hormon terdiri atas P1(AI+Oksitosin), P2 (AI+Oksitosin+Ovaprim), P3 (AI + Oksitosin + Ovaprim + Pgf2a), P4 (ovaprim) sebagai kontrol positif, dan P5 (NaCl) sebagai kontrol negatif. Pada setiap perlakuan digunakan lima induk ikan patin jantan dan lima induk ikan patin betina sebagai ulangan individu dengan bobot berkisar 2-5 kg. Perlakuan diberikan satu kali dengan cara penyuntikan hormon ke dalam jaringan pada bagian otot dibawah sirip punggung (intramuscular). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan P3 berhasil menginduksi ikan untuk ovulasi dan memijah tanpa pengurutan, sedangkan pada perlakuan P4 ikan memijah dengan cara pengurutan, dan pada P5 ikan tidak ovulasi dan tidak memijah. Perlakuan kombinasi hormon menyebabkan konsentrasi estradiol-17p dan testosteron plasma menurun yang menunjukkan tahap pematangan akhir. Lama waktu ovulasi tidak berbeda nyata yaitu berkisar antara 12,35±4,05 sampai 15,20±2,25 jam, sedangkan jumlah telur yang diovulasikan tertinggi adalah 145.865butir pada perlakuan kombinasi hormon P3 (AI + Oksitosin + Ovaprim + Pgf2a).
Induction on gonadal maturation of male striped catfish Pangasianodon hypopthalmus (Sauvage, 1878) using Javanese long pepper extract Piper retrofractum Vahl. enriched feed Yeni Elisdiana; Dinar Tri Soelistyowati; Widanarni Widanarni
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.47

Abstract

Javanese long pepper is an aphrodisiac plants that have hormonal effects. This study aimed to evaluate the using of Javanese long pepper extract (JLPE) enriched feed to accelerate the gonadal maturation of male striped catfish. The dose 37.5 and 187.5 mg kg body weight-1 day-1 JLPE enriched feed were given on treatments compared to 17-a methyl testosterone (50 ^g kg body weight-1 week-1) and control. The treatments were given for 8 weeks on male striped catfish fish weighed 250±18.6 g. Gonadosomatic index of JLPE treatment higher than control since the second week (p<0.05), also testosterone levels in 187.5 mg kg body weight-1 day-1 JLPE treatment to control (p<0.05). The spermatozoa dispersion reached 75% in JPLE treatment higher than control (p<0.05), althought there was not significant difference on spermatocrite level (p> 0.05). Therefore, JLPE treatment at dose 187.5 mg kg body weight-1 day-1 increased the reproductive performance and sperm quality of male striped catfish. Abstrak Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek hormonal sebagai afrodisiak. Penelitian ini bertujuan un-tuk mengevaluasi pemberian ekstrak cabe jawa (ECJ) melalui pakan terhadap akselerasi pematangan gonad ikan patin siam jantan. Perlakuan yang diberikan meliputi ECJ dengan dosis 37,5 dan 187,5 mg kg ikan-1 hari-1, dibandingkan dengan 17-a Metiltestosteron (50 ^g kg ikan-1 minggu-1) dan kontrol selama 8 minggu. Perlakuan ECJ menunjukkan in-deks kematangan gonad lebih tinggi dibandingkan kontrol sejak minggu ke-2 (p<0,05). Kadar testosteron darah pada perlakuan ECJ 187,5 mg kg ikan-1 hari-1 lebih tinggi dibandingkan kontrol (p<0,05). Pada minggu ke-8, sebaran spermatozoa perlakuan ECJ mencapai 75%, sedangkan sebaran spermatozoa kontrol kurang dari 50%. Kepadatan, volume, dan motilitas sperma perlakuan ECJ dan 17a-metiltestosteron lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (p<0,05) pada minggu ke-8, namun kadar spermatokrit menunjukkan hasil yang sama (p>0,05). Perlakuan ECJ 187,5 mg kg ikan'1 hari-1 meningkatkan performa reproduksi dan kualitas sperma ikan patin siam jantan.
Spectrum manipulation on growth and color quality of juvenile clown loach Chromobotia macracanthus Bleeker Annisa Khairani Aras; Kukuh Nirmala; Dinar Tri Soelistyowati; Sudarto Sudarto
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.48

Abstract

This study aimed to evaluate the performance light spectrum on growth and color quality of juvenile clown loach. The experiment design was a completely randomize design with three replications i.e. R (negative control with room light tube lamp), P (positive control with LED white), M (LED red), H (LED green) and B (LED blue). The juveniles of clown loach with total length (TL) of 3.88±0.19 cm ind-1, standard length (SL) of 3.38±0.19 cm ind-1 and body weight of 0.61±0.11 g ind-1 was rearing with density 18 inds aquarium-1 and fed with blood worm. The best growth performance was found in LED green with survival rate of 96.29±3.21 %, specific growth rate of 2.35±0.27 %, the weight growth of 0.030±0.003 g ind-1 day-1, the growth of total length (TL) 1.69±0.11 cm, the growth of standard length (SL) 1.66±0.29 cm and efficiency of feed 2.90±0.15%. The best color quality performance of botia juvenile was found in LED red based on Toca color quality finder (TFC) for average scoring on body color 35.90, pectoral fin of 42.20 and caudal fin of 38.30, visual color diversity on body color of 41.61±0.57 %, pectoral fin color 75.22±2.69 %, and caudal fin color 67.87±3.89 % and chromatophores cells of 361 cells. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi spektrum cahaya terhadap pertumbuhan dan kualitas warna yuwana ikan botia. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) yang terdiri atas lima perlakuan dengan tiga ulangan yaitu R (kontrol negatif dengan cahaya ruang lampu tube), P (kontrol positif dengan LED putih), M (LED merah), H (LED hijau), dan B (LED biru). Yuwana ikan dengan panjang total (PT) 3,88±0,19 cm ekor-1, panjang baku 3,38±0,19 cm ekor-1, dan bobot 0,61±0,11 g ekor-1 dipelihara dengan padat tebar 18 ekor per akuarium serta diberi pakan cacing darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter pertumbuhan yang terbaik diperoleh pada perlakuan LED hijau dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 96,29±3,21%, laju pertumbuhan harian sebesar 2,35±0,27%, pertumbuhan bobot sebesar 0,030±0,003 g ekor-1 hari-1, pertumbuhan panjang total (PT) sebesar 1,69±0,11 cm, pertumbuhan panjang baku sebesar 1,66±0,29 cm, dan efisiensi pakan sebesar 2,90±0,15%. Parameter kualitas warna yang terbaik diperoleh perlakuan LED merah dengan peringkat warna Toca color finder (TFC) pada warna perut sebesar 35,90, sirip dada sebesar 42,20 dan sirip ekor sebesar 38,30, keragaan warna visual pada warna perut sebesar 41,61±0,57 %, warna sirip dada sebesar 75,22±2,69 %, dan sirip ekor sebesar 67,87±3,89 % serta jumlah sel kromatofora sebesar 361 sel.
Maturational induction of grass carp, Ctenopharyngodon idella (Valenciennes, 1844) using hormone and Indigofera zollingeriana feed Dwi Mulyasih; Agus Oman Sudrajat; Luki Abdullah
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.49

Abstract

Pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) premix hormone and anti dopamine were used to accelerate maturation. Indigofera zollingeriana a legume plant that has high nutrition content and carotenoids whose has function in oocyte development. The aim of this research was to accelerate the maturation of grass carp (Ctenopharyngodon idella) using premix hormone and to replace the commercial feed with indigofera. The research was conducted in couple randomize design (CRD), using five treatments which were A (NaCl 0.5 ml kg-1 body weight + commercial feed), B (NaCl 0.5 ml kg-1 body weight + indigofera feed), C (premix hormone 0.5 ml kg-1 body weight + commercial feed), D (premix hormone 0.5 ml kg-1 body weight + indigofera feed) and E (premix hormone 0.5 ml kg-1 body weight in indigofera feed) and five fishes as individual replication. The result showed that 17P- estradiol concentration reached the highest level at 4-week on C treatment 1194.8 pgmL-1, while in E treatment 17P-estradiol concentrations was higher than the other treatments at 8-week. At the end of research period, the highest gonadosomatic index (GSI) was performed by E treatment. Addition of premix hormone on feed could increase the gonadal maturation up to perinucleus phase, while in control was still immature. These results indicated that premix hormone could induce gonadal maturity, indigofera could replace commercial feed as broodstock diet, and gonadal maturation through hormonal induction could be perform by giving more competitive feed. Abstrak Premiks hormon pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) dan anti dopamin dapat mempercepat pematangan gonad pada ikan. Indigofera zollingeriana merupakan tumbuhan leguminosa yang memiliki nutrisi tinggi dan mengandung ka-rotenoid yang berfungsi untuk perkembangan oosit. Tujuan penelitian ini untuk mempercepat pematangan gonad meng-gunakan premiks hormon serta menggantikan pakan komersial dengan pakan indigofera pada ikan koan (Ctenopha-ryngodon idella). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan yaitu A (NaCl fisiologis 0,5 ml kg-1 bobot tubuh + pakan komersial), B (NaCl fisiologis 0,5 ml kg-1 bobot tubuh + pakan indigofera), C (premiks hormon 0,5 ml kg-1 bobot tubuh + pakan komersial), D (premiks hormon 0,5 ml kg-1 bobot tubuh + pakan indigofera), E (premiks hormon 0,5 ml kg-1 bobot tubuh dalam pakan indigofera) dan lima kali ulangan individu. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa estradiol-17p mencapai puncak pada minggu keempat pada perlakuan C yaitu sebesar 1194,8 pg ml-1 sedangkan pada perlakuan E konsentrasi estradiol-17p lebih tinggi daripada perlakuan lain pada minggu kedelapan. Pada akhir penelitian indeks kematangan gonad tertinggi diperoleh pada perlakuan E. Penambahan premiks hormon pada pakan dapat meningkatkan kematangan gonad hingga mencapai fase perinukleus sedangkan pada kontrol tidak berkem-bang. Hasil ini menunjukkan bahwa premiks hormon dapat menginduksi kematangan gonad, pakan indigofera dapat menggantikan pakan komersial sebagai pakan induk, dan induksi pematangan gonad secara hormonal dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang lebih kompetitif.
Sex reversal mechanism in Nile tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) by manipulation of aromatase gene expression Upmal Deswira; Agus Oman Sudrajat; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.50

Abstract

Sex reversal is a sex conversion technique to be male or female. This research was conducted to evaluate the mechanism of sex reversal in tilapia on the use of aromatase inhibitors (AI), honey and pesticide. The eye spot embryo of Nile tilapia was immersed into those solutions and examined the expression of aromatase gene and sex ratio. The sex reversal was carried out by immersion of eye spot embryo for 24 hours using 20 mg L-1 AI (imidazole), 10 ml L-1 honey (Perhutani, longan flower), and 1 ^L L-1 pesticide (Decis: deltamethrin 25 g L-1). Aromatase gene expression was analyzed on 1st and 8th day after treatment. Larvae were reared until 75 days-old. The level of gene expression of ovarian type aromatase in imidazole, honey, and pesticide treatment on 1st day after treatment were lower than control. While, on 8th day the lowest level of gene expression was on imidazole treatment and the highest was on pesticide treatment. The results indicated that masculinization occurred in imidazole treatment and feminization occurred in pesticide treatment which showed by male percentage that significantly different from the control (p<0.05). The male percentage of control, imidazole, honey, and pesticide were 68.32%, 80.77%, 70.93% and 50.45%, respectively. Honey treatment was not significantly different from control. In conclusion, sex reversal was influenced by modulation of gene expression of ovarian type aromatase, the increasing of gene expression of ovarian type aromatase caused feminization, and otherwise the decreasing of gene expression caused masculinization in early development stage of nile tilapia. Abstrak Alih kelamin merupakan suatu teknik pengalihan kelamin menjadi jantan atau betina. Penelitian ini bertujuan mengeva-luasi mekanisme alih kelamin ikan nila pada penggunaan penghambat aromatase, madu, dan pestisida. Ikan nila fase bintik mata direndam dalam tiga larutan tersebut dan diamati ekspresi gen aromatase dan nisbah kelaminnya. Peren-daman dilakukan selama 24 jam menggunakan penghambat aromatase (imidazole) 20 mg L-1, madu (Perhutani, bunga kelengkeng) 10 ml L-1, dan pestisida (Decis: deltametrin 25 g L"1) 1 ^L L-1. Kemudian dilakukan analisis ekspresi gen aromatase pada hari ke-1 dan ke-8 setelah perlakuan. Selanjutnya larva dipelihara sampai berumur 75 hari. Tingkat ekspresi gen aromatase tipe ovari perlakuan imidazole, madu, dan pestisida pada hari ke-1 setelah perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol. Pada hari ke-8 tingkat ekspresi gen paling rendah pada perlakuan imidazole sedangkan yang paling tinggi pada perlakuan pestisida. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi proses maskulinisasi pada perlakuan imidazole dan feminisasi pada perlakuan pestisida yang diketahui dari persentase jantan berbeda nyata dibandingkan dengan control (p<0,05). Nilai persentase jantan pada perlakuan kontrol, imidazole, madu, dan pestisida secara berurutan yaitu 68,32%, 80,77%, dan 50,45%. Perlakuan madu tidak berbeda nyata dengan kontrol. Disimpulkan bahwa alih kelamin dipengaruhi oleh perubahan ekspresi gen aromatase tipe ovari, peningkatan ekspresi gen aromatase tipe ovari menyebabkan feminisasi, sebaliknya penurunan ekspresi gen menyebabkan maskulinisasi di perkembangan awal larva ikan nila.
Pangasianodon hypophthtalmus (Sauvage 1878) pada sistem bPangasianodon hypophthalmus (Sauvage 1878) juvenile production using biofloc technology with different carbon sources Ita Apriani; Mia Setiawati; Tatag Budiardi; Widanarni Widanarni
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.51

Abstract

Intensive aquaculture system decreases water quality through the increment of metabolic waste products such as organic nitrogen. The biofloc technology is an alternative solution to avoid the impact of high nutrients disposal in aquaculture production system. This study aimed to evaluate the impacts of biofloc technology using different carbon sources on the production performance of juvenile striped catfish, Pangasianodon hypophthalmus. Completely randomized design with 4 treatments (3 replications) was used in this research i.e.: (A) molasses carbon source, (B) tapioca carbon source, (C) wheat carbon source, and (D) without additional carbon. The juveniles length 2.26±0.12 cm, initial average body weight 0.17±0.05 g were reared for 30 days. Twelve glass tanks (60 cm x 30 cm x 40 cm) filled with 36 L freshwater were used as the experimental culture units. The fish were fed three times daily with a commercial feed containing 27% of crude protein. External organic carbon was added daily two hours after feeding at C/N 15 estimated ratio. The observed parameters i.e.: floc profile, the nutritional content of biofloc, water quality, survival rate, final body length, daily growth rate, feed conversion ratio, protein retention, and lipid retention. The best results showed by molasses treatment, the highest fish survival rate (97.41±0.16 %), longest standard length (2.84±0.1 cm) and decreased feed conversion ratio (0.36±0.04). Abstrak Sistem budi daya intensif menurunkan kualitas air melalui peningkatan produk sisa metabolisme seperti nitrogen or-ganik. Penerapan teknologi bioflok adalah solusi alternatif untuk menghindari dampak buruk pembuangan nutrisi tinggi dalam sistem produksi akuakultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh teknologi bioflok yang menggunakan sumber karbon berbeda pada kinerja produksi yuwana ikan patin (Pangasianodon hypophthal-mus). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan (tiga kali ulang-an) yaitu: (A) sumber karbon molase, (B) sumber karbon terigu, (C) sumber karbon tapioka, dan (D) tanpa penam-bahan karbon. Yuwana ikan patin berukuran panjang awal 2,26±0,12 cm ekor-1 dan bobot rata-rata awal 0,17±0,05 g ekor-1 dipelihara selama 30 hari. Dua belas akuarium (60 cm x 30 cm x 40 cm) diisi dengan air 36 L digunakan seba-gai unit percobaan budi daya. Ikan diberi makan tiga kali sehari dengan pakan komersial mengandung protein 27%. Penambahan karbon dilakukan setiap hari 2 jam setelah makan dengan estimasi rasio C/N 15. Parameter pengamatan meliputi: profil flok, kandungan nutrisi tepung flok, kualitas air, kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang baku, la-ju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, retensi protein, dan retensi lemak. Perlakuan dengan penambahan sumber karbon molase menunjukkan kelangsungan hidup tertinggi (97,41±0,16 %), pertumbuhan panjang baku (2,84±0,1 cm), dan menurunkan rasio konversi pakan (0,36±0,04).
Cow’s testicles flour as the natural hormone masculinization of Siamese fighting fish, Betta splendens Regan, 1910 Andi Aliah Hidayani; Yushinta Fujaya; Dody Dharmawan Trijuno; Siti Aslamyah
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.52

Abstract

Siamese fighting fish, Betta splendens male is a lovely color ornamental fish with unique shape fins that make it highly demand by the ornamental fish lovers. This study aims to perform sex reversal with masculinization fish production. The study was carried out in two stages i.e.: stage 1 by soaking the 4 days old fish larvae into a solution of cow testicles flour with different doses, stage 2 with different soaking time. Testicular dose tested consists of five levels i.e.: 0 mg L', 20 mg L-1, 40 mg L-1, 60 mg L-1, and 80 mg L-1. Time immersions tested were: 0 hours, 24 hours, 36 hours, 48 hours and 60 hours. The measured parameter was the percentage of male fish produced. The results showed the highest per-centtage of male fish obtained at a dose of 60 mg L-1 and a 24-hour soaking time with a percentage value respectively 88.5% and 87.5%. The study provided information that masculinization technology in a solution of cow testicles applicable for fish larvae. This technology is easy to do so that farmers can use cow's testicles flour for masculinization for their fish production. Abstrak Ikan Cupang, Betta splendens jantan merupakan ikan hias yang memiliki keindahan warna tubuh serta keunikan bentuk sirip sehingga sangat diminati oleh pecinta ikan hias. Penelitian ini bertujuan melakukan pembalikan kelamin dengan menjantankan ikan cupang yang diproduksi. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu: tahap pertama dengan meren-dam larva ikan cupang berumur empat hari ke dalam larutan tepung testis sapi dengan dosis berbeda, dan tahap ke dua dengan lama perendaman berbeda. Dosis testis yang diuji terdiri atas lima tingkatan yaitu 0 mg L-1, 20 mg L-1, 40 mgL-1 60 mg L-1, dan 80 mg L-1. Lama perendaman yang diuji adalah: 0 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, dan 60 jam. Parameter yang diukur adalah persentase ikan jantan yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ikan berke-lamin jantan tertinggi diperoleh pada dosis 60 mg L-1 dan lama waktu perendaman 24 jam dengan nilai persentasi ber-turut-turut 88,5% dan 87,5%. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa teknologi penjantanan melalui perendaman dalam larutan testis sapi dapat dilakukan pada larva ikan cupang. Teknologi ini mudah dilakukan sehingga pembudidaya dapat menggunakan tepung testis sapi untuk menjantankan ikan cupang produksinya.
Effect of dietary vitamin E (a-tocopherol) on the reproductive performance of marble goby Oxyeleotris marmorata Bleeker 1852 Denny Wahyudi; Muhammad Zairin Jr; Muhammad Agus Suprayudi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 1 (2016): February 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i1.53

Abstract

Vitamin E is lipid soluble antioxidant and plays important roles in fish reproduction. This study aimed to examine the effects of feeding diets with different dose of vitamin E on the reproductive performance of female marble goby. Fish were fed with earthworms (Eudrilus eugeniae) having different level of Vitamin E viz. 0 mg (A), 200 mg (B), 400 mg (C), 800 mg (D) and 1600 mg (E) vitamin E kg-1 earthworms.. High-density lipoprotein (HDL), lowdensity lipoprotein (LDL), triglyceride, total cholesterol, estradiol, egg size, gonadosomatic index (GSI), gonadal histology and levels of vitamin E in gonad were determined. The level of total cholesterol in serum was increased on day 30 along with increasing the level of estradiol, HDL, LDL and triglyceride. The egg size 1.20-1.39 mm from diets D has a highest frequency than treatment A, B, C, dan E.The lowest value of GSI was found in the fish from B treatment. This finding was supported by gonadal histology which showed that the ovary development was slower in B treatment than C, D, and E treatments. The highest level of vitamin E in gonad was obtained in fish from D treatment. In conclusion, the result of the experiment indicates that 800 mg vitamin E kg-1 earthworms was the best dose for the reproductive performance of female marble goby. Abstrak Vitamin E merupakan antioksidan yang larut dalam lemak dan berperan dalam reproduksi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh dosis yang berbeda pada pakan terhadap kinerja reproduksi ikan betutu betina. Ikan uji di-beri pakan berupa cacing tanah (Eudrilus eugeniae) yang mengandung 0 (A), 200 (B), 400 (C), 800 (D) dan 1600 (E) mg vitamin E kg-1 cacing tanah. Parameter yang dianalisis adalah high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), trigliserida, total kolesterol, konsentrasi estradiol, diameter telur, indeks kematangan gonad (IKG), histologi gonad, dan konsentrasi vitamin E gonad. Konsentrasi total kolesterol darah meningkat pada hari ke-30 bersamaan de-ngan meningkatnya konsentrasi estradiol, HDL, LDL, dan trigliserida. Ukuran diameter telur pada perlakuan D (1,201,39 mm) memiliki frekuensi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan A, B, C, dan E. IKG pada percobaan B menun-jukkan hasil yang terendah. Hal ini selaras dengan hasil histologi gonad yang menunjukkan bahwa perkembangan gonad perlakuan B lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan C, D, dan E. Konsentrasi vitamin E gonad pada perlaku-an D menunjukkan hasil tertingi dibandingkan perlakuan A, B, C dan E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis vitamin E sebesar 800 mg kg-1 cacing tanah merupakan dosis terbaik untuk meningkatkan kinerja reproduksi ikan betutu betina.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue