cover
Contact Name
Darlis
Contact Email
darlis.iainpalu@gmail.com
Phone
+6285290675434
Journal Mail Official
rausyan.fikr2017@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia
Location
Kota palu,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
ISSN : 19787812     EISSN : 25807773     DOI : -
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin, dan Filsafat is an academic peer-reviewed journal that publishes the current articles and result of research of the scholars and student who are deeply concerned with theology and philosophy issues. Rausyan Fikr is regularly published twice a year (June and December period). The focus of the study is the latest discourse in the field of study of Islamic Theology, Sufism, Islamic Thought and Philosophy as well as the study of the Koran and Hadith (Islamic Studies).
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020" : 9 Documents clear
Dinamika Tafsir Al-Qur'an di Indonesia: Era Pra-Kolonialisme hingga Era Kolonialisme Al-Ayyubi, M. Zia
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.492

Abstract

This paper discusses a dynamics of interpretation that occurred in Indonesia, which is specifically limited or focused on the era of pre-colonialism to the era of colonialism. The limitation in this paper needs to be done considering the scope of study of interpretation dynamics in Indonesia is too broad. So with the addition of keywords the era of pre-colonialism and the era of colonialism is intended to limit the scope of the study of the dynamics of interpretation in Indonesia. This article uses a historical approach, which explains how the development and dynamics of Indonesian interpretation with the historical approach that occurred in the era of pre-colonialism to the era of Colonialism. As is well known, that the dynamics of interpretation in Indonesia emerged or began since Islam entered Indonesia. Then the dynamics continue to develop in such a way along with social, cultural, political developments, which occur in each era. From various commentary books that appeared in the era of pre-colonialism to the era of colonialism, it shows that the dynamics of the interpretation of the Qur'an in Indonesia can be said to be quite dynamic. This is due to the influence of dynamic localist politics, social and cultural conditions in each era and its regions. Pada tulisan ini, dibahas sebuah dinamika tafsir yang terjadi di Indonesia, yang secara khusus dibatasi atau difokuskan pada era pra-kolonialisme hingga era kolonialisme. Pembatasan dalam tulisan ini perlu dilakukan mengingat cakupan kajian dinamika tafsir di Indonesia terlampau luas. Sehingga dengan penambahan kata kunci era pra-kolonialisme dan era kolonialisme ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup kajian dinamika tafsir di Indonesia. Artikel ini menggunakan pendekatan sejarah, yakni menjelaskan bagaimana perkembangan dan dinamika tafsir Indonesia dengan pendekatan sejarah yang terjadi pada era pra-kolonialisme hingga era Kolonialisme. Sebagaimana yang sudah maklum diketahui, bahwasanya dinamika tafsir di Indonesia muncul atau dimulai sejak agama Islam masuk di Indonesia. Kemudian dinamika tersebut terus berkembang sedemikian rupa seiring dengan perkembangan sosial, budaya, politik, yang terjadi disetiap zamannya. Dari berbagai kitab tafsir yang muncul di era pra-kolonialisme hingga era kolonialisme ini menunjukkan bahwa dinamika tafsir Al-Qur’an di Indonesia dapat dikatakan cukup dinamis. Hal tersebut disebabkan adanya keterpengaruhan dari keadaan sosial, budaya, dan politik yang dinamis-lokalis disetiap zaman dan wilayah-regionalnya.
KONSEP SUNAH DAN HADITS: (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Fazlur Rahman) Dozan, Wely Dozan; Rohimi, Rohimi
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.506

Abstract

Studies of the Sunnah and Hadith to date have never ceased to be discussed even in criticism. Historically the Sunnah and hadith originated from the original Prophet Muhammad. However, this is not the same in an Orientalist perspective where the concept of sunnah and hadith is actually positioned as the work of Arabic Ulama which is usually developed by generations of friends and tabi'in. The questions that lie behind Fazlur Rahman give their approval through various originalist debates which Rahman considers to have understood the true concept of the Sunna and Hadith. The results of Fazlur Rahman thoughts show that, basically the Sunna and hadith remain from the Prophet Muhammad. Thus, this paper is here to provide concepts related to fazlur Rahman how the concepts and their validity of Islamic modernity of hadits. Kajian terhadap Sunnah dan Hadits sampai saat ini tidak pernah berhenti untuk diperbincangkan bahkan sampai di kritik mulai dari keserjanaan barat yakni kalangan orientalis yang tidak begitu percaya terhadap keotentikan sebuah hadits. Secara historis sunah dan hadis asli bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Namun, hal ini tidak senada dalam perspektif orientalis yang dimana konsep sunah dan hadis sebenarnya diposisikan sebagai hasil karya-karya ulama Arab yang biasanya dikemabangkan oleh generasi sahabat dan tabi’in. Berangkat dari asumsi-asumsi ini yang melatar belakangi fazlurrahman memberikan kontribusi melalui berbagai pergejolakan diantara beberapa pemikiran orentalis yang dimana rahman menganggapnya telah salah memahami konsep sunah dan hadis yang sebenarnya. Hasil dari pemikiran Fazlurrahman menunjukkan bahwa, pada dasarnya sunah dan hadis tetap berasal dari Nabi Muhammad Saw yang bersifat otentik dalam hukum Islam. Dengan demikian, tulisan ini hadir untuk memberikan konsep yang baru terkait pemikiran fazlurrahman melaui konsep modernitas Islam terhadap hadits.
Meneroka Pemikiran Ibn Taymiyah: Kritik Terhadap Filsafat dan Tasawuf Usman, Muh Ilham
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.533

Abstract

This paper presents the results of the thought of Ibn Taymiyya who criticized philosophy and Sufism. This study uses the thought of character that reveal ideas that have been born by a Muslim scholar. By using a historical approach that sees the Moslem scholars as a historical person who takes part in social reality. The results of the study found that Ibn Taymiyya criticized philosophy in term of Aristotelian logic which had been widely used by Muslim scholars at the time. Whereas in Sufism, Ibn Taymiyya was not entirely Sufis, only he made his criticism of the philosophical Sufism figures and the tarekat practitioners who developed in his day. Tulisan ini menyajikan hasil pemikiran Ibn Taymiyyah yang melakukan kritik terhadap filsafat dan tasawu. Penelitian ini menggunakan pemikiran kajian tokoh yakni mengungkap gagasan dan ide yang pernah dilahiran oleh seorang tokoh. Dengan menggunakan pendekatan historis yakni melihat sang tokoh sebagai manusia sejarah yang berkiprah dalam realitas sosial. Hasil kajian menemukan bahwa Ibn Taymiyah tidak sepenuhnya anti-tasawuf, malahan ia sangat mengapresiasi beberapa sufi awal, hanya saja ia melancarkan kritiknya terhadap para tokoh tasawuf falsafi dan para pengamal tarekat yang berkembangn pada zamannya.
Dimensi Etika, Estetika dan Hukum dalam Ayat-Ayat al-Qur’an tentang Pakaian Helmy, Muh Irfan
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.540

Abstract

In the Qur'an, the Quranic verse about clothing is an important theme which is worth elaborating to reveal the purpose of mentioning it. The urgency of the Quranic verse about clothing is illustrated by the terms which the Qur'an uses when talking about clothing. The Qur'an uses different terms, namely libas, zinah, labus, tsiyab and sarabil, all of which show the meaning of covering and protecting. This article aimed to reveal the dimensions contained in the terms of clothing used by the Qur'an. In addition, this article also aimed to reveal the meaning of the terms of clothing in the context of culture and people's tradition when the Qur'an was descended. Using a thematic method and a historical-sociological approach to the terms of clothing in the Qur'an, this article came to the finding that dressing in principle is commandment of Allah as evidence of His love for humans. The main function of clothing is as a cover of aurat (body parts required by Islam to be covered) reflecting that human having higher degree than other creatures. Human contentment on clothes and jewelry is basically in accordance with human nature. Humans are given freedom to make clothes to fulfill their needs by observing the criteria established by the Sharia. Islam is totally concerned about the ethics of dressing in worship and instructs to wear clean, holy and simple clothing. The Qur'an commands a muslim female believer to cover her head, neck and chest with a hijab so that it cannot be seen by others and is evidence of every muslim female believer in maintaining her honor and dignity. Dalam al-Qur’an tema pakaian termasuk tema penting yang layak dielaborasi untuk mengungkap tujuan dari penyebutan tema pakaian tersebut. Urgensi tema pakaian tergambar dari term-term yang digunakan al-Qur’an ketika berbicara tentang pakaian. Al-Quran menggunakan istilah-istilah yang berbeda, yaitu libas, zinah, labus, tsiyab dan sarabil, yang semuanya menunjukkan kepada arti menutupi dan melindungi. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap dimensi-dimensi yang terkandung dalam term-term pakaian yang digunakan al-Qur’an. Disamping itu, artikel ini juga bertujuan untuk mengungkap pemaknaan term-term pakaian tersebut dalam konteks budaya dan tradisi masyarakat saat al-Qur’an diturunkan. Dengan menggunakan metode tematik dan pendekatan historis-sosiologis terhadap term-term pakaian dalam al-Qur’an, artikel ini sampai pada temuan bahwa bererpakaian pada prinsipnya adalah perintah Allah sebagai bukti kasih saying-Nya kepada manusia. Fungsi utama dari pakaian adalah sebagai penutup aurat yang mencerminkan ketinggian derajat manusia dibanding makhluk lain. Kecintaan manusia kepada pakaian dan perhiasan pada dasarnya sesuai dengan fitrah manusia. Manusia diberi kebebasan untuk membuat pakaian dalam memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan syariat. Agama Islam sangat memperhatikan etika berpakaian dalam beribadah dan memerintahkan untuk memakai pakaian bersih, suci dan sederhana. Al-Qur’an memerintahkan perempuan mukmin untuk menutup kepala, leher dan dadanya dengan hijab sehingga tidak dapat terlihat oleh orang lain dan menjadi bukti setiap perempuan mukmin dalam menjaga kehormatan dan harga dirinya.
تفسير الجواهر في تفسير القرآن وأثره في مناهج التفسير الملايوية Husain, Muhammad zakir; Abdullah, Ismail; Manas, Shayuthi Abdul
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.541

Abstract

يعد تفسير: الجواهر في تفسير القرآن الكريم للشيخ طنطاوي جوهري أهم وأشمل التفاسير التي تناولت قضية الإعجاز العلمي في كامل القرآن الكريم، وقد تناولته الأقلام بالنقد منذ ظهوره وإلى اليوم، فكشفت الأخطاء المنهجية في تفسيره، والتجاوزات التي وقع فيها الشيخ عن حسن نية وغيرة على الإسلام، كما وضعت الأسس التي تضبط هذا النوع من التفسير بعد أن فرض نفسه على الساحة العلمية. وبسبب قرار منع التداول الذي جوبه به تفسيره خاصة في الحجاز من قبل الملك عبد العزيز لم يكتب لهذا التفسير النجاح والانتشار في العالم العربي، ولكن الشيخ طنطاوي كان قد نال حظه من الشهرة في كثير من أقطار العالم الإسلامي كالهند وأسيا الوسطى وأرخبيل الملايو، لذلك لاقي تفسيره هناك نجاحاً باهراً وأقبل عليه العلماء، وتأثروا بمنهجه الجديد في التفسير واقتبسوا كثيراً من آرائه. وتُعنى هذه الدراسة ببيان منهج الشيخ طنطاوي في تفسيره، والمآخذ التي أخذت عليه من قبل العلماء، والجوانب الإيجابية التي حفظت لهذا التفسير مكانته كذلك، ويعرض البحث كذلك الجوانب الخطرة من مناهج التفسير العلمي للقرآن الكريم بصورة عامة ومن تفسير الجواهر بصورة خاصة، لما تميز به مؤلفه من ميول صوفية سلبية جعلته يقبل بعض النظريات الحديثة التي لا صلة لها بالعلم ولا بالدين. وقد تم تقسيم البحث إلى مقدمة تضمنت التعريف بمنهج التفسير العلمي، وأعلامه، وبعض المؤلفات المهمة فيه، ومبحثين: المبحث الأول: تفسير الجواهر: المنهج والقيمة العلمية المبحث الثاني: خطورة تفسير الجواهر وخاتمة تضمنت نتائج البحث Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karangan Syekh Thantawi Jauhari merupakan tafsir yang konprehensif yang mencakupi segala macam tafsir ilmi di seluruh al-Qur’an. Banyak kritikan yang muncul kepada tafsir ini mulai dari awal penerbitannya sampai sekarang. Kritikan itu mencakupi kesalahan metode dalam kitab tafsirnya yang ditulis dengan niat yang ikhlas dan ghirahnya untuk membela agama Islam, sebagaimana ia meletakkan asas untuk pentafsiran jenis ini setelah memaksakan dirinya dalam kancah ilmiah, dan tafsir ini tidak memperolehi kejayaan di negara arab disebabkan keputusan larangan penyebarannya oleh raja Abdul Aziz terutamanya di Hijaz. Akan tetapi Syekh Thantawi memperoleh kejayaan dan kemasyhurannya di banyak negara di dunia Islam, seperti India, Asia Tengah dan Kepulauan Melayu. Oleh karena itu, kitab tafsir ini memperolehi kejayaan yang luar biasa dan para ulama menerima tafsirnya serta terpengaruh dengan metodologinya yang baru dalam kajian tafsir al-Qur’an dan menjadikan kitab tafsirnya sebagai salah satu rujukan. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan metodologi syekh Thantawi dalam kitab tafsirnya dan kritikan kritikan dari para ulama serta sisi positif dari kitab tafsir ini. Kajian ini juga menyingkap sisi sisi yang penting dari metodologi tafsir ilmi secara umum dan kitab tafsir al-Jawahir secara khusus. Dan kecenderungan penulis kepada sufi negatifnya yang tersendiri membuatnya menerima beberapa teori baru yang tidak ada kaitan deangan ilmu dan agama. Kajian ini terbahagi kepada pembukaan yang mencakupi pengertian tafsir ilmi, tokoh tokohnya serta kitab kitabnya. Pembahasan pertama: metodologi tafsir al-Jawahir. Pembahasan kedua: sisi negatif Tafsir al-Jawahir. Dan terakhir penutup yang mengandungi hasil kajian
PRINSIP MORAL TERTINGGI: Konstruksi Nalar Maslahat Al-Buti dalam Wacana Ijtihad Kontemporer Ilham, M. Ilham
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.550

Abstract

This article aims to construct al-Buti> maslahat in contemporary ijtihad discourse as a grand narrative and the highest moral principle. The Methodology of this article is a library research which adopts descriptive analytical reading from various literatures with historical approaches include socio-cultural religious and philosophical approaches which include Islamic legal theories and Islamic legal philosophy. The dialectic of the text and benefit is a continuation of the classic debate between reason and revelation. The debate around the pattern of relations between the two colors the Muslim thought has passed to this day and has never been linear. Indeed form the highest moral principles of Islamic teachings, maslahah occupies an important position in the processes of ijtihad, especially in the latest development of socio-religious issues. Benefit considerations are impossible to deny because their existence as the ultimate goal of the Sabbath has a strong theological justification. Maslahah is the ultimate meaning of Islamic teachings that should be considered in understanding religious texts. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap konstruksi nalar maslahat al-But}i> dalam wacana ijtihad kontemporer sebagai narasi agung dan prinsip moral tertinggi. Secara metodologis, artikel ini merupakan riset kepustakaan (library research) yang mengadopsi metode deskriptif analatis melalui pembacaan terhadap berbagai literatur dengan pendekatan pendekatan historis yang mencakup socio-cultural religious dan pendekatan filosofis yang meliputi teori hukum Islam (Islamic legal theories) dan filsafat hukum Islam (Islamic legal philosophy). Dialektika teks dan kemaslahatan merupakan kelanjutan perdebatan klasik antara nalar dan wahyu. Perdebatan seputar pola relasi antara keduanya mewarnai perjalanan pemikiran umat Islam sampai hari ini dan tidak pernah berjalan linier. Sejatinya, sebagai prinsip moral tertinggi ajaran Islam, kemaslahatan menempati posisi penting dalam proses-proses ijtihad, terlebih dalam perkembangan mutakhir isu sosial keagamaan. Pertimbangan kemaslahatan tidak mungkin dinafikan karena eksistensinya sebagai sebagai tujuan puncak pensyariatan memiliki justifikasi teologis yang kuat. Kemaslahatan merupakan makna puncak ajaran Islam yang semestinya dipertimbangkan dalam memahami teks-teks agama.
TELAAH HERMENEUTIKA HADIS YUSUF AL-QARDHAWI Syahid, Ahmad
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.551

Abstract

Al-Qardhawi menawarkan konsep dan metodologi yang sangat cerdas dan solutif dalam memahami sunah Nabi. Tidak hanya itu, ia juga menunjukkan bagaimana umat Islam harus melakukan interaksi yang ideal dengan sunah. Tulisan ini adalah studi literatur, yaitu meneliti data yang berkaitan dengan tema dengan memeriksa referensi yang berkaitan dengan studi utama, khususnya pemikiran Yusuf al-Qardhawi tentang hadis. Selain itu, kitab atau buku lain digunakan juga sebagai pelengkap penelitian ini. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif analisis. Dilihat dari jenisnya tulisan ini termasuk riset kepustakaan (library research). Hasil dari tulisan ini menjelaskan bahwa cara al-Qardhawi dalam memahami hadis adalah dengan menerapkan beberapa prinsip yang sesuai dengan maqāṣid al-syarī’ah, yaitu: (1) memahami sunah sesuai petunjuk al-Qur’an, (2) menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama, (3) penggabungan atau pentarjihan antar hadis-hadis yang tampak bertentangan, (4) memahami hadis dengan mempertimbangkan latar belakang serta tujuannya, (5) membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan sasaran yang tetap, (6) membedakan yang hakiki dan majazi, (7) membedakan yang gaib dan yang nyata, (8) memastikan makna kata-kata dalam hadis.
KONSEP CINTA ILAHI (MAHABBAH) RABI’AH ADAWIYAH Mudaimin, Mudaimin
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.552

Abstract

We ​​need a handle on life, that is religion or belief that recognizes the existence of an all-powerful substance, whereas in daily life a person is required to maintain, improve, and improve the quality of faith and piety in the creator, to achieve that there are all several ways one of which is through the world of Sufism or commonly known as the mystical world. For attainment in the mystical world it can be done by way of meditation or spiritual practice. The pinnacle of the mystical world is mahaabah or divine love where these are the highest levels of attainment towards God. In this paper the author examine the theory of divine love (mahabbah) from the Sufi women who first expressed her love to God, namely Rabi'ah Adawiyah. This paper uses the type of library research, while the approach used is historical, philosophical. Data collection is done by the documentation method and analyzed by descriptive analysis method. According to Rabi'ah love is love that has no strings attached to it and does not expect a reward in the form of either reward or liberation of the law, but what is sought is only doing God's will and perfecting it. Dalam kehidupan ini kita membutuhkan pegangan hidup yaitu agama atau keyakinan yang mengakui adanya Zat yang maha kuasa, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari seseorang dituntut menjaga, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas iman dan takwa pada sang pencipta, untuk mencapai itu semua ada beberapa jalan salah satunya adalah melalui dunia tasawuf atau biasa dikenal dengan dunia mistik. Untuk pencapaian dalam dunia mistik itu dapat dilakukan dengan cara meditasi atau latihan spiritual. Puncak dari dunia mistik adalah mahaabah atau cinta Ilahi dimana ini semua merupakan tingkat tertinggi dalam pencapaian menuju Allah. Dalam tulisan ini penulis akan mencoba untuk menelaah teori cinta ilahi (mahabbah) dari toko sufi perempuan yang pertama kali mengemukakan kecintaanya pada sangkhalik yakni Rabi’ah Adawiyah. Penelitian dengan judul “Konsep Cinta Ilahi (Mahabbah) Rabi’ah Adawiyah” menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), adapun pendekatan yang digunakan adalah historis, folosofis. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan dianalisis dengan metode analisis deskritif. Menurut Rabi’ah cinta adalah cinta yang tidak ada pamrih di dalamnya dan tidak mengharapkan balasan baik yang berupa ganjaran maupun pembebasan hukum, tetapi yang dicari hanyalah melakukan keinginan Allah dan menyempurnakannya.
ISLAM WASTHIYYAH DALAM KACA MATA TAFSIR AL-QUR’AN: (Kajian Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi Penafsiran Dalam Q.S. Al-Baqarah: 143) Sugitanata, Arif
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat Vol. 16 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/rsy.v16i1.573

Abstract

This paper tries to discuss the concept of Wasthiyyah Islam in the perspective of the Qur'an through various interpretations. Specifically, there are several aspects that became the focal point of this study, First, looking back at the concept of Islamic Wasthiyyah in the Qur'an. Second, revealing the context and nature of Islam Wasthiyyah in a variety of interpretations. Third, to actualize the characteristics of Wasthiyyah Islam in the current context. The research approach used is the study literature approach which is based on several references that support related Books, Journals, Articles and so on. The results of this study indicate that the concept of Islamic Wasthiyyah in terms of several interpretive perspectives can be said as a sociological concept of Islam that emphasizes aspects universally related to the context of harmonious religious life, tolerance, and forming a moderate Islam in order to eliminate the extreme attitudes that have been many addressed to Islam.

Page 1 of 1 | Total Record : 9