cover
Contact Name
Drs. Abd. Rasyid, M. Hum
Contact Email
Sawerigading_bbm@yahoo.co.id
Phone
-
Journal Mail Official
garingjusmianty@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
SAWERIGADING
ISSN : 25278762     EISSN : 25278762     DOI : -
SAWERIGADING is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in SAWERIGADING have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. SAWERIGADING is published by Balai Bahasa Sulawesi Selatan twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020" : 10 Documents clear
VALIDASI KEWACANAAN ADUAN KASUS UJARAN KEBENCIAN DI WILAYAH HUKUM POLRI RESOR TEBO, JAMBI TAHUN 2019 (Discourse Validation of Cases Complaint of Hate Speech in the Jurisdiction of Police Precinct of Tebo Regency in Jambi Province 2019) Natal P. Sitanggang
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.095 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.723

Abstract

This paper aims to describe one of the validation processes of a criminal offense of hate speech in the police resort jurisdiction in Jambi province in 2019. The data was obtained from the text of the report presented in the police investigation report. The main problem in this paper is the validity of the complainant’s complaint from the linguistic perspective. At the initial processing method, the text was reconstructed into conversation texts to see the conversation flow, proportions, and propositions in each utterance units. Next, the utterance units were analyzed on pragmatics discourse studies. It involves speech act theory, performative illocution, and interpersonal rhetoric (a means-end schema). The result shows that the criminal complaint of a complainant is valid as an insulting form. In addition, there is also a threatening form as other criminal elements. However, it is not considered a complainant’s criminal complaint, and it is recommended not to be involved in the legal process. AbstrakPenelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan salah satu proses validitas delik aduan pidana ujaran kebencian di wilayah hukum salah satu resor kepolisian di Provinsi Jambi tahun 2019. Data bersumber dari teks laporan yang diterakan dalam naskah berita acara pemeriksaan (BAP). Masalah utama dalam makalah ini adalah perihal validitas aduan pelapor dari sudut pandang kebahasaan. Metode pengolahannya pada tahap awal, teks tersebut direkonstruksikan menjadi teks percakapan untuk melihat alur percakapan, proporsi, dan proposisi setiap satuan ujaran. Selanjutnya, rangkaian unit-unit ujaran itu dianalisis berdasarkan kajian wacana pragmatik yang melibatkan teori tindak tutur, ilokusi performatif, dan retorik interpersonal (skema means-end). Hasilnya menunjukkan bahwa delik aduan pelapor valid sebagai bentuk penghinaan. Selain itu, terdapat juga unsur pidana lain yaitu pengancaman. Namun, pengancaman ini bukan sebagai delik aduan pelapor dan disarankan untuk diabaikan dalam proses hukum.
ALTAR EGO “ KAUM SUMBU PENDEK”: KEPRIBADIAN HISTRIONIK DAN NARSISTIK TOKOH KUPUKUPU DALAM BILANGAN FU KARYA AYU UTAMI (Altar Ego “Kaum Sumbu Pendek”: Histrionic and Narcissistic Personality of Kupukupu Characters in Bilangan Fu by Ayu Utami) Salimulloh Tegar Sanubarianto; Erwin Syahputra Kembaren
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.874 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.763

Abstract

Bilangan Fu by Ayu Utami is one of the realist novels with complex characters that interesting to study. One of the characters is Kupukupu, who represents the characters of “Kaum Sumbu Pendek.” This charactercontradicts his beliefs to people’s beliefs surrounding him who embrace moderate Islam in gaining “The stage” and fulfills his self-actualization desire. His attitude shows histrionic and narcissistic tendencies. Histrionic and narcissistic personality disorder intersected but rarely any research that reviews both of them at once. Therefore, this research describes the character of Kupukupu used histrionic and narcissistic theory. The Researcher used the documentative method to collect the data. Then, the content analysis was conducted by using characteristics of histrionic and narcissistic perspective. The result identified the similarity among the behavior of Kupukupu’s character with histrionic and narcissistic features. In addition, the Researcher also found that cause of the behavior was the figure’s effort to take over people’s attention who had been distracted by other figures. This figurer’s effort provokes friction between the conservativeIslamic community that he leads with the local community that believes in moderate Islam, as the current picture of religiosity in Indonesia. AbstrakBilangan Fu karya Ayu Utami adalah salah satu novel realis dengan karakter kompleks yang menarik untuk dikaji. Salah satunya adalah tokoh Kupukupu. Kupukupu adalah citra yang tepat untuk menggambarkan “Kaum Sumbu Pendek.” Tokoh ini berusaha mempertentangkan keyakinannya dengan keyakinan masyarakat sekitarnya yang menganut Islam moderat demi mendapatkan “panggung” dan memenuhi hasrat aktualisasi dirinya. Sikap Kupukupu ini menunjukkan kecenderungan histrionik dan narsistik. Gangguan kepribadian histrionik dan narsistik ini sebetulnya beririsan namun jarang ada penelitian yang mengulas keduanya sekaligus. Oleh karena itu, penelitian ini mengulas tokoh Kupukupu dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami dengan teori histrionik dan narsistik, beserta penelusuran kausalitasnya lewat psikoanalisis. Peneliti menggunakan metode dokumentatif untuk mengumpulkan data dan analisis isi untuk menganalisis data berdasarkan ciri-ciri pengidap histrionik dan narsistik. Tulisan ini telah menemukan adanya kesamaan perilaku tokoh Kupukupu dengan ciri-ciri pengidap histrionik dan narsistik. Selain itu, ditemukan pula penyebabmunculnya perilaku tersebut adalah upaya tokoh untuk mengambil kembali perhatian dari masyarakat yang sempat teralihkan ke tokoh lain. Upaya tokoh ini menimbulkan friksi antara komunitas Islam konservatif yang dipimpinnya dengan masyarakat sekitarnya yang menganut Islam moderat, sebagaimana gambaran kehidupan keagamaan pada masyarakat Indonesia kekinian.
MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF DALAM BAHASA WOTU (Denotative and Connotative Meaning in Wotu Language) Adri Adri
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1981.35 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.832

Abstract

The Wotu language is a local language that is almost extinct due to the speaker’s number is relatively small; thus, it needs to be preserved by doing documentation. Documentation, in this case, is conducting through research. The research documentation results can be used as teaching materials for teaching the Wotu language in school. It is one of the efforts to preserve the Wotu language. This study examines the denotative and connotative meanings of the Wotu language. The semantics of the Wotu language has not been investigating yet; thus, it is necessary to research this aspect. The study employed a descriptive qualitative method with data sources were gaining from primary and secondary data. Preliminary data obtained directly from native speakers, while secondary data obtained from writings or literary work that used the Wotu language. The techniques used were giving some questions and face to face techniques. The results showed that denotative and connotative meanings were found in some cases in the Wotu language. It only had connotative meanings and did not have denotative meanings. The connotative meanings in the Wotu language also varied, both with negative, neutral, and positive connotations. However, based on the data found, the negative connotations were more founding than other connotations.AbstrakBahasa Wotu adalah salah satu bahasa daerah yang jumlah penuturnya tergolong sedikit sehingga perlu dilestarikan dengan pendokumentasian. Pendokumentasian dalam hal ini melalui penelitian. Hasil dokumentasi penelitian bahasa Wotu dapat dijadikan bahan ajar untuk pengajaran bahasa Wotu di sekolah. Hal ini sebagai salah satu upaya pelestarian bahasa Wotu. Semantik bahasa Wotu belum tersentuh sehingga perlu dilakukan penelitian tentang hal ini. Penelitian ini mengkaji makna denotatif dan makna konotatif. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan makna denotatif dan makna konotatif. Teknik yang digunakan adalah teknik pancing dan teknik cakap semuka. Sumber data dari data primer dan data sekunder. Data primer langsung diperoleh dari penutur asli dan data sekunder dari tulisan atau karya sastra yang berbahasa Wotu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna denotatif dan konotatif dalam bahasa Wotu ditemukan beberapa contoh yang hanya memiliki makna konotatif dan tidak memiliki makna denotatif. Makna konotatif yang ada dalam bahasa Wotu pun bervariasi, baik yang berkonotasi negatif, netral, maupun positif. Akan tetapi, berdasarkan data yang ditemukan, konotasi negatif lebih banyak dibanding konotasi-konotasi yang lainnya.
DEKONSTRUKSI DERRIDA PADA CERITA PENDEK ULOS SORPI KARYA ROSE LUMBANTORUAN (Deconstruction of Derrida in the Short Story of Ulos Sorpi by Rose Lumbantoruan) Esra Nelvi Siagian
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.5 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.750

Abstract

Recently time, short stories using regional languages are not easy to find. Seeing this phenomenon, Saut Poltak Tambunan, a novelist who has produced dozens of Indonesian-language novels since the 1980s, began writing novels and encouraged people to write stories in the Batak language. These novels or stories usually raise the phenomenon of the lives of Batakness, who still uphold the Batak philosophy of life, namely dalihan natolu. Using descriptive methods, Jacques used Derrida's theory to deconstruct the short story of Ulos Sorpi written by Rose Lumbantoruan with editor Saut Poltak Tambunan. This story starts with Rosita’s story, whichis not married even though she is already quite mature. The main character in this story is believed to have a hangalan, so that it always fails at the marriage level; things about hangalan are still trusted in the Batakcommunity. The writer very well describes the problem raised because the writer understands the Batak culture and existing cultural phenomena. However, the reader of this short story needs knowledge of the philosophy oflife embraced by the Batak community to understand this story; thus, the author's message can be conveyed. Deconstruction carried out in the short story Ulos Sorpi teaches new concepts and values. AbstrakCerpen dengan menggunakan bahasa daerah saat ini sangat sulit ditemukan. Melihat fenomena itu, Saut Poltak Tambunan, seorang novelis yang telah menghasilkan puluhan novel berbahasa Indonesia sejaktahun 1980an mulai menulis novel-novel dan menggiatkan orang-orang untuk menulis cerita-cerita berbahasa Batak. Novel atau cerita-cerita tersebut biasanya mengangkat fenomena kehidupan masyarakatBatak yang masih menjunjung teguh falsafah hidup Batak, yaitu dalihan na tolu. Dengan menggunakan metode deskriptif, teori Jacques Derrida diaplikasikan untuk mendekonstruksi cerita pendek Ulos Sorpiyang ditulis oleh Rose Lumbantoruan dengan editor Saut Poltak Tambunan. Cerita ini dimulai dari kisah Rosita yang belum menikah padahal usianya sudah cukup dewasa. Sang tokoh utama dalam cerita ini diyakini memiliki hangalan sehingga selalu gagal ke jenjang pernikahan. Hal tentang hangalan masih dipercaya dalam masyarakat Batak. Penulis dengan sangat baik mendeskripsikan masalah yang diangkat, karena penulis memahami konteks budaya Batak dan fenomena-fenomena budaya yang ada. Akan tetapi, pembaca cerpen ini membutuhkan pengetahuan tentang falsafah hidup yang dianut masyarakat Batak agar dapat memahami cerita ini dan pesan penulis dapat tersampaikan. Dekonstruksi yang dilakukan padacerpen ulos sorpi mengajarkan konsep dan nilai baru.
IMPLEMENTASI POLA PENGEMBANGAN TEMA DAN KORPUS ARAB DALAM KAJIAN MENULIS KREATIF (ANALISIS LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL) (The Implementation of Thematic Progression Patterns and Arabic Corpus in the Creative Writing Study Systemic Functional Linguistics Analysis) Muhammad Yunus Anis
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1977.794 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.749

Abstract

This article investigates comprehensively two basic problems that are relevant to Arabic teaching and learning using on-line media in Indonesia. The first problem will investigate the relation between the theory of “thematic progression patterns” (especially linier pattern) and the Arabic creative writing process at two Islamic High Schools in Central Java. They are: MAN 2 Surakarta and SMA 4 Muhammadiyah Andong, Boyolali. The outcome of the first problem is to gain the synergy between Arabic learning in Indonesia and the development of general linguistic theories. The novelty in this article related deeply to the on-line method learning of Arabic creative writing based on Systemic Functional and Corpus method. The second problem of this research will investigate the process of Arabic creative writing learning using the on-line method. The research method had been structured in three stages, such as: (1) collecting the data by observation method, both in the literature review and in the field (research partners) using a questionnaire, (2) analyzing data using a distributional method, and (3) reporting the results using an informal form or a narrative in ordinary words. The results of the study had been concluded that there were four main models that became patterns for developing themes in Arabic creative writing, they were: (1) The Constant Theme Pattern (at-tawāliy ma‘a maudhu‘āt mustanbithah), (2) The Linier Theme Pattern (at-tawāliy al-’ufuqī al-basīth), (3) The Split Rheme Pattern (attawāliy li-chadītsi muqassami) dan (4) Derived Themes (at-tawāliy ma‘a maudhū‘āti mustanbithah). The first two patterns of developing the theme, namely the Constant model and the Linear model, are the fundamental basis for the process of creative writing in Arabic. Therefore, tactical strategies are needed that can be used to optimize the process of creative writing in Arabic based on Functional Systemic Linguistics and Arabic Corpus, one of them is to take advantage of online learning to write Arabic creative writing. The online learning process has been done in (Open Course Ware, Universitas Sebelas Maret) OCW UNS.AbstrakArtikel ini menginvestigasi macam-macam pola pengembangan tema yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran menulis kreatif bahasa Arab berbasis “Tema Linier” di dua sekolah mitra, tempat dilaksanakan penelitian, yaitu MAN 2 Surakarta, dan SMA 4 Muhammadiyah Andong, Boyolali. Rumusan masalah pertama dalam penelitian ini adalah bagaimana relasi antara menulis kreatif bahasa Arab dengan teori “pengembangan tema” yang ada dalam teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) dalam kaitannya dengan penulisan kreatif bahasa Indonesia. Kajian ini bertujuan agar sinergisitas antara kajian bahasa Arab dan bahasa Indonesia di Indonesia dapat berkembang secara holistik seiring dengan kajian teoritis ilmu bahasa (linguistik umum) yang terus berkembang secara pesat. Kebaruan dalam artikel ini tercermin dari rumusan masalah kedua, yaitu terkait investigasi proses pembelajaran menulis kreatif bahasa Arab secara daring (on-line) berbasis Linguistik Sistemik Fungsional dan Metode Korpus Arab-Tunis. Metode penelitian tersusun dalam tiga tahapan, yaitu: (1) menjaring data secara observasi, pustaka, dan lapangan (mitra penelitian) dengan media kuesioner, (2)analisis data dengan metode distribusional, dan (3) laporan hasil dengan menggunakan bentuk informal atau narasi dengan kata-kata biasa. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat empat model utama yang menjadi pola pengembangan tema dalam menulis kreatif bahasa Arab, yaitu: (1) The Constant Theme Pattern (at-tawāliy ma‘a maudhu‘āt mustanbithah), (2) The Linier Theme Pattern (at-tawāliy al-’ufuqī al-basīth), (3) The Split Rheme Pattern (at-tawāliy li-chadītsi muqassami) dan (4) Derived Themes (at-tawāliy ma‘a maudhū‘āti mustanbithah). Sementara itu, dua pola pengembangan tema pertama, yaitu model konstan dan model linier menjadi landasan fundamental dalam proses menulis kreatif bahasa Arab. Maka dari itu dibutuhkan strategi-strategi taktis yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan proses menulis kreatif bahasa Arab berbasis Linguistik Sistemik Fungsional tersebut, salah satunya adalah memanfaatkan kajian pembelajaran daring menulis kreatif bahasa Arab berbasis data korpus Arab, sebagaimana yang telah dilakukan dalam (Open Course Ware, Universitas Sebelas Maret) OCW UNS.
KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL LONTARA RINDU KARYA S. GEGGE MAPPANGEWA (Grammatical and Lexical Cohesion in the Lontara Rindu Novel by S. Gegge Mappangewa) Herianah Herianah
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.904 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.727

Abstract

This study aims to describe grammatical and lexical cohesion markers in discourse texts in S. Gegge Mappangewa’s novel Lontara Rindu. This research is descriptive qualitative methods used reading-listening, recording, and documenting techniques. Data analysis techniques were reduction, presentation, and conclusion of data. This research’s data source was Lontara Rindu by S. Gegge Mappangewa, published by Harian Republika, the second edition of June 2012. The results showed that cohesion features of grammatical aspects were founding in this novel, i.e., persona marker, demonstrative (place, time, comparative), the substituting (nouns, verbs, phrases), and sentence infiltration (words, phrases, sentences, series.) The linguistic aspect included repetitions divided into repetitions of mesodiplosis, epistrophe, anadiplosis, anaphora, and epizeuksis. In addition, in the linguistic element, there are synonymy, antonymy, collocation, and hyponymy.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemakaian pemarkah kohesi gramatikal dan leksikal pada teks wacana dalam novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, sehingga metode pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik baca-simak, pencatatan, dan teknik dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa yang diterbitkan oleh Harian Republika, cetakan kedua Juni 2012. Alat kohesi aspek gramatikal yang ditemukan dalam novel ini adalah pengacuan meliputi pengacuan persona dan demontrativa (tempat,waktu,dan komparatif); penyulihan meliputi penyulihan nomina, verbal, frasa, dan kalimat; pelesapan meliputi pelesapan kata, frasa, kalimat, dan perangkaian. Aspek leksikal meliputi repetisi yang terbagi atas repetisi mesodiplosis, epistrofa, anadiplosis, anaphora, dan epizeuksis. Selain itu, kohesi leksikal meliputi sinonimi, antonimi, kolokasi, dan hiponimi. 
PEMIKIRAN KOLEKTIVITAS, MISTIS, DAN ONTOLOGIS DALAM UPACARA KEMATIAN RAMBU SOLO PADA NOVEL PUYA KE PUYA (Collectivity, Mystical, and Ontological Thinking in the Death Ceremony of Rambu Solo in the Puya ke Puya Novel) Muhamad Adji; Tania Intan
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.131 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.785

Abstract

Rambu Solok ceremony is a marker for Torajan people who believe that death is close to their daily lives. During its development, this ritual began to experience cultural dynamics, particularly concerning clashes with new thinkings described in the Puya ke Puya novel, the work of Faisal Oddang, who won the 2014 Jakarta Arts Council novel writing contest. Thinking conflicts were seen from the viewpoint of several figures. To relate the literary texts and social context, this paper uses a literature sociological approach. Meanwhile, the theory that frames this paper is the cultural theory of C.A. van Peursen. The method used in this article was the descriptive-analytical method. The results showed that the cultural dynamics in the traditions of the Torajan people were due to the emergence of new thinkings among the community members. In Puya ke Puya, the cultural dynamics are displayed through Allu figures representing ontological thinking, and Tina Ralla, Rante Ralla, and Maria Ralla, who represent mystical thinking. The cultural dynamics arise the resistance and negotiation in these communities. AbstrakUpacara Rambu Solok merupakan penanda bagi masyarakat Toraja yang memosisikan kematian dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dalam perkembangannya, ritual ini mulai mengalami dinamikabudaya, terutama dalam kaitannya dengan perbenturan dengan pemikiran yang baru sebagaimana terungkap dalam novel Puya ke Puya, karya Faisal Oddang yang memenangi lomba penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014. Pertentangan pemikiran terlihat dari sudut pandang beberapa tokoh. Untuk mengaitkan teks sastra dan konteks sosial, tulisan ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sementara itu, teori yang membingkai tulisan ini adalah teori budaya dari C.A. van Peursen. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika budaya pada tradisi masyarakat Toraja disebabkan oleh munculnya pemikiran baru pada anggota masyarakat tersebut. Dalam Puya ke Puya, dinamika budaya tersebut ditampilkan melalui tokoh Allu yang merepresentasikan pemikiran ontologis dan Tina Ralla, Rante Ralla, dan Maria Ralla yang merepresentasikan pemikiran mistis. Dinamika budaya tersebut memunculkan resistensi dan negosiasi pada masyarakat tersebut.
BERTUKAR TANGKAP DENGAN RAJA PENYAIR PUJANGGA BARU: PENGARUH AMIR HAMZAH TERHADAP CHAIRIL ANWAR (Seizing words with the King of the New Writer: The influence of Amir Hamzah on Chairil Anwar) Dipa Nugraha
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.957 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.734

Abstract

This article aims to describe the influence of the poem “Padamu Jua” by Amir Hamzah on two poems written by Chairil Anwar, “Di Mesjid” dan “Doa.” It is a qualitative study. The study was conducted using close reading. The result of the analysis showed that Chairil Anwar useds symbolic expressions from Amir Hamzah’s poem. Nevertheless, Chairil Anwar transformeds these symbolic expressions creatively based on his situation in adaptation with his situation when making his poems. The poems where analysed in this study showed a distance issue between the poets and their God.AbstrakArtikel penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengaruh sajak “Padamu Jua” karya Amir Hamzah yang tampak di dalam dua sajak karya Chairil Anwar yang berjudul “Di Mesjid” dan “Doa.” Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pembacaan cermat (close reading). Hasil pembacaan cermat menunjukkan bahwa meski kedua sajak Chairil Anwar yang menjadi objek pembacaan menunjukkan jejak pengaruh ekspresi simbolik Amir Hamzah namun Chairil Anwar secara kreatif mentransformasikan ekspresi simbolik tersebut sesuai dengan situasinya. Sajak-sajak yang dianalisis juga menunjukkan adanya masalah jarak antara kedua penyair dengan Tuhan.
SLOGAN LINGKUNGAN: REPRESENTASI KEARIFAN DAN HARAPAN (Environmental Slogan: A Representation of Wisdom and Expectation) Sudartomo Macaryus; Novi Anoegrajekti; Asrumi Asrumi
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1086.36 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.751

Abstract

Slogans are short speeches function to influence and suggest. The research problem is how the strategy of conveying messages and environmental slogans. This research aims to explain the strategy of sharing environmental conservation messages in Pantai Cemara mangrove forest, Muncar District, Banyuwangi Regency. This textual and ethnolinguistic research starts with the data from library sources. Library data were be equipped by field data through observations of slogans in the Pantai Cemara mangrove forests. Depth-interviews were conducted with informants, i.e., the chairman of Kelompok Usaha Bersama (KUB) “Mina Sero Laut.” Mangrove forest covering around 80 ha is arranged as a recreation area guarded every day by safety, ticket, and parking officers. Many tourists attend on Sundays, holidays, Eid, and New Year. Data analysis was conducted continuously from the data supply by identifying, classifying, and interpreting the lingual units displayed along the bridge path and pine forests on land locations. Data interpretation is made textually, contextually, and intertextually by exploring the community’s spirit in managing mangrove forests. The analysis results show that the wisdom of the people put mangrove forests to support each other. The slogan also represents the expectation that visitors will preserve the environment by conveying knowledge and invitations to behave and act. AbstrakSlogan merupakan tuturan pendek untuk memengaruhi dan menyugesti. Masalah dalam artikel ini adalah bagaimana strategi penyampaian pesan dan slogan lingkungan. Artikel ini bertujuan menjelaskan strategi penyampaian pesan konservasi lingkungan di hutan mangrove Pantai Cemara, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian tekstual dan etnolinguistik ini diawali penyediaan data dari sumber pustaka. Data pustaka dilengkapi data lapangan melalui observasi terhadap slogan di hutan mangrove Pantai Cemara. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan, yaitu ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) “Mina Sero Laut”. Hutan mangrove seluas sekitar 80 ha ditata menjadi tempat rekreasi yang setiap hari dijaga petugas keselamatan, tiket, dan parkir. Banyak pengunjung hadir pada hari Minggu, hari libur, lebaran, dan tahun baru. Analisis data dilakukan terus-menerus sejak tahap penyediaan data dengan melakukan identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi terhadap satuan-satuan lingual wacana yang terpampang di sepanjang jalur jembatan dan di hutan cemara di lokasi darat. Interpretasi data dilakukan secara tekstual, kontekstual, dan intertekstual dengan menggali semangat masyarakat pengelola hutan mangrove. Hasil analisis menunjukkan kearifan masyarakat yang menempatkan hutan mangrove untuk saling menghidupi. Slogan sekaligus merepresentasikan harapan agar pengunjung ikut melestarikan lingkungan dengan menyampaikan pengetahuan serta ajakan untuk bersikap dan bertindak.
KATA-KATA BERHOMONIMI DAN BERPOLISEMI DALAM STRUKTUR LEMA KAMUS KECIL BAHASA MELAYU (KKBM) (Homonym and Polysemy Words in the Lexemes of Kamus Kecil Bahasa Melayu (KKBM)) Zainal Abidin
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.45 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.636

Abstract

This study aimed to describe the homonym and polysemy in the lexemes of Kamus Kecil Bahasa Melayu (KKBM). It was a qualitative descriptive study. The recearch subject was the Third Edition of KKBM (Malay Pocket Dictionary), and the research objects were homonym and polysemy of the dictionary. The data used in this study were all lexemes potential to be homonym and polysemy used in the dictionary. The data collected were using reading and note taking techniques. The data analysis was conducted out by collecting, sorting, and classifying lexemes based on categories or criteria according to their structure. The analysis was carried out after classification. The research findings revealed that 700 lexemes were the potential to be homonym and polysemy in the dictionary. Three hundred forty four of them were homonymic and 356 of them were polysemic. The same arrangement among homonym and polysemy is due to the author’s ignorance of the meaning relations in words with the exaet spelling lack reference and knowledge in structuring the dictionary.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata-kata berhomonimi dan berpolisemi dalam struktur lema Kamus Kecil Bahasa Melayu (KKBM). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah KKBM Edisi Ketiga, sedangkan objek penelitiannya adalah lema berhomonimi dan berpolisemi yang terdapat dalam kamus tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kata yang berpotensi menjadi kata-kata berhomonimi dan berpolisemi yang dijadikan lema dalam kamus itu. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Langkah-langkah analisis data dilakukan dengan mengumpulkan lema, mengurutkan lema, mengklasifikasikan lema berdasarkan kategori atau kriteria sesuai dengan struktur lema. Penganalisaan dilakukan setelah pengklasifikasian. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa dalam KKBM ditemukan lema yang berpotensi menjadi kata-kata berhomonimi dan berpolisemi sebanyak 700 lema. Berdasarkan analisis yang dilakukan, ditemukan 344 lema berhomonimi dan 356 lema berpolisemi. Penyusunan yang sama antara kata-kata berhomonimi dan berpolisemi disebabkan oleh ketidaktahuan penyusun terhadap relasi makna yang terdapat dalam kata-kata yang berejaan sama dan kurangnya referensi serta pengetahuan penyusun kamus akan struktur kamus.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023 Vol 28, No 2 (2022): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2022 Vol 28, No 1 (2022): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2022 Vol 27, No 2 (2021): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2021 Vol 27, No 1 (2021): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2021 Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020 Vol 26, No 1 (2020): Sawerigading, Edisi Juni 2020 Vol 25, No 2 (2019): Sawerigading, Edisi Desember 2019 Vol 25, No 1 (2019): Sawerigading, Edisi Juni 2019 Vol 24, No 2 (2018): Sawerigading, Edisi Desember 2018 Vol 24, No 1 (2018): Sawerigading, Edisi Juni 2018 Vol 23, No 2 (2017): Sawerigading, Edisi Desember 2017 Vol 23, No 1 (2017): Sawerigading, Edisi Juni 2017 Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 20, No 3 (2014): Sawerigading Vol 20, No 2 (2014): Sawerigading Vol 20, No 1 (2014): Sawerigading Vol 19, No 3 (2013): SAWERIGADING, Edisi Desember 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 1 (2013): SAWERIGADING, Edisi April 2013 Vol 18, No 3 (2012): SAWERIGADING, Edisi Desember 2012 Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 2 (2011): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2011 Vol 17, No 1 (2011): Sawerigading, Edisi April 2011 Vol 16, No 3 (2010): Sawerigading, Edisi Desember 2010 Vol 16, No 2 (2010): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 15, No 3 (2009): Sawerigading Vol 15, No 2 (2009): Sawerigading More Issue