cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pekalongan,
Jawa tengah
INDONESIA
MUWAZAH: Jurnal Kajian Gender
ISSN : 20858353     EISSN : 25025368     DOI : -
Core Subject :
Muwazah adalah jurnal kajian gender dengan ISSN Print: 2085-8353; Online: 2502-5368 yang diterbitkan oleh Pusat Studi Gender (PSG) IAIN Pekalongan. Kata Muwazah berasal dari bahasa Arab yaitu (??????) yang memiliki arti kesetaraan. Jurnal ini fokus pada isu-isu aktual dan kontemporer yang berkaitan dengan kajian gender lokalitas dalam berbagai perspektif. Redaksi mengundang para ilmuwan, sarjana, professional, praktisi dan peneliti dalam berbagai disiplin ilmu yang konsern terhadap kajian gender berupa analisis, aplikasi teori, hasil penelitian, terjemahan, resensi buku, literature review untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya setelah melalui mekanisme seleksi naskah, telaah mitra bebestari, dan proses penyuntingan. Jurnal ini terbit setahun dua kali setiap bulan Juni dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019" : 7 Documents clear
Perempuan dalam Pusaran Prostitusi: Kajian Yuridis Normatif dalam Fenomena Prostitusi Online di Indonesia Khasanah, Uswatun
MUWAZAH Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1067.27 KB) | DOI: 10.28918/muwazah.v11i1.1890

Abstract

This paper examines prostitution which in practice has always been identified with women. Prostitution is a social problem that is passed down from time to time with various modes that always develop along with the development of lifestyle and technology. The focus of this study is how is the normative juridical review of the issue of women and prostitution? The method used in this article is the library study method. Through a normative juridical approach, the author will examine the issue of prostitution based on the main legal material, namely to see the arguments originating from the Qur'an and hadith, as well as legislation in force in Indonesia. In the final section the author tries to present a solution to stem the practice of prostitution. In this study it was found that prostitution in Indonesia has existed since the kingdom era, continued during the Dutch and Japanese colonies. Prostitution is a crime that is contrary to Islamic law and legislation in Indonesia. Surat an-Nur (24): 30-33 strictly prohibits the practice of prostitution. This ban applies to anyone not only to women who are prostitutes. Juridically normative legislation in Indonesia concerning prostitution is article 296, 506 of the KUHP, UU No. 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions, UU No. 44 of 2008 concerning Pornography, UU No. 21 of 2007 concerning Eradication of Criminal Acts on Trafficking in Persons and UU No. 23 of 2003 concerning Child Protection. Efforts to stem the main prostitution began with the family. Optimizing the role of parents -both father, mother and teacher as an extension of their parents' hand- can be a solution in an effort to improve children's moral resilience, which in turn can stem a variety of negative behaviors that conflict with norms and religion, including prostitution.
Perempuan dan Komunikasi Politik: Strategi Meraih Suara Perempuan di Pemilihan Umum Melalui Metode Gender Trends Utomo, Endhar Priyo
MUWAZAH Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.508 KB) | DOI: 10.28918/muwazah.v11i1.1884

Abstract

Kajian ini memiliki tujuan utama untuk merumuskan strategi komunikasi politik meraih suara pihak perempuan dalam pemilihan umum dengan memanfaatkan metode Gender Trends yang dikenalkan oleh Barletta. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu konstelasi politik yang lazim dilakukan di sebuah negara demokrasi. Partisipasi perempuan dalam ranah publik seperti halnya pengambilan keputusan melalui metode pemilihan umum (Pemilu) ini memiliki peranan yang sangat penting untuk menaikkan jumlah suara yang akan diperoleh para kandidat peserta pemilihan, baik itu kandidat presiden dan wakil presiden maupun para kandidat calon legislatif yang menjadi wakil dari beberapa partai peserta Pemilu. Melihat begitu pentingnya suara perempuan ini, menjadikan para kandidat harus memiliki suatu strategi untuk dapat menarik simpati dari para pemilih perempuan. Kajian dengan pemanfaatan metode Gender Trends ini akan sedikit banyak membantu para kandidat untuk memahami atas apa yang diinginkan oleh para pemilih perempuan. Metode ini sebenarnya adalah metode yang diterapkan dalam strategi pemasaran untuk menarik minat dari para pelanggan perempuan. Namun, setelah dilakukan riset sederhana, tampaknya sangat tepat apabila diterapkan dalam kajian ini. Kajian ini merupakan kajian dengan pendekatan kualitatif dan memanfaatkan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil kajian, rumusan hipotesis yang mampu meningkatkan jumlah suara pemilih dari pihak perempuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) identifikasi faktor peningkat suara perempuan dalam Pemilu, b) menemukan dimensi peningkat suara perempuan dalam Pemilu, dan c) menemukan strategi meraih suara perempuan dalam Pemilu.
Poligami dalam Perspektif Gender: Studi Terhadap Kiai di Kabupaten Cirebon Maliki, Noval; Fitriah, Fitriah; Khoiri, Imam Ali
MUWAZAH Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.004 KB) | DOI: 10.28918/muwazah.v11i1.1976

Abstract

This article discusses the concept of gender in polygamy kiai in Cirebon Regency. There are four polygamy kiais who are the resource persons in this study who use qualitative-descriptive methods as this method, with religious education backgrounds that are relatively different each other. Kiai is an important figure for the gender mainstreaming campaign in view of his position which is still considered important in the community. Moreover, gender-biased constructions very often, if not always, hide behind the cloak of religious truth. Their status as polygamy kiai are interesting to study the conception of gender behind them. The results of this study indicate that the views of all polygamy kiai who become the resource persons still have a gender biased construction with religion as the main justification for such views. This indicates that the socialization related to gender equality discourse is still not optimal or at least has obstacles precisely in an environment that has wider religious knowledge.
Waris Kesetaraan Gender: Komparasi Perspektif Wahbah Az-Zuhaily dan Muhammad Syahrur Yudha, Alda Kartika
MUWAZAH Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (939.588 KB) | DOI: 10.28918/muwazah.v11i1.1892

Abstract

Permasalahan dalam ilmu waris bukanlah permasalahan yang ringan. Kewarisan Islam selalu bersinggungan dengan banyak hal yang harus diperhatikan. Oleh karenanya, studi yang hanya terfokus pada hukum waris Islam tanpa memperhatikan aspek-aspek yang lainnya menjadi satu-kesatuan justru akan menimbulkan masalah yang lebih banyak. Asumsi dasar yang digunakan oleh beberapa golongan kadang juga bersifat ekstrem. Dalam konteks pewarisan, pandangan Zuhaily dan Syahrur tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan menarik untuk diungkap. Semangat keduanya sama-sama memperjuangkan keadilan dan kesetaraan waris antara laki-laki dan perempuan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dua pemikir muslim ternama kaitannya dengan hukum kewarisan dalam Islam. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelusuran data pustaka. Analisis yang digunakan adalah analisis isi disandingkan dengan analisis sosial budaya untuk menyuguhkan alasan perbedaan pendapat kedua tokoh. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun terdapat banyak persamaan di antara Syahrur dan Zuhaily, namun terdapat banyak perbedaan di antara keduanya. Perbedaan yang paling tampak terlihat pada cara keduanya menafsirkan kesetaraan dan keadilan waris antara laki-laki dan perempuan. Jika Zuhaily lebih banyak menggunakan nash, Syahrur lebih mengaitkan nash tersebut dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Jika dilihat dari aspek istinbatul ahkam, pendapat Zuhaily lebih kuat. Akan tetapi, jika melihat praktik kehidupan masyarakat, penafsiran Syahrur tentang kesetaraan waris terlihat lebih relevan.  
Islam Progresif dan Kesetaraan Gender Menurut Pemikiran Abdullah Saeed Khulaisie, Rusdiana Navlia
MUWAZAH Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.377 KB) | DOI: 10.28918/muwazah.v11i1.1886

Abstract

Makalah ini mendeskripsikan tentang Islam Progresif, bahwa Islam Progresif adalah Islam yang menawarkan sebuah kontekstualisasi penafsiran Islam yang terbuka, ramah, segar, dan responsif terhadap setiap  persoalan kemanusian. Menurut Omid Safi, Islam Progresif merupakan kelanjutan dan kepanjangan dari gerakan Islam Liberal yang muncul sejak kurang lebih seratus lima puluh tahun yang lalu. Disisi lain,  tren ini juga muncul sebagai bentuk ungkapan ketidakpuasan mereka terhadap gerakan Islam Liberal yang lebih menekankan pada kritik internal terhadap pandangan dan perilaku umat Islam yang tidak atau kurang sesuai dengan nilai humanis. Sementara aspek modernitas, kolonialisme, dan imperialisme tidak mendapat perhatian yang cukup dari gerakan Islam Liberal. Abdullah Saeed dalam kesempatan ini menawarkan konsep pemahaman Islam yang dapat menjawab kebutuhan Masyarakat Muslim Kontemporer sehingga dapat diaplikasikan sebagai ajaran yang ??lih li kulli zam?n wa mak?n. 
Locus of Control Remaja dalam Perspektif Gender di Lembaga Pendidikan Islam Sugeng, Sugeng
MUWAZAH Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.123 KB) | DOI: 10.28918/muwazah.v11i1.1888

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang: 1) locus of control secara umum 2) Perbedaan locus of control antara remaja laki-laki dan perempuan pada remaja MTs Al-Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan; dan 3) Analisis locus of control remaja dalam perspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan locus of control adalah salah satu variabel kepribadian individu mengenai keyakinan akan kontrol diri terhadap peristiwa yang dialami dalam kehidupan yang ditentukan oleh diri sendiri (internal locus of control) atau dikontrol oleh lingkungan eksternal (external locus of control). Data lapangan pada remaja MTs al-Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan diperoleh hasil bahwa Locus of Control Internal mereka lebih tinggi dibandingkan Locus of Control eksternal. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, bahwa tidak ada perbedaan skor yang bermakna antara  locus of control antara siswa laki-laki dan perempuan di MTs Al-Hikmah Proto Pekalongan. Oleh karenanya kesejajaran antara laki-laki dan perempuan sudah selayaknya dipertimbangkan dalam segala hal tugas dan tanggung jawab, baik dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari dan masyarakat.
Dari Sakral Ke Profan: Pergeseran Budaya Perceraian di Kabupaten Cilacap Khotimah, Khusnul; Ahmad, Maghfur
MUWAZAH Vol 11 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.305 KB) | DOI: 10.28918/muwazah.v11i1.1893

Abstract

Penelitian ini membahas tentang adakah perubahan makna dan hakikat perkawinan, bagimana dampak perubahan sosial budaya masyarakat Cilacap sehingga perceraian terus meningkat, faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya perceraian. Konsep yang digunakan dengan menggunakan teori-teori konstruksi sosial merupakan kelanjutan dari teori fenomenologi Emile Durkheim. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif interdisipliner di 8 kecamatan Kabupaten Cilacap. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi studi etnografi dan wawancana kepada 36 informan. Temuannya, perubahan sosial budaya mengakibatkan makna perkawinan mengalami perubahan yang mulanya dipahami memiliki makna sakral dan suci untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, berubah sebagai akad biasa yang sudah hilang kesakralannya. Akibatnya  perceraian merupakan tindakan yang lumrah dan alamiah tanpa mempertimbangkan akibat dan dampak yang ditimbulkan. Faktor yang mempengaruhi adalah kondisi ekonomi keluarga, perilaku hedonis, alat komunikasi, tayangan televisi, usia perkawinan, pergaulan, perselingkuhan, kawin paksa, pengetahuan agama yang kurang dan pendidikan yang rendah. Sebab perceraian secara umum adalah faktor ekonomi yaitu ketidakmampuan suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Page 1 of 1 | Total Record : 7