cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 40 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022" : 40 Documents clear
Ratapan dan Cinta Tuhan berdasarkan Mistisisme Mechthild dari Magdeburg dan Matius 26:36-44 Evaena Febrieni Sumbayak; Shella Gracia Vennya; Tasingkem Tasingkem
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.97

Abstract

Penderitaan merupakan realitas sehari-hari manusia. Setidaknya terdapat dua sikap yang akan dipilih: Seseorang, secara naluriah, akan berusaha mencari cara agar tetap bisa bertahan. Sebaliknya, seseorang juga dimungkinkan untuk “melarikan diri” sebagai bentuk perlawanan atau penyangkalan. Penderitaan, tidak jarang, mengusik dan menggelisahkan seseorang. Tuhan seolah tidak dapat ditemui. Dengan demikian, orang yang berlomba-lomba untuk “mengalahkan” penderitaan agar bertemu kembali dengan Tuhan menjadi logis. Melalui tulisan ini, penulis berargumen bahwa ratapan adalah praktik liturgi yang dapat menjadi cara manusia untuk bertahan hidup di tengah penderitaan. Dalam upaya membuktikan argumen ini, penulis mengintegrasikan tiga bidang Teologi, yaitu Pastoral, Mistik, dan Biblika. Pengintegrasian ketiga bidang teologi ini merupakan hal yang relatif baru dalam perkembangan teologi. Bidang yang berbeda tersebut memberikan perspektif baru dalam melihat ratapan di tengah penderitaan. Pengalaman Mechthild dari Magdeburg, mistikus perempuan yang tidak banyak dikenal di abad-abad pertengahan, yang kemudian dianyam dengan pengalaman Yesus di Getsemani memperkaya tawaran teologis doa ratapan sebagai cara Tuhan menunjukkan cinta-Nya kepada manusia.Kata-kata kunci: Penderitaan; ratapan; berdoa; Tuhan; Mechthild dari Magdeburg.
Masker: Pendekatan Konseling Pastoral di Era Pandemi Imanuel Teguh Harisantoso
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.169

Abstract

In the pandemic era, maskers, face shield and handsanitizer are common in society. These health protocols present difficulties in relating to others, but this study looks at the above in a different way. Research with this library approach and descriptive method helps researchers to see the phenomenon of maskers positively and then construct them in a pastoral counseling perspective. This study looked at maskers that originally presented their own hassles in relating to others; become a barrier in building togetherness, communio with others, especially supported by the government's call to keep distance, stay away from crowds and reduce mobility; into a new approach to practical counseling. Maskers provide comfort, tranquility, and hope for a better life for users and others around them. With a maskers, the counselor can ensure himself to be present, related, and build communion with the counsellor and at the same time convince himself that he is called by God to proclaim salvation. Maskers can enlivening one’s mid  from anxiety by a pandemic; ensure acceptance of others, even if they are indicated infectious diseases; joy and volunteering in performing service duties; enable people to ally oneself and cooperate; strengthen the alliance and continue to lead people to reflect on their actions. Maskers bring new hope and new approach in carrying out pastoral counseling functions.
Desain Pemuridan sebagai Model Pembinaan Warga Gereja Berkelanjutan bagi Jemaat Purim Marbun
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.259

Abstract

One of the problem for spiritual formation is finding and determining a sustainable coaching model. The church must be have sustainable spiritual formation models for carried out mature spirituality church members. The program of Church Community Development often does not reach the final goal, namely faith maturity which is marked by changing in character, this is due the absence of consistent, planned and measurable model spiritual formation. Starting from this issue, this research seeks and describe ideas about discipleship as a model sustainable spiritual formation for church growth. Discipleship as a model of sustainable church formation is carried out not only in the form of classical teaching but also individually. The research method in this paper is a qualitative study with a literature analysis approach. The final result of this research shows design nurturing by consistent and continuous discipleship is able to achieve measurable spiritual maturity.Salah satu masalah pembinaan jemaat ialah mencari dan menentukan model pembinaan yang dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mendewasakan kerohanian jemaat. Pembinaan Warga Gereja (PWG) sering tidak mencapai tujuan akhir yakni kedewasaan iman yang ditandai dengan perubahan karakter, hal ini disebabkan belum adanya  model yang konsisten, terencana dan terukur dalam pembinaan warga gereja. Bertitik tolak pada  masalah ini, artikel ini berupaya memberikan paparan dan gagasan tentang pemuridan sebagai model pembinaan iman yang dilakukan secara konsisten dan kontiniu. Pemuridan sebagai model pembinaan warga gereja yang berkelanjutan dilaksanakan bukan hanya dalam bentuk pengajaran klasikal melainkan juga secara individual. Metode penelitian dalam tulisan ini ialah studi kualititatif dengan pendekatan analisis kepustakaan. Hasil akhir dari penelitian ini menemukan disain pembinaan melalui pemuridan yang konsisten dan berkelanjutan untuk  mencapai kedewasaan rohani yang terukur sesuai indikator yang telah ditetapkan.
Perumpamaan Tentang Penabur Sebagai Kunci Memahami Esensi Kerajaan Allah The Theo Christi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.266

Abstract

Ada begitu banyak pandangan yang berbeda tentang Kerajaan Allah di benak semua orang percaya, terutama di antara banyak denominasi, dan beberapa denominasi bahkan bertentangan satu sama lain. Akibatnya, gereja-gereja kurang memiliki dorongan untuk mencari substansi Kerajaan Allah. Dalam Injil sinoptik, peneliti menemukan sepuluh dari empat puluh lima perumpamaan yang berbicara tentang esensi Kerajaan Allah. Dalam kajian ini, menyajikan salah satunya, yaitu “perumpamaan tentang penabur”, yang membahas tentang empat tanggapan hati manusia terhadap firman Kerajaan Allah. Ketika peneliti membaca temuan penelitian sebelumnya dalam pencarian tentang esensi Kerajaan Allah, ternyata para peneliti belum membahas kaitan “benih yang ditabur dengan Kerajaan Allah”. Untuk itu,, peneliti menemukan ruang kosong untuk diteliti yaitu mencari tahu apa arti buah dan kelimpahan dalam perumpamaan tentang penabur ini dalam kaitannya dengan esensi Kerajaan Allah. Dengan menggunakan metode studi literatur, peneliti memaparkan arti Kerajaan Allah dan makna berbuah dalam kelimphaan dengan Kerajaan Allah dengan mengkaji artikel ilmiah dan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa esensi Kerajaan Allah itu dipahami sebagai buah dari kehidupan seseorang  yang telah mengalami transformasi hati setelah ditaburi dengan benih firman Allah. Hasilnya secara kuantitas dapat  berbeda untuk setiap orang Kristen namun secara kualitas layak dihargai sebagai bukti eksistensi Kerajaan Allah dalam hidup seorang pengikut Kristus yang sejati, 
Peranan Roh Kudus dalam Memberi Kekuatan bagi Orang Percaya Berdasarkan Efesus 3:16 Theofilus Sunarto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.162

Abstract

AbstractPaul's prayer in Ephesians 3:16, "I pray that he, according to the riches of his glory, may be strengthened and strengthened with power through his Spirit in the inner man." The Epistle of Ephesians was written by Paul while in prison, Paul wanted to strengthen the believers in Ephesus, especially in his prayer 3: 14-21 so that they would be strengthened and strengthened so that the faith of Christ remains and is rooted in their lives of love. This is what is the discussion in this article, parsing this verse, knowing the role of the Holy Spirit in giving strength to believers. The role of the Holy Spirit is very important to believers, because human beings basically have shortcomings and weaknesses. By their own strength human beings are more often lost and unable to make a decision that comes with good. Man needs a power that exceeds his own power or even the supernatural power of the Holy Spirit. With the Holy Spirit the believer will gain the strength to strengthen his faith, as a foundation in the course of his life in the Lord Jesus Christ.Keywords: Holy Spirit; Believers; Ephesians 3:16AbstrakDoa Paulus dalam Efesus 3:16, “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu”.  Surat Efesus di tulis Paulus waktu di penjara, Paulus ingin menguatkan orang percaya yang di Efesus, khususnya dalam doa-nya 3:14-21 supaya mereka diteguhkan dan dikuatkan sehingga iman Kristus tetap tinggal dan berakar dalam kehidupan kasih mereka. Inilah yang menjadi pembahasan dalam artikel ini, mengupas ayat ini, mengetahui peranan Roh Kudus dalam memberi kekuatan bagi orang percaya.  Peranan Roh Kudus sangat penting bagi orang percaya, karena manusia pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelemahan.  Dengan kekuatannya sendiri manusia lebih sering tersesat dan tidak mampu untuk memutuskan sebuah keputusan yang mendatangan kebaikan.  Manusia membutuhkan kekuatan yang melebihi kekuatan sendiri atau bahkan kekuatan supranatural yaitu Roh Kudus.  Dengan Roh Kudus orang percaya akan memperoleh kekuatan untuk meneguhkan iman-nya, sebagai landasar dalam perjalanan hidupnya di dalam Tuhan Yesus Kristus.Kata-kata kunci: Roh Kudus ; Orang Percaya; Efesus 3:16
Pandangan Etika Kristen terhadap Tindakan Aborsi pada Janin Yang Cacat Yanto Paulus Hermanto; Mishael Setiawan Wirianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.243

Abstract

One of the risks of pregnancy is having a defective fetus. With current technology, fetal defects can be detected as early as possible. To avoid complications and burdens in the future, the mother is allowed to have an abortion that is legally permitted and protected by laws and government regulations in Indonesia. Morally and legally, abortion due to fetal defects is allowed which gives legality of abortion to the mother. We all know that abortion is the murder of an innocent human being. But in cases of fetal defects, medical moral and legal ethics allow it to avoid hardships and burdens for the baby, mother and family. This has reaped the pros and cons for many circles. Ethically, Christians will look at this and seek the truth in the Bible.Salah satu resiko kehamilan adalah memiliki janin yang cacat. Dengan teknologi saat ini, kecacatan pada janin dapat dideteksi sedini mungkin. Untuk menghindari komplikasi dan beban di masa datang maka sang ibu diperbolehkan untuk melakukan aborsi yang secara legal diperbolehkan dan dilindungi oleh Undang-undang dan Peraturan Pemerintah di Indonesia. Secara moral dan hukum maka aborsi akibat cacat janin diperbolehkan yang memberikan legalitas aborsi bagi sang ibu. Kita semua tahu bahwa aborsi adalah pembunuhan terhadap manusia yang tidak berdosa. Tapi dalam kasus cacat janin, etika moral medis dan hukum memperbolehkannya untuk menghindari kesulitan dan beban bagi sang bayi, ibu dan keluarganya. Hal ini menuai pro dan kontra bagi banyak kalangan. Secara etika, orang Kristen akan memandang hal ini dan mencari kebenarannya di dalam Alkitab.
Pancasila Sebagai Providensia Allah bagi Kekristenan di Indonesia Oda Judithia Widianing
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.210

Abstract

Anthropocentric kerap kali menjadi konklusi pemahaman doktrin Providensia. Hal ini membuat seolah-olah Allah hadir untuk melayani manusia dan kepentingannya. Alkitab tidak pernah memaksudkan seperti itu. Theocentric adalah inti dari semua pergerakan sejarah. Maka final-end dari karya providensia adalah pada diri Allah sendiri, demi kemuliaan-Nya dan penggenapan rencana kekal-Nya. Namun Allah yang maha kuasa dan kasih itu bekerja dengan berbagai sarana yang Dia tetapkan untuk memelihara apa yang telah Dia ciptakan, secara khusus bagi umat ketebusan-Nya. Demikian pula halnya dengan kekristenan di Indonesia yang sudah hidup sejak kolonialis VOC. Pancasila adalah sarana yang Allah tetapkan dalam kedaulatan-Nya untuk menjadi sarana providensia-Nya bagi orang percaya di Indonesia.  Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data adalah studi pustaka berpijak pada biblical perspective. Dalam artikel ini penulis akan mengkaji tentang providensia Allah yang berlaku bagi umat Kristen di negara Bhineka Tunggal Ika dengan berpijak pada historikal Pancasila dan implementasi yang seharusnya dikerjakan umat Kristen di Indonesia sebagai respon terhadap providensia Allah ini. Kebaruan dari artikel ini adalah melihat final-end providensia Allah secara kosmis dalam diri Kristus sebagai Kepala dan fakta sejarah Pancasila menjadi Common Platform yang adalah sarana providensia Allah bagi umat Kristen Indonesia
Pemikiran Bapa-bapa Philokalia Tentang Hesychasm: Pembaruan Batin Menuju Kesempurnaan Seperti Kristus Hendi Hendi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.142

Abstract

Artikel ini menganalisis pemikiran-pemikiran para Bapa Philokalia tentang Hesychasm. Kajian literatur utama adalah tulisan mereka dan didukung oleh literatur sekunder. Philokalia yang berarti cinta akan kecantikan atau keindahan adalah kumpulan tulisan para Bapa Gereja dari Tradisi Gereja Ortodoks antara abad ke-4-15 tentang spiritualitas yang berpusat pada pembaruan batin atau hati. Hesychasm adalah tradisi monastik yang sudah ada sejak monasteri berdiri di abad ke-3 oleh Antonius Agung. Namun, sayangnya kekristenan di Indonesia khususnya di gereja-gereja Protestan tidak mengenal tradisi monastik ini. Hesychasm mendatangkan anugerah di dalam hati untuk menerangi nous sehingga kita dapat mencapai apatheia atau purifikasi, keberjagaan batin atau nepsis, penyatuan antara intelek atau nous dan tubuh, kebajikan-kebajikan. Dan itu semua adalah indikasi dari proses pembaruan hati sehingga apa yang dikerjakan oleh para hesychast sebetulnya adalah proses purifikasi atau pengudusan hati mencapai Theosis. Anugerah dari Roh Kudus melalui hesychasm inilah yang menguduskan atau menyucikan diri kita untuk menjadi serupa dengan Kristus.
Pedoman Etika Praktis Pelayanan Jemaat Berdasarkan 1 Petrus 5 : 1 – 4 Aldrin Purnomo; David Martinus Gulo; Gersom Situmorang; Jontro Simanjuntak
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.134

Abstract

Manajemen merupakan aspek penting di dalam melakukan pelayanan jemaat. Sistem manajemen yang baik, bersih dan memiliki batasan-batasan wewenang yang jelas akan berpengaruh terhadap perkembangan jemaat. Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan pola manajemen pelayanan yang buruk dan berakibat kepada hancurnya pelayanan jemaat dan tidak sedikit yang berakhir pada kisah tragis dari sang pelayan. Penyalahgunaan wewenang dan perlakukan moral yang tidak sesuai dengan ajaran yang terdapat di dalam Alkitab justru menjadi penyebab runtuhnya sebuah bangunan pelayanan jemaat. Untuk itu diperlukan sebuah  pedoman etika di dalam pelayanan jemaat sangat diperlukan untuk mengantisipasi segala bentuk kesewenang-wenangan yang terjadi di dalam pelayanan jemaat. Penelitian ini memberikan sebuah pedoman praktis bagi setiap jemaat untuk membuat sebuah dokumen etika yang harus ditaati oleh seluruh pemangku kebijakan dan pelaksana dalam sebuah pelayanan jemaat. Pedoman yang didasarkan kepada eksegesis teks 1 Petrus 5:1-4 dengan melakukan studi silang dengan beberapa dokumen pedoman etika dan kepatuhan yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan berkelas dunia. Dengan melakukan studi literatur dan focus group discussion, terbentuklah sebuah pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan bagi jemaat untuk melakukan manajemen pelayanan jemaat yang bersih, sopan dan berkeadilan.
Ketahanan Spiritual dalam Memaknai Peristiwa Erupsi Sinabung di Masyarakat Kuta Gugung Ivonne Sandra Sumual; Andreas Christanto; Ceria Tarigan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.267

Abstract

The main focus of this research is related to the conditions experienced by the people on the slopes of Mount Sinabung as victims of an eruption that has lasted for 11 years since 2010. The conditions experienced by the community lead to suffering that spreads from various aspects of life, including aspects of spirituality. Departing from this, the researcher wants to explore how the spiritual condition of the Sinabung community in interpreting the suffering for 11 years so that they can survive, how they interpret God's presence in the disaster they are experiencing, and whether they have different perspectives/meanings related to the suffering they experience. They experience. Judging from the conditions of the existing problems, the method used in this research is qualitative through a phenomenological study. Thus, the research will be conducted with a descriptive approach. Direct interviews in the field were conducted to obtain the accuracy of the data in this study.Fokus utama dalam penelitian ini terkait dengan kondisi yang dialami oleh masyarakat lereng gunung Sinabung, sebagai korban dari erupsi yang telah berlangsung selama 11 tahun sejak tahun 2010. Adapun kondisi yang dialami oleh masyarakat mengarah kepada penderitaan yang tersebar dari berbagai aspek hidup, termasuk kepada aspek spiritualitas. Berangkat dari hal ini, maka peneliti hendak menggali bagaimana kondisi spiritualitas masyarakat Sinabung dalam memaknai penderitaan selama 11 tahun sehingga mampu bertahan, bagaimana mereka memaknai kehadiran Tuhan dalam bencana yang tengah mereka alami, dan apakah mereka memiliki konsep sudut pandang/pemaknaan yang berbeda terkait penderitaan yang mereka alami. Melihat dari kondisi permasalahan yang ada, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui studi fenomenologis. Dengan demikian, penelitian akan dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Wawancara langsung di lapangan, dilakukan untuk memperoleh akurasi data dalam penelitian ini.

Page 2 of 4 | Total Record : 40