cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
heme@unbrah.ac.id
Editorial Address
Gedung Dekanat Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Jalan Raya By Pass Km 15 Aie Pacah Padang – Sumatera Barat
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Health and Medical Journal
ISSN : 26852772     EISSN : 2685404X     DOI : https://doi.org/10.33854/heme
Core Subject : Health, Science,
Health & Medical Journal with registered number pISSN: 2685-2772 and eISSN: 2685-404X is a peer-review journal published by Medical Faculty of Universitas Baiturrahmah. The frequency of publishing is two issues in a year. The topics covered include the fields of Allergy and Immunology, Anesthesiology, Cancer and stem cells, Cardiovascular, Cell and Molecular Biology, Children's Health, Dermato-venereology, Geriatrics, Histopathology, Internal Medicine, Neuro-psychiatric treatment, Ophthalmology, Otorhinolaryngology, Physical medicine and rehabilitation, Physio-pharmacology, Pulmonology, Radiology, Surgery includes orthopedics and urology, Obstetrics and Gynecology, Science of nutrition, Clinical Pathology, Anatomy Pathology, Parasitology, Microbiology, Public Health and Medical Education. Submissions are welcome from other clinically relevant areas. However, the Journal emphasizes publishing high-quality and novel research.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024" : 10 Documents clear
Osteomielitis Kronis Pada Fraktur Kalkaneus Tertutup: Laporan Kasus I Dewa Komang Surya Mahayana; Cok Khrisna D.Pemayun; Fira Soraya
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1482

Abstract

Osteomielitis merupakan inflamasi tulang akut maupun kronis pada pasien dengan fraktur terbuka dan (walaupun jarang) fraktur tertutup. Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia dengan angka kejadian lebih tinggi pada anak dan lebih sering terjadi pada laki-laki. Hingga saat ini belum ada angka pasti tentang insidensi osteomielitis di Indonesia. Osteomielitis dapat menyebar secara hematogen dan inokulasi langsung atau penyebaran langsung infeksi ke tulang. Tatalaksana osteomielitis memiliki tantangan tersendiri karena perlu mempertimbangkan patogen penyebab infeksi yang pada beberapa kasus disebabkan oleh patogen yang tidak umum menyebabkan osteomielitis. Penderita diabetes seringkali akan mengalami diabetic foot infection (DFI), terutama pada kadar gula yang tidak terkontrol. Diabetic foot osteomyelitis (DFO) merupakan konsekuensi paling umum penyebaran infeksi jaringan lunak ke tulang pada DFI. Keterlibatan tulang harus dicurigai pada seluruh pasien diabetes dengan ulkus terutama pada ulkus kronik dan rekuren serta temuan klinis yang mendukung adanya infeksi. Kami melaporkan pasien laki-laki dengan riwayat diabetes mellitus berusia 38 tahun dengan osteomielitis kronis yang terjadi pada fraktur tertutup pada tulang calcaneus. Pasien memiliki riwayat trauma. Hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas antiobiotik didapatkan patogen infeksi Acinetobacter baumannii yang sensitif terhadap Amikacin. Debridement, sequestrectomy dan pemberian bone cement serta pemberian antibiotik empirik Amikacin dilakukan pada pasien ini. Hasil evaluasi post pembedahan pasien baik. Penegakkan diagnosis yang cepat dan akurat dengan mempertimbangkan temuan klinis, riwayat penyakit atau komorbid dan temuan laboratoris, serta tatalaksana yang tepat seperti debridement dan intervensi pembedahan dapat memberikan hasil dan prognosis yang baik pada osteomielitis kronis.
Hubungan Ekspresi Calretinin dan Choline Transporter dengan Keberadaan Sel Ganglion dan Serabut Saraf dalam Diagnosis Penyakit Hirschsprung di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2021-2022 Dini Kusumardani; Noza Hilbertina; Tofrizal Tofrizal; Aswiyanti Asri; Budi Pratama Arnofyan; Husna Yetti
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1484

Abstract

Latar Belakang: Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan bawaan yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion di lapisan submukosa atau muskularis propria dari kolon distal dan rektum. Prevalensi kejadiannya 1:5000 kelahiran hidup di populasi umum. Diagnosis pasti penyakit Hirschsprung adalah dengan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan adanya sel ganglion dan serabut saraf, tetapi pada sampel jaringan dengan lapisan submukosa yang tidak adekuat dapat sulit untuk menentukan sel ganglion dan serabut saraf. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan pemeriksaan imunohistokimia Calretinin dan Choline Transporter. Calretinin, merupakan protein pengikat kalsium yang terlibat dalam pensinyalan kalsium. Calretinin tidak diekspresikan pada segmen aganglionik dan bersifat imunopositif pada sel ganglion atau serabut saraf kolon normal. Choline Transporter merupakan penanda alternatif untuk saraf kolinergik yang efektif dalam mengidentifikasi kasus penyakit Hirschsprung dan secara kualitatif mirip dengan Asetilkolinesterase. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Calretinin dengan keberadaan sel ganglion dan Choline Transporter dengan keberadaan serabut saraf dalam menegakkan diagnosis penyakit Hirschsprung. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan sampel sebanyak 70 kasus penyakit Hirschsprung yang telah didiagnosis di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021-2022. Sampel diperoleh secara simple random sampling dari blok paraffin. Dilakukan penilaian ulang pada slaid untuk menilai gambaran histopatologis. Ekspresi Calretinin dan Choline Transporter dilihat dengan pemeriksaan imunohistokimia. Untuk mengetahui korelasi dilakukan analisis statistik bivariat menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil: Dari 70 kasus, didapatkan ekspresi Calretinin negatif pada 28 kasus (80%) dan memiliki hubungan yang bermakna dengan keberadaan sel ganglion (p = 0,003). Didapatakan ekspresi Choline Transporter positif pada 29 kasus(82,86%) dan memiliki hubungan yang bermakna dengan keberadaan serabut saraf (p = 0,000). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi Calretinin dengan keberadaan sel ganglion dan ekspresi Choline Transporter berhubungan dengan serabut saraf.
Perbandingan Efektivitas Infusa Bunga Lawang (Illicium Verum) dan Infusa Daun Kunyit Terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti Instar III Rahma Triyana; Prima Adelin; Ruhsyahadati Ruhsyahadati; Roland Helmizar
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1490

Abstract

Pendahuluan: Nyamuk Aedes sp merupakan vektor penyebab penyakit Demam Berdarah (DBD) yang menginfeksi jutaan orang setiap tahunnya. Salah satu penanganan DBD yaitu membasmi vektor dengan cara pemberian insektisida alami pada larva nyamuk. Bunga Lawang (Illicium verum) dan daun kunyit berpotensi sebagai larvasida alami. Tujuan: Membandingkan efektivitas larvasida infusa bunga lawang dan daun kunyit terhadap mortalitas larva Aedes aegypti. Metode: Penelitian eksperimental menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design, populasi terjangkau penelitian ini adalah larva Aedes aegypti instar III dengan kebutuhan total sampel 560 larva, analisa data menggunakan uji one way anova. Hasil penelitian: Infusa bunga lawang efektif membunuh larva Aedes aegypti instar III pada konsentrasi 2% selama 24 jam dengan kematian sebanyak 8,75%,  konsentrasi 32% sebanyak 100% dalam waktu 24 jam sedangkan kematian larva pada konsentrasi infusa daun kunyit sebesar 30% dalam 24 jam sebanyak 2,5%,   pada konsentrasi 100% selama 24 jam kematian larva hanya mencapai 17,5%. Kesimpulan: Infusa bunga lawang lebih efektif sebagai larvasida dibandingkan infusa daun kunyit.
Tingkat Pengetahuan Radiografer Di Rumah Sakit Kota Padang Tentang Radiasi Dan Proteksi Radiasi Friskha Suhailah Firdaus; Vina Tri Septiana; Budi Yulhasfi Febrianto
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1496

Abstract

Latar Belakang: Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi dan pencitraan di unit pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, petugas radiografer harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai radiasi dan proteksi radiasi dengan baik dan benar. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan radiografer di rumah sakit Kota Padang tentang radiasi dan proteksi radiasi. Metode: Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Rahmah, RS Universitas Andalas, dan RSU Aisyiyah dengan menggunakan kuesioner dan mengelompokkan tingkat pengetahuan radiografer tersebut dengan jumlah sampel 29 orang. Hasil: Tingkat pengetahuan radiografer tentang radiasi dan proteksi radiasi adalah cukup (72,4%). Serta, mayoritas responden berjenis kelamin wanita (37,9%) dengan rentang umur 26-35 tahun (58,6%) dan pendidikan terakhirnya diploma 3 (65,5%) dengan masa bekerjanya kurang dari 5 tahun (41,4%) memiliki pengetahuan yang cukup mengenai radiasi dan proteksi radiasi. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan radiografer di rumah sakit Kota Padang tentang radiasi dan proteksi radiasi adalah cukup dengan mayoritas respondennya berjenis kelamin wanita, usia 26-35 tahun, lulusan diploma 3, serta telah bekerjanya selama kurang dari 5 tahun.
Skrining Kardiovaskular pada Pasien dengan Sindroma Marfan: Suatu Laporan Kasus dan Tinjauan Singkat Sidhi Laksono Purwowiyoto; Rismarini Asanti
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1485

Abstract

Sindroma Marfan (SM) merupakan penyakit jaringan ikat herediter yang diturunkan secara autosomal dominant yang melibatkan multiorgan, salah satunya adalah sistem kardiovaskular. Tidak ada terapi kuratif, namun diagnosis dini, skrining dan pemantauan berkala, serta perubahan gaya hidup dapat memperbaiki prognosis pada penderita SM. Penegakan diagnosis SM dapat dikonfirmasi dengan revised Ghent criteria. Sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas yang utama pada pasien dengan SM, perlu dilakukan penapisan dan follow-up rutin untuk mendeteksi terjadinya komplikasi pada sistem kardiovaskular utamanya pada aorta dan katup mitral. Dipaparkan kasus laki- laki, usia 25 tahun, rujukan dari sejawat ortopedi dengan kecurigaan SM. Keluhan utama pasien hanya nyeri pada tulang ekor. Riwayat keluhan nyeri dada, sesak, dan berdebar disangkal oleh pasien. Hasil EKG menunjukkan adanya right atrial enlargement dan LVH. Pada pasien dikerjakan pemeriksaan transtorakal ekokardiografi sebagai bagian dari skrining kardiovaskular. Tidak dijumpai adanya dilatasi root aorta, katup- katup masih dalam batas normal, serta fungsi sistolik ventrikel kanan dan kiri baik. Follow up minimal 1 tahun sekali perlu dikerjakan untuk pemantauan serta pencegahan komplikasi kardiovaskular di masa mendatang.
Profile And Risk Factors of Stevens Johnson Syndrome–Toxic Epidermal Necrolysis on Adult Patients in Dr. Moewardi General Hospital Surakarta from January 2019 – December 2022 Osdatilla Esa Putri; Triasari Oktavriana; Stella Gracia Octarica; Benedikta Lauda Anandita; Sesia Pradestine; Trya Oktaviani
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1517

Abstract

Background: Steven Johnson syndrome (SJS) and toxic epidermal necrolysis (TEN) are acute and life-threatening skin diseases, commonly induced by medications. Study on SJS/TEN in Indonesia was still limited, hence knowledge about the profile and risk factors of SJS/TEN patients is still required to provide appropriate management and reduce patient mortality rate. This study aimed to determine the profile and risk factors of adult SJS/TEN patients in the inpatient installation of RSDM Surakarta. Methods: We conducted a cross sectional study using secondary data from medical records of SJS/TEN patients at the inpatient installation of Dr. Moewardi hospital, Surakarta from 2019 – 2022. Correlation tests on characteristics, comorbidity with length of stay (LoS) and discharge status were analyzed. Results: Of the total 147,531 inpatients, 35 (0.02%) of them were diagnosed with SJS/TEN, dominated by females (57.14%) with the mean  of 45.74 years old.  Most subjects were diagnosed with SJS (48.57%), followed by SJS/TEN (40.0%) and TEN (11.43%). The mean LoS was  ± 8 days. Most subjects were discharged alive (85.71%). Paracetamol was the most common causative drug (25.71%), followed by cefadroxil (11.43%). Acute kidney injury (AKI) was the most common comorbidity (14.29%, p = 0.040). Spearman Rank test obtained no correlation between comorbidities and LoS (r = 0.028 ; p = 0.842) as well as discharge status (r = 0.063 ; p = 0.651). Conclusion: SJS/TEN is rare case with high mortality rate. Patients’ comorbidities have a very weak correlation with LoS and discharge status. Initial knowledge of the patient’s profile and risk factors including comorbidity and causative drugs can optimise comprehensive therapy for SJS/TEN patients.
Evasion of the Immune System by Mycobacterium tuberculosis: A Special Review on Macrophages Kurnia Maidarmi Handayani; Febriana Catur Iswanti
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1452

Abstract

Mycobacterium tuberculosis, the bacterium that caused tuberculosis, is estimated to affect 10 million people worldwide in 2019. This bacterium is an intracellular pathogen that is spread through the inhalation of bacterial aerosol particles. The innate immune system in the lungs is prepared to phagocytize these bacteria, particularly macrophages, dendritic cells, monocytes, and neutrophils. M. tuberculosis can evade attacks by the host immune system and has developed strategies to infect successfully, especially macrophages. This intracellular bacterium can inhibit phagolysosome fusion, which is associated with lipoarabinomannan (LAM) in the bacterial cell wall. M. tuberculosis also can persist in phagolysosomes by inhibiting acidification and also inhibiting the action of NOX2 from producing ROS. This ability also allows these bacteria to avoid autophagy within macrophages. Knowledge of the power of these bacteria to manipulate and evade the immune system, especially macrophages, is beneficial in developing medicines and vaccines in the future.
Korelasi Kadar Vitamin D Serum dan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris Berdasarkan Skor PASI dan DLQI Adelia Wuri Pramudita; Nur M Rachmat Mulianto; Annisa Marsha Evanti; Zilpa Widyastuti; Aiman Hilmi Asaduddin
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1476

Abstract

Latar Belakang: Derajat keparahan psoriasis vulgaris ditentukan berdasarkan skor Psoriasis Area and Severity Index (PASI) dan Dermatology Life Quality Index (DLQI). Perjalanan psoriasis dapat dipengaruhi oleh abnormalitas sistem imun, kerentanan genetik, lingkungan dan gaya hidup. Vitamin D juga diduga berperan pada perjalanan berbagai penyakit autoimun termasuk psoriasis. Tujuan: Untuk mengetahui korelasi antara kadar vitamin D serum dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris berdasarkan skor  PASI dan DLQI. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental terhadap 10 subjek dan dilakukan pengukuran kadar vitamin D serum dengan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Data klinis dan derajat keparahan psoriasis vulgaris dilakukan dengan skoring PASI dan DLQI. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Pengolahan data menggunakan uji statistik Spearman untuk menilai korelasi antara kadar vitamin D serum dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris berdasarkan skor PASI dan DLQI. Hasil: Analisis data menunjukkan tidak ada korelasi antara kadar vitamin D serum dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris berdasarkan PASI (nilai p=0,751 dan koefisien korelasi r=-0,116) dan berdasarkan skor DLQI (nilai p=0,751 dan koefisien korelasi r=-0,116). Kesimpulan: Kadar vitamin D serum tidak berkorelasi dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris.
Diagnostic Value of Saliva RT-PCR Test within Suspected SARS-CoV-2 Cases in Indonesia Andika Chandra Putra; Jamal Zaini; Asep Muhammad Ridwanuloh; Herjuno Ari Nugroho; Ryan Haryo Setyawan; Idris Idris; Ruby Setiawan; Pangda Sopha Sushadi; Ari Sulistyo Wulandari; Anky Zannati; Indriawati Indriawati; Eva Erdayani; Wahyuni Wahyuni; Dian Fitria Agustiyanti; Popi Hadi Wisnuwardhani; Zahrah Saniyyah; Wira Norman Azika; Budi Haryanto; Ahmad Rusdan Handoyo Utomo; Ratih Asmana Ningrum
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1494

Abstract

Introduction: The ongoing SARS-CoV-2 pandemic has profoundly emphasized the pressing need for accurate and reliable diagnostic procedures. Given the potential health risks associated with nasopharyngeal swabs, there has been growing interest in seeking alternative diagnostic mediums. In this context, our study delved into evaluating saliva as a potential diagnostic tool, simultaneously assessing its efficiency in relation to patient demographics and their exhibited clinical symptoms. Methods: Spanning from May to December 2020, we conducted a comprehensive cross-sectional analysis. We meticulously examined medical records to gather insights on patient characteristics, existing health conditions, onset of symptoms, clinical manifestations, and compared the results obtained from both salivary and nasopharyngeal RT-PCR tests for SARS-CoV-2. Results: Among the individuals suspected of SARS-CoV-2 infection, the mean age stood at 52.4 years, with males representing 60.3% of this group. Interestingly, a significant 76.9% reported underlying health conditions, predominantly hypertension and diabetes. The most commonly reported symptoms encompassed respiratory challenges, notably coughing and shortness of breath, succeeded by symptoms like nausea, fever, and a general sense of fatigue. The performance of saliva tests, in terms of accuracy, appeared to be significantly influenced by the timing of symptom emergence. Conclusion: The RT-PCR tests utilizing saliva samples demonstrated considerable promise, especially during the early stages of symptom manifestation, providing a reliable alternative to traditional nasopharyngeal swabs. The findings suggest a superior diagnostic sensitivity when utilizing saliva during the initial phases of a SARS-CoV-2 infection.
Hubungan Nilai Gleason Score dan Grade Groups dengan Ekspresi Fibroblast Activation Protein di Stroma Tumor pada Adenokarsinoma Prostat Sonny Hardian; Yenita Yenita; Henny Mulyani; Aswiyanti Asri; Etriyel MYH; Husna Yetti
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1483

Abstract

Latar Belakang: Gleason score dan grade groups (GrGp) digunakan sebagai nilai prognostik adenokarsinoma prostat. Namun, lingkungan mikro tumor yang didominasi oleh cancer – associated fibroblast (CAF) juga memiliki peranan dalam progresivitas perkembangan kanker dan kejadian metastasis. Terdapat heterogenitas CAF berdasarkan sel asalnya, dan 90% dari CAF bisa dideteksi menggunakan biomarka fibroblast activation protein (FAP). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai Gleason score dan GrGp dengan ekspresi FAP sebagai biomarka CAF di stroma tumor pada adenokarsinoma prostat. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Dilakukan review slide HE dan pulasan IHK dengan antibodi anti-FAP pada 33 sampel blok parafin adenokarsinoma prostat yang berasal dari prostatektomi atau TURP. Hasil pulasan IHK dinilai menggunakan imunnoreactive score (IRS) dengan hasil positif dan negatif. Gleason score dan GrGp dikelompokkan menjadi low grade dan high grade. Analisis data dilakukan dengan Chi-square test dan nilai p <0,05 dianggap bermakna secara stastistik. Hasil: Ekspresi FAP positif ditemukan pada 18 kasus (54,5%) dari 33 sampel yang diperiksa, dengan rincian 50% kasus dikelompok low grade Gleason score dan 54,8% pada high grade Gleason score (p = 1.000). Pada kelompok low GrGp ditemukan 33,3% dan 59,3% pada high GrGp (p = 0,375). Secara statistik tidak didapatkan hubungan bermakna antara nilai Gleason score dan GrGp dengan ekspresi FAP di stroma tumor adenokarsinoma prostat. Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan ekspresi FAP positif dan negatif pada setiap kelompok Gleason score dan GrGp. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya heterogenitas dari CAF. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai heterogenitas dari CAF yang berperan dalam adenokarsinoma prostat untuk menggali potensi faktor prognostik dan strategi terapi di masa depan.

Page 1 of 1 | Total Record : 10