cover
Contact Name
Firza
Contact Email
firza1814@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
diakronika@ppj.unp.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Diakronika
ISSN : 14111764     EISSN : 26209446     DOI : https://doi.org/10.24036/diakronika/
Diakronika accepts and contains articles that focus on the results of scientific studies and the results of research on history and education (learning) history. The results of the study contribute to the understanding, development of scientific theories and concepts, and their application in education and history in Indonesia and the world. Diakronika scales include studies of Indonesian history and world history, and educational studies in the form of subject matter, strategies, media, learning models, as well as historical learning evaluations.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA" : 6 Documents clear
Tanah, Otoritas Politik, dan Stabilitas Ekonomi Kerajaan Mataram Islam (1613-1645 M) Zaid Munawar
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.084 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/163

Abstract

This article examines issues of land, political authority, and economic stability of the Islamic Mataram Kingdom during the reign of Sultan Agung (1613-1645 AD). This study uses the historical method by carrying out steps such as topic selection, heuristics, verification, interpretation and historiography. This research shows that Sultan Agung as a king has full authority over land management in the entire territory of the Islamic Mataram Kingdom. So that the land can be managed properly, the Sultan Agung divides the land based on concentric circles of the territory, both in the territory of the Negara Agung, Mancanegara, and Pasisiran in order to build a community under the auspices of his government. There are three types of land that are known in this division, namely narawita land (land in the core area of ​​the kingdom which is used as agricultural land and plantations to produce rice, flowers, grass, oil, etc. for palace purposes), lungguh/apanage land (land in the territory of the Negara Agung, Mancanegara, and Pasisiran distributed to the nobles and royal officials as land salaries for their role in the continuity of the administration, and perdikan land (village land in which there are royal sacred buildings, such as places of worship, tombs, and the like, which are exempt from taxation as given to religious leaders (ulama and penghulu). These lands are mainly managed for agriculture as the most important economic source for the kingdom. The maximization of land management is able to have a positive impact on economic stability and governance in the Islamic Mataram Kingdom. Keywords: Land, Political Authority, Economic Stability, Islamic Mataram Kingdom Artikel ini bertujuan mengkaji tentang persoalan tanah, otoritas politik, dan stabilitas ekonomi Kerajaan Mataram Islam pada masa kekuasaaan Sultan Agung (1613-1645 M). Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melakukan langkah-langkah seperti pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sultan Agung sebagai seorang raja memiliki otoritas penuh terhadap pengelolaan tanah di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam. Agar tanah tersebut dapat dikelola dengan baik, maka Sultan Agung membagi tanah berdasarkan lingkaran konsentris wilayah kekuasaan, baik di wilayah Negara Agung, Mancanegara maupun Pasisiran demi membangun masyarakat yang berada dalam naungan pemerintahannya. Ada tiga jenis tanah yang dikenal dalam pembagian tersebut, yaitu tanah narawita (tanah di wilayah inti kerajaan yang digunakan sebagai tanah pertanian dan perkebunan agar menghasilkan padi, bunga, rumput, minyak, dan lain-lain untuk keperluan istana), tanah lungguh/apanage (tanah di wilayah Negara Agung, Mancanegara dan Pasisiran yang didistribusikan kepada para bangsawan dan pejabat tinggi kerajaan sebagai tanah gaji atas perannya terhadap kelangsungan jalannya pemerintahan), dan tanah perdikan (tanah desa yang di dalamnya terdapat bangunan suci kerajaan, seperti tempat ibadah, makam, dan semacamnya, yang dibebaskan dari pungutan pajak sebagaimana diberikan kepada para tokoh agama (ulama dan penghulu). Tanah-tanah tersebut dikelola terutama untuk pertanian sebagai sumber ekonomi terpenting bagi kerajaan. Maksimalisasi pengelolaan tanah tersebut mampu memberikan dampak positif bagi stabilitas ekonomi dan pemerintahan di Kerajaan Mataram Islam. Kata Kunci: Tanah, Otoritas Politik, Stabilitas Ekonomi, Kerajaan Mataram Islam
Analisis Pendekatan Saintifik sebagai Indikator Berpikir Ilmiah dalam Pembelajaran Sejarah Ofianto Ofianto; Tri Zahra Ningsih
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.117 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/169

Abstract

Abstract. This study aims to analyze the extent to which the concept of a scientific approach that is generally accepted for all subjects in the curriculum in Indonesia is be able to become a basis for scientific thinking in history learning. This research is descriptive quantitative research with a survey method that aims to obtain information about the scientific thinking abilities of students in schools. The research subjects consisted of 60 high school students in Indonesia. The data was collected through a written test in the form of a description. Data analysis techniques using Partial Credit Model (PCM) with the help of the Quest program. The findings of the study showed that students who were able to answer questions in category 3 were less than 50%. These data indicate that the scientific approach that applies in general to all subjects in the curriculum in Indonesia has not been able to become the basis for students' scientific thinking skills in history learning. Based on this, the authors recommend four skills in historical learning, namely historical literacy, historical thinking, historical consciousness, and historical reasoning to be the basis for scientific thinking in historical learning. Keywords: Scientific Approach, Scientific Thinking, Historical Literacy, Historical Thinking, Historical Consciousness, and Historical Reasoning Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana konsep pendekatan ilmiah yang berlaku umum untuk semua mata pelajaran dalam kurikulum di Indonesia mampu menjadi landasan berpikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey yang bertujuan untuk memperoleh informasi gambaran tentang kemapuan berpikir ilmiah siswa di sekolah. Subjek penelitian terdiri dari 60 siswa Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis dalam bentuk uraian. Teknik analisis data menggunakan Partial Credit Model (PCM) dengan bantuan program Quest. Temuan penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang mampu menjawab soal pada kategori 3 kurang dari 50%. Data tersebut mengindikasikan bahwa pendekatan ilmiah yang berlaku secara umum untuk semua mata pelajaran dalam kurikulum di Indonesia belum mampu menjadi landasan keterampilan berpikir ilmiah siswa dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hal tersebut, penulis merekomendasikan empat keterampilan dalam pembelajaran sejarah yaitu historical literacy, historical thinking, historical consciousness, dan historical reasoning untuk menjadi landasan berpikir ilmiah dalam pembalajaran sejarah. Kata Kunci: Pendekatan Ilmiah, Berpikir Ilmiah, Historical Literacy, Historical Thinking, Historical Consciousness, dan Historical Reasoning.
Perkembangan Pembuatan Tenun Melayu Siak : Suatu Tinjauan Historis Bunari Bunari; Asyrul Fikri; Piki Setri Pernantah; Yanuar Al-Fiqri
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.693 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/170

Abstract

The siak weaving is a cultural heritage of Riau Malay. The motifs on the Siak Tenun have certain philosophical meanings. In addition, in the manufacturing process, there has been a development both from the materials and tools used. The study in this paper aims to describe the development of Siak weaving techniques based on the categories of materials and tools used from time to time. The method used in this study is the historical method with heuristic, verification, interpretation, and historiography stages. The result of the study is that the making of Siak Weaving has developed in terms of the materials and tools used. In terms of materials, at the beginning of its development using materials from silk, gold, and silver threads. However, since 1950 the weavers began to use cotton threads along with the high prices of silk, gold, and silver threads. Furthermore, in terms of tools, in 1764 the first weaving tool used was the tumpu loom. The tools used for the manufacture of Siaik weaving are increasingly developing, since 1990 it has been replaced by non-machine weaving tools (ATBM). The development of the Siak Tenun making tool to increase production output and shorten processing time. From the results of the study, it can be concluded that changes in the weaving production equipment affect the impact, including the number of workers, budget efficiency, quality, and quantity of production.
Analisis Cerpen untuk Pembelajaran Sejarah Amerika Novita Dewi; Sumini Theresia
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.123 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/178

Abstract

Penelitian ini mengkaji tiga cerita pendek Amerika yang berlatar tiga zaman sejarah yang berbeda: “The Minister’s Black Veil” oleh Nathaniel Hawthorne (Kaum Puritan di New England), “Désirée’s Baby” oleh Kate Chopin (Perbudakan di Louisiana sebelum Perang Saudara), dan Ken Liu’s “The Paper Menagerie” (Pernikahan antar ras di Amerika tahun 1970-an). Dengan menggunakan metode close reading, penelitian kualitatif ini menganalisis ketiga cerpen yang menjadi data primer dan mengkontekstualisasikannya dengan sejarah Amerika, biografi pendek masing-masing pengarang, dan teks-teks yang relevan yang diperlakukan sebagai data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, ketiga cerpen menggambarkan intoleransi, krisis identitas, dan rasisme dalam berbagai tingkatan. Kedua, supremasi agama dan warna kulit mendominasi sepanjang sejarah Amerika seperti yang diungkapkan secara imajinatif oleh setiap cerita. Ketiga, meskipun diperlakukan tidak adil, tokoh perempuan bertahan hidup. Sikap mereka memberikan pandangan baru tentang peran perempuan yang sering diabaikan oleh sejarah resmi. Sebagai simpulan, cerita pendek dapat diberikan sebagai materi pengayaan yang bermakna dalam pembelajaran sejarah untuk menggugah cara berpikir kritis, empati, serta kegembiraan dalam belajar.
Inovasi Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Nilai-Nilai Sejarah Perjuangan Pangeran Sambernyowo di Era Masyarakat 5. 0 Muhammad Iqbal Birsyada; Siswanta Siswanta
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.106 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/179

Abstract

Pendidikan secara esensial dan kultural pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang menjadi identitas karakter masyarakat dan bangsa. Nilai-nilai esensial tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai cara seperti penguatan nilai-nilai karakter kebangsaan (nation caracter building). Dengan melalui materi-materi di dalamnya maka masyarakat dapat diarahkan untuk memecahkan persoalan-persoalan (social problem) yang sedang mereka hadapi dalam rangka tujuan utamanya adalah penanaman karakter kebangsaan. Pada konteks pendidikan, nilai-nilai karakter kebangsaan ini pada akhirnya akan menjadi dasar dalam bersosialisasi dan berinteraksi masyarakat. Artikel ini bertujuan menganalisis tentang nilai-niai sejarah perjuangan Pangeran Sambernyowo yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuah prototipe model pendidikan karakter bangsa pada masyarakat era 5. 0. Di era digital dan virtual pada saat ini model pengembangan pendidikan karakter bangsa menjadi sangat vital khususnya untuk proses pewarisan nilai-nilai karakter budaya bagi generasi millennial yang rentan akan krisis sosial-kebangsaan. Selain itu artikel ini juga memberikan langkah-langkah strategis dan inovatif perihal proses penanaman nilai-nilai karakter kebangsaan dari kognitif hingga afektif ke pada peserta didik. Katakunci: Pendidikan, Karakter Bangsa, Nilai-Nilai Sejarah, Perjuangan, Pangeran Sambernyowo, Masyarakat 5. 0.
Meramu Materi Pembelajaran Sejarah Berlandaskan Analisis Historical Thinking Hera Hastuti; Iqrima Basri; Zafri Zafri
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.831 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/181

Abstract

Pembelajaran sejarah sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dewasa ini seolah kehilangan fungsi dan maknanya. Betapa tidak, guru lebih berfokus pada penyampaian materi sesuai dengan Kompetensi Dasar yang telah ditargetkan, tanpa menimbang apakah siswa paham atau tidak dengan materi tersebut. Jika sejarah hanya dijadikan sebagai salah satu rutinitas dalam kelas, tentunya hakikat belajar sejarah itu sendiri akan pudar. Historical Thinking, merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam menggali makna dari peristiwa sejarah. Kemampuan Historical Thinking meliputi, berpikir kronologis, analisis kausalitas setiap peristiwa sejarah, interpretasi sejarah, berpikir tiga dimensi waktu, dan kemampuan dalam menggali dimensi moral dari setiap peristiwa. Pada dasarnya Historical Thinking bukanlah hal yang baru dalam pembelajaran sejarah, akan tetapi banyak pendidik yang belum memahami bagaimana meramu materi pembelajaran sejarah berlandaskan analisis Historical Thinking. Metode yang digunakan dalam riset ini yaitu metode kepustakaan. Dari hasil kajian penulis, Historical Thinking dapat membantu pendidik dan peserta didik dalam belajar sejarah yang tidak lagi terfokus pada masa lalu untuk masa lalu, tetapi setiap peristiwa masa lalu menjadi pembelajaran kehidupan untuk hari ini dan untuk masa depan. Artikel ini hadir membahas secara rinci bagaimana meramu materi pembelajaran sejarah berbasis Historical Thinking.

Page 1 of 1 | Total Record : 6