cover
Contact Name
Surya Farid Sathotho
Contact Email
suryafarid@isi.ac.id
Phone
+62818462800
Journal Mail Official
tonil@isi.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Tonil, Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema
ISSN : 14116464     EISSN : 26858274     DOI : DOI: https://doi.org/10.24821/tnl.v19i2
Core Subject : Humanities, Art,
Tonil: Journal of Literature, Theatre, and Cinema Studies, issn: 1411-6464 (print) and issn: 2685-8274 (online), is a scientific journal in the fields of Theatre/Arts creations & studies under the publication banner of Theatre Department, Faculty of Performing Arts in Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta (ISI Yogyakarta). TONIL publication emphasizes its role as a medium for communication, discussion, advocation and literary refinement. TONIL serves as a vessel to accommodate the ideas and criticism from the artists, scientists, practitioners, and also all positions involved in the field of Theatre and Performing Arts
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1: Maret 2023" : 7 Documents clear
Representasi Identitas Jawa Pada Cerita Maya (Film Maya Daya Raya) Melalui Analisis Unsur Sinematik: Mise en Scene Stri Agneyastra Dite
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 20, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v20i1.9336

Abstract

Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang berisikan pesan didalamnya. Sebagai media yang memuat realitas sosial, pesan pada film dikonstruksikan oleh sineas melalui wacana-wacana yang diinterpreasikan dari aspek naratif cerita. Konstruksi wacana tersebut membentuk tanda dan simbol baru yang mengandung isyarat dan dituangkan secara teknis pembuatan film. Isyarat hadir dan memunculkan representasi sebagai sebuah upaya dalam menggambarkan suatu realitas yang mewakili suatu keadaan atau budaya tertentu. Simbol paling sederhana adalah bahasa yang dapat dibangun melalui berbagai macam cara, salah satunya melalui visual. Pada film unsur visual dihadirkan melalui pendekatan unsur sinematik, salah satunya melalui elemen mise en scene yang merupakan segala sesuatu yang terlihat di depan kamera. Penelitian ini menggunakan sampel cerita Maya pada film Maya Daya Raya untuk mengetahui identitas budaya Jawa yang direpresentasikan pada visual dalam sebuah film. Pendekatan analisisnya menggunakan pendekatan mise en scene dengan metode analisis deskriptif, yakni mengumpulkan data melalui sumber data dan kemudian dideskripsikan untuk membuat suatu kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembangunan representasi sutradara terhadap cerita Maya yang dikonstruksikan melalui bentuk-bentuk tanda yang dikonstruksikan sineas yang memuat identitas Jawa sebagai latar belakang cerita. Kajian penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa mise en scene menjadi cara yang paling efektif dan paling kuat dalam menghadirkan tanda, lambang dan isyarat melalui visual. Mise en scene dapat menjadi wahana bagi sineas untuk mengesplorasi segala bentuk tanda, lambang dan isyarat yang memperkuat aspek naratif cerita yang mejadi latar belakang yang memuat identitas cerita. Kata kunci: Film, Komunikasi, Representasi, Mise en Scene
BENTUK PERTUNJUKAN TABBHUEN DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO KABUPATEN SITUBONDO Damar Trisna Asih; Arif Hidajad
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 20, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v20i1.9532

Abstract

Tabbhuen merupakan pertunjukan teater yang berkembang di masyarakat Madura. Hadirnya Tabbhuen berawal dari suatu  musik yang dijadikan sebagai iringan suatu adegan teater. Kata tabbhuen dilatar belakangi dari kata Tabuhan, yang berarti alat musik yang dipukul. Sejalan dengan itu, karena berkembang dimasyarakat Madura sehingga disebut sebagai Tabbhuen. Salah satu lembaga yang megembangkan Tabbhuen adalah Pondok Pesantren Wali Songo Kabupaten Situbondo. Hal inilah yang memunculkan keunikan mengenai bentuk pertunjukan Tabbhuen yang dikembangkan dalam Pondok Pesantren sebagai wujud Dakwah bil Seni. Penelitian ini menggunkan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observsi, wawancara, dokumentasi, catatan lapangan.Hasil Penelitian meunjukkan bahwa Tabbhuen Wali Songo memiliki bentuk pertunjukan yang unik karena mengedepankan unsur islami dan terdapat nilai spiritualitas didalamnya sebagai wujud Dakwah.
REPRESENTATION OF LOVE IN THE GODFATHER Meicky Shoreamanis Panggabean
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 20, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v20i1.7418

Abstract

Research done in Italian prisons showed that the convicted mafia members exhibited significant antisocial traits but their capacity for emotional connection is higher than other imprisoned offenders in Italy. In another research, Schimmenti (2014) concluded that mafioso is more sensitive, family orientated, and less selfish than other murderers. In popular culture particularly in movies, mafioso is portrayed as callous and remorseless. Knowing that they can have emotional relationships, this study analyzes the types of love that are revealed in 'The Godfather', a mob movie that was nominated for 28 Oscars and won 9. The Ancient Greek has four different words for love: Agape, Eros, Philia, and Storge. This concept of love is popularized by CS Lewis and will be used as the basis of analysis. This research focused on the main character, Michael Corleone, and examined which type of love he expressed and to whom it poured out: His own family or his mafia family. The movie portrayed that Michael was only capable of loving his father and his daughter. He could express Storge yet was unable to have affection towards his wife (Eros) thus automatically did not have the capacity to love unconditionally (Agape).  He also had a hard time to have close relationship with anyone and did not love his brothers or sister, either (Philia).
ANALISIS SCRIPT MOMENTUM PADA FILM ANIMASI MULAN Elara Karla Nugraeni; Ghalif Putra Sadewa; Dwi Putri Nugrahaning Widhi
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 20, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v20i1.9622

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur naratif pada babak kedua film animasi Mulan (1998), sebuah film fiksi dengan genre animasi yang menggunakan struktur tiga babak. Fokus penelitian ini terletak pada pengembangan konstruksi cerita di babak dua melalui karakter utama. Pengembangan alur cerita pada film ini ditandai menguatnya beberapa komponen momentum yang krusial pada babak konflik hingga puncak konflik atau klimaks. Penelitian ini akan melihat bagaimana komponen-komponen script momentum diterapkan dalam film animasi Mulan, dengan fokus pada permasalahan utama yang dihadapi oleh protagonis yaitu Mulan. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan teori Linda Seger, yang meliputi Action Points, the Implied Scene, The Obstacle, The Complication, dan The Reversal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami secara lebih mendalam bagaimana struktur naratif dalam film animasi ini dibangun melalui babak dua, serta untuk mengidentifikasi peran dan pengaruh karakter utama dalam menggerakkan alur cerita. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang penggunaan elemen-elemen naratif dalam film animasi dan memberikan kontribusi pada pengembangan studi film dan animasi di masa depan. Kata kunci: Film Mulan 1998, struktur naratif, script momentum
Reformulasi Riset Penciptaan Keaktoran Teater yang Kreatif, Ilmiah, dan Terukur Berdasarkan Teks Drama Purwanto Purwanto
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 20, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v20i1.9407

Abstract

The creation of research-based role art requires proper scientific and theoretical methods. Many actors' creation results have not used logical and measurable methods, theories and processes. The process of creation based on the work of drama requires the analysis of drama as the basis of creation. Subjective considerations need to be objectified. On the other hand, the originality demands of casting work are required by examining and analyzing similarities and differences with previous similar works. The theory used is also complex, ranging from the analysis of structure and texture, actors as part of the theatre, the design of the casting work, the process of creation to the aesthetics of acting. Literature studies and practical experience can provide one solution for preparing the background of creation, the use of theatrical production theory, the position of actors in a theatre to design and methods that strengthen the creation process to become a high-quality acting work. Keywords: creativity, drama, actor, research, theatre Abstrak: Penciptaan seni peran berbasis riset membutuhkan metode ilmiah dan teori yang tepat. Sejumlah hasil penciptaan aktor belum memakai metode, teori, dan proses yang dilakukan secara logis dan terukur. Proses penciptaan berdasarkan karya drama memerlukan analisis drama sebagai dasar penciptaan. Pertimbangan yang  subjektif perlu diobjektifkan. Di sisi lain, tuntutan originalitas suatu karya pemeranan dipersyaratkan dengan mencermati dan menganalisis persamaan maupun perbedaan dengan karya serupa sebelumnya. Teori yang dipakai juga kompleks, mulai dari analisis struktur dan tekstur, aktor sebagai bagian teater, rancangan karya pemeranan, proses penciptaan hingga estetika aktingnya. Kajian pustaka, dan pengalaman empirik dapat memberikan salah satu solusi untuk penyusunan latar belakang penciptaan, penggunaan teori produksi teater, posisi aktor dalam teater hingga rancangan, dan metode yang memperkuat proses penciptaan sehingga menjadi karya akting yang berkualitas tinggi..Kata kunci: kreativitas, drama, aktor, riset, teater
METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN BAHASA MELALUI PENDIDIKAN SENI PADA GURU-GURU PAUD/TK DI WILAYAH I ACEH BESAR Benni - Andika
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 20, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v20i1.9507

Abstract

The purpose of this research is to use a storytelling method to develop early childhood language through art education for PAUD/Kindergarten teachers in Region I, Aceh Besar District. Art education is very important in developing children's knowledge of art in Indonesia and especially in Aceh Besar through teachers. Art must be taught to children from an age they are still considered young in order to increase their knowledge of the development of art from an early age. The research was conducted using qualitative methods with a focus on case study research. According to Robert K Yin, a case study will focus more on or attempt to answer how and why questions, and at a certain level also answer what/what questions in research activities. This research is useful to see; (1) The child's ability to identify something in art education through learning the storytelling method (2) Knowing the level of validity and practicality of developing the Storytelling method and improving language skills in children. (3) The teacher's ability to provide learning for children by using a good storytelling method.
ANALISIS MISE EN SCÈNE DALAM FILM PENDEK TILIK 2018 Khairunnisa Pratiwi Maulida Usman; Yostiani Noor Asmi Harini
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 20, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v20i1.9512

Abstract

Film memiliki dua unsur yang dapat mempengaruhi jalan cerita yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Mise En Scene merupakan salah satu elemen dari unsur sinematik pada film, Mise En Scene merupakan segala hal yang terdapat pada pandangan di depan kamera. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui Mise En Scene dalam film pendek berjudul Tilik 2018. Dalam menganalisis film, Mise En Scene sendiri memfokuskan diri pada sesuatu yang ada di depan kamera seperti desain set atau latar, pencahayaan, akting serta pergerakan para aktor. Tilik merupakan salah satu film pendek yang dapat dibahas mengenai 1) bagaimana setting latar yang terdapat pada cerita, 2) bagaimana kostum serta tata rias yang digunakan apakah membuat karakter yang sesuai dengan pemain atau tidak, 3) akting para pemain sudahkan sesuai dengan apa yang diharapkan atau tidak. Hasil akhirnya memfokuskan pada actor Bu Tejo yang sangat mendominasi karakternya. Bu Tejo yang membuat film pendek TILIK ini dapat terkenal karena akting yang bagus dapat membuat para penonton kesal dengan hasil karakternya. Film Tilik merupakan film pendek yang terkemas dengan unik karena cara pengambilan gambar yang hanya begitu saja, namun banyak arti dari setiap scene yang akan dibahas menggunakan elemen Mise En Scene.   Kata Kunci: Mise En Scene, film Tilik, Sinematik Abstract: The film has two elements that can influence the storyline, namely narrative elements and cinematic elements. Mise En Scene is one of the elements of the cinematic element in the film, Mise En Scene is everything that is visible in front of the camera. In analyzing the film, Mise En Scene itself focuses on something that is in front of the camera such as set or background design, lighting, acting and the movements of the actors. Tilik is one of the short films that can be watched to discuss about 1) what is the background setting in the story, 2) how are the costumes and make-up used to make the characters suit the players or not, 3) the acting of the players is in accordance with what is expected or not. The end result focuses on the actor Bu Tejo who really dominates his character. Bu Tejo, who made the short film TILIK, became famous because his good acting made the audience annoyed with his character. Film Tilik is a short film that is uniquely packaged because the way it is shot is just like that, but the many meanings of each scene will be discussed using Mise En Scene elements. Keywords: Mise En Scene, Tilik film, Cinematic

Page 1 of 1 | Total Record : 7