cover
Contact Name
Irfan Arifin
Contact Email
pakarena@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
pakarena@unm.ac.id
Editorial Address
Lantai 1 Gedung Program Studi Fakultas Seni dan Desain Kampus UNM Parangtambung, Jalan Daeng Tata Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Pakarena
ISSN : 25286994     EISSN : 27146081     DOI : 10.26858
Core Subject : Education, Art,
Jurnal Pakarena merupakan jurnal ilmiah yang dikelola oleh Prodi Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni dan Desain dengan proses peer review. Menerbitkan Artikel hasil dan pengkajian seni, dengan ruang lingkup: seni rupa, drama, tari, dan musik.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2018): Desember" : 5 Documents clear
BATIK LONTARA SEBUAH AFIRMASI IDENTITAS DAN LEGITIMASI BUDAYA BUGIS-MAKASSAR Damar Tri Afrianto
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.194 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i2.13062

Abstract

Penyebaran batik meluas dan menyebar terutama di kota-kota besar di Indonesia saat ini terkhusus Kota Makassar Sulawesi Selatan. Makassar, meskipun tidak bersingungan secara langsung dengan sejarah awal kemunculan batik, saat ini komoditas batik di kota daeng tersebut tumbuh pesat. Batik Lontara, adalah  batik yang menjadi identitas Makassar saat ini. Batik Lontara merupakan perwujudan batik dengan menggunakan aksara lontara sebagai ide dalam pembentukan motif dan pola. Batik Lontara kini menjadi kebanggaan Kota Makasssar, dengan di munculkannya motif lontara menguatkan identitas budaya terutama suku Bugis-Makassar. Batik bertransformasi dari kebutuhan sandang menjadi sebuah media mengkomunikasikan suatu identitas. Perubuhan nilai yang melekat pada Batik Lontara di Makassar memunculkan permasalahan terkait afirmasi identitas melalui kesejarahan dan budaya. Rumuskan permasalahan terkait yaitu bagaimana bentuk batik lontara serta fungsinya sebagai afimasi identitas Kota Makassar serta, bagaimana Batik lontara menjadi legitimasi sejarah melalui aksara lontara sebagai ide perwujudan motif batik lontara. Penilitian ini menggunakan domain teori identitas dan metode deskriptif kualitatif, menghasilkan beberapa pemahaman diantaranya; Batik Lontara dapat menunjukkan ekspresi identitas pribadi maupun identitas kolektif. Penggunaan batik lontra pada aspek formal dan kedinasaan tidak hanya membangkitkan esprit de corps di kalangan mereka, tetapi juga menyiratkan berhasilnya ideologi penyeragaman selera berbusana dan pembentukan identitas kolektif dari kelas sosial birokrat yang merasa berada di lapis atas strata sosial. Di sini, gaya busana merupakan suatu indikator status identitas yang jelas.Selain memiliki kekuatan dalam afirmasi identitas, Batik Lontara dalam pembahasaan ini menunjukan bahwa ada upaya melegitimasi kebudayaan dengan menyematkan aksra lontara sebagi motif batik. Di sisi lain, Batik lontara merupakan praktik konservasi yaitu dengan memperkenalkan kembali akasara Lontara dalam bentuk alternatif.  
DESAIN RAGAM HIAS PADA MAKAM WE PATTEKKE TANA DI KABUPATEN BARRU Muhammad Muhaemin; M. Muhlis Lugis
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.988 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i2.13063

Abstract

Masalah yang diangkat pada artikel ini yaitu ragam hias yang terapat pada makam We Patekke Tana di Kabupaten Barru. Penelitian ragam hias makam di Kabupaten Barru ini diharapkan dapat memperkaya informasi tentang sejarah lokal Kabupaten Barru pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara deskriptif-kualitatif ragam hias pada makam dan digitalisasi desain makam tersebut sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai ragam hias yang terdapat pada kompleks makam We Patekke Tana. Penelitian dilakukan dengan mengkaji pustaka dan melakukan observasi pada kompleks makam Patekke Tana.Pada kompleks makam We Pattekke Tana menunjukkan struktur bangunan beserta ragam hiasnya menampilkan motif hias geometris, tumbuh-tumbuhan, kaligrafi dan kombinasi. Dasar penggunaan motif hias tersebut berdasarkan prinsip estetika yang dianut seperti komposisi, proporsi, harmoni, kesatuan (unity), tekstur dan pertimbangan wujud suatu bangunan yang harmonis menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan antara elemen-elemen utama. Penggambaran digitalisasi desain ragam hiasnya dilakukan pada makam Hj. Datu Tenri Olle, We Pattekke Tana, dan Andi Audiwira Topariwusi.
KLASIFIKASI INSTRUMEN GENDANG BUGIS (GENDRANG) DALAM KONTEKS MASYARAKAT KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN Rachmat Rachmat; Totok Sumaryanto; Sunarto Sunarto
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.467 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i2.13064

Abstract

Instrumen gendrang merupakan instrumen ritmis identitas khas Bugis. Tetapi saat ini, eksotika instrumen gendrang tidak menampakkan keindahannya oleh karena dominasi instrumen budaya lain yang masuk pada wilayah kebudayaan Bugis khususnya pada daerah kabupaten Soppeng, baik dalam ranah pertunjukan maupun ranah pembelajaran di lembaga pendidikan formal. Dampak yang signifikan terjadi adalah kebutaan para masyarakat khususnya peserta didik tentang instrumen gendrang sehingga peneliti mengemukakan masalah tentang klasifikasi instrumen gendrang dalam konteks masyarakat Kabupaten Soppeng. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menjelaskan tentang bentuk instrumen gendrang, mendekripsikan pola tabuhan, dan menganalisis peran ekonomi dalam instrumen gendrang. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi material instrumen menunjukkan bahwa instrumen gendrang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan instrumen gendang yang mendominasi saat ini di kabupaten Soppeng, mengenai pola tabuhan bahwa dalam konteks masyarakat kabupaten Soppeng mempunyai pola tabuhan tersendiri dan bagi pelaku produksi instrumen gendrang mempunyai peran ekonomi yang nyatanya mampu untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga
KESENIAN MA’RONGGENG DI DESA PAROMBEAN KABUPATEN ENREKANG Hamrin Hamrin
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.47 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i2.13056

Abstract

       Penelitian ini mengangkat masalah tentang bagaimana latar belakang kesenian ma’ronggeng serta fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang serta fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif, sedangkan pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: Jauh sebelum islam masuk di Parombean, barutung atau bambu yang biasa disebut suke oleh masyarakat sekitar, digunakan sebagai media penghubung dalam ritual penolak bala kepada dewata. Barutung yang hadir pada setiap sendi kehidupan masyarakat Parombean, secara alami mengekspresikan karya kesenian yang menjadi kultur dalam masyarakatnya. Sejarah kesenian ma’ronggeng berawal dari kebiasaan masyarakat sekitar yang mengantri menunggu giliran mengambil air pada satu-satunya sumber mata air di Desa Parombean. Aktivitas ketika menunggu air adalah menghentak-hentakkan bambu panjang yang disebut lampa dan pongke yang kemudian menimbulkan ide dan gagasan untuk menjadikannya sebuah kesenian tradisional. Lampa, pongke, dan suke digabungkan sehingga menghasilkan bunyi khas bambu yang kemudian dinamai dengan kesenian ma’ronggeng atau ma’barutung. Adapun 4 fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean yaitu fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi ritual, danfungsi pengintegrasian masyarakat.
MAKNA SIMBOLIK TARI PABITTE PASSAPU PADA UPACARA PERNIKAHAN DI KECAMATAN KAJANG Rahma M
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/p.v3i2.13061

Abstract

Makna dalam gerak tari tentu saja tidak bisa disamakan dengan memaknai sebuah kata atau bahasa dimana hampir semua kata dapat dijelaskan artinya seperti gerak yang terdapat didalam kamus, walaupun ada beberapa bentuk seni gerak yang dapat dimaknai setiap gerak yang dilakukan misalnya pantomim, namun gerak dalam tari tidaklah demikian sebab makna yang terkandung didalamnya biasanya berkaitan dengan filosofi atau falsafah hidup suatu masyarakat atau untuk kebutuhan tertentu. Seperti halnya masyarakat Sulawesi Selatan yang terdiri dari ratusan suku dan etnis tentu saja memiliki budaya dan bentuk seni yang berbeda-beda dan sarat akan makna yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakatnya. Salah satu diantaranya adalah Tari Pabitte passapu pada upacara pernikahan di masyarakat kecamatan Kajang di Kabupaten Bulukumba

Page 1 of 1 | Total Record : 5