cover
Contact Name
Irfan Arifin
Contact Email
pakarena@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
pakarena@unm.ac.id
Editorial Address
Lantai 1 Gedung Program Studi Fakultas Seni dan Desain Kampus UNM Parangtambung, Jalan Daeng Tata Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Pakarena
ISSN : 25286994     EISSN : 27146081     DOI : 10.26858
Core Subject : Education, Art,
Jurnal Pakarena merupakan jurnal ilmiah yang dikelola oleh Prodi Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni dan Desain dengan proses peer review. Menerbitkan Artikel hasil dan pengkajian seni, dengan ruang lingkup: seni rupa, drama, tari, dan musik.
Arjuna Subject : -
Articles 90 Documents
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER UNTUK PENGEMBANGAN BAKAT MINAT BERMAIN GITAR DI SMAN 2 PANGKAJENE KAB. PANGKEP Muhdar Muhdar; Toni Mulombot
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 1 (2018): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.168 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i1.14203

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui bentuk kegiatan ekstrakurikuler musik di SMAN 2 Pangkajene. 2) Untuk mengetahui teknik pembelajaran penjarian alat musik petik pada kegiatan ekstrakurikuler di SMAN 2 Pangkajene. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi Teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuanlitatif ( analisis data non statistik ). Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, 1) langkah-langkah yang dilakukan guru dalam melaksanakan ekstrakurikuler Seni Musik pada siswa SMAN 2 Pangkajene meliputi: (a) Penjaringan siswa, (b). Kemampuan siswa dalam teknik penjarian pada alat musik petik (guitar) siswa, (c). Prinsip motivasi, 2). Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler musik SMAN 2 Pangkajene, meliputi: penjaringan siswa ke kelas dengan melihat talenta yang dimiliki siswa. (b) mengamati kemampuan bakat minat siswa dalam bermain gitar, (c) masalah prinsip motivasi dengan cara pujian.
BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA PAMOR SENJATA KAWALI DALAM MASYARAKAT BUGIS Satriadi Satriadi
JURNAL PAKARENA Vol 4, No 1 (2019): Vol 4, No 1 (2019): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.052 KB) | DOI: 10.26858/p.v4i1.12983

Abstract

Kawali merupakan warisan kebudayaan fisik dan juga merupakan produk kesenian berupa senjata tikam jarak pendek dengan bilah yang hanya memiliki satu sisi tajam dan ujung yang runcing. Kawali secara utuh memiliki tiga elemen pokok yaitu bilah, wanoa dan pangulu. Masing-masing elemen tersebut memiliki bentuk dan makna tersendiri. Bilah merupakan elemen paling pokok karena di dalamnya terdapat motif pamor yang mengadung pesan atau makna simbolik yang dijadikan pedoman masyarakat pendukungnya, dalam hal ini masyarakat Bugis. Oleh karena itu, ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan dalam menganalisis bentuk dan makna simbolik motif pamor pada kawali yaitu konteks estetika atau penyajian yang mencakup bentuk dan gaya, kedua adalah konteks makna (meaning) yang mencakup pesan dan kaitan dengan simbol-simbolnya (simbolic value). Penelusuran bentuk dan makna motif pamor melalui interpretasi analsis dengan pendekatan Estetika Nusantara dan penjelasan emik dalam kebudayaan, sehingga diketahui bahwa eksistensi pamor kawali adalah selain sebagai motif penghias bilah juga sebagai pesan yang menggambarkan kehidupan yang ideal dalam masyarakat Bugis.
Keramik “Pursuit Of Dream” Karya Aries BM (Kajian Semiotika Piercean) Damar Tri Afrianto
JURNAL PAKARENA Vol 1, No 1 (2016): Agustus
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.214 KB) | DOI: 10.26858/p.v1i1.8968

Abstract

Pursuit Of Dream adalah karya keramik yang mempunyai tipikal lain dari karya keramik sebelumnya. Aries BM menciptakan karya keramik ini dengan ukuran yang tinggi dan bisa dikatakan karya dengan ukuran gigantik. Karya eskperimental ini selain memiliki keunikan pada segi ukuran, tema tentang karya ini juga mempunyai hubungan dengan problematika manusia dengan menggunakan metafora alam. Analisis pemaknaan menggunakan pendekatan semiotika piercean tentang trikotomi tanda yaitu: ikon, indeks, dan Simbol. Pendekatan semiotika telah mampu menguraikan karya keramik “Pursuit Of Dream” karya Aries Bm.
REVITALISASI TARI PATU’DU’ KUMBA OLEH SANGGAR SENI UWAKE’ DI KECAMATAN TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR Radawanti Radawanti; Rahma M; Andi Padalia
JURNAL PAKARENA Vol 5, No 1 (2020): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.568 KB) | DOI: 10.26858/p.v5i1.12502

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini menjawab masalah yang terjadi selama proses Revitalisasi Pattu'du 'Kumba yang dilakukan oleh Sanggar Seni Uwake' yaitu: (1) Bagaimana Proses Revitalisasi Pattu'du 'Kumba oleh Sanggar Seni Uwake' di Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar, (2) faktor apa yang mempengaruhi Revitalisasi Pattu'du 'Kumba oleh Sanggar Seni Uwake' di Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Teknik mengumpulkan data yang dibeli adalah: (1) Studi Pustaka yang diperoleh adalah dokumen-dokumen, dan buku-buku. (2) Pengamatan dilakukan dengan cara melihat langsung dan kondisi Sanggar Seni Uwake 'yang merevitalisasi Tari Pattu'du' Kumba.(3) Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber yaitu Bapak Ahmad Asdy, Bapak H Alimuddin, Bapak M Rahmat Muchtar, Bapak Muhammad Ridwan Alimuddin, Ibu Siti Adila, dan Bapak Muh Naim Sail. (4) Dokumentasi yang diperoleh terdiri dari foto-foto, video serta rekaman hasil wawancara dengan beberapa Narasumber. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Kualitatif sesuai dengan permasalah yang ada. Objek penelitian adalah Tari Pattu'du 'Kumba. Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) Proses Revitalisasi Pattu'du 'Kumba oleh Sanggar Seni Uwake' di Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar dilakukan dengan cara mengajak anak-anak anggota sanggar untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kesenian tradisional,Selain itu, proses revitalisasi juga dilakukan dengan menerapkan kembali Tari Pattu'du 'Kumba terhadap anggota Sanggar, kemudian setelah mereka membahas hal-hal tentang Tari Pattu'du' Kumba mereka membuatkan jadwal untuk latihan minimal sekali atau dua kali latihan agar pada saat dipentaskan penari tidak kaku dalam bergerak. Anggota Sanggar yang direkrut adalah siswa-siswi pelajar SMP dan SMA. Wujud gerak yang mengubah perubahan adalah pada Ragam Mioro 'Mi'undur (2) Revitalisasi Pattu'du'Kumba didukung oleh dua faktor yaitu faktor pendukung dan penghambat, hal tentang faktor pendukungnya adalah dukungan SDM, dukungan dari Tokoh Budayawan serta masyarakat donor, pendukung dari pemerintah terdiri dari sarana untuk menyajikan serta menyediakan alat musik untuk Sanggar Seni Uwake '.Faktor penghambat selama proses Revitalisasi adalah kurang memakan waktu oleh para anggota jadi pada saat latihan. Tidak ada beberapa penari atau pemusik yang berhalangan hadir, tidak ada baju dan perhiasan. luar. hal tentang faktor pendukungnya adalah persetujuan SDM, dukungan dari Tokoh Faktor penghambat selama proses Revitalisasi tidak memerlukan waktu oleh para anggota sehingga pada saat latihan Tidak ada penari atau pemusik yang hadir, tidak ada baju dan perhiasan Pattu'du 'Kumba yang ditanyakan oleh Sanggar harus pada saat akan dipentaskan jika perlu kostum dari luar.hal tentang faktor pendukungnya adalah dukungan SDM, dukungan dari Tokoh, Budayawan, dan masyarakat lokal, dukungan dari pemerintah, penyediaan fasilitas untuk memulai, serta penyediaan alat musik untuk Sanggar Seni Uwake '. Faktor penghambat selama proses Revitalisasi adalah kurang memakan waktu oleh para anggota jadi pada saat latihan Tidak ada beberapa penari atau pemusik yang berhalangan hadir, tidak ada baju dan perhiasan Pattu'du 'Kumba yang diminta oleh Sanggar sehingga pada saat akan dipentaskan sesuai kebutuhan pembeli luar.
BATIK LONTARA SEBUAH AFIRMASI IDENTITAS DAN LEGITIMASI BUDAYA BUGIS-MAKASSAR Damar Tri Afrianto
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.194 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i2.13062

Abstract

Penyebaran batik meluas dan menyebar terutama di kota-kota besar di Indonesia saat ini terkhusus Kota Makassar Sulawesi Selatan. Makassar, meskipun tidak bersingungan secara langsung dengan sejarah awal kemunculan batik, saat ini komoditas batik di kota daeng tersebut tumbuh pesat. Batik Lontara, adalah  batik yang menjadi identitas Makassar saat ini. Batik Lontara merupakan perwujudan batik dengan menggunakan aksara lontara sebagai ide dalam pembentukan motif dan pola. Batik Lontara kini menjadi kebanggaan Kota Makasssar, dengan di munculkannya motif lontara menguatkan identitas budaya terutama suku Bugis-Makassar. Batik bertransformasi dari kebutuhan sandang menjadi sebuah media mengkomunikasikan suatu identitas. Perubuhan nilai yang melekat pada Batik Lontara di Makassar memunculkan permasalahan terkait afirmasi identitas melalui kesejarahan dan budaya. Rumuskan permasalahan terkait yaitu bagaimana bentuk batik lontara serta fungsinya sebagai afimasi identitas Kota Makassar serta, bagaimana Batik lontara menjadi legitimasi sejarah melalui aksara lontara sebagai ide perwujudan motif batik lontara. Penilitian ini menggunakan domain teori identitas dan metode deskriptif kualitatif, menghasilkan beberapa pemahaman diantaranya; Batik Lontara dapat menunjukkan ekspresi identitas pribadi maupun identitas kolektif. Penggunaan batik lontra pada aspek formal dan kedinasaan tidak hanya membangkitkan esprit de corps di kalangan mereka, tetapi juga menyiratkan berhasilnya ideologi penyeragaman selera berbusana dan pembentukan identitas kolektif dari kelas sosial birokrat yang merasa berada di lapis atas strata sosial. Di sini, gaya busana merupakan suatu indikator status identitas yang jelas.Selain memiliki kekuatan dalam afirmasi identitas, Batik Lontara dalam pembahasaan ini menunjukan bahwa ada upaya melegitimasi kebudayaan dengan menyematkan aksra lontara sebagi motif batik. Di sisi lain, Batik lontara merupakan praktik konservasi yaitu dengan memperkenalkan kembali akasara Lontara dalam bentuk alternatif.  
Makna Simbolik Tu’du Denggo Di Kelurahan Limboro Kecamatan Limboro Polewali Mandar Putri Namirah
JURNAL PAKARENA Vol 4, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1329.115 KB) | DOI: 10.26858/p.v4i2.12088

Abstract

ABSTRAKPutri Namirah. Makna Simbolik Tu’du Denggo di Kelurahan Limboro Kecamatan Limboro Polewali Mandar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai : makna gerak tu’du denggo, makna iringan tu’du denggo, serta makna kostum tu’du denggo. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sifat deskriptif yaitu data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Tekhnik pengumpulan data meliputi metode : 1) Observasi yang dilakukan di Kelurahan Limboro, Kecamatan Limboro pada tanggal 28 Maret 2018, 2) Wawancara kepada keempat narasumber yaitu H. Ahmad Asdy, Hj. Cammana’, Ishaq Jenggot dan M. Ridwan Alimuddin pada bulan September yang dianggap mengetahui makna daripada tu’du denggo kemudian dokumentasi berupa rekaman video, foto, rekaman suara. Hasil dari penelitian ini bahwa tu’du denggo memiliki makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut adalah makna gerak yang keseluruhannya mengandung nila-nilai ketuhanan, nila-nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan gotong royong. Iringan berupa lantunan syair yang berisi petuah sebagai perwujudan agar senantiasa mengingat akhirat dan dunia adalah semata-mata sebagai tempat persinggahan. Kemudian kostum yang digunakan bermakna sebagai tolok ukur berdasarkan status sosial masyarakat Mandar. 
SIMBOL DAN MAKNA TATA RIAS PENGANTIN BUGIS MAKASSAR Sumiani Sumiani
JURNAL PAKARENA Vol 1, No 1 (2016): Agustus
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.651 KB) | DOI: 10.26858/p.v1i1.8079

Abstract

Penelitian ini bertujuan mencari jawaban tentang : 1)   Kriteria cantik dan indah bagi orang Bugis, 2) Klafikasi rias dan busana orang Bugis, 3)  Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan orang Bugis, 4) Ritual atau perlakuan khusus yang dilakukan orang Bugis untuk mempercantik, 5) Perubahan yang telah terjadi pada tatarias orang Bugis masa kini, dan 6) Kendala yang dihadapi untuk pengembangan tatarias dan busana Bugis tradisional.Hasil penelitian dapat diringkas sebagai berikut: 1) Budaya Bugis memandang kecantikan sebagai suatu hal yang sangat membanggakan, terutama bagi kaum wanita. Secara fisik kecantikan dalam kriteria orang Bugis adalah kulit yang cerah bersih dan sorot mata. Kecantikan Bugis juga dipancarkan oleh inner beauty yang bersumber dari hati dan sifat kaum wanita. 2) Klasifikasi rias dan busana orang Bugis secara garis besar dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu rias sehari-hari dan rias khusus. 3) Bahan dan alat kosmetika tradisional yang dahulu dipergunakan, dewasa ini sudah tidak lagi dipergunakan dan telah diganti dengan kosmetika modern, disebabkan kosmetika modern praktis penggunaannya dan hasil lebih baik dibanding kosmetika tradisional. 4) Ritual atau perlakuan khusus yang dilakukan orang Bugis untuk mempercantik atau merawat diri, lazimnya dilakukan pada konteks perkawinan. 5) Secara bentuk dan desain tatarias Bugis tidak berubah secara total, perubahannya terletak pada pengabaian makna-makna simbolis yang terdapat dalam tatarias tersebut. 6)  Semaraknya kesenian popular dan modern sangat   memberi andil pada terbentuknya selera masyarakat terhadap tata-rias tradisi, yang akhirnya menjadi kendala dalam pengembangannya.
BENTUK PENYAJIAN GANDHA DALAM PROSESI UPACARA ADAT POSUO PADA MASYARAKAT BUTON SULAWESI TENGGARA Andi Ikhsan; Andi Padalia
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 1 (2018): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.815 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i1.14201

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mendeskripsikan Bentuk Penyajian gandha dalam prosesi upacara adat posuo pada masyarakat Buton Sulawesi Tenggara (2) mendeskripsikan fungsi gandha dalam prosesi upacara adat posuo pada masyarakat Buton Sulawesi Tenggara. Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian deskriptif yang bersifat etnografis dengan pendekatan kualitatif yang memaparkan permasalahan sebagaimana adanya. Secara harfiah posuo berarti proses pengurungan seorang gadis sebagai sarana pendidikan dalam menginjak masa dewasa dan sebagai proses pensucian diri atau pembersihan diri sebelum menikah. Bentuk penyajian gandha dalam prosesi pelaksanaan upacara adat posuo, yaitu berbentuk instrumental, dimana gandha dan gong sebagai media utama dalam penyajian musik pada upacara adat posuo. Fungsi gandha sebagai media ritual dalam upacara  adat posuo dilihat dari pembacaan doa-doa atau mantera oleh pande terhadap gandha yang akan ditabuh dengan tujuan mendapat izin dari roh leluhur dan tuhan yang maha Esa demi kelancaran prosesi upacara adat posuo tersebut.
PENINGKATKAN KETERAMPILAN OLAH GERAK YANG KONTRIBUTIF TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI SENI TARI DENGAN OPTIMALISASI PERANAN SANGGAR TARI Rahma M
JURNAL PAKARENA Vol 4, No 1 (2019): Vol 4, No 1 (2019): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.967 KB) | DOI: 10.26858/p.v4i1.12982

Abstract

Peningkatan keterampilan olah gerak dalam menarikan tari tradisional, kreasi baru (koreografi) bagi mahasiswa, terlebih tari tradisional dan koreografi menjadi salah satu mata kuliah yang terdapat pada kurikulum seni tari di dukung dengan kehadiran sanggar sebagai wadah untuk mengasah skill di luar kelas formal. Sanggar dengan fungsi utama sebagai pelestari tari tradisional sudah barang tentu lebih fokus pada pelatihan dan pengembangan tari tradisional, terlebih permintaan konsumen sanggar juga lebih ke tari tradisional baik tari tradisi yang telah ada maupun tari kreasi baru. Prestasi mahasiswa yang tergabung dalam sanggar ditandai dengan banyaknya mahasiswa yang sering menjuarai lomba tari yang dilaksanakan oleh instansi lain, dan ini juga nampak pada nilai ujian dalam hal praktek atau keterampilan olah gerak dalam menarikan suatu tarian, serta menata atau menciptakan tari kreasi baru. Hal ini tidak terlepas dari peran sanggar yang telah memberi ruang bagi mahasiswa tari yang tergabung sebagai anggota sanggar untuk berkreasi dan berinovasi.
BENTUK PENYAJIAN MUSIK RAWANA GRUP TOMARENDENG LAWARANG DALAM ACARA PERNIKAHAN DI DESA LEKOPA’DIS KECAMATAN TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR Nahrawi Nahrawi; Khaeruddin Khaeruddin; Hamrin Hamrin
JURNAL PAKARENA Vol 4, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1540.49 KB) | DOI: 10.26858/p.v4i2.12171

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola ritme musik rawana dan bentuk penyajian musik rawana pada grup tomarendeng Lawarang dalam acara pernikahan di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe deskriptif dimana data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pola ritme musik rawana oleh Grup Tomarendeng Lawarang yang disajikan dalam acara pernikahan di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar terbagi menjadi empat yaitu: tabuhan buru’da, tabuhan ya rabbana, tabuhan kanjar dan tabuhan tama-tama, (2) Bentuk penyajian musik rawana oleh Grup Tomarendeng Lawarang dalam acara pernikahan di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar terbagi dalam dua kategori yaitu penyajian pada malam hari dan penyajian pada pagi/siang hari (a) Penyajian musik rawana pada malam hari dilakukan di dalam rumah calon mempelai laki-laki atau perempuan setelah ritual melattigi, formasi berbentuk setengah lingkaran dengan durasi waktu yang cukup lama dan disertai dengan atraksi ma’dego yaitu berjoget sambil mengikuti irama musik rawana yang dilakukan oleh beberapa parrawana, (b) Penyajian musik rawana pada pagi/siang hari dilakukan di dalam rumah mempelai laki-laki sebelum berangkat metindor dan dilakukan di luar rumah pada saat metindor. Apabila acara metindor dilakukan dengan berjalan kaki maka formasi dilakukan dalam bentuk barisan dan apabila menggunakan kendaraan maka dibentuk formasi duduk melingkar di atas mobil pickup. Durasi waktu yang digunakan bergantung kepada jarak yang ditempuh metindor.