cover
Contact Name
Maya Nuriya Widyasari
Contact Email
medica.hospitalia@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
medica.hospitalia@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Medica Hospitalia
ISSN : 23014369     EISSN : 26857898     DOI : https://doi.org/10.36408/mhjcm
Core Subject : Health,
Medica Hospitalia: Journal of Clinical Medicine adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan RSUP Dr. Kariadi dan menerima artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang diharapkan dapat menjadi media untuk menyampaikan temuan dan inovasi ilmiah dibidang kedokteran atau kesehatan kepada para praktisi dan akedemisi di bidang kesehatan dan kedokteran.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp" : 13 Documents clear
Problema Malnutrisi di Rumah Sakit Hertanto Subagio; Niken Puruhita; Annta Kern
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.364 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.225

Abstract

Malnutrisi di rumah sakit merupakan hal penting yang seringkali terlewatkan pada penanganan pasien. Prevalensi yang sangat tinggi, komplikasi yang bervariasi tingginya mortalitas dan biaya yang harus ditanggung akibat malnutrisi mengharuskan penanganan yang bersifat multidisiplin dan terintegrasi pada pasien dengan malnutrisi atau berisiko malnutrisi. Kendala yang dihadapi pada penatalaksanaan pasien malnutrisi di rumah sakit adalah belum tersedianya protokol atau kurangnya komunikasi antar pengelola pasien baik dokter termasuk dokter spesialis gizi, ahli gizi, perawat maupun ahli farmasi. Pembentukan tim terapi gizi diharapkan dapat mengatasi masalah gizi di rumah sakit dan mendukung terapi medis dokter penanggung jawab pasien.
Perbedaan Pengaruh Pemberian Diltiazem Dibandingkan Kontrol Terhadap Hitung Jenis Infiltrasi Netrofil pada Luka Incisi Tikus Wistar Septian Permana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.334 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.227

Abstract

Latar belakang : Nyeri kronis pasca bedah dapat disebabkan karena proses inflamasi yang terjadi. Proses inflamasi pasca bedah dimulai dengan pelepasan mediator inflamasi oleh sel residen, dimana yang muncul paling awal adalah neutrofil. Diltiazem memiliki efek pencegahan terhadap infiltrasi neutrofil, yang lebih lanjut juga akan mencegah pelepaskan berbagai mediator, termasuk sitokin proinflamasi oleh neutrofil. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati apakah pemberian diltiazem efektif dalam mengendalikan reaksi inflamasi yang terjadi pasca incisi, dengan menghitung perbedaan skor histologi hitung jenis infiltrasi neutrofil jaringan. Metode : Merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized controlled trial. 30 ekor tikus wistar dibagi menjadi dua kelompok. K1 merupakan kelompok kontrol terdiri dari 15 ekor tikus yang dilakukan incisi sepanjang 1 cm dengan pemberian placebo, dan K2 merupakan kelompok perlakuan terdiri dari 15 ekor tikus yang dilakukan incisi sepanjang 1 cm yang diberikan diltiazem oral. Pemeriksaan neutrofil menggunakan pengecatan hematoksilin eosin yang dilakukan setelah hari pertama pasca incisi. Hasil : Menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok dengan p = 0,000 ; p < 0,05. Rerata dari kelompok dengan pemberian diltiazem memperlihatkan hasil yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok yang tanpa pemberian diltiazem. Simpulan : Pemberian diltiazem efektif dalam mengendalikan reaksi inflamasi yang terjadi pasca incisi, dengan melihat perbedaan jumlah hitung jenis neutrofil pada luka insisi
Hubungan Biofilm dan Resistensi Bakteri dengan Respon Klinis Terapi Antibiotik Topikal pada Otitis Media Supuratif Kronis Benigna Brammediansyah Suprihati
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.443 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.228

Abstract

Latar belakang : Terapi pada otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah konservatif. Terjadinya peningkatan resistensi bakteri penyebab OMSK merupakan salah satu faktor kegagalan terapi OMSK yang disebabkan oleh kemampuan bakteri untuk membentuk biofilm. Biofilm merupakan mekanisme penting terjadinya resistensi antibiotik. Bakteri penyebab terbanyak dan mempunyai kemampuan membentuk biofilm pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan terbentuknya biofilm pada biakan kuman yang di isolasi dari kultur OMSK dan hubungannya dengan respon klinis terapi antibiotika topikal pada OMSK benigna. Metode : Disain penelitian kohort prospektif pada pasien OMSK. Discarj telinga tengah dikultur, dilakukan tes resistensi dan pemeriksaan biofilm. Faktor risiko kebiasaan mandi disungai atau kolam, kebiasaan mengorek telinga, dan riwayat ISPA didapatkan dari anamnesis. Uji statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil : Didapatkan 35 subyek penderita OMSK. Wanita (51,43 %), pendidikan SLTA (88,57 %), rerata usia 15–25 tahun (51,43 %), dan profesi pelajar (40 %). Hasil kultur bakteri yang paling banyak ditemukan Pseudomonas aeruginosa (42,9%), pemeriksaan biofilm positif pada pseudomonas aeruginosa sebanyak (28,6%). Hasil kultur bakteri biofilm positif yang MDR sebanyak (57,1%). Hasil analisis uji Chi Square tidak didapatkan hubungan bermakna dari biofilm (p=0,112), kebiasaan berenang di kolam/sungai (p=1,000), kebiasaan membersihkan telinga (p=0,171), Riwayat ISPA (p=0,171), dan faktor risiko MDR (p=1,000) terhadap respon klinis. Simpulan : Didapatkan bakteri biofilm positif dengan etiologi bakteri terbanyak Pseudomonas aeruginosa. Tidak ada hubungan antara resistensi bakteri, pembentukan biofilm, kebiasaan mandi, kebiasaan mengorek telinga dan riwayat ISPA berulang dengan respon klinis pada pasien OMSK
Pengaruh Adenotonsilektomi Terhadap Tekanan Telinga Tengah, Timpanogram dan Kualitas Hidup Anak Adenotonsilitis Kronik dengan Disfungsi Tuba Suprihati Suprihati
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.302 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.229

Abstract

Latar belakang : Adenotonsilitis kronik (ATK) pada anak dapat menimbulkan berbagai komplikasi antara lain disfungsi tuba dan penurunan kualitas hidup. Disfungsi tuba dapat menyebabkan penurunan tekanan telinga telinga (MEP) dan timpanogran abnormal, yang dapat berlanjut menjadi OME. Adenotonsilektomi (ATE) pada anak dengan ATK diharapkan dapat menghilangkan disfungsi tuba dan meningkatkan kualitas hidup anak. Tujuan : Membuktikan bahwa ATE dapat memperbaiki fungsi tuba dan meningkatkan kualitas hidup anak ATK dengan disfungsi tuba. Metode : Penelitian intervensi dengan subyek penelitian anak ATK usia 3 - 14 tahun dengan timpanogram abnormal. Pemeriksaan timpanometri dan pengukuran skor kualitas hidup dilakukan sebelum dan 4 minggu sesudah ATE dibandingkan terapi antibiotik. Analisis data dilakukan dengan statistik non parametrik. Hasil : Tiga puluh anak ATK dengan disfungsi tuba, 15 anak dilakukan ATE dan 15 anak diberi terapi antibiotic selama 2 minggu. Usia terbanyak antara 7- 7,5 tahun dengan rerata ± SD = 8,6 ± 2,5 tahun. Pada kelompok ATE, perbaikan MEP lebih besar dibanding kelompok terapi antibiotic (p=0,08). Perbaikan fungsi tuba menjadi normal pada kelompok ATE lebih banyak dibanding kelompok terapi antibiotik (p=0,02). Kualitas hidup pada kelompok ATE mengalami perbaikan bermakna dibanding kelompok terapi antibiotik (p=0,00). Simpulan : ATE dapat memperbaiki fungsi tuba eustachii dan meningkatkan kualitas hidup anak ATK yang disertai disfungsi tuba.
Pola Kuman dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pasien Abses Leher Dalam di RSUP Dr. Kariadi Semarang (April 2012 - April 2015) Shinta Aguslia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.123 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.230

Abstract

Latar belakang : Abses leher dalam atau deep neck abscess adalah abses yang terbentuk didalam ruang potensial leher dalam karena proses infeksi atau benda asing sebagai akibat perluasan infeksi dari dari gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Tujuan: Mengetahui gambaran pola kuman dan sensitivitas terhadap antibiotik pasien abses leher dalam, April 2012 sampai April 2015 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode : Studi deskriptif observasional di bagian rawat inap THTKL RSUP Dr. Kariadi Semarang berdasarkan rekam medis penderita abses leher dalam, April 2012 - April 2015 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil : Sebanyak 54 kasus abses leher dalam, diagnosis terbanyak adalah abses submandibula 46 kasus (85,1%), usia terbanyak adalah 41-50 tahun sebesar 13 kasus (24%). Hasil kultur terbanyak adalah Staphylococcus aureus 8 kasus (14,8%). Simpulan : Hasil kultur terbanyak Staphylococcus aureus 14,8% dan sensitif terhadap antibiotik meropenem, dan diikuti amikasin, cefoxitin dan gentamisin serta kombinasi ampicillin sulbactam dengan ciprofloksasin.
Gambaran Tipe Sinus Sigmoid Penderita Otitis Media Supuratif Kronik (Tinjauan High-Resolution Computed Tomography) Nancy Liwikasari
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.909 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.231

Abstract

Latar belakang : Hasil pemeriksaan high-resolution computed tomography (HRCT) diperlukan untuk mengetahui tipe sinus sigmoid. Struktur anatomi dan variasinya perlu diketahui karena sinus sigmoid rentan terhadap cedera operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi tipe sinus sigmoid penderita otitis media supuratif kronik (OMSK) di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode : Studi penelitian deskriptif retrospektif. Data didapatkan dari gambaran HRCT mastoid penderita OMSK periode 01 Januari - 31 Desember 2014. Tipe sinus sigmoid berdasarkan klasifikasi Ichijo. Hasil : Didapatkan 50 sampel terdiri dari. OMSK kiri 28 (56%) dan OMSK kanan 22 (44%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 29 dan perempuan 21. Usia rata-rata 29,68 tahun. Tipe sinus sigmoid halfmoon telinga kanan 66% dan telinga kiri 24%. Tipe saucer telinga kanan 12 % dan telinga kiri 20 %. Tipe protrusive telinga kanan 11 % dan telinga kiri 6 %. Simpulan : OMSK kiri lebih banyak dibanding OMSK kanan, jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan dengan ratarata usia 30 tahun. Tipe sinus sigmoid pada penderita OMSK yang tersering adalah tipe half-moon
Hubungan Pola Makan dengan Pola Defekasi Pada Siswa Kelas V dan Kelas VI Sekolah Dasar di Semarang Ersalina Liviani
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.989 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.232

Abstract

Latar belakang : Pola makan yang tidak tepat menjadi salah satu penyebab masalah kesehatan anak usia sekolah. Pola makan sangat berpengaruh terhadap pola defekasi. Pola makan anak zaman sekarang cenderung mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan rendah serat. Serat dan cairan sangat berpengaruh dalam proses defekasi. Kekurangan serat dan cairan menyebabkan penurunan frekuensi buang air besar (BAB) dan konsistensi feces keras sehingga sulit dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya hubungan pola makan, terutama asupan serat dan cairan terhadap pola defekasi dinilai dari frekuensi BAB dan konsistensi feces. Metode : Penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Sampel sebanyak 70 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diwawancara pola makannya melalui food recall 2x24 jam sebanyak 3 kali dan diminta untuk mengisi kuesioner pola BAB selama 1 minggu. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel. Analisa analitik dilakukan dengan SPSS for Windows 17.0. Hasil : Rata-rata asupan serat responden 9,3 gr per hari. Rata-rata asupan cairan responden 1723,75 ml per hari. Rata-rata frekuensi BAB responden yaitu sebanyak 4 kali/minggu. 58,6% responden memiliki konsistensi feces normal, 28,3% keras, dan 17,1% cair. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan frekuensi BAB (p=0,060) dan konsistensi feces (p=0,160). Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan cairan dengan frekuensi BAB (p<0,001) dan konsistensi feces (p=0,001). Simpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan cairan dengan frekuensi BAB dan konsistensi feces. Semakin sedikit asupan cairan semakin jarang frekuensi BAB dan semakin keras konsistensi tinja. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan frekuensi BAB dan konsistensi feces.
Hubungan Rentang Tangan dan Fungsi Paru Pada Anak Asma Hanif Kusumo
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.853 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.233

Abstract

Latar belakang : Asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak usia sekolah. Diperlukan tes fungsi paru (TFP) dalam diagnosis asma. Nilai tes fungsi paru dapat diprediksi dari tinggi badan. Ada kalanya deformitas atau kelainan tertentu pada anak menyebabkan anak tidak dapat diukur tinggi badannya. Rentang tangan merupakan parameter tubuh terbaik yang dapat menggantikan tinggi badan dalam memprediksi nilai fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rentang tangan dan fungsi paru pada anak usia sekolah dengan riwayat asma di Semarang. Metode : Rancangan penelitian adalah cross-sectional pada Maret-Juni 2015. Subjek penelitian adalah anak dengan riwayat asma usia 6 sampai 12 tahun yang dievaluasi menggunakan kuesioner ISAAC. Data antropometrik dan nilai tes fungsi paru didapatkan dengan mengukur subjek secara langsung. Uji statistik yang digunakan adalah uji Pearson dan uji Spearman serta dilakukan juga uji regresi linier. Hasil : Subjek penelitian berjumlah 30 anak usia 6 sampai 12 tahun. FEV1 dan PEFR menunjukkan korelasi yang signifikan dengan rentang tangan. Hasil uji regresi linier menunjukkan beberapa persamaan regresi untuk menentukan nilai tes fungsi paru dari indeks antropometrik pada anak asma usia 6 sampai 12 tahun antara lain FVC=0,025*RT1.676, FEV1=0,23*RT1,482, dan PEFR=0,043*RT2,592. Simpulan : FVC, FEV1, dan PEFR menunjukkan korelasi positif yang signifikan dengan rentang tangan pada anak asma. Persamaan regresi nilai prediksi fungsi paru dari rentang tangan belum bisa dikatakan akurat untuk diaplikasikan pada anak-anak di Indonesia dengan riwayat asma dikarenakan jumlah sampel yang sedikit
Increase of serum corticol levels in response to stress, interleukin-6 (IL-6) levels and adhesion degrees after laparotomy and laparoscopy (experimental research in rabbit which performed ileum abrasion) Ananggadipa J
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.112 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.234

Abstract

Background : Peritoneal adhesion occurs in more than 50 - 97% of cases of transperitoneal surgery whisch is still an issue of high morbidity and mortality. Minimally invasive surgery has a significantly lower incidence of postoperative peritoneal adhesions. Peritoneal adhesions involve many mediators such as IL-8, TNF-±, IL-1², IL-6, TGF-². Laparoscopy minimize tissue trauma so that the levels of ACTH, cortisol, prolactin, noradrenaline and adrenaline are lower. This study seeks to prove the correlation between the type of abdominal surgery with peritoneal adhesion levels mediated by the increase in cortisol levels and the increase in IL-6 levels. Methods : A laboratory experimental research using twelve male New Zealand rabbits which divided into two groups was done. The treatments were laparotomy and laparoscopy where the terminal ileum abrasion was done. Blood cortisol levels were taken before treatment and 6 hours after treatment. Levels of IL-6 levels were tht aken from the peritoneal fluid samples on 7 day after treatment. Examination using ELISA method. Assessment of the adhesion degree was done based on macroscopic criteria. Results : The level of serum cortisol, peritoneal fluid IL-6 and intra peritoneal adhesion degrees in the laparotomy group is significantly higher than the laparoscopy group (p=0.021, p<0.001, p=0.002). There were strongly positive and significant correlation between the levels of cortisol and IL-6 (p=0.001 and r=0.827). There were strongly positive and significant correlation between the levels of IL-6 and the degrees of adhesion (p<0.001 and r=0.878). Conclusion : The level of serum cortisol, peritoneal fluid IL-6 and intra peritoneal adhesion are higher in laparatomy compared with laparoscopy.
Persepsi Pengetahuan Gizi dan Peran Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Terhadap Pemenuhan Kecukupan Gizi ODHA (Studi Kasus di BPM Semarang) Aminarista Aminarista
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.298 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.235

Abstract

Latar belakang : Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) berisiko mengalami malnutrisi akibat penyakit HIV AIDS dan meningkatnya kebutuhan gizi. Pengetahuan berproses dalam persepsi ancaman, manfaat, hambatan, dan kepercayaan diri ODHA, berperan terhadap upaya pemenuhan kecukupan gizi. Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dibentuk untuk memberikan dukungan psikososial bagi ODHA dan bertujuan meningkatkan mutu hidup ODHA. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan persepsi pengetahuan gizi dan peran KDS terhadap upaya pemenuhan kecukupan gizi ODHA. Metode : Desain penelitian observasional, dengan populasi ODHA yang aktif di KDS. Data kuantitatif dikumpulkan untuk menjaring Indeks Massa Tubuh dari 42 responden. Data kualitatif dikumpulkan dari 6 informan utama (2 orang kurus, 4 orang normal) dan 3 informan triangulasi. Pengumpulan data kualitatif melalui observasi, Focus Group Discussion, indepth interview. Pengumpulan data kuantitatif dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, wawancara menggunakan kuesioner, recall 2x24 jam. Hasil : Pengetahuan berproses dalam persepsi ancaman, manfaat, hambatan, kepercayaan diri ODHA, berperan terhadap upaya pemenuhan kecukupan gizi. Informan kategori kurus mempunyai usaha lebih kuat dalam memenuhi kecukupan gizi. Melalui KDS informan utama mendapat informasi gizi dari dari petugas kesehatan maupun sebaya, yang berdampak pada upaya pemenuhan gizi ODHA. Akan tetapi, upaya tersebut belum optimal karena kurangnya keterlibatan ahli gizi, baik dalam penyuluhan, konseling, maupun penilaian status gizi. Simpulan : Persepsi ancaman, manfaat, hambatan, kepercayaan diri ODHA dan KDS berperan dalam pemenuhan kecukupan gizi informan utama.

Page 1 of 2 | Total Record : 13