Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA LEMBAGA KEUANGAN Suprihati Suprihati; Suhestiningsih Suhestiningsih
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Vol 4 No 2 (2013): Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Totalwin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.007 KB)

Abstract

The purpose of this study was to analyze theprofitability of stock prices. The test results show onlyROA and EPS variables only have a significant effect onstock prices, while the ROE and NPM variables have nosignificant effect on stock prices. 43.9% indicates thepresence of other factors not participating in thisobservation. Investors can use ROA and EPSconsiderations to invest
Pengaruh Adenotonsilektomi Terhadap Tekanan Telinga Tengah, Timpanogram dan Kualitas Hidup Anak Adenotonsilitis Kronik dengan Disfungsi Tuba Suprihati Suprihati
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 3 (2016): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.302 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i3.229

Abstract

Latar belakang : Adenotonsilitis kronik (ATK) pada anak dapat menimbulkan berbagai komplikasi antara lain disfungsi tuba dan penurunan kualitas hidup. Disfungsi tuba dapat menyebabkan penurunan tekanan telinga telinga (MEP) dan timpanogran abnormal, yang dapat berlanjut menjadi OME. Adenotonsilektomi (ATE) pada anak dengan ATK diharapkan dapat menghilangkan disfungsi tuba dan meningkatkan kualitas hidup anak. Tujuan : Membuktikan bahwa ATE dapat memperbaiki fungsi tuba dan meningkatkan kualitas hidup anak ATK dengan disfungsi tuba. Metode : Penelitian intervensi dengan subyek penelitian anak ATK usia 3 - 14 tahun dengan timpanogram abnormal. Pemeriksaan timpanometri dan pengukuran skor kualitas hidup dilakukan sebelum dan 4 minggu sesudah ATE dibandingkan terapi antibiotik. Analisis data dilakukan dengan statistik non parametrik. Hasil : Tiga puluh anak ATK dengan disfungsi tuba, 15 anak dilakukan ATE dan 15 anak diberi terapi antibiotic selama 2 minggu. Usia terbanyak antara 7- 7,5 tahun dengan rerata ± SD = 8,6 ± 2,5 tahun. Pada kelompok ATE, perbaikan MEP lebih besar dibanding kelompok terapi antibiotic (p=0,08). Perbaikan fungsi tuba menjadi normal pada kelompok ATE lebih banyak dibanding kelompok terapi antibiotik (p=0,02). Kualitas hidup pada kelompok ATE mengalami perbaikan bermakna dibanding kelompok terapi antibiotik (p=0,00). Simpulan : ATE dapat memperbaiki fungsi tuba eustachii dan meningkatkan kualitas hidup anak ATK yang disertai disfungsi tuba.
LAMA SAKIT, LETAK PERFORASI DAN BAKTERI PENYEBAB OMSK SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA JENIS DAN DERAJAT KURANG PENDENGARAN PADA PENDERITA OMSK Mita Aninditia Toari; Suprihati Suprihati; Zulfikar Naftali
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.48 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21280

Abstract

Latar Belakang Otitis media supuratif kronik merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi di negara berkembang sehingga penderitanya mengalami kurang pendengaran. Kurang pendengaran yang umum terjadi pada penderita OMSK adalah tipe konduktif karena terjadi perforasi pada membran timpani telinga sedangkan mikroba yang sering ditemukan pada sekret telinga penderita adalah P.aeruginosa dan S.aureus.Tujuan Mengetahui lama sakit, letak perforasi dan bakteri penyebab OMSK sebagai faktor risiko terjadinya jenis dan derajat kurang pendengaran pada penderita OMSKMetode Observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien OMSK yang dirawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Hasil Lama sakit memiliki nilai PR = 2,207 untuk jenis kurang pendengaran dan PR=2,356 untuk derajat kurang pendengaran sedangkan letak perforasi memiliki nilai PR=2,195 untuk derajat kurang pendengaran.Kesimpulan Lama sakit merupakan faktor risiko terjadinya jenis dan derajat kurang pendengaran sedangkan letak perforasi merupakan faktor risiko dari derajat kurang pendengaran.
HUBUNGAN KOLESTEATOMA DENGAN JENIS DAN DERAJAT KURANG PENDENGARAN PADA PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Irwandi Samosir; Suprihati Suprihati; Zulfikar Naftali
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.468 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20701

Abstract

Latar Belakang: Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan inflamasi kronis mukosa dan periosteum telinga bagian tengah dan kavum mastoid. Patologi pada telinga tengah merupakan sistem konduksi dapat mengakibatkan tuli konduktif. Beberapa pasien terlibat pada komponen kurang pendengaran sensorineural. Tuli pada OMSK terjadi pada derajat ringan sampai sedang > 50%. Adanya kolesteatoma yang bersifat destruktif dapat merusak organ disekitarnya termasuk telinga dalam sehingga mempengaruhi jenis dan derajat kurang pendengaran.Tujuan: Mengetahui hubungan kolesteatoma, usia dengan jenis dan derajat kurang pendengaran pada penderita OMSK.Metode: Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan desain cross sectional di RSUP Dr Kariadi Semarang yang dilakukan pada agustus – september 2017. Subyek penelitian berjumlah 85 penderita OMSK rawat inap tahun 2013-2017 yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Penderita dengan kolesteatoma sebanyak 53 dan tanpa kolesteatoma 32 penderita. Data dianalisis dengan Uji Chi-squareHasil: Kolesteatoma berhubungan terhadap jenis kurang pendengaran (p<0,05).. Kolesteatoma berhubungan derajat kurang pendengaran (p<0,05). Usia tidak berhubungan dengan jenis dan derajat kurang pendengaran (p>0,05). Kolesteatoma meningkatkan resiko kurang pendengaran jenis MHL 6 kali dan derajat berat 7 kali dibandingkan tanpa kolesteatoma.Kesimpulan: Kolesteatoma berhubungan dengan jenis dan derajat kurang pendengaran pada penderita OMSK. Kolesteatoma merupakan faktor risiko jenis dan derajat kurang pendengaran.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA LONGA) TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL DI JARINGAN PARU PADA PENYAKIT ALERGI : STUDI EKSPERIMENTAL PADA MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI OVALBUMIN Tri Setya Ningrum; Suprihati Suprihati; Yanuar Iman Santosa
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.942 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15969

Abstract

Latar belakang: Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu rempah yang sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kandungan aktif dari kunyit yaitu curcumin mempunyai fungsi sebagai antiinflamasi pada reaksi alergi. Alergi bukan penyakit yang mematikan, tetapi penyakit ini dapat menjadi masalah kesehatan dan sosial ekonomi global.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak kunyit berpengaruh terhadap jumlah eosinofil di jaringan paru mencit BALB/c yang diinduksi ovalbumin.Metode: Penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test only controlled group design. Sampel penelitian berupa 18 ekor mencit BALB/c yang dibagi secara acak menjadi tiga kelompok: kontrol negatif, kontrol positif yang diinduksi ovalbumin, dan kelompok perlakuan yang diinduksi ovalbumin dan diberikan ekstrak kunyit dengan dosis 100 mg/kgBB. Pemberian ekstrak dilakukan per oral melaui sonde selama 16 hari. Pada akhir penelitian mencit diterminasi, organ paru diambil untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi, dan dilakukan perhitungan jumlah eosinofil di jaringan peribronkhial paru.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan perlakuan (p=0,000). Rerata jumlah eosinofil lebih tinggi secara bermakna pada kelompok kontrol positif dibandingkan dengan kontrol negatif (p=0,000) dan lebih rendah secara bermakna pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol positif (p=0,016).Kesimpulan: Pemberian ekstrak kunyit dapat menurunkan jumlah eosinofil di jaringan paru mencit yang diinduksi ovalbumin.
PENGARUH PAPARAN ASAPMESIN DIESEL TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI PARU PADA PENDERITA ALERGI (STUDY EXPERIMENTAL PADA MENCIT BALB/C) Chrisantus Ronald Bria Seran; Suprihati Suprihati; Yanuar Iman Santoso
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.326 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20672

Abstract

Latar Belakang : Alergi merupakan hasil dari interaksi antara faktor predisposisi genetik atopi dengan alergen lingkungan, infeksi dan polutan. Rinitis alergi adalah suatu gangguan pernapasan pada hidung yang disebabkan oleh reaksi peradangan mukosa yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) setelah terjadi paparan alergen. Partikel hasil pembakaran mesin diesel menyebabkan peningkatan IgE dengan berbagai mekanisme dan inflamasi lokal pada saluran pernafasan, sehingga terjadi peningkatan kontak antara jaringan dengan alergen sehingga timbul respon imun. Maka dapat diketahui pengaruh paparan asap mesin diesel terhadap struktur histopatologi paru mencit yang terpapar asap mesin diesel dengan jumlah eosinofil pada paru mencit tersebut.Tujuan : Mengetahui paparan asap mesin diesel yang mempengaruhi kerusakan epitel jaringan paru pada penyakit alergi.Metode : Sampel sebanyak 15 mencit dipilih secara simple random sampling. mencit dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok Kontrol Negatif(K) diberikan pakan standar dan air minum selama masa penelitian  Kelompok Kontrol Positif (K1) diinjeksi OVA secara intraperitoneal. Selanjutnya diberikan OVA 1% intranasal. Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberikan paparan asap mesin diesel setelah diinduksi OVA.Hasil : Rata-rata jumlah eosinophil kelompok kontrol (-) 0,52, kontrol (+) 2,12 dan perlakuan 2,36. Perbandingan antara kelompok kontrol (-) dengan kelompok kontrol (+) dan perbandingan antara kelompok kontrol (-) dengan kelompok perlakuan diperoleh nilai p sebesar 0.008. perbandingan antara kelompok kontrol (+) dengan kelompok perlakuan diperoleh nilai p sebesar 0.246Kesimpulan : Jumlah eosinofil di jaringan peribronkhial paru pada kelompok control positif yang diinduksi ovalbumin lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok control negatif yang tidak diinduksi ovalbumin.
PENGARUH SUPLEMENTASI ZINK TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL PADA JARINGAN PARU PENDERITA ALERGI Studi Eksperimental pada Mencit BALB/c dengan Sensitisasi Ovalbumin Agatha Magistalia Cahiadewi; Yanuar Iman Santosa; Suprihati Suprihati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.335 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14199

Abstract

Pendahuluan : Rinitis alergi dan asma saling berkaitan dalam menimbulkan alergi pada saluran pernapasan, salah satu kelainan adalah akumulasi eosinofil pada paru yang berakibat toksik pada jaringan. Ovalbumin (OVA) mencetuskan kondisi alergi. Suplementasi zink bekerja sebagai cytoprotectan, antiinflamasi dan antioksidan diperkirakan menurunkan jumlah eosinofil pada paru.Tujuan : Membuktikan pengaruh suplementasi zink terhadap jumlah eosinofil pada gambaran histopatologi paru mencit BALB/c yang disensitisasi OVA.Metode Penelitian : Eksperimental Post Test Only Control Group Design. Sampel 18 mencit BALB/c betina dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K1), kelompok kontrol positif dengan sensitisasi OVA (K2), dan kelompok perlakuan dengan sensitisasi OVA dan suplementasi zink dosis 5 mg/kgBB (P). Perlakuan diberikan selama 30 hari, kemudian dihitung jumlah eosinofil pada gambaran histopatologi paru setiap kelompok.Hasil : Rerata jumlah eosinofil kelompok kontrol negatif (K1) adalah 0,48; kelompok kontrol positif (K2) adalah 2,12; kelompok perlakuan dengan sensitisasi OVA dan suplementasi zink (P) adalah 0,76. Uji Anova dilanjutkan uji Post Hoc diperoleh jumlah eosinofil pada paru kelompok P lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kelompok K2 (p = 0,000).Kesimpulan : Suplementasi zink menurunkan jumlah eosinofil pada paru mencit BALB/c setelah disensitisasi OVA.
FAKTOR RISIKO RINITIS ALERGI PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG Arteria Dewi Nurhutami; Suprihati Suprihati; Dwi Marliyawati; Anna Mailasari Kusuma Dewi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.548 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i2.27096

Abstract

Latar Belakang : Berdasarkan survey WHO penderita rinitis alergi berjumlah sekitar 400 juta penduduk dunia. Studi ISAAC pada kelompok usia 13-14 tahun didapatkan prevalensi sebesa 1.4 - 39.7%. Rinitis alergi juga dikatakan sebagai masalah global yang selalu mengalami peningkatan dan memerlukan perhatian khusus. Riwayat atopi keluarga, faktor gaya hidup dan keadaan lingkungan merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kejadian rinitis alergi. Tujuan : Mengetahui faktor risiko rinitis alergi pada anak usia 13- 14 tahun di Semarang. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner ISAAC yang diisi oleh 310 responden di SMP Nusa Bhakti dan SMP N 19 Semarang. Sampel dipilih secara consecutive sampling. Hasil : Didapatkan sebanyak 113 (36.5%) siswa yang menderita rinitis alergi. Dimana dari 310 responden didapatkan sebanyak 66 siswa (21%) terpapar asap kendaraan, 204 siswa (66%) terpapar asap rokok, 131 siswa (42%) memiliki hewan peliharaan, 178 siswa (57%) terpapar debu rumah, 29 siswa (9%) menderita asma dan 63 siswa (20%) menderita eksem. Simpulan: Faktor risiko yang bermakna pada penderita rinitis alergi usia 13-14 tahun di Semarang adalah memiliki hewan peliharaan (OR=1.444), terpapar asap kendaraan (OR=2.010) dan menderita eksem (OR=3.163).Kata Kunci : Rinitis alergi, Faktor risiko, Kuesioner ISAAC
Faktor risiko yang mempengaruhi disfungsi tuba Eustachius pada penderita rinitis alergi persisten Novina Rahmawati; Suprihati Suprihati; Muyassaroh Muyassaroh
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 41, No 2 (2011): Volume 41, No. 2 July - December 2011
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.232 KB) | DOI: 10.32637/orli.v41i2.51

Abstract

Background: Persistent allergic rhinitis (AR) can lead to Eustachian tuba dysfunction. It could beinfluenced by many factors. Purpose: To prove that AR’s degree, duration, presence of chronic tonsillitisand the use of air conditioner are the risk factors of the Eustachean tube dysfunction in patients withpersistent allergic rhinitis. Method: A cross-sectional study was conducted on patients between 11-54years age who came with persistent AR. Tubal dysfunction was detected by tympanometric examination (MEP negative <-25 mmH2O). The data analysis was analyzed using Chi square test and prevalence ratio. Results: There were 68 subjects. The largest age group was 23-34 years old with mean age is 27.8years. Twenty-six patients (32,8%) with persistent AR had tubal dysfunction. Chi square test for persistentAR’s degree, duration of AR and presence of chronic tonsillitis had no significant relationship with tubaldysfunction. The use of AC was significantly correlated with tubal dysfunction (p>0.05). Multivariatelogistic regression analysis found that it became a risk factor for tubal dysfunction p= 0.019, RP=5.446, CI 95%= 1.321- 22.575. Conclusion: The use of AC becomes a risk factor for tubal dysfunctionin patients with persistent allergic rhinitis. Keywords: persistent allergic rhinitis, Eustachean tube dysfunction, tympanometry Abstrak :  Latar belakang: Rinitis alergi (RA) persisten dapat menimbulkan disfungsi tuba Eustachius. Disfungsituba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan: Membuktikan bahwa derajat RA, lama sakit RA,keberadaan tonsiltis kronik dan pemakaian air conditioner (AC) merupakan faktor risiko terjadinyadisfungsi tuba pada penderita rinitis alergi persisten. Metode: Penelitian dengan metode potong-lintangpada RA persisten usia 11-54 tahun. Disfungsi tuba ditentukan dengan pemeriksaan timpanometri (MEPnegatif/<-25 mmH2O). Analisis hasil dengan uji Chi square dan rasio prevalensi. Hasil: Didapatkan68sampel. Usia terbanyak 23-34 tahun, rerata usia 27,8 tahun. Penderita RA persisten dengan disfungsituba 26 (38,2%). Uji Chi square didapatkan derajat RA persisten, lama sakit dan keberadaan tonsilitiskronik tidak mempengaruhi disfungsi tuba (p>0,05). Analisis regresi logistik multivariate didapatkanpemakaian AC secara independen mempunyai risiko terjadinya disfungsi tuba p=0,019, RP=5,446, CI95%= 1,321-22,575. Kesimpulan: Pemakaian AC merupakan faktor risiko terjadinya disfungsi tubapada penderita rinitis alergi persisten. Kata kunci: rinitis alergi persisten, disfungsi tuba, timpanometri
THE EFFECT OF LIQUIDITY, ASSET STRUCTURE AND PROFITABILITY ON DEBT POLICIES OF TRADING COMPANIES LISTED ON THE IDX 2016-2019 Wikan Budi Utami; Suprihati Suprihati
International Journal of Economics, Business and Accounting Research (IJEBAR) Vol 5, No 2 (2021): IJEBAR, VOL. 05 ISSUE 02, JUNE 2021
Publisher : LPPM ITB AAS INDONESIA (d.h STIE AAS Surakarta)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/ijebar.v5i2.2426

Abstract

This study aims to determine the effect of Liquidity, Asset Structure and Profitability on Debt Policy in trading companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2019. The sample used in this study were 12 trading companies. The sampling method used was done by using purposive sampling. The data in this study are quantitative data. The analytical method used is multiple linear regression models. To test the hypothesis simultaneously and partially, the F test, t test and determination test (R2) were used. The results of this research hypothesis testing indicate that simultaneously the liquidity, asset structure and profitability variables simultaneously influence debt policy. Asset structure and liquidity variables affect debt policy. Meanwhile, partially the profitability variable has no effect on debt policy. The amount of determination test (Adjusted R Square) of 0.523 means that the independent variables (liquidity, asset structure and profitability) can explain the dependent variable (debt policy) by 52.3%, while the remaining 47.7% is explained by other variables outside the research model.