cover
Contact Name
Rachmad Mulyadi
Contact Email
-
Phone
0541-6525067
Journal Mail Official
ulin.jhuttrop@fahutan.unmul.ac.id
Editorial Address
Jl. Penajam Kampus Gunung Kelua PO. Box 1013
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
ULIN: Jurnal Hutan Tropis
Published by Universitas Mulawarman
ISSN : 25991205     EISSN : 25991183     DOI : -
Core Subject : Social,
ULIN: Jurnal Hutan Tropis published by Forestry Faculty of Mulawarman University, which is published twice a year in March and September with p-issn 2599-1205 and e-issn 2599-1183. It contains articles of research or study of literature in the field of Forest Management, Forest Conservation, Silviculture, and Forest Product. Language used for full article in this journal is Bahasa Indonesia, abstract in English and Bahasa Indonesia.
Articles 149 Documents
ANALISIS WAKTU KERJA PENGUKURAN TINGGI POHON MENGGUNAKAN KLINOMETER DAN HAGAMETER Diah Rakhmah Sari; Ariyanto Ariyanto
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.458 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v2i2.1616

Abstract

Tree height measurement is one part of the inventory activity of standing trees before logging which requires a relatively long time and quite expensive costs, so it needs to use a more productive measuring instrument. There are several commonly used tree height measuring instruments, including the clinometer and hagameter. This study aim is to determine the working time of measuring tree height with clinometer and hagameter. The research method used was to determine the sample tree randomly, then measured the height of each tree with the clinometer and hagameter.  In addition,  it also calculates the length of time the measurement of the height of each instrument by recording the start and finish time of each measurement activity carried out. The results showed that measuring the height of a tree using clinometer takes 0.68 minutes per tree in average, and using a stick meter aid takes  1.18 minutes in average, and by using haga with a scale board aids takes 0.88 minutes per tree in average. Thus the measurement of tree height by using a clinometer is faster than using haga, while measuring the height of a tree using a hagameter with a scale board is faster than a meter.
KARAKTERISTIK TANIN DARI EKSTRAK KULIT KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume.) H. M. Rakhmat Awaliyan; Enih Rosamah; Edi Sukaton
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.776 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i1.859

Abstract

 Kulit kayu yang mulanya merupakan limbah industri perkayuan mulai menjadi pusat perhatian. Hal ini dikarenakan kulit kayu banyak memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan, selain jumlahnya yang kian meningkat juga ketersediaannya berkesinambungan. Ekstraktif merupakan salah satu potensi yang terkandung dalam kulit kayu yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Tanin dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti bahan pengawet, bahan penyamak, bahan perekat, bahan pewarna, bahan farmasi atau bahan industri kimia lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ekstrak yang terdapat pada kulit kayu Eucalyptus deglupta Blume dan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia serta kereaktifan tanin yang dihasilkan.Penelitian ini menggunakan 4 macam pelarut yang berbeda  untuk menghasilkan ekstrak. Serbuk kulit E. deglupta diekstrak dengan menggunakan pelarut air, pelarut Na2CO3 0,5%, pelarut Urea 0,5% dan pelarut lindi hitam dimana perbandingan pelarut dan serbuk kulit 1 : 5. Hasil ekstraksi menghasilkan nilai rataan rendemen bervariasi yang nilainya berturut-turut sebesar 9,650%, 16,543%, 9,675% dan 28,137% dengan nilai rataan kadar padat berturut-turut sebesar 2,975%, 5,642%, 3,399% dan 9,869%.
EFEKTIVITAS INSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA TRIPS DAN PENGGEREK PUCUK NYAMPLUNG (Calophylum inophylum) Benyamin Dendang; Aditya Hani; Endah Suhaendah
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.226 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v2i1.1159

Abstract

Nyamplung (Calophyluminophylum) merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan sebagai tanaman penghasil biofuel. Penanaman nyamplung banyak mengalami gangguan berupa serangan hama trips (Heliothrips haemorrhoidalis Bouche) dan hama penggerek pucuk. Upaya pengendalian hama terpadu ditekankan pada pengurangan penggunaan insektisida sintesis dengan penggunaan insektisida nabati. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektfitas beberapa jenis insektisida terhadap hama trips dan penggerek pucuk. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan (kontrol, insektisida kimia dan ekstrak daun sirsak). Setiap perlakuan di ulang sebanyak 30 kali, sehingga total tanaman sebanyak 90 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak sirsak efektif menurunkan tingkat kerusakan hama penggerek pucuk sampai 10% sedangkan insektisida kimia efektif menurunkan tingkat kerusakan hama trips sampai 85%.
ANALISIS POTENSI KAWASAN UNTUK ZONASI DI KHDTK HUTAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN LOA HAUR DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Max Marthen Christoffel Tumbol; Muhammad Sumaryono
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.626 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i2.901

Abstract

Dalam rangka mengurangi laju degradasi keanekaragaman tumbuhan dibutuhkan suatu kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan, maka perlu dibangun KHDTK Hutan Pendidikan Dan Pelatihan. Untuk menunjang kegiatan dimaksud  maka perlu adanya pengelolaan kawasan yang salah satunya adalah dalam bentuk penataan zonasi. Penelitian ini bertujuan mengaplikasi pemanfaatan data keruangan yang terkini di areal KHDTK Hutdik Loa Haur di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan penerapan teknologi sistem informasi geografis dan penginderaan jauh, mengetahui kondisi biofisik, pemanfaatan ruang secara aktual dan peruntukan KHDTK Hutan Pendidikan Dan Pelatihan sebagai dasar penataan zonasi secara mikro, menghasilkan peta zonasi terbaru dalam rangka mendukung pengelolaan KHDTK Hutan Pendidikan Dan Pelatihan. Penelitian ini dilaksanakan di KHDTK Hutan Pendidikan Dan Pelatihan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pengumpulan data berupa peta analog dan digital yang selanjutnya diproses melalui analisis data spasial dan interpretasi citra satelit. Dari semua peta yang diperoleh dari hasil tumpang susun, analisis data spasial dan interpretasi citra satelit,  kemudian dilakukan pembuatan peta tutupan lahan dan peta arahan zonasi KHDTK Hutan Pendidikan Dan Pelatihan. Hasil yang diperoleh dari panelitian ini adalah terbentuk 4 (empat) zona di dalam KHDTK Hutan Pendidikan Dan Pelatihan, yaitu zona sarana dan prasarana, zona perlindungan dan pelestarian alam, zona wisata alam dan jasa lingkungan, serta zona Rehabilitasi dan Kelompok Tani Hutan
KOMUNITAS TUMBUHAN BAWAH DI KAWASAN HUTAN BUKIT TAPAK, LESUNG DAN MANGU BEDUGUL BALI Sutomo Sutomo; I Dewa Putu Darma
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.071 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v3i1.1644

Abstract

      Penelitian dilakukan di kawasan  hutan Bk. Tapak, Lesung dan Mangu dengan metode transek.  Transek dibuat secara sistematik  disebelah kiri dan kanan pada lajur atau punggung bukit yang menuju arah puncak. Hasil penelitian secara umum di kawasan hutan Bedugul Bali,Cypholopus lutescens  merupakan jenis  tumbuhan bawah yang paling melimpah dan mempunyai peranan tertinggi  dalam   ekosistem komunitas tumbuhan bawah  pada ketiga lokasi penlitian. 
PRODUKSI PROPOLIS MENTAH ( RAW PROPOLIS) LEBAH MADU Trigona spp DI PULAU LOMBOK Septiantina Dyah Riendriasari; Krisnawati Krisnawati
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.107 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i1.797

Abstract

 Usaha budidaya lebah madu Trigona spp di Lombok semakin berkembang pesat. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut dikarenakan budidaya trigona mampu menghasilkan produk perlebahan berupa madu, propolis dan bee bread. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi propolis mentah (raw propolis) lebah madu Trigona spp di Pulau Lombok. Penelitian dilaksanakan dari April 2012 sampai dengan Desember 2014. Lokasi penelitian dilakukan di Ds. Lendang Nangka, Lombok Timur; Ds. Sigar Penjalin dan  Ds. Genggelang, Lombok Utara serta Ds. Karang Bayan, Lombok Barat. Masing – masing lokasi penelitian budidaya lebah madu Trigona tahun 2012 mempunyai 6 stup. Metode penelitian dilakukan dengan observasi di lapangan kemudian data diolah dan ditabulasi kemudian dianalis secara deskriptif. Hasil produksi raw propolis tahun 2012 terbanyak diproduksi di Ds. Lendang Nangka dengan jumlah rata-rata 75.63 gr/6 bulan/6 stup. Tahun 2013, hasil raw propolisnya terbanyak di Ds. Genggelang dengan jumlah rata-rata 94.38 gram/6 bulan/6 stup dan tahun 2014  produksi raw propolis tertinggi di Ds. Sigar Penjalin dengan jumlah rata-rata 102.84 gram/6 bulan/4 stup. Dari tahun 2012 sampai 2014 jumlah stup semakin berkurang pada masing – masing lokasi penelitian. Jumlah stup berkurang disebabkan karena adanya koloni yang kurang sehat dan akhirnya meninggalkan stup. Banyaknya produksi raw propolis tidak terpengaruh oleh banyaknya stup yang dimiliki, namun adanya faktor pendukung lain seperti faktor lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan yang tersedia dan kesehatan koloni lebah madu Trigona spp. 
BIOCHAR YANG DIPRODUKSI DENGAN TUNGKU DRUM TERTUTUP RETORT MEMBERIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN YANG LEBIH TINGGI (BIOCHAR PRODUCED BY RETORT CLOSED DRUM KILN PROMOTES HIGHER PLANT GROWTH RATE) Syahrinudin Syahrinudin; Arya Wijaya; Tunggul Butarbutar; Wahjuni Hartati; Ibrahim Ibrahim; Maurit Sipayung
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.203 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v2i1.1291

Abstract

ABSTRACTInterests on biochar application for the improvement of soil properties and fertily are increasing worldwide nowadays and numerous of production techniques are now available. This research was aimed at the investigation (a) on the characteristics biochar produced by 3 (three) different techniques, i.e: (1) traditional soil pit, (2) retort closed drum and (3) open drum kilns, as well as (b) on growth (height, leaf number and survival) response of Shorea leprosula seedling to 20%v biochar application on bioassay trial in the nursery. Bioassay trial was carried out in nursery of Forestry Faculty of Mulawarman University, Samarinda, Indonesia and was in accordance with Completely Randomized Design (CRD) applying 4 treatments and 3 replications.Of those 3 production techniques, retort closed drum kiln production technique was the most promising for further development and adoption providing not only that the biochar produced gave better properties and soil improvement capacity but also higher production recovery and less time and labour involvement. Furthermore, eventhough it was not statistically significant, biochar produced by retort closed drum gave better growth (height and leaf number) rate to S. leprosula seedlings in bioassay trial compared to those given by biochar produced by other techniques and without biochar treatments.
IDENTIFIKASI POHON INANG EPIFIT DI HUTAN DIPTEROCARPACEAE DATARAN RENDAH KLIMAKS KABUPATEN MALINAU Akas Pinaringan Sujalu
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.939 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i2.1014

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode petak tunggal dengan pengambilan data secara sensus, bertujuan untuk mengidentifikasi pohon inang ephipit pada hutan Primer dataran rendah seluas 6 hektar di kabupaten Malinau. Pohon inang ephipit di hutan Primer ditemukan 696 pohon atau 116 pohon per hektar, yang terdiri dari 179 spesies dalam 85 genus dan 39 suku dengan 417 pohon (59.9%) berdiameter 36-67 cm.  Pohon inang dari famili Dipterocarpace di temukan paling banyak di hutan Primer (± 80%) terutama dari Suku Shorea sp (42.2%), dengan Shorea parvifolia Dyer. merupakan pohon inang paling banyak ditemukan (50 pohon).
REGENERASI ALAMI JENIS NON DIPTEROCARPACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN FAHUTAN UNMUL (HPFU) SAMARINDA Rizky Isyarah; Paulus Matius; Sutedjo Sutedjo
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.05 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v3i1.2119

Abstract

This study aims to determine the natural condition of Non Dipterocarpaceae regeneration. The object of this research are sapling and seedling in secondary forests of HPFU by making 5 transects with length 200 meters where its laid 5 x 5 meters sapling plot and 2 x 2 meter seedling plot systematically each on the right and left side. The transects was made purposively by considering areas that were still natural or had not been planted before. The results showed that regeneration was dominated by shrub habitus at both growth level, Fordia splendidissima (Miq.) Buijsen dominating the sapling level and Psychotria viridiflora Reinw. Ex Blume dominating the seedling level. However, the number of individuals at sapling stage is more bigger than the number of seedling. The Fabaceae and Rubiaceae family are most common in this location. The diversity index value is classified as high with a composition that is almost even but still dominated by several species. By comparing the data before burning from Riswan in 1987 with the current research in the same location, it can be concluded that the regeneration of Non Dipterocarpaceae in HPFU area has decreased and it represent the species degradation after forest fires.
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH-BUAHAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR Marjenah Marjenah; Wawan Kustiawan; Ida Nurhiftiani; Keren Hapukh Morina Sembiring; Retno Precillya Ediyono
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.572 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i2.800

Abstract

 Buah-buahan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia. Pada umumnya masyarakat hanya memanfaatkan daging buahnya saja, misalnya dibuat jus, selai, salad, sirup, dll. Sedangkan kulit buahnya hanya dibuang dan menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemanfaatan limbah kulit buah-buahan dan mengetahui  unsur hara yang   terkandung di dalam pupuk organik cair (POC) yang bahan bakunya berasal dari limbah kulit buah-buahan. Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dengan waktu ± 3 bulan efektif. Pola penelitian menggunakan 2 campuran bahan baku kompos yaitu limbah kulit buah nenas + limbah kulit buah naga (A) dan limbah kulit buah nenas + limbah kulit buah jeruk (B) dengan waktu pengambilan air lindi pada pekan ke-2, ke-4, dan ke-6 setelah kegiatan pengomposan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lindi yang berasal dari campuran kulit buah nenas + buah naga menghasilkan lindi yang lebih banyak (8.960 ml) dibandingkan lindi yang berasal dari campuran kulit buah nenas + kulit buah jeruk (6.551 ml). Kandungan unsur hara P tersedia pada lindi yang berasal dari campuran kulit buah nenas dan kulit buah jeruk hampir 8-10 kali lipat bila dibandingkan dengan standar mutu pupuk organik. pH lindi yang dari campuran kulit buah nenas + buah naga rata-rata 3,63 dan pH campuran kulit buah nenas dan kulit buah jeruk rata-rata 3,71; kedua-duanya masih di bawah angka standar mutu yaitu 4-9. Perlu dilakukan penelitian yang lain untuk mengaplikasikan pupuk organik cair yang dihasilkan. 

Page 1 of 15 | Total Record : 149