cover
Contact Name
Hanifadinna
Contact Email
hanifadinna@itsb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Kota Deltamas Lot-A1 CBD, Jl. Ganesha Boulevard, Pasirranji, Kec. Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat 17530
Location
Kota bekasi,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI)
ISSN : 26566664     EISSN : 26863545     DOI : https://doi.org/10.36870/jvti
Journal Vokasi Teknologi Industri (JVTI) merupakan penerbitan jurnal yang dikelola oleh Fakultas Vokasi Institut Teknologi dan Sains Bandung. Penerbitan Jurnal ini akan mempublikasikan hasil penelitian di bidang Teknologi, Industri, dan juga yang terkait dengan kegiatan pendidikan Vokasi.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 48 Documents
Pengaruh Lama Penyimpanan Chip Terhadap Kualitas Pulp Rachmawati Apriani; Muhammad Akbar
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1879.992 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i1.213

Abstract

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama penyimpanan bahan baku chip guna mengetahui kualitas pulp yang dihasilkan dan pengaruhnya apabila disimpan dalam waktu yang lama. Di dalam penelitian ini ada beberapa tahap proses yakni, proses cooking dengan memvariasikan waktu penyimpanan chip selama 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu dengan bahan baku yang berupa kayu Acacia mangium, Acacia crasicarpa, dan Eucalyptus. Untuk waktu optimum diperoleh maksimal waktu tunggu yakni dua minggu. Semakin lama chip disimpan maka akan membuat tingkat kekeringan chip meningkat sehingga lebih banyak larutan pemasakan yang akan digunakan. Dengan nilai parameter yang dihasilkan minggu kedua total solid acacia mangium 16.23%, acacia crassicarpa 16.78% dan Eucalyptus 17.23%. Nilai yield acacia mangium 54.87%, acacia crassicarpa 54.15% dan Eucalyptus 48.33%. Nilai kappa number Acacia mangium 22.3, Acacia crassicarpa 21.7 dan Eucalyptus 20.4. Nilai viskositas Acacia mangium 1228.23 cm3/gr, Acacia crassicarpa 1200.13 cm3/gr dan eucalyptus 1162.87 cm3/gr. Nilai REA Acacia mangium 9.43 g/L, Acacia crassicarpa 8.73 g/L dan eucalyptus 8.41 g/L. Nilai brightness Acacia mangium 28.23 %, Acacia crassicarpa 24.99 % dan Eucalyptus 37.51 %. Nilai reject Acacia mangium 0.57 %, Acacia crassicarpa 0.42 % dan Eucalyptus 0.31%.
Penggunaan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Identifikasi Kegagalan Mesin untuk Dasar Penentuan Tindakan Perawatan di Pabrik Kelapa Sawit Libo Idad Syaeful Haq; Asep Yunta Darma; Rahman Affandi Batubara
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1155.483 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i1.209

Abstract

Proses pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan/atau minyak kernel sawit (PKO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) melewati beberapa stasiun pemrosesan. Salah satu stasiun dalam proses pengolahan sawit tersebut adalah stasiun nut dan kernel. Stasiun nut dan kernel merupakan stasiun yang memiliki jumlah mesin yang relatif banyak dibanding dengan mesin/peralatan pemroses pada stasiun lain di PKS. Kategori mesin/peralatan yang relatif banyak digunakan adalah alat angkut. Alat angkut memiliki peran yang sangat penting berfungsi untuk mengirimkan bahan yang akan diolah menuju ke proses pengolahan berikutnya. Apabila alat angkut mengalami kerusakan/kegagalan fungsi, proses pengolahan dapat terhenti. Hal ini diakibatkan karena bahan tidak bisa dikirimkan menuju ke proses pengolahan berikutnya. Kebanyakan alat angkut yang terdapat di PKS tidak memiliki cadangan, sehingga jika terjadi kerusakan proses pun akan dihentikan. Stasiun nut dan kernel sendiri memiliki 18 buah alat angkut jenis conveyor dan elevator. Pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin, khususnya alat angkut, diperlukan tindakan perawatan yang baik dan tepat agar proses pengolahan yang berlangsung dapat bejalan dengan lancar. Salah saru cara yang terbaik untuk melakukan dan menentukan tindakan perawatan adalah dengan mengidentifikasi kegagalan yang terjadi. Identifikasi kegagalan ini dapat menggunakan suatu metode yang disebut Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Melalui metode FMEA akan diketahui kegagalan komponen kritis pada suatu sistem berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN). Kegagalan komponen kritis merupakan jenis kegagalan dengan nilai RPN>100. Kemudian komponen tersebut akan menjadi prioritas dalam melakukan tindakan perawatan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kegagalan komponen kritis pada stasiun nut & kernel adalah keausan pada liner wet kernel elevator (RPN: 168) dan baut bucket wet kernel elevator patah (RPN: 126). Tindakan perawatan yang dilakukan untuk meminimalkan potensi breakdown adalah dengan melakukan penggantian komponen (replacement). Penggantian komponen dijadwalkan berdasarkan Mean Time Between Failure (MTBF) atau rata-rata waktu antar kegagalan suatu komponen. Berdasarkan perhitungan MTBF, liner wet kernel elevator dijadwalkan untuk diganti setiap 3.039 jam (7 bulan) penggunaan dan baut bucket wet kernel elevator dijadwalkan untuk diganti setiap 2.026 jam (5 bulan) penggunaan.
Perancangan Indikator Arus Netral dan Arus Grounding pada Alternator 3 Phase (Studi Kasus Alternator PT. Smart Tbk) Deni Rachmat
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.032 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v2i2.185

Abstract

Ketidakseimbangan beban listrik 3 phase dari pasokan alternator dapat menyebabkan timbulnya arus mengalir pada penghantar netral (Arus Netral) dan penghantar tanah (Arus Grounding). Arus yang mengalir pada penghantar netral menyebabkan rugi-rugi arus netral dan arus yang mengalir pada penghantar tanah menyebabkan rugi-rugi arus grounding. Penelitian ini adalah merancang suatu alat indikator arus pada penghantar netral sebagai upaya untuk mengetahui dan mengantisipasi adanya arus yang mengalir akibat ketidakseimbangan beban. Rancangan alat ini berlandaskan pada kajian teoritis ketidakseimbangan beban dan pengukuran menggunakan digital clamp meter sebagai data pendukung dan pembanding hasil rancangan alat. Rancangan telah dibuat berupa rangkaian Elektronik Mikrokontroler dengan Sensor ACS712 20A dan trafo arus 30/5A. Setelah dilakukan pengukuran menggunakan Mikrokontroler diperoleh bahwa terjadi ketidakseimbangan beban arus netral 26.85 A dengan losses sebesar 18.02 Watt. Nilai kerugian akibat arus netral Rp.46.813.516/tahun dan akibat arus grounding Rp.1.706.573/tahun. Error rata-rata pengukuran dengan alat Mikrokontroler terhadap Digital Clamp Meter sebesar 2.68%.
Studi Kelayakan Penggunaan Air Kondensat dan Air Pendingin sebagai Pengencer pada Tahap Awal Proses Pemutihan Pulp Ni Njoman Manik Susantini; Andi Mulyadi
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1386.432 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i1.215

Abstract

Penggunaan fresh water di industri pulp sangat besar yaitu sekitar 25,000 galon per 1 ton kertas. Hal ini menuntut adanya inovasi terkait penghematan penggunaan air yang diambil langsung dari alam (fresh water). Inovasi terbaru terkait mengurangi atau mengganti fresh water adalah dengan menggunakan condensate water atau cooling water pada proses pemutihan pulp (bleaching). Condesate water diambil dari hasil samping proses di Evaporation Plant. Air pendingin (cooling water) yang digunakan dari Cooling Tower. Cooling water memiliki range yang rendah sehingga tidak efektif dalam pertukaran panas di Cooling Tower. Pada penelitian ini dilakukan variasi pencampuran condensate water yang akan diaplikasikan pada proses bleaching tahap awal dari serangkain pemutihan pulp (D0) yaitu : condensate water 10% + fresh water 90%, condensate water 20% + fresh water 80%, condensate water 30% + fresh water 70%, condensate water 40% + fresh water 60%, condensate water 50% + fresh water 50% dan fresh water 100%. Pada pencampuran cooling water yang akan diaplikasikan pada proses bleaching tahap D0 yaitu : cooling water 100%, cooling water 80% + fresh water 20%, cooling water 60% + fresh water 40%, cooling water 40% + fresh water 60%, cooling water 20% + fresh water 80%, dan fresh water 100%. Data brightness cooling water 100% yaitu 65,49% tidak berbeda dengan nilai brightness fresh water 100% yaitu 65,27% sedangkan nilai brightness condensate water 64,46% pada konsentrasi 10%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mengganti fresh water dengan cooling water tidak mempengaruhi pulp yang dihasilkan sedangkan menggunakan condensate water sebagai pengencer pulp menyebabkan pulp yang dihasilkan mengalami penurunan brightness. Cooling water dapat menjadi pengganti fresh water sebagai pengencer pulp diproses bleaching.
Pengaruh pencampuran bahan baku acacia crassicarpa, acacia mangium dan eucalyptus terhadap kualitas pulp Rachmawati Apriani; Putra Novianto
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1542.894 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v2i2.186

Abstract

Penelitian dengan judul “Pengaruh Pencampuran Bahan Baku Acacia Crassicarpa (AC), Acacia Mangium (AM) dan Eucalyptus(ECA) Terhadap Kualitas Pulp” bertujuan untuk mengetahui kualitas pulp yang dihasilkan dengan mencampurkan beberapa bahan baku dengan menggunakan metode kraft pulping. Parameter yang digunakan yaitu kappa number, viskositas, total solid, yield, brightness, Residual Effective Alkali (REA) dan reject. Rasio pencampuran bahan baku yang digunakan yaitu dengan pencampuran 2 bahan baku dan 3 bahan baku. Untuk pencampuran 2 bahan baku dilakukan dengan rasio ( 50:50; 60:40; 70:30; 80:20)%. Sedangkan untuk pencampuran 3 bahan baku menggunakan variasi (70:20:10)%. Dengan adanya rasio pencampuran bahan baku dalam pembuatan pulp dapat mengetahui rasio campuran optimal yang dapat dilakukan antara ketiga bahan baku tersebut maupun kedua bahan baku yang digunakan. Dari semua variasi yang dilakukan didapatkan hasil optimal yaitu pada rasio AC 70%:AM 20%: ECA 10% yang telah memenuhi standar parameter yang ditentukan, dengan nilai kappa number 20,65, viskositas 1139,19 cm3/g, yield 53,34%, total solid 16,59%, REA 9,95 g/l as Na2O, reject 0,297 %, dan brightness 33,53 % ISO.
Model Simulasi Nitrogen Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Okta Nindita Priambodo
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.337 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i2.236

Abstract

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di Indonesia. Proses yang terjadi pada tanaman tebu dapat disederhanakan melalui model simulasi. Model simulasi digunakan untuk melihat pengaruh unsur cuaca dan pupuk terhadap perkembangan, pertumbuhan, dan poduktivitas tanaman. Dalam pemupukan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi pemupukan. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh secara optimum, sedangkan kelebihan nitrogen selain menghambat pertumbuhan tanaman juga akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Jika nitrogen yang diserap dari tanah ke tanaman jumlahnya lebih kecil dari pada jumlah kebutuhan nitrogen tanamannya maka sebaiknya tanaman tersebut ditambahkan unsur hara nitrogen. Tahapan kegiatan penelitian terdiri atas 4 tahap yaitu penyusunan konsep model, penentuan nilai peubah dan parameter, input model, penyusunan model simulasi. Interaksi unsur cuaca yaitu curah hujan sangat menetukan kandungan air tanah yang yang berkaitan erat dengan proses mineralisasi (amonifikasi dan nitrifikasi) yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil produksi tanaman tebu. Curah hujan merupakan merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan nitrogen dalam tanah. Model simulasi nitrogen ini dapat digunakan untuk menjelaskan proses perubahan nitrogen pada tanah dan tanaman tebu pada tingkat satu kali pemupukan standar. Pada tingkat pemupukan dua kali standar, model tidak dapat digunakan karena model tidak menjelaskan keseluruhan proses yang mempengaruhi.
Perancangan Real Time Monitoring Temperatur Berbasis Mikrokontroler Untuk Sistem Trip Otomatis Motor Listrik 3 (Tiga) Fasa Fibre Cyclone di Pabrik Kelapa Sawit Sungai Bengkal Jambi Hanifadinna Hanifadinna
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3419.535 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i2.248

Abstract

Motor listrik merupakan salah satu instrumen yang memegang peranan penting dalam mengendalikan pergerakan mesin-mesin produksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Pada PKS Sungai Bengkal Jambi, proses penggantian atau rekondisi sebuah motor listrik dengan daya 60 HP akibat overheat (terbakar) memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) bulan. Untuk menanggulangi hal tersebut, dirancang suatu sistem kontrol tertutup yang terdiri dari sensor, indikator, kontroler, dan aktuator. Sistem dibuat dengan menggunakan sensor IC LM35 untuk mendeteksi temperatur bagian dalam motor listrik. Informasi temperatur dari sensor tersebut diterima dan diolah oleh mikrokontroler yang diprogram untuk merespon perubahan temperatur dan memberikan feedback dengan melakukan trip pada motor listrik saat temperatur operasi melebihi set point yang telah ditentukan. Setelah loop selesai, sistem akan mengaktifkan kembali motor listrik saat temperatur operasi sudah kembali normal. Feedback yang diberikan juga digunakan sebagai sistem peringatan dini (early warning system dengan menambahkan lampu indikator dan sirine pada sistem. Selain itu, mikrokontroler diprogram untuk mengkonversi perubahan temperatur dari sensor untuk diolah menjadi keluaran data digital. Semua data tersimpan dalam data logger (perekam data) dan ditampilkan secara langsung pada sevent segment display. Untuk menguji akurasi sistem, telah dilakukan pengambilan data temperatur sebanyak 30 kali melalui data logger. dan didapatkan nilai standar deviasi sebesar 0,77% dengan rentang sebesar 0,71 °C. Perbedaan hasil pengukuran jika dibandingkan dengan Termolaser adalah sebesar 0,013%.
Implementation of Environmental Management System (ISO 14001) in Supporting the Achievement of Corporate Sustainability Performance in the Pulp and Paper Manufacturing Industry in Indonesia Erwin Erwin
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.644 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i2.242

Abstract

Objectives: This study analyses the implementation of an environmental management system based on the ISO 14001 standard, which can support corporate sustainability performance in the pulp and paper manufacturing industry in Indonesia. This study discusses the results of previous researchers related to the implementation of environmental management systems in supporting the achievement of corporate sustainability performance. Research Methodology: The research method used is a case study approach in five organizations from three pulp and paper manufacturing companies in Indonesia that have implemented environmental management systems. Collecting data through a questionnaire completed by representatives from organizations across the companies studied. Findings: Management commitment and implementation of internal audits that focus on environmental management and activities are the main factors contributing to the achievement of environmental performance. Meanwhile, the achievement of environmental performance is influence by employees' increased competence in the environmental field, programs to reduce energy consumption, and hazardous and toxic waste. Practical implications: The implementation of an environmental management system supported by an increase in environmental performance can improve the company's reputation, process efficiency and compliance with environmental regulations and requirements, that three things contribute to company performance, especially in the pulp and paper manufacturing industry. Novelty: This research contributes to the concept of a strong relationship between the implementation of environmental management systems and environmental performance in supporting the achievement of corporate sustainability performance, especially in the pulp and paper manufacturing industry in Indonesia.
Perancangan dan Pembuatan Indikator Volume Kernel di Kernel Storage Bin pada Stasiun Nut and Kernel Pabrik Kelapa Sawit Idad Syaeful Haq
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1414.821 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i2.241

Abstract

Kernel Storage Bin (KSB) merupakan tangki penyimpan sementara kernel produksi di Stasiun Nut and Kernel yang terletak di atas. Proses pengiriman kernel produksi menuju KSB menggunakan konveyor Dry Kernel Distributing dan konveyor Cross Dry Kernel. Persoalan yang sering terjadi adalah kernel pada KSB mengalami penuh dan terjadi penumpukan kernel pada konveyor. Penyebab hal ini, karena operator tidak mengetahui kondisi kernel pada tanki KSB yang sudah terisi penuh, serta kernel berisiko tumpah jatuh ke lantai bagian bawah KSB. Atas dasar ini, perlu dibuat alat indikator di KSB untuk meminimalkan terjadinya penumpukan kernel saat KSB penuh dan mencegah terjadinya kerusakan konveyor, serta memudahkan operator mengontrol pengisian kernel di KSB. Metode penelitian menggunakan observasi langsung dalam mengidentifikasi penyebab masalah dengan metode Root Cause Analysis (RCA) dengan alat bantu diagram Ishikawa guna memperoleh akar persoalan beserta solusi yang diberikan. Alat indikator dibuat menggunakan sensor limit switch yang terhubung dengan bandul level dan panel indikator. Alat ini mampu bekerja baik dengan penanda visual dalam bentuk lampu indikator, serta penanda audio dalam bentuk suara sirine. Lampu indikator berwarna hijau akan menyala ketika tumpukan kernel di KSB masih dalam kondisi rendah (low), dan lampu indikator akan berwarna merah, serta sirine menyala ketika tumpukan kernel di KSB penuh (high). Taksiran total jumlah berat rata–rata kernel yang tertampung pada KSB-1 saat kondisi penuh adalah 85,50 ton, sedangkan pada KSB-2 adalah 90,89 ton dan KSB-3 adalah 62,75 ton. Pengujian putaran reverse otomatis motor listrik pada konveyor Dry Kernel Distributing saat KSB nomor-1, 2 dan 3 kondisi penuh memberikan hasil kinerja yang baik. Pemasangan alat indikator (berbasis visual dan audio) memberikan hasil kernel tidak mengalami penumpukan lagi di KSB. Kernel yang tidak menumpuk akan mengurangi kerusakan konveyor Cross Dry Kernel, serta memudahkan operator mengontrol penyimpanan kernel produksi.
Optimasi Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida Terhadap Kualitas Pulp Di EOP Stage Rachmawati Apriani
JURNAL VOKASI TEKNOLOGI INDUSTRI (JVTI) Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Vokasi, Teknologi, dan Industri (JVTI)
Publisher : Institut Teknologi Sains Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.895 KB) | DOI: 10.36870/jvti.v3i2.249

Abstract

Penelitian dengan judul “Optimasi Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida Terhadap Kualitas Pulp di EOP Stage” bertujuan untuk mengetahui dosis optimal yang memenuhi standar kualitas EOP Stage. Proses pemutihan di EOP (Ektraksi Oksidasi Peroksida) Stage merupakan proses pemutihan pulp dengan menggunakan bahan kimia yaitu H2O2. Parameter yang digunakan yaitu kappa number, viscosity, dan brightness. Pulp di bleaching menggunakan 5 variasi dosis yaitu 0,3 ml H2O2, 0,4 ml H2O2, 0,6 ml H2O2, 0,7 ml H2O2 dan 0,9 ml H2O2. Dari semua variasi dilakukan disimpulkan bahwa dosis yang optimal untuk menghasilkan kualitas pulp yang baik adalah 0,6 ml dan 0,7 ml dengan hasil nilai kappa number untuk 0,6 ml H2O2 adalah 1,3 dan 1,4 dan dosis 0,7 ml H2O2 adalah 1,14 dan 1,2. Lalu viscosity dari 0,6 ml H2O2 adalah 708 cm3/g dan 713 cm3/g sedangkan pada dosis 0,7 ml H2O2 adalah 703 cm3/g dan 707 cm3/g. Kemudian brightness dari 0,6 ml H2O2 adalah 79,62% dan 79,45% sedangkan pada dosis 0,7 ml H2O2 adalah 80,73% dan 80,12%.