cover
Contact Name
Delipiter Lase
Contact Email
-
Phone
+6282113755597
Journal Mail Official
jurnal@sttsundermann.ac.id
Editorial Address
Pendidikan Street No. 19 Gunungsitoli, Sumatera Utara
Location
Kota gunungsitoli,
Sumatera utara
INDONESIA
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan STT BNKP Sundermann
ISSN : 19793588     EISSN : 27158969     DOI : https://doi.org/10.36588/sundermann
Jurnal Sundermaan is a scientific journal that publishes the result of studies and researches in the areas related to theology, Christian education, and socio-culture studies. This journal focused on novelty and innovation in the field of Biblical studies, Christian theology, Educational science, Sociology, and Religious studies. The audiences of this journal are graduate students, academicians, practitioners, and others who are interested in theology, religion, education, social, and cultural issues.
Articles 39 Documents
Logika Keselamatan: Studi Eksegetis Roma 1:16-17 Sukarata Madani Nazara
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i2.60

Abstract

Injil adalah kemenangan Yesus melalui kematian dan kebangkitan-Nya sehingga membawa keselamatan bagi setiap orang percaya. Namun realitas, masih ada orang Kristen tidak menjadikan Injil sebagai keselamatan. Ada banyak konsep keselamatan yang muncul di tengah kehidupan orang Kristen. Konsep-konsep ini penulis sebut sebagai kepelbagaian pemahaman akan keselamatan. Penyebabnya adalah kesalahpahaman jemaat terhadap ajaran yang berbeda, serta pengaruh yang menekankan pentingnya usaha untuk mencapai segala sesuatu. Kurangnya pemahaman jemaat akan makna Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan, mendorong orang Kristen mendasarkan keselamatannya pada logika pembenaran menurut pemahaman masing-masing. Keselamatan tidak dipahami sebagai anugerah (sola gracia) dan dianggap tidak logis jika tanpa usaha manusia. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Injil sebagai keselamatan dapat dipahami secara logis, sehingga orang Kristen tidak lagi mendasarkan keselamatannya pada pemahamannya sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dan biblika. Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa kematian dan kebangkitan Yesus (Injil) menjadi kekuatan Allah yang memberi keselamatan. Melalui Injil setiap manusia dapat memperoleh keselamatan. Injil adalah suatu bentuk anugerah yang direspons dengan Iman. Serta melalui Injil Allah dipermuliakan dalam ciptaan-Nya. Karena itu, penting untuk menjelaskan Injil sebagai keselamatan melalui konsep hilasterion agar Injil sebagai keselamatan dapat dipahami secara logis.
Memberitakan Injil, dengan atau Tanpa Upah? Studi Eksegetis 1 Korintus 9:1-23 Masa Yubelium Gea
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i2.71

Abstract

Membangun konsep dasar yang benar tentang panggilan memberitakan Injil pada hakikatnya sangat menentukan keberhasilan pelayanan yang diemban. Jika pemberitaan Injil dilihat sebagai anugerah, maka tugas itu merupakan berkat dan kesukaan, tetapi jika dilihat sebagai pilihan maka tugas pemberitaan akan ditentukan oleh situasi dan kondisi. Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana pendeta di BNKP yang diurapi untuk melayani dapat melakukan pelayanannya dalam segala situasi dan kondisi yang mungkin terjadi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dan biblika (eksegesis). Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa situasi dan kondisi jemaat terkini turut memengaruhi pelayanan yang dilakukan oleh pendeta. Kesungguhan dan komitmen pendeta mengalami pasang surut ketika kondisi jemaat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ini bertolak belakang dengan pelayanan Paulus yang mengalami banyak suka-duka dalam memberitakan Injil. Situasi dan kondisi jemaat yang ia layani sama sekali tidak menyurutkan niatnya untuk memberitakan Injil. Hal itu disebabkan oleh pemahamannya terhadap pemberitaan Injil adalah anugerah dan Tuhan sendiri yang memilih dan memberikan tugas itu untuk dilaksanakan. Karena itu, para pendeta perlu menanamkan konsep yang benar tentang dasar panggilan dalam memberitakan Injil; memberitakan Injil merupakan anugerah, bukan pilihan.
Böwö Wangowalu: Perlukah Ditransformasi? Intan Tri Kristiani Gulo; Tuhoni Telaumbanua
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i2.64

Abstract

Böwö (maskawin) dalam adat istiadat Nias sangat penting dalam melangsungkan pesta pernikahan. Böwö memiliki arti yang sangat dalam yaitu cinta kasih (masi-masi). Seringkali makna böwö luruh menjadi böli gana’a (merujuk kepada pengantin perempuan). Akibat dari pergeseran makna ini, maka terjadi persoalan yang dapat bermuara pada kemiskinan, keluarga tidak harmonis, dan keengganan menikah dengan perempuan Nias. Dari masalah yang terjadi ini, maka tujuan penelitian ialah mencari tahu sejauh mana pemahaman teologis, praktek, dan juga dampak dari tingginya nilai nominal böwö. Selain itu, penulis juga meneliti peran orang tua dalam membangun prespektif yang benar terhadap böwö. Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu wawancara dan observasi. Masyarakat Nias mengatakan bahwa makna dari pada böwö telah mengalami pergeseran; hal utama bagi orang tua dalam menentukan böwö bukanlah kasih (masi-masi) tetapi ukuran tingkat pendidikan perempuan. Oleh karena itu, demi kehidupan yang harmoni, sejahtera, maka dibutuhkan transformasi pada pemahaman, sistem, dan tata cara böwö di Nias. Untuk mewujudkan transformasi ini, dibutuhkan keterlibatan banyak pihak, terutama keluarga, penatua adat, gereja dan pemerintah, sehingga adat Nias sebagai identitas tetap lestari, dan mendatangkan berkat dalam kehidupan masyarakat.
Perempuan dan Hak Waris: Kajian Teologis Bilangan 27:1-11 Feniati Zebua; Juliman Harefa
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i2.67

Abstract

Artikel ini membahas tentang warisan, yaitu harta yang dimiliki oleh ayah, yang kemudian akan diwariskan kepada anak-anaknya secara turun temurun. Masyarakat Nias menganut budaya patriarkat dimana anak laki-laki dominan terhadap anak perempuan, baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga. Hal ini mempengaruhi pembagian harta warisan. Alkitab menunjukkan bahwa sistem budaya juga patriarkat tetapi masih memberikan kesempatan bagi anak perempuan untuk mewarisi, seperti dalam Bilangan 27:1-11 tentang kisah anak-anak Zelafehad. Penelitian ini dilakukan di Sifalago Gomo, Kecamatan Boronadu, Kabupaten Nias Selatan, dengan menggunakan metode kualitatif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa warisan juga diberikan kepada anak perempuan di beberapa daerah penelitian karena alasan tertentu. Dalam hal ini gereja berperan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang warisan melalui pemberitaan firman Tuhan dan ikut memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang warisan pada zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang sehingga tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan.
Pendampingan Pastoral bagi Warga Jemaat yang Dikenakan Tertib Penggembalaan Fefi Warnifami Zega
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i1.68

Abstract

Salah satu tugas pendeta sesuai dengan Peraturan BNKP ialah melakukan kunjungan rumah serta pelayanan pribadi bagi warga jemaat yang memiliki pergumulan, khususnya warga jemaat yang dikenakan tertib penggembalaan. Warga jemaat yang dikenakan tertib penggembalaan mengalami tekanan-tekanan seperti tekanan fisik, mental, sosial dan spiritual. Mereka membutuhkan pendampingan khusus dari pelayan gereja. Namun realitas, para pendeta belum melaksanakan tugas ini yakni perkunjungan serta pelayanan pribadi bagi warga jemaat yang dikenakan tertib penggembalaan. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergumulan warga jemaat yang dikenakan tertib penggembalaan, dan bagaimana gereja melakukan pendampingan bagi mereka. Penelitian ini dilaksanakan di Jemaat BNKP Kota Gunungsitoli dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, warga jemaat yang dikenakan tertib penggembalaan memiliki pergumulan-pergumulan dalam hal fisik, mental, sosial dan spiritual. Kedua, gereja belum mendampingi warga jemaat yang dikenakan tertib penggembalaan secara optimal. Untuk merespon pergumulan warga jemaat yang dikenakan tertib penggembalaan ini, pelayan utamanya pendeta di jemaat harus mendampingi mereka dengan melakukan perkunjungan dan pelayanan pribadi.
Peran Keluarga bagi Orang Usia Lanjut Natal Pasrah Lase; Devy Leonardo Richard Souisa
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i2.76

Abstract

Artikel ini berdiskusi tentang pergumulan para lansia dan dukungan keluarga bagi mereka Selain menjelaskan peran dan dukungan keluarga, penulis juga memaparkan bagaimana gereja dalam mengambil peran mendampingi para lansia. Penelitian dilaksanakan pada salah satu jemaat di wilayah pelayanan BNKP, yakni Jemaat Saewahili Resort 7. Menggunakan metode kualitatif, data dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa mayoritas lansia masih terabaikan oleh kerabat atau anggota keluarga. Keluarga belum sepenuhnya memberi bantuan dan dukungan bagi usia lanjut. Karena itu, keluarga perlu menjadi lingkungan terbaik untuk memenuhi kebutuhan setiap lansia. Bagi lansia, keluarga adalah kelompok sosial yang paling penting di mana mereka biasanya terikat oleh ikatan emosional yang kuat dan saling bertukar manfaat. Hal yang utama dan penting adalah keluarga diharapkan untuk mendukung usia lanjut ketika mereka berada dalam situasi kehidupan yang buruk sekaligus menjadi penyedia perawatan bagi mereka. Di samping dukungan keluarga, gereja juga dapat mengambil peran dalam melayani para lansia. Ini dapat diwujudkan melalui ibadah khusus yang memberi kesempatan bagi mereka untuk berbagi pengalaman secara publik, saling mengunjungi di antara anggota lansia, melakukan kunjungan resmi, serta relokasi ibadah khusus.
Analisis Kritis Hakim-Hakim 13:1-25: Menjawab Polemik Kemandulan Dari Perspektif Feminisme Tiurma Manurung
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 15 No. 1 (2022): June 2022
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v15i1.84

Abstract

Pada hakikatnya, pandangan mengenai kemandulan masih dipenegaruhi oleh budaya patriarki. Kemandulan sering dianggap hanya terjadi pada perempuan dan karena dosa atau kesalahan yang dilakukan pihak perempuan. Pandangan ini menjadi diskriminasi bagi pihak perempuan. Perempuan terancam diasingkan dan kehilangan hak atas dirinya sendiri. Dalam hal ini perempuan tidak berdaya karena konsepsi lingkungan yang masih bersifat partiarki. Selain itu, penafsiran Alkitab seringkali mendukung pandangan ini hingga menjadi polemik yang masih perlu untuk dikaji. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjawab mengenai polemik kemandulan melalui analisis naratif Hakim-Hakim 13:1-25. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan kajian biblika dari perspektif feminisme dengan instrumen penelitian library recearh. Hasil dan pembahasan akan menunjukkan hasil analisis naratif Hakim-Hakim 13:1-25 dan kemudian dikorelasikan untuk menjawab polemik kemandulan. Melalui analisis naratif ini akan diulas bagaimana Tuhan mengijinkan segala keadaan sebagai sarana untuk menyatakan kuasa-Nya. Fokus analisis naratif ini adalah melihat keadaan keluarga Manoah. Keadaan Manoah dan istrinya yang tidak memiliki keturunan dan bagaimana Tuhan bekerja dalam segala sesuatunya. Dengan kata lain, pemikiran mengenai kemandulan yang dipengaruhi oleh budaya patriarki perlu dipertanyakan kembali dengan melihat kaum terdiskriminasi sebagai dampak dari pemikiran ini. Artikel ini kemudian akan memberikan pandangan baru mengenai polemik kemandulan dengan menjunjung konsep keadilan dan kesetaraan yang selama ini dipandang sebelah mata.
Pengembangan Spiritualitas Kaum Muda Melalui Katekisasi Amurisi Ndraha; Pipit Endayani Zalukhu; Dorkas Orienti Daeli
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 15 No. 1 (2022): June 2022
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v15i1.87

Abstract

Artikel ini membahas tentang pengembangan spiritualitas kaum muda melalui katekisasi. Spiritualitas kaum muda yang telah terbentuk sejak usia anak sangat penting dikembangkan. Melalui pendekatan penelititian kualitatif, ditemukan bahwa katekisasi sebagai wadah pengembangan spiritualitas kaum muda ternyata belum mampu terwujudkan karena adanya kesalah pahaman akan makna katekisasi, materi yang sedikit dan pendidik yang tidak profesional. Pengembangan spiritualitas yang belum terwujud tersebut ini terlihat melalui sikap dan tindakan kaum muda, di mana dalam beribadah kaum muda tidak memiliki kesungguhan, tidak aktif dalam persekutuan  dan memiliki pergaulan yang buruk Agar pengembangan spiritualitas kaum muda dapat terwujud melalui katekisasi maka penulis mengusulkan agar materi pembelajaran katekisasi ditambah dan diperluas, menyusun kurikulum katekisasi, memberdayakan pendidik yang profesional serta orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat berperan untuk mendidik, membina kaum muda serta memberi dukungan yang positif bagi perkembangan kaum muda.
Menjadi Gereja Ramah Anak dalam Meningkatkan Spiritualitas dan Sosial Anak Opini Abdi Putra Hia; Sandy Juliarni Zega
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 15 No. 1 (2022): June 2022
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v15i1.95

Abstract

Menjadi Gereja Ramah Anak merupakan tanggung jawab gereja dalam meningkatkan pertumbuhan spiritualitas dan sosial anak, dalam rangka mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus gereja. Gereja Ramah Anak adalah tindakan yang bertanggung jawab dan berpihak pada anak. Aspek fisik, mental, sosial dan spiritual anak harus dibimbing sesuai dengan tingkat pertumbuhan imannya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui apakah gereja BNKP Nazalou sudah menjadi Gereja Ramah Anak, dan mendeskripsikan strategi yang dilakukan gereja untuk menjadi gereja ramah anak. Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan metode kualitatif. Informan penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Gereja masih belum menjadi gereja yang ramah anak. Terlihat Gereja belum memenuhi indikator Gereja Ramah Anak. Ini disebabkan Gereja belum memahami tentang Gereja Ramah Anak. Selain itu, pelayan dalam gereja, lebih mengutamakan pelayanan kepada jemaat dewasa daripada pelayanan kepada anak.  Di akhir artikel, penulis menyarankan beberapa upaya untuk mewujudkan Gereja Ramah Anak, antara lain mensosialisasikan Gereja Ramah Anak, menyiapkan pelayan anak di gereja, memenuhi indikator gereja ramah anak.
Peran Guru Mendampingi Siswa Korban Bullying Otoriteit Dachi; Bestarianni Telaumbanua
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 15 No. 2 (2022): December 2022
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v15i2.82

Abstract

Sekarang ini, tindakan bullying terjadi dikalangan anak-anak sekolah dasar dan paraktek ini terus terjadi disemua sekolah dan berdampak besar bagi anak-anak yang menjadi korban. Praktek dan tindakan bullying juga terjadi di sebuah sekolah dipinggiran kota Gunungsitoli yakni sekolah dasar UPTD SDN 076059 Lololawa, sebuah sekolah yang terletak dipedesaan dimana praktek bullying diantara siswa marak terjadi. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dimana temuan penelitian lapangan akan dipaparkan secara deskriptif. Bullying yang terjadi di SD Lololawa merupakan tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan dan trauma. Tindakan bullying sangat mempengaruhi kepercayaan diri seorang anak dan mengganggu pola hidup anak tersebut dalam belajar dan bergaul. Tindakan bullying yang terjadi di kalangan siswa, diawali dengan candaan yang berujung pada ejekan dengan kata-kata yang menyakiti atau memanggil dengan julukan-julukan tertentu. Dari tindakan ini, maka muncul tindakan bullying berupa bullying fisik, bullying verbal, dan bullying sosial. Dalam menangani tindakan bullying ini maka yang harus dilakukan yaitu melakukan pendampingan berupa pendampingan psiko sosial yang dilakukan oleh para guru terhadap korban. Untuk memulihkan kepercayaan diri mereka serta menumbuhkan motivasi belajar agar mereka tetap nyaman belajar serta membangun hubungan sosial dengan teman-temannya.

Page 3 of 4 | Total Record : 39