cover
Contact Name
Delipiter Lase
Contact Email
-
Phone
+6282113755597
Journal Mail Official
jurnal@sttsundermann.ac.id
Editorial Address
Pendidikan Street No. 19 Gunungsitoli, Sumatera Utara
Location
Kota gunungsitoli,
Sumatera utara
INDONESIA
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan STT BNKP Sundermann
ISSN : 19793588     EISSN : 27158969     DOI : https://doi.org/10.36588/sundermann
Jurnal Sundermaan is a scientific journal that publishes the result of studies and researches in the areas related to theology, Christian education, and socio-culture studies. This journal focused on novelty and innovation in the field of Biblical studies, Christian theology, Educational science, Sociology, and Religious studies. The audiences of this journal are graduate students, academicians, practitioners, and others who are interested in theology, religion, education, social, and cultural issues.
Articles 39 Documents
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 Delipiter Lase
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 12 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.18

Abstract

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan yang harus dilakukan di lembaga pendidikan sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan dapat bersaing dan berkontribusi secara global. Melalui kajian literatur dan analisis isi, penulis menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum saat ini dan di masa depan harus melengkapi kemampuan siswa dalam dimensi akademik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama dan berpikir secara kritis dan kreatif. Keterampilan tak kasat mata seperti keterampilan interpersonal, berpikir global, dan literasi media dan informasi. Kurikulum juga harus dapat membentuk siswa dengan penekanan pada bidang STEM, merujuk pada pembelajaran berbasis TIK, internet of things, big data dan komputer, serta kewirausahaan dan magang. Selain guru memiliki kompetensi mengajar dan mendidik, literasi media, competence in globalization, competence in future strategies, dan konseling, juga perlu memiliki sikap ramah teknologi, kolaborasi, menjadi kreatif dan mengambil risiko, memiliki selera humor yang baik, serta mengajar secara holistik. Sekolah dan guru perlu mempertimbangkan pembelajaran terbuka dan daring dalam memutuskan bagaimana menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran.
Kaum Milenial & Kebudayaan Nias: Di Persimpangan Jalan Tuhoni Telaumbanua
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 12 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.19

Abstract

This article is intended to explicate how to assist the millennial generation of Ono Niha not to be uprooted from the Nias identity amid globalization and encourage them to participate in preserving Niasan culture. Through the social-historical analysis, this article appeals to the millennial generation not to be alienated from their own culture but participate in cultural conservation. Therefore, it is crucial to conduct a dialogue with millennials by presenting their origins, strengthening the family as a cultural home. Through formal education, the young generation is educated to recognize their cultural values and local wisdom as cultural heritage. Empowering them as subjects and objects of culture is one of the practices to understand local wisdom in the context of Nias. Moreover, increasing institutional roles in preserving various cultural elements are part of the way to increase the interest of millennial to learn their existence, identity, and culture.
PAK Dewasa Dalam Konteks Dua Dunia: Indonesia dan Negeri Belanda: Life-story Based Theology Nieke Kristiana Atmadja
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 12 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.20

Abstract

Paper ini hendak menjelaskan bahwa Life-story based Theology merupakan jenis teologi yang mengacu kepada respons pembaca, seperti halnya: Reading the Bible through another eyes; Laity Movement di awal tahun 80-an. Life-story based Theology, menyangkut dua aspek yakni menawarkan alternatif lain di samping metode-metode tafsir historis-kritis, tafsir literair, dan bertujuan untuk mengangkat dan menggiatkan partisipasi pembaca Alkitab, sebagai pemegang peran yang tidak kalah pentingnya dari metode-metode lain. Life-story based Theology memang tampak mudah dan sedikit bisa diparalelkan dengan kesaksian iman yang sudah lama dikenal di jemaat-jemaat. Seseorang warga gereja berdiri di depan dan bercerita mengenai pengalaman imannya. Tetapi perlu menerapkan apa yang diminta oleh Life-story based Theology, yakni teologi Kristen sebagai ungkapan dari iman yang mencari dan menyelidiki makna dari riwayat hidup Tuhan Yesus dengan segala dimensinya. Namun juga mencari makna yang terkait dari bermacam-macam interpretasi dari riwayat Yesus dengan riwayat hidup kita dengan berbagai interpretasinya. Intinya, segala dimensi dari riwayat Yesus dalam kaitan dengan riwayat hidup manusia. Itulah sebabnya, kita dapat mengatakan adanya life story yang didasarkan pada Teologi.
Hakikat Pelayan Jemaat dari Perspektif Allah: Studi Hermeneutik terhadap Metafora dalam 2 Korintus 2:14a Nurcahaya Gea
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 12 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.23

Abstract

Artikel ini ditulis dalam rangka membantu para Pendeta Jemaat menjawab pergumulan mereka oleh karena tuntutan Jemaat terhadap kriteria pendidikan dan kecakapan yang harus mereka miliki, untuk merespons perkembangan zaman. Tuntutan tersebut mendorong para pelayan berusaha memenuhinya dengan menempuh pendidikan atau pelatihan atas usaha sendiri. Namun di sisi lain, hal itu menimbulkan problema baru. Para pelayan semakin kurang mengandalkan kekuatan spiritualitas dalam melayani. Pelayanan semakin berorientasi pada prestasi. Akibatnya tidak sedikit pelayan yang lupa akan hakikat pelayanan. Tingginya biaya untuk mengasah kemampuan dan ketrampilan, yang tidak diimbangi oleh kemampuan Jemaat menanggulangi biaya hidup pelayan, menyebabkan pelayanan pelayan berorientasi pada kepentingan dirinya. Untuk menjawab pergumulan tersebut, penulis menyodorkan perspektif lain tentang hakikat pelayan, dengan menelusuri pengalaman dan pandangan Paulus, melalui kajian literatur, dengan melakukan studi hermeneutik atas 2 Korintus 2:14a. Ayat tersebut mengandung sebuah metafora, yakni tawanan perang, yang digunakan Paulus untuk mengemukakan pembelaannya terhadap kerasulannya, yang sedang mendapat serangan dari pihak luar Jemaat, yang berhasil memprovokasi Jemaat Korintus, sehingga Jemaat itu mulai menilai Paulus berdasarkan tradisi pada waktu itu, yaitu mengandalkan kemampuan manusia. Dengan ukuran itu mereka menganggap Paulus tidak layak sebagai rasul. Menghadapi tuduhan tersebut, Paulus menggambarkan kerasulannya dengan menggunakan metafora tawanan perang yang rela dipermalukan dan digiring ke dalam maut (2 Kor 2:14a) demi kemuliaan sang pemenang yang menawannya. Melalui metafora itu, Paulus mendemonstrasikan pelayanan Yesus, yang rela menyerahkan diriNya ke dalam maut untuk melakukan kehendak BapaNya. Untuk itu Paulus memandang bahwa kemampuannya melayani tidak dengan mengandalkan usaha-usaha manusia, melainkan kemampuan yang semata-mata berasal (keluar) dari Allah saja.
Dimensi Spritualitas dalam Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Kristen Delipiter Lase; Etty Destinawati Hulu
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 13 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v13i1.24

Abstract

Artikel ini membahas tentang dimensi spiritualitas dalam kepribadian guru pendidikan agama Kristen. Spiritualitas menjadi sangat penting karena pengajaran yang guru pendidikan agama Kristen lakukan bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas peserta didiknya. Ia mesti memiliki spiritualitas yang baik sehingga ia dapat menjadi teladan dalam pengajarannya. Dalam tulisan ini, penulis berupaya memaparkan nilai-nilai esensial spiritualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru PAK dalam rangka memenuhi tugas panggilannya sebagai seseorang yang memiliki profesi sebagai guru. Untuk boleh sampai pada tujuan tersebut, penulis mengembangkan nilai-nilai esensial spiritualitas itu, dengan melakukan kajian litaratur dan analisis isi. Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, termasuk di dalamnya hakikat sipritualitas dari sudut pandang Kekristenan, penulis memaparkan nilai-nilai esensial spiritual yang harus dimiliki seorang guru PAK. Nilai-nilai esensial spiritualitas tersebut dikelompokkan ke dalam dua dimensi, yakni dimensi personal dan dimensi relasional.
Theology of Mission of Banua Niha Keriso Protestant in the Context of Religious Pluralism in Indonesia: A Critical Analysis Oinike Natalia Harefa
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 12 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.25

Abstract

Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) is one of the churches organized by the Western missionaries in Nias, Indonesia. Missionaries sent by Rheinische Missions-Gesellschaft (RMG) since 1865 imparted a theology of mission which emphasized the superiority of Christianity compared to other religions. This kind of mission theology can cause tension and triggered conflict among religions because of the issue of Christianization. Therefore, the primary purpose of this study was to do a critical analysis of the theology of mission of BNKP that is informed by the theology of religion, which addresses the challenge of religious pluralism in Indonesia. This research focused on mission and religions studies. Through historical, sociological, or anthropological studies and content analysis of religions and BNKP, author found four models of mission that is acknowledged by BNKP. The first is a mission as conversion. Here, mission means being a witness of the Gospel to others, so they make a personal decision to believe in Jesus Christ and to be a member of the church. The second is the church-centered mission. The mission is done for the sake of planting and building the church by self-governing, self-propagating, and self-sustaining churches. The third is missio Dei. The mission is understood as God’s mission, and the church is only the instrument of God’s mission. The last is a mission as a holistic mission. In this model, mission means reaching the whole dimension of life including the whole creation.
Analisis Fenomenologi Deskriptif terhadap Panggilan Iman Kristen untuk Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia Dorkas Orienti Daeli; Sonny Eli Zaluchu
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 12 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.27

Abstract

Sifat majemuk Indonesia berlangsung di dalam segala sisi. Salah satunya adalah kemajemukan di dalam azas kepercayaan dan keberagaman di dalam menganut agama. Di tengah keberagaman seperti itu, kekristenan dituntut untuk menjelaskan dirinya sebagai terang dan garam dunia kepada penganut agama lain dalam semangat kerukunan dan pluralisme. Tulisan ini menyimpulkan bahwa salah satu kunci utama membangun kerukunan adalah mengembangkan sikap dialogis yang terbuka, jujur dan saling percaya antar-umat beragama. Dialog akan membuka pintu yang tertutup akibat sikap saling curiga dan eksklusifisme. Dalam paper ini juga dijelaskan bahwa kerukunan umat beragama bukanlah pilihan melainkan panggilan di dalam keyakinan kristiani untuk menjadi berkat bagi pemeluk keyakinan lain. Analisis dan pengembangan di dalam tulisan ini dilakukan dengan model fenomenologi deskriptif.
Kajian Biblika Terhadap Makna “Ta Stigmata Tou Iesou” dalam Galatia 6:17 Adi Putra
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 13 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v13i1.29

Abstract

Artikel ini membahas tentang kajian Biblika terhadap ungkapan “Ta Stigmata Tou Iesou” (?? ???????? ??? ?????) dalam Galatia 6:17, dengan tujuan agar makna yang sesungguhnya dari ungkapan tersebut dapat diperoleh dan orang Kristen dapat menerapkan dalam kehidupan praktisnya. Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang secara spesifik merujuk kepada kajian biblika. Melalui studi Apparatus, analisis dan sintaksis, serta studi narasi interpretative terhadap teks Galatia 6:17, penulis menemukan bahwa ungkapan tersebut merupakan cap fisik yang Paulus peroleh melalui penganiayaan yang dialaminya karena iman dan kegigihannya memberitakan Injil Kristus. Paulus hendak mempertentangkan tanda-tanda fisik milik Kristus yang melekat ditubuhnya itu dengan tanda sunat yang sangat diagung-agungkan oleh orang Yahudi di Galatia. Dan, secara tegas menekankan kepada jemaat Tuhan di Galatia agar lebih memikirkan tanda-tanda penganiayaan pada tubuhnya karena iman dan kegigihan dalam memberitakan Injil Kristus dari sekedar sunat yang telah merusak iman mereka.
Ketika Keadilan Bertemu Dengan Kasih: Sebuah Studi Perbandingan Antara Teori Keadilan Menurut John Rawls dan Reinhold Niebuhr Oinike Natalia Harefa
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 13 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v13i1.31

Abstract

Manusia hidup di bumi ini sebagai homosocious yang berinteraksi secara sosial dengan sesama manusia. Untuk menjaga interaksi sosial ini, maka kebutuhan akan keadilan adalah elemen penting. Beberapa teori tentang keadilan telah dikembangkan sebagai panduan, namun mesti disadari bahwa tidak ada teori maupun cara tunggal untuk mendefinisikan keadilan yang memuaskan untuk semua. Dalam tulisan ini, penulis memilih untuk membandingkan dua pemikir teori keadilan, yakni John Rawls dengan teori kontrak sosialnya dan Reinhold Niebuhr dengan teori keadilan menurut etika Protestan. Metode yang dipergunakan penulis adalah kajian pustaka. Tulisan ini bertujuan untuk mencari titik temu kedua pemikir ini pada konsep mereka tentang keadilan dan kasih.
Makna ‘Ketetapan Tuhan’ dalam Kitab Yunus dan Implikasi dalam Pelayanan Kristiani Michael Johan Sulistiawan
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 13 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v13i1.32

Abstract

Kitab Yunus adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama. Kitab ini memberikan banyak ajaran teologis tentang tindakan Tuhan terhadap manusia dan secara pribadi kepada sosok Yunus. Pesan teologis dan kisah nyata nabi Yunus mengajarkan partisipasi sempurna Tuhan dan memberikan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi literatur dan dokumen penelitian yang berkaitan dengan penulisan judul. Metode analisis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil yang ditemukan, Allah dalam Kitab Yunus adalah 1) Allah yang mengutus Yunus dengan membawa pesan peringatan, 2) Allah memberi kesempatan kepada Niniwe, dan 3) Allah mengubah hati Yunus untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Implikasi dan kesimpulan yang dapat diambil dari kitab ini, yaitu tekad Tuhan dalam kitab Yunus, menggambarkan Tuhan sebagai Tuhan Yang Mahakuasa, bahwa Ia memiliki kuasa atas alam, bahkan dalam kehidupan manusia. Kisah nabi Yunus memberi pelajaran bagi kita orang percaya untuk taat dan setia serta mengikuti panggilan Tuhan.

Page 1 of 4 | Total Record : 39