cover
Contact Name
Elsi Dwi Hapsari
Contact Email
elsidhapsari2@gmail.com
Phone
+6287839259788
Journal Mail Official
elsidhapsari2@gmail.com
Editorial Address
Sekretariat DPP PPNI Graha PPNI Jl. Lenteng Agung Raya No 64, Kec. Jagakarsa, RT 006 RW O8, Jakarta Selatan
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)
ISSN : 25031376     EISSN : 25498576     DOI : http://dx.doi.org/10.32419/jppni.v4i3
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) merupakan jurnal resmi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia ini merupakan jurnal dengan peer-review yang diterbitkan secara berkala setiap 4 bulan sekali (April, Agustus, Desember), berfokus pada pengembangan keperawatan di Indonesia. Tujuan diterbitkan JPPNI adalah untuk mewujudkan keperawatan sebagai suatu profesi yang ditandai oleh kegiatan ilmiah yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh perawat di Indonesia, dikomunikasikan melalui media jurnal yang dikelola oleh organisasi profesi, dan didistribusikan ke kalangan perawat, pemangku kepentingan, dan masyarakat.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2021)" : 6 Documents clear
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP Handri Gumelar; Eny Kusmiran; Mokhamad Sandi Haryanto
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v6i2.264

Abstract

Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas, lingkungan kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kelelahan. Kelelahan kerja perawat merupakan gejala yang berhubungan dengan penurunan efesiensi kerja, keterampilan, serta kebosanan pada perawat. Tujuan Penelitian: menganalisis hubungan beban kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Lantai 1 RSUD Sekarwangi. Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan responden sebanyak 58 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrumen yang dipergunakan adalah kuesioner beban kerja adaptasi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan 15 pertanyaan dan kuesioner kelelahan kerja dari Tarwaka dengan 30 pertanyaan.  Kedua instrumen telah valid dan reliabel.  Analisis data menggunakan uji kategorik tidak berpasangan alternatif chi-square Kolmogorov-Smirnov. Hasil: lebih dari setengah responden mengalami beban kerja berat sebesar 56,9%. Sebagian besar responden mengalami kelelahan tinggi yaitu 67,2%. Tidak terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja nilai (p=0,338). Diskusi: Beban kerja perawat yang tinggi akan menyebabkan kelelahan kerja perawat. Kelelahan kerja akan berdampak pada pelayanan kepada pasien tidak optimal sehingga berisiko terhadap keselamatan pasien. Meskipun hasil analisis hubungan antar variabel secara statistik tidak bermakna, namun pada kajian secara praktik menunjukkan bahwa beban kerja berlebihan dapat memengaruhi kelelahan kerja. Adanya perbedaan temuan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi pengambilan data, instrumen penelitian yang digunakan, dan keterbatasan jumlah sampel.  Kesimpulan: Banyak faktor yang memengaruhi kelelahan kerja.  Hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur serta pertimbangan untuk dikembangkannya materi pembelajaran tentang beban kerja terhadap kelelahan kerja beserta faktor-faktor lainnya yang akan memengaruhi beban kerja perawat.Kata kunci: Beban kerja, kelelahan kerja, perawatCorrelation Between Workload and Work Fatigue in Executing Nurses in Inpatient InstalationABSTRACTWorkload is something that emerges from an interaction between task demands, work environment, skills, behavior and perceptions of workers. It is one of the factors that can cause fatigue. Nurses’ work fatigue is a symptom correlated with a decrease in work efficiency, skills, and boredom in nurses. Objective: to analyze the correlation between workload and level of work fatigue in executing nurses at the 1st Floor Inpatient Installation of Sekarwangi Regional Hospital. Methods: This research is descriptive analytic with a cross sectional approach with 58 respondents. Samples were taken   using total sampling. The instruments used were an adapted workload questionnaire from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia with 15 questions and a work fatigue questionnaire from Tarwaka with 30 questions. Both instruments were valid and reliable. Data were analyzed using an alternative unpaired categorical chi-square test of Kolmogorov-Smirnov. Results: More than half of the respondents (56.9%) experienced a heavy workload. Most of the respondents (67.2%) experienced high fatigue. There was no correlation between workload and work fatigue (p=0.338). Discussion: Nurses’ high workload would cause nurses’ work fatigue. Work fatigue would have an impact on unsatisfactory service to patients so that it risked patient safety. Although the results of the analysis of the correlation between variables was not statistically significant, the practical study indicated that excessive workload could affect work fatigue. The differences in the findings of this research with previous studies might be due to differences in the location of data collection, the research instruments used, and the limited number of samples. Conclusion: Many factors affect work fatigue. The results of this research can be used as a benchmark and consideration for the development of learning materials about the impact of workload on work fatigue and other factors that will affect the nurses’ workload.Keywords: workload, work fatigue, nurses
PENGARUH GAYATRI MANTRA & EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (GEFT) TERHADAP ACADEMIC BURNOUT SYNDROME PADA MAHASISWA KEPERAWATAN TINGKAT AKHIR Ni Luh Nik Rahayu; Ni Made Nopita Wati; Ni Luh Putu Thrisna Dewi; Putu Gede Subhaktiyasa
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v6i2.215

Abstract

Mahasiswa keperawatan berisiko mengalami Academic Burnout Syndrome (ABS) akibat tuntutan akademis yang tinggi. Kondisi ABS pada mahasiswa dapat berdampak pada proses perkuliahan yang tidak maksimal. Gayatri Mantra dan Emotional Freedom Technique (GEFT) adalah terapi nonfarmakologis yang memanfaatkan aliran energi positif dalam tubuh individu itu sendiri, namun masih sedikit diketahui pengaruhnya untuk menurunkan ABS pada mahasiswa. Tujuan: Mengetahui pengaruh GEFT terhadap ABS pada mahasiswa keperawatan. Metode: Desain penelitian ini adalah quasi-experiment dengan pre-post test design with control group. Sampel sebanyak masing-masing 16 orang pada kelompok intervensi dan kontrol yang dipilih melalui purposive sampling. Intervensi GEFT dilakukan selama ± 10 menit, satu kali sehari selama 6 hari berturut-turut. Data dikumpulkan dengan kuesioner MBI-SS. Analisis data menggunakan Uji Paired T-Test dan Uji Independent T-Test. Hasil: Pada kelompok intervensi maupun kontrol saat pre-test sebagian besar responden mengalami burnout berat yaitu sebanyak 56,2%. Namun pada saat post-test pada kelompok intervensi sebanyak 56,2% responden mengalami burnout sedang dengan nilai p=0,000.  Pada kelompok kontrol sebanyak 62,5% mengalami burnout berat dengan nilai p=0,917. Diskusi: Perubahan tingkat ABS pada mahasiswa keperawatan sesudah diberikan terapi GEFT dikarenakan pengucapan Gayatri Mantra diyakini dapat membantu membuka chakra pada tubuh manusia. Chakra terletak pada titik meridian tubuh manusia, sehingga bila Gayatri Mantra digabungkan dengan terapi EFT (menstimulasi titik meridian tubuh untuk menyeimbangkan energi) dapat membantu mengoptimalkan kesehatan fisik dan psikis. Kesimpulan: Diharapkan institusi pendidikan dapat melaksanakan latihan GEFT pada mahasiswa yang mengalami ABS agar dapat memelihara kondisi tetap stabil dan meningkatkan performa akademis mahasiswa.Kata Kunci: Academic burnout syndrome, gayatri mantra, emotional freedom technique, mahasiswa keperawatanEffects of Gayatri Mantra and Emotional Freedom Technique (GEFT) on Academic Burnout Syndrome (ABS)ABSTRACTNursing students are at risk of suffering from Academic Burnout Syndrome (ABS) due to high academic demands. The condition of ABS in students may affect their academic activities. Gayatri Mantra and Emotional Freedom Technique (GEFT) are non-pharmacological therapies that utilize positive energy flows in the individual's body, but little is known about their effect on reducing ABS in students. Objective: To reveal the effects of GEFT on ABS in nursing students. Methods: This research design was a quasi-experiment with a pre-posttest design with a control group. A sample size of 16 people each in the intervention and control groups were selected through purposive sampling. The GEFT intervention was made ± 10 minutes, once a day for 6 consecutive days. Data were collected using the MBI-SS questionnaire and analyzed using Paired T-Test and Independent T-Test. Results: In the intervention and control groups during the pre-test, most respondents (56.2%) experienced severe burnout. However, 56.2% of respondents in the intervention group experienced moderate burnout at the post-test with a p-value of 0.000. 62.5% of respondents in the control group experienced severe burnout with a p-value = 0.917. Discussion: The ABS levels in nursing students change after the GEFT therapy because reciting the Gayatri Mantra is believed to help open the chakras in the human body. Chakras are located at the meridian points of the human body. Therefore, when the Gayatri Mantra is combined with EFT therapy (stimulating the body's meridian points to balance energy), it can help optimize physical and psychological health. Conclusion: It is expected that educational institutions can perform GEFT exercises on students who suffer from ABS to maintain stable conditions and improve student academic performance.Keywords: Academic burnout syndrome, gayatri mantra, emotional freedom technique, nursing students
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENCEGAHAN STROKE PADA PENDERITA HIPERTENSI Marthilda Suprayitna; Baiq Ruli Fatmawati
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v6i2.271

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang sangat berbahaya (sillent killer).  Faktor penyebab hipertensi diantaranya adalah faktor genetik dan lingkungan.  Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi menyebabkan tingginya angka kejadian hipertensi. Tujuan: mengetahui dampak pendidikan kesehatan melalui ceramah/seminar terhadap pengetahuan pencegahan stroke pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penimbung Kabupaten Lombok Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Experiment pretest post test with control group design. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Sampel berjumlah 36 orang dan dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kontrol.  Pretest dan posttest diukur menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.  Analisis data menggunakan Paired t-test dan Independent t-test. Hasil: Pada kelompok intervensi terdapat peningkatan yang bermakna pada skor pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan dibanding sebelumnya [101,56 (SD=2,406) vs 66,2 (SD=2,61), p=0,000].  Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan skor pengetahuan yang bermakna [65,22 (SD=0,707) vs 65,06 9(SD=2,263), p=0,331].  Ada perbedaan skor pengetahuan secara bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan [101,56 (SD=2,406) vs 65,22 (SD=0,707), p<0,001].  Diskusi: Penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan tentang pencegahan stroke pada penderita hipertensi cukup efektif dan efisien serta memberikan pengaruh untuk meningkatkan pengetahuan.  Responden pada kelompok intervensi memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dalam menjawab pertanyaan kuesioner dan mampu menyebutkan cara pencegahan stroke.  Kesimpulan: Terjadi peningkatan pengetahuan tentang pencegahan stroke pada kelompok intervensi. Penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan media dalam memberikan edukasi pada pasien hipertensi.  Kepada instansi terkait agar dapat memperbanyak sosialisasi tentang pencegahan stroke.Kata Kunci: hipertensi, pendidikan kesehatan, pengetahuan, strokeEffects of Health Education on Levels of Knowledge About Stroke Prevention in Hypertensive PatientsABSTRACTHypertension is one of the very dangerous non-communicable diseases (the silent killer). Factors that cause hypertension include genetic and environmental factors. Insufficient knowledge about hypertension causes a high incidence of hypertension. Objective: to reveal the effects of health education through lectures/seminars on knowledge of stroke prevention in hypertensive patients in the working area of the Penimbung Public Health Center, West Lombok Regency. Methods: This research employed a Quasy Experiment pretest-posttest research design with a control group design. Samples were taken using a simple random sampling method. The sample size was 36 people and divided into 2 groups: intervention and control groups. Pretest and posttest were measured using a questionnaire whose validity and reliability had been tested. Data were analyzed using Paired t-test and Independent t-test. Results: In the intervention group, there was a significant increase in the knowledge score after the health education was given compared to before [101.56 (SD=2.406) vs. 66.2 (SD=2.61), p=0.000]. Meanwhile, in the control group, there was no significant increase in knowledge score [65.22 (SD=0.707) vs. 65.06 9(SD=2.263), p=0.331]. There was a significant difference in knowledge scores between the intervention group and the control group after the health education was given [101.56 (SD=2.406) vs. 65.22 (SD=0.707), p<0.001]. Discussion: This research proves that health education about stroke prevention in hypertensive patients is quite effective and efficient and affects increasing knowledge. Respondents in the intervention group had higher knowledge in answering questionnaire questions and mentioned ways to prevent stroke. Conclusion: There is an increase in knowledge about stroke prevention in the intervention group. It is expected that further research develops media in providing education to hypertensive patients. It is recommended that relevant agencies increase socialization about stroke prevention.Keywords: hypertension, health education, knowledge, stroke
GLUKOSA DAN MORTALITAS PASIEN CEDERA KEPALA Galvani Volta Simanjuntak; Amila Amila; Janno Sinaga
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v6i2.308

Abstract

Latar Belakang: Cedera kepala merupakan jenis trauma yang paling sering menyebabkan kematian dan kecacatan sehingga pengenalan indikator prognostik sangat penting untuk meningkatkan hasil.  Namun masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai kadar glukosa dan peningkatan risiko mortalitas pada pasien cedera kepala.  Tujuan: studi pendahuluan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kadar gula darah dengan kematian pasien cedera kepala. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian case-control dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian adalah rekam medis pasien dewasa yang mengalami cedera kepala pada Januari-Desember 2018 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.  Sampel penelitian sebanyak 88 rekam medis. Uji statistik yang digunakan adalah chi square test. Hasil: Hasil penelitian didapatkan 68,2% berjenis kelamin laki-laki, 79,5% berusia <45 tahun, mortalitas pasien dengan kadar gula darah >200 mg/dL sebesar 70%, sedangkan mortalitas pasien dengan kadar gula darah ≤200 mg/dL sebesar 33,3%. Ada hubungan kadar gula terhadap mortalitas pasien cedera kepala (p=0,001, OR=1,654). Diskusi: Peningkatan kadar gula darah dapat menyebabkan kerusakan otak yang luas dan berkaitan dengan prognosis buruk.  Simpulan. Kadar gula darah tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko kematian pasien cedera kepala. Disarankan untuk melakukan penelitian dengan kelompok pasien yang lebih besar sehingga manfaat potensial dari kontrol glukosa pada cedera kepala dapat diketahui dengan benar.Kata Kunci: Cedera Kepala, Glukosa, MortalitasGlucose and Mortality in Patients with Head InjuryABSTRACTBackground: Head injury is a type of trauma that most frequently causes mortality and disability, so it is essential to introduce prognostic indicators to improve outcomes. However, there are still differences in studies regarding glucose levels and increased risk of mortality in patients with head injury. Objective: This preliminary study aims to identify the correlation between blood sugar levels and mortality in patients with head injury. Methods: This study is a case-control study using a retrospective approach. The population was medical records of adult patients who suffered head injuries in January-December 2018 at the H. Adam Malik Central General Hospital of Medan. The research samples were 88 medical records. Data were analyzed using the chi-square test. Results: The study results indicated that 68.2% were male, 79.5% were aged <45 years, mortality of patients with blood sugar levels of >200 mg/dL was 70%, while mortality of patients with blood sugar levels ≤200 mg/dL was 33.3%. There was a correlation between blood sugar levels and mortality in patients with head injury (p=0.001, OR=1.654). Discussion: Elevated blood sugar levels may cause extensive brain damage and are associated with a poor prognosis. Conclusion: High blood sugar levels are correlated with an increased risk of mortality in patients with head injury. It is recommended to conduct further studies with a larger group of patients to properly identify the potential benefits of glucose control in head injury.Keywords: Head Injury, Glucose, Mortality
GAMBARAN SELF-EFFICACY MAHASISWA PROFESI NERS TERHADAP PEMBELAJARAN E-LEARNING Desti Wahyuningrum; Ariani Arista P. Pertiwi; Totok Harjanto
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v6i2.262

Abstract

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self-efficacy mahasiswa profesi ners program studi ilmu keperawatan terhadap metode pembelajaran e-learning berdasarkan 3 dimensi self-efficacy yaitu magnitude, generality dan strength. Metode:Penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa profesi Program Studi Ilmu Keperawatan tahun 2018/2019, Universitas Gadjah Mada, stase manajemen keperawatan dan praktek keperawatan dasar (PKD) yang telah mengikuti program pembelajaran online (e-learning). Penentuan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden 102 mahasiswa (70 mahasiswa stase PKD dan 32 mahasiswa stase manajemen keperawatan). Pengambilan data menggunakan instrumen Online Learning Self-efficacy Scale. Data dianalisis dan dilaporkan dengan distribusi frekuensi. Hasil: Sebanyak 61 (59,8%) mahasiswa profesi ners memiliki self-efficacy yang tinggi terhadap pembelajaran dengan metode e-learning. Rata-rata self-efficacy tinggi pada 2 dimensi yaitu strength (mean=15,44, SD=2,3) dan generality (mean=14,53, SD=2,3), sedangkan tingkat self-efficacy yang rendah pada dimensi magnitude (mean=12,00, SD=3,1). Diskusi: Materi pembelajaran e-learning dengan video dan tugas yang dikemas secara interaktif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan self-efficacy mahasiswa. Penting juga untuk melakukan pengembangan materi dan tugas-tugas yang dimulai dari konsep sederhana secara bertahap ke tingkat kesulitan yang lebih tinggi  yang dapat membantu mahasiswa dalam memahami keseluruhan materi pembelajaran. Kesimpulan: Mahasiswa keperawatan yang berada pada fase rotasi klinik memiliki kecenderungan tingkat self-efficacy yang bernilai tinggi terhadap metode pembelajaran online (e-learning).Kata kunci: E-learning, mahasiswa keperawatan, pendidikan klinis, self-efficacy Overview of Self-Efficacy of Nurse Professional Students Towards E-Learning ABSTRACTObjective: This research aimed to describe nursing students’ self-efficacy in using e-learning during clinical rotation phase in the nursing study program based on 3 dimensions of self-efficacy, namely magnitude, generality and strength. Methods: This was a descriptive quantitative research with cross-sectional design. The population in this research was nursing students in the clinical rotation phase in the academic year of 2018/2019, Gadjah Mada University, who were in the nursing management stage and basic nursing practice (PKD) stage and participated in the online learning program. Samples were determined using a total sampling technique with the respondents of 102 students (70 students from PKD and 32 students from nursing management stages). Data were collected using the Online Learning Self-Efficacy Scale instrument. Data were analyzed and reported using frequency distribution. Results: 61 students (59.8%) had high self-efficacy towards learning with the e-learning method. The average self-efficacy was high in 2 dimensions, namely strength (mean=15.44, SD=2.3) and generality (mean=14.53, SD=2.3), while the low level of self-efficacy was in the magnitude dimension (mean=12.00, SD=3.1). Discussion: Interactive learning materials including videos and assignments are needed to increase students’ confidence and self efficacy.  It is also important to develop the materials start with a simple concept gradually to higher level of difficulty to help students understand the entire materials of learning.  Conclusion: Nursing students who are in the clinical rotation phase have a tendency to have a high level of self-efficacy towards online learning (e-learning) methods. Keywords: E-learning, nursing students, clinical education, self-efficacy
PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN LEAFLET PADA IBU DALAM MENCIPTAKAN RUMAH BEBAS ASAP ROKOK Purwanta Purwanta; Katarina Windhi Anggita Sari; Yayi Suryo Prabandari
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v6i2.283

Abstract

Banyaknya ibu rumah tangga (IRT) yang menganggap biasa perilaku merokok anggota keluarganya akibat rendahnya pengetahuan tentang bahaya merokok. Penelitian terdahulu menyebutkan audiovisual dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan IRT dalam pengendalian rokok yang signifikan.  Tujuan: Mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan media  audiovisual dan  leaflet pada pengetahuan, sikap, dan tindakan IRT dalam  menciptakan rumah bebas asap rokok. Metode: jenis penelitian quasi experimental nonequivalent control group design with pretest-posttest.  Pengambilan data pada Januari-Maret 2017 dilakukan menggunakan kuesioner pada 58 IRT, yang terdiri dari 27 sebagai kelompok intervensi dan 31 sebagai kelompok pembanding.  Data dianalisis menggunakan uji statitik Wilcoxon, paired t-test, dan Mann-Whitney. Hasil: Peningkatan pengetahuan dan tindakan terjadi pada kelompok intervensi dan pembanding, sedangkan peningkatan sikap hanya terjadi pada kelompok intervensi (p<0,05).  Tidak terdapat perbedaaan pengetahuan dan sikap antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok pembanding (p>0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rerata tindakan pada pengambilan data pretest-posttest I kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok pembanding (p=0,043), tetapi hasil posttest I-posttest II tidak menunjukkan perbedaan nilai rerata tindakan yang signifikan pada kedua kelompok (p>0,05). Diskusi: Terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada kelompok intervensi yang diberikan media audiovisual dan leaflet karena informasi dari audiovisual dapat dipahami oleh semua tingkat pendidikan.  Kelompok pembanding menunjukkan peningkatan pengetahuan dengan promosi kesehatan menggunakan leaflet karena juga disertai penjelasan secara lisan oleh peneliti.  Tidak ada perbedaan bermakna pada peningkatan sikap antara kelompok intervensi dan pembanding.  Kesimpulan: Promosi kesehatan dengan media audiovisual dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan IRT dalam menciptakan rumah bebas asap rokok. Kata kunci: audiovisual, ibu rumah tangga, leaflet, rumah bebas asap rokokHealth Promotion Through Audiovisual and Leaflet for Housewives to Create Smoke Free HomeABSTRACTMany housewives (IRT) consider the smoking behavior of their family members to be normal due to low knowledge about the dangers of smoking.  Previous studies have stated that audiovisuals and leaflets can significantly increase the knowledge, attitudes, and actions of IRT in controlling cigarettes.  Objective: To investigate the effect of health promotion through audiovisual and leaflet for housewives’s knowledge, attitude and behaviour to create smoke free home. Methods: Quasi experimental with non-equivalent pretest-posttest design were conducted with 58 housewives that consisted of 27 housewives as  intervention group treated with health promotion  through audiovisual and leaflet and 31 housewives as control group treated with health promotion through leaflet. Data was collected in questionnaire from January-March 2017. Data was analyzed using Wilcoxon, paired t-test dan Mann-Whitney. Results: Improved knowledge and  behaviour occured in both groups, whereas improved attitude only occurred in intervention group (p<0.05).  There was no significantly difference in knowledge and attitude of intervention and control group (p>0.05). There  was statistically significant diferrence  (p=0.043) in the average mean on behaviour  in pretest-posttest I between intervention group and control group, but in pretest-posttest II, posttest I-posttest II there was no statistically difference in the average mean behaviour between both group (p>0.05). Discussion: there was a significant increase in knowledge in the intervention group who were given audiovisual media and leaflets because information from audiovisuals could be understood by  all level of educations.  The comparison group showed an increase knowledge with health promotion using leaflets because it was also accompanied by an oral explanation by the researcher.  There was no significant difference in attitude improvement between the intervention and comparison groupConclusion: Health promotion through audiovisual and leaflet can improve housewives’s knowledge, attitude and behaviour to create smoke free home. Keywords: audiovisual, housewives,  leaflet, smoke free home

Page 1 of 1 | Total Record : 6