cover
Contact Name
Elsi Dwi Hapsari
Contact Email
elsidhapsari2@gmail.com
Phone
+6287839259788
Journal Mail Official
elsidhapsari2@gmail.com
Editorial Address
Sekretariat DPP PPNI Graha PPNI Jl. Lenteng Agung Raya No 64, Kec. Jagakarsa, RT 006 RW O8, Jakarta Selatan
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)
ISSN : 25031376     EISSN : 25498576     DOI : http://dx.doi.org/10.32419/jppni.v4i3
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) merupakan jurnal resmi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia ini merupakan jurnal dengan peer-review yang diterbitkan secara berkala setiap 4 bulan sekali (April, Agustus, Desember), berfokus pada pengembangan keperawatan di Indonesia. Tujuan diterbitkan JPPNI adalah untuk mewujudkan keperawatan sebagai suatu profesi yang ditandai oleh kegiatan ilmiah yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh perawat di Indonesia, dikomunikasikan melalui media jurnal yang dikelola oleh organisasi profesi, dan didistribusikan ke kalangan perawat, pemangku kepentingan, dan masyarakat.
Articles 166 Documents
Kualitas Hidup Peserta Prolanis Diabetes Tipe 2 di Yogyakarta Ni Putu Ayu Noviyantini; Anggi Lukman Wicaksana; Heny Suseani Pangastuti
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.699 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i2.183

Abstract

ABSTRAKDiabetes merupakan penyakit metabolik yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup. Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes melalui Prolanis. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup peserta Prolanis diabetes tipe 2 di Puskesmas Depok Sleman Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian ini adalah peserta Prolanis diabetes tipe 2 di Puskesmas Depok Sleman Yogyakarta berjumlah 85 orang, diperoleh dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengkaji kualitias hidup adalah Diabetes Quality of Life-Brief Clinical Inventory. Analisis data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil: Rerata kualitas hidup peserta Prolanis diabetes tipe 2 adalah 3,84 ± 0,51. Angka tersebut relatif mendekati nilai optimal yang menunjukkan kualitas hidup baik. Rerata kualitas hidup berdasarkan karakteristik demografi ditemukan bahwa pada kelompok usia dewasa akhir (≥ 60 tahun), berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMP, tidak bekerja, berstatus menikah, berpenghasilan 2 juta - 4 juta, lama menyandang diabetes selama <5 tahun, mengikuti Prolanis ≥ 6 bulan, dan tidak memiliki penyakit penyerta menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik. Kesimpulan: Kualitas hidup peserta Prolanis diabetes tipe 2 di Puskesmas Depok Sleman Yogyakarta dalam kategori baik.Kata Kunci: diabetes mellitus, diabetes tipe 2, kualitas hidup, Prolanis Quality of Life Among Prolanis Members of Type 2 Diabetes in Yogyakarta ABSTRACTDiabetes is a metabolic disease that will affect quality of life. Implementing Prolanis is the current effort of the Indonesian government to improve the quality of life for people with diabetes. Objective: The research aimed to determine the quality of life for Prolanis members of type 2 diabetes in Puskesmas Depok Sleman Yogyakarta. Method: It was a quantitativedescriptive study with a cross-sectional design. Respondents involved were Prolanis members of type 2 diabetes in Puskesmas Depok Sleman Yogyakarta. We recruited 85 respondents using total sampling technique. Diabetes quality of life-brief clinical inventory assessed quality of life among respondents. The analysis was presented in a distributionfrequency table. Results: The average quality of life of Prolanis type 2 diabetes participants was 3.84 ± 0.51, relatively closed with the optimal number, which indicated good quality of life. The average quality of life based on the demographic characteristics revealed the age group of late adult, male, junior high school alumnae, unemployed person, marriage, income 2 - 4 million, having diabetes for <5 years, following Prolanis ≥ 6 months, and no comorbidity indicated good category of quality of life. Conclusion: Prolanis members of type 2 diabetes in Puskesmas Depok Sleman Yogyakarta have good category of quality of life.Keywords: diabetes mellitus, Prolanis, quality of life, type 2 diabetes
PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PRO-SELF TERHADAP KECEMASAN DAN DEPRESI PASIEN KEMOTERAPI Jihanni Mustika Mawardani; Haryani .; Probosuseno .
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.63 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i2.21

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Kemoterapi menimbulkan efek samping fi siologis dan psikologis. Gejala psikologis yang dapatterjadi berupa kecemasan dan depresi. Masalah psikososial dapat diatasi dengan memfasilitasi peningkatankoping pasien melalui pemberian informasi dan peningkatan sistem dukungan. Program PRO–SELF yangdidesain untuk pasien kanker dewasa meliputi informasi, keterampilan, dan dukungan supaya penderitakanker dapat terlibat mandiri secara efektif dan konsisten dalam mengelola efek samping kemoterapi sehinggakeparahan gejala yang berhubungan dengan penyakitnya atau penanganan penyakitnya dapat diminimalkan.Tujuan: mengetahui pengaruh implementasi Program PRO-SELF terhadap kecemasan dan depresi padapasien kemoterapi. Metode: penelitian quasi eksperimen dengan pre-test-post-test one group design yangmelibatkan 40 responden selama 3 bulan dengan kriteria inklusi semua pasien kemoterapi, berusia kurangdari 65 tahun, nilai skala Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) 0–2. Data dikumpulkan pada bulanJuli–September 2013 di Ruang Penyakit Dalam IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito. Kriteria eksklusinya pasien kankeryang memiliki riwayat gangguan psikiatri. Responden diberikan pre-test, kemudian diberikan intervensi olehpeneliti berupa pemberian program PRO-SELF yang terdiri atas pemberian informasi, keterampilan tentangkemoterapi dan pengurangan efek samping kemoterapi, serta pemberian dukungan melalui telepon saatpasien di rumah. Setelah intervensi, responden diberikan post-test dengan jarak waktu 3 minggu dari pretest. Pengukuran kecemasan dan depresi menggunakan kuesioner hospital anxiety depression scale (HADS).Analisis data dilakukan dengan analisis Wilcoxon Test dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Terdapatperbedaan bermakna tingkat kecemasan pada responden (p=0,001) dari pre-test ke post-test. Tingkat depresitidak bermakna dari pre-test ke post-test (p=0,258). Kesimpulan: Implementasi program PRO-SELF secaraefektif dapat mengurangi kecemasan pasien kemoterapi, tetapi tidak dapat secara efektif mengurangi depresi.Kata Kunci: kemoterapi, kecemasan, depresi, program PRO-SELF.ABSTRACTBackground: Chemotherapy causes physiological and psychological side effects. Psychological symptomsthat can occur are anxiety and depression. Psychosocial problems can be overcame by improved patient copingthrough the provision of information and improved support system. PRO-SELF program that was designedincrease self-care skills for adult patients undergoing cancer therapy includes information, skills, and support socancer patients can be engaged effectively and consistently independent in managing side effect chemotherapy,so the severity of symptoms due to disease or treatment disease can be minimized. Objectives: To identify theeffect of implementation PRO-SELF program to anxiety and depression in chemotherapy patients. Methods:This study used pre-experimental, one-group pre-test-post-test design involving 40 respondents for 3 month,inclusion criteria in this study are all chemotherapy patients, aged less than 65 years, screening patients withEastern Cooperative Oncology Group (ECOG 0–2) scale. Data were collected within July–September 2013 inInternal Injuries IRNA 1 Room RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Exclusion criteria is cancer patients who havehistory of psychiatric disorder. Respondents were given a pre-test, then were given intervention by nursingstudent with provision of information, skills in reducing chemotherapy side effects, and provide support withtelephone when patients are at home. Respondent were given post-test after intervention 3 weeks after pretest. Measurement of anxiety and depression using hospital anxiety depression scale (HADS) questionnairesand analyzed with Wilcoxon test with 95% level of signifi cancy. Results: Decrease respondents anxiety frompre-test to post-test with signifi cancy 0.001, there is signifi cant difference. Depression respondents changedfrom pre-test to post-test with signifi cancy 0.258, that is non-signifi cant difference. Discussion: PRO-SELFprogram effectively reduce anxiety because information, skills, support can reduce anxiety. Conclusions:Implementation of the PRO-SELF program effectively reduce patient anxiety chemotherapy. Yet it can notreduce depression effectively.Keywords: chemotherapy, anxiety, depression, PRO-SELF program.
Hubungan Ketersediaan Sarana untuk Ketrampilan Mahasiswa dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Skills Laboratorium Yulifah Salistia Budi; Shanti Wardaningsih
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 2, No 3 (2017)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.657 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v2i3.95

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Pembelajaran laboratorium adalah bagian penting dari proses pendidikan yang kompleks untuk mempersiapkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan ketrampilan saat menghadapi ujian skills laboratorium. Masalah dalam pembelajaran laboratorium yaitu mahasiswa tidak melakukan redemonstrasi karena kurang motivasi dan meremehkan, kurang keberanian mahasiswa untuk mencoba, merasa sudah tahu, anggapan keterampilan yang dipelajari kurang menantang, waktu yang terbatas, serta keterbatasan alat praktek. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kemampuan skill mahasiswa saat ujian ketrampilan laboratorium yang nantinya akan memengaruhi psikologis mahasiswa. Tujuan penelitian: untuk mengetahui bagaimana hubungan ketersediaan sarana sebagai penunjang ketrampilan mahasiswa dengan kecemasan menghadapi ujian skills laboratorium. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan model sekuensial eksplanatori, yang melibatkan mahasiswa, dosen dan laboran. Data dianalisis dengan uji statistik Kruskal Wallis, dilanjutkan dengan analisis kualitatif secara manual dengan pengkategorian makna final kemudian disimpulkan dari kedua analisis tersebut. Hasil: Hasil penelitian secara kuantitatif dengan uji statistik Kruskal Wallis didapatkan hubungan yang tidak signifikan pada ketrampilan mahasiswa dengan kecemasan mahasiswa program studi (prodi) Diploma III Keperawatan dalam menghadapi ujian skills laboratorium. Hasil uji kualitatif didapatkan empat tema yaitu ketersediaan alat, efektifitas dalam praktek, kecukupan sumber dan metode untuk menurunkan kecemasan. Diskusi: meskipun keberadaan sarana atau alat sebagai sumber belajar dan keefektifan mahasiswa saat praktikum dipandang kurang mendukung ketrampilannya, tetapi mahasiswa mampu mengendalikan kecemasan yang mereka alami. Simpulan: kecemasan mahasiswa berada pada tingkat ringan, tidak terdapat hubungan antara ketersediaan sarana untuk ketrampilan mahasiswa dengan kecemasan dalam menghadapi ujian skills laboratorium.Kata kunci: cemas, mahasiswa keperawatan, ujian skills laboratorium, sarana laboratoriumRELATIONSHIP BETWEEN AVAILABILITY OF FACILITIES FOR STUDENT SKILLS WITH ANXIETY IN FACING LABORATORY SKILLS EXAMINATION: A MIXED METHODS STUDYABSTRACTBackground: Laboratory skills is an important part of a complex educational process order to ability of students in performing skills when facing a laboratory skills examination. A problem in laboratory learning is that students do not perform re-demonstration because they lack motivation and underestimate, are afraid to try, think they already know, think that skills are less challenging, have limited time, and equipment is limited. These conditions may affect the ability of student’s skills during the laboratory skills examination which will later affect their psychology. Objective: To identify the relationship between the availability of facilities to support student skills with anxiety in facing the laboratory skills examination. Methods: This research employed a mixed methods research of explanatory sequential models, involving students, lecturers and laboratory staff. Data were analyzed using Kruskal-Wallis statistical test, followed by using qualitative analysis manually by categorizing the final significance and concluded from both analyses. Results: The quantitative research results by using the Kruskal-Wallis statistical test indicated that there was no significant relationship of the student skills on the anxiety in students of Diploma Nursing program in facing the laboratory skills examination. The qualitative test results indicatedfour themes, namely availability of equipment, effectiveness in practice, and adequacy of resources and methods to decrease the anxiety. Discussion: Although the availability of facilities or equipment as a source of learning and effectiveness of students during practicum is considered not supporting their skills, students are able to control their anxiety. Conclusion: Students has mild anxiety; there is no significant relationship between the availability offacilities for student skills with anxiety in facing laboratory skills examination.Keywords: anxiety, nursing students, laboratory skills examination, facilities of laboratory
Studi Perbandingan Modern Dressing (Salep Tribee) dan Konvensional Terhadap Proses Penyembuhan Luka PADA PASIEN POST OPERASI APENDIKTOMI Vega M. Tusyanawati; Marlin Sutrisna; Tonika Tohri
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.285 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i1.172

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini merupakan studi perbandingan modern dressing (salep tribee) dan konvensional terhadap proses penyembuhan luka pada pasien post operasi apendiktomi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis perawatan luka terhadap penyembuhan luka post operasi apendiktomi. Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasy Experiment posttest-only design. Jumlah sampel sebanyak 18 orang dengan teknik accidental sampling. Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada tanggal 19 April 2017–19 Mei 2017. Instrumen penelitian ini adalah lembar observasi penyembuhan luka. Ijin etik untuk penelitian dari STIKes Rajawali. Data dianalisis secara univariate dan bivariate. Hasil: rerata usia kelompok intervensi 29,6 tahun (SD 3,5) sedangkan pada kelompok kontrol 31,1 tahun (SD 3,4). Nilai median penyembuhan luka kelompok intervensi adalah 1,00 dan pada kelompok kontrol 3,00. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan nilai p-value 0,001. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna pada proses penyembuhan luka dengan menggunakan perawatan luka konvensional dan modern.Kata kunci: Jenis perawatan luka; post operasi apendektomiA Comparative Modern Pressing (Tribee Ointment) and Conventional Pressing of Postoperative Wound Healing in Appendectomy ABSTRACTThe research is comparative study between modern dressing (salep tribee) and conventional toward healing process in post appendectomy patients. Objective: This study was to investigate the effect of treatment of postoperative wound healing appendectomy. Method: The design used in this research is Quasi Experiment, with posttest-only design approach. The number of samples were 18 selected with using accidental sampling technique. Collecting data in Dustira Hospital Cimahi between 19 April and 19 May 2017. The instrument of this research is observation form of wound healing. The ethical clearance from STIKes Rajawali Bandung. Data was analyzed with univariate and bivariate analysis. Result: The result shows the mean age of the intervention group was 29.6 years (SD 3.5) whereas in the control group 31.1 years (SD 3.4). The median value of wound healing in the intervention group was 1.00 and in the control group 3.00. Further analysis resulted in a p-value of 0.001. Conclusion: There is a significant difference in the wound healing process using conventional and modern wound care.Keywords: type of wound care; post-operative appendectomy
HAND MASSAGE TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN PRA-OPERASI PADA PEMBEDAHAN ELEKTIF Erawati Sitompul; Mustikasari .
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.115 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i1.11

Abstract

ABSTRAKTujuan Penelitian: mengidentifi kasi pengaruh hand massage terhadap penurunan kecemasanklien. Metode: Desain penelitian quasi experimental one group pre-test post-test dengan sampel 27orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Spielberg State-Trait Anxiety Inventory (STAI)for adult. Uji statistik menggunakan Uji Proporsi, Chi Square dan Uji ANOVA. Hasil: Respondenpenelitian dengan rerata usia 30 tahun, mayoritas berpendidikan sarjana, bekerja, dan pernahmenjalani pembedahan. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan tingkatkecemasan klien pra-operasi dengan perolehan nilai p>0,05. Terdapat pengaruh Hand Massageterhadap penurunan tingkat kecemasan klien dengan nilai p=0,038<0,05. Diskusi: Hasil penelitianmenyarankan agar hand massage dijadikan sebagai intervensi mandiri keperawatan dalampenanganan kecemasan di tahap pra-operasi pada pasien bedah elektif. Simpulan: Hand massagedapat menurunkan tingkat kecemasan klien pra-operasi pada pembedahan elektif di Rumah SakitPondok Indah Jakarta Selatan.Kata Kunci: hand massage, kecemasan, pra-operasi, pembedahan elektif.ABSTRACTObjectives: The study aimed to identify the effect of hand massage on the reduction of client’sanxiety. Methods: This study was quasi experimental one group pretest postest with a samplesize of 27 people. It employed a questionaire of Spielberg State Trait Anxiety Inventory (STAI) foradult. Data were analyzed using proportion, chi square and ANOVA tests. Result: The averageage of respondents was 30 years old, mostly holding bachelor degree, working and having surgeryexperience. The results indicated that there was no correlation between characteristics of respondentsand their levels of pre-operation anxiety, (p>0.05). Hand massage had an effect on the reduction ofclient’s anxiety levels (p=0.038<0.05). Discussion: The results suggested that Hand Massage beused as an independent nursing intervention in addressing client’s anxiety in pre-elective surgery.Conclusion: Hand massage reduces the anxiety levels of pre-operative clients in elective surgeryat Pondok Indah Hospital, South Jakarta.Keywords: hand massage, anxiety, preoperation, elective surgery
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Meylona Verawaty Zendrato; Rr. Tutik Sri Hariyati
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.454 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v2i2.86

Abstract

ABSTRAKKualitas asuhan keperawatan menjadi elemen kunci mutu pelayanan di rumah sakit. Fenomena yang terjadi di instalasi rawat jalan ialah pemberian asuhan keperawatan yang sangat minim. Tujuan penelitian: mengoptimalkan pengelolaan asuhan keperawatan di instalasi rawat jalan. Metode: Metode yang digunakan studi pilot, identifikasi masalah dengan teknik wawancara terstruktur, observasi, dan pengisian kuesioner kepada 28 perawat. Analisis masalah dilakukan dengan metode fish bone, pemecahan masalah menggunakan metode plan, do, check, action. Hasil: Terjadi peningkatan pengetahuan perawat terhadap proses asuhan keperawatan sebelum (17,80%), sesudah implementasi (82,3%), dan didapati empat faktor yang memengaruhi pemberian asuhan di instalasi rawat jalan, yaitu sumber daya manusia, sistem kerja yang jelas antarbagian, dokumentasi manual di luar keperawatan, dan fasilitas dan sarana yang kurang memadai. Diskusi: pengelolaan asuhan keperawatan membutuhkan dukungan manajemen. Kesimpulan: sebaiknya manajer melakukan perencanaan untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan melalui pengarahan pelayanan kepada visi rumah sakit, peningkatan pendidikan, peningkatan motivasi, dan berkoordinasi dalam pengadaan fasilitas dan sistem layanan guna optimalisasi pengelolaan asuhan keperawatan.Kata kunci: asuhan keperawatan, pengelolaan, rawat jalan.OPTIMIZATION OF NURSING CARE MANAGEMENT AT OUTPATIENT INSTALLATION OF X HOSPITALAbstractThe quality of nursing care is a key element of hospital service quality. A phenomenon that occurs in outpatient care is providing nursing care at the minimum. Objective: To optimize the nursing care management t outpatient installation. Methods: This study employed pilot study, identifying problem using structured interview technique, observation, and filling out questionnaires to 28 nurses. Problems were analyzed using fish bone and solved using plan, do, check, action method. Results: There was an increase in nurses’ knowledge about the process of nursing care before (17.80%) and after the implementation (82.3%), and there were 4 factors that affected the provision of care in outpatient installation, namely human resources, a clear job system between departments, manual documentation beyond nursing, and inadequate facilities and infrastructure. Discussion: Nursing care management requires support from the management. Conclusion: Managers should plan on increasing the quality ofnursing care by directing services to the vision of the hospital, improving education, increasing motivation, and coordinating in the procurement of facilities and service systems in order to optimize the nursing care management.Keywords: nursing care, management, outpatient
FAKTOR RISIKO STROKE PADA USIA PRODUKTIF DI RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL (RSSN) BUKIT TINGGI Hendri Budi; Indrawati Bahar; Heppi Sasmita
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 3, No 3 (2018)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.228 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v3i3.163

Abstract

ABSTRAKTujuan: mengetahui faktor risiko yang menyebabkan stroke hemoragik dan iskemik pada pasien usia produktif di RSSN Bukittinggi. Metode: Jenis penelitian ini deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di RSSN Bukittinggi pada April sampai Oktober 2015. Populasinya seluruh pasien stroke yang dirawat di ruangan saraf berjumlah 2.132 pasien. Sampel berjumlah 77 orang yang memenuhi kriteria inklusi, dipilih dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Instrumen menggunakan daftar checklist tentang faktor risiko stroke yang dapat dimiliki pasien. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji t independent, chi square dan multivariate regresi logistik. Hasil penelitian: 58,4% pasien stroke berjenis kelamin laki-laki; 97,4% berumur dewasa tua (36-59 tahun), 28,6% pekerjaan ibu rumah tangga; 68,8% stroke iskemik, 13,2% diantaranya berusia 21-45 tahun; 39,6% berusia 56-59 tahun; 31,2% stroke hemoragik, 29,2% diantaranya berusia 21-45 tahun, 37,5% berusia 51-55 tahun. Faktor risiko yang berhubungan dengan stroke iskemik yaitu hipertensi (p value=0,012), kurang olah raga (p value=0,008), dan pola makan banyak lemak (p value=0,029). Faktor yang paling berpengaruh adalah hipertensi (p value=0,052). Faktor risiko yang berhubungan dengan stroke hemoragik yaitu hipertensi (p value=0,016). Kesimpulan: Pada pasien usia produktif, stroke iskemik disebabkan oleh riwayat hipertensi, kurang olah raga dan pola makan banyak lemak, dan faktor yang paling berpengaruh yaitu riwayat kurang olah raga, sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh adanya riwayat hipertensi. Disarankan kepada manajemen perawatan dan perawat agar melaksanakan pendidikan kesehatan yang berfokus pada penatalaksanaan pasien hipertensi, modifiasi gaya hidup dan discharge planning terkait faktor risiko stroke kepada pasien dan keluarga.Kata Kunci: Faktor risiko, stroke iskemik, stroke hemoragikRisk Factors of Stroke in Productive Age at National Stroke Hospital (Rssn) Bukit Tinggi ABSTRACT Objective: to determine the risk factors that cause hemorrhagic and ischemic strokes in productive age patients at RSSN Bukittinggi. Method: Type of research was observational descriptive with crosssectional design. The study was conducted at RSSN Bukittinggi on April to October 2015. The population was all stroke patients treated in the nerve ward totaling 2,132 patients. Samples were 77 people who met the inclusion criteria obtained by purposive sampling. Data collection used documentation study. The instrument is a checklist of stroke risk factors that a patient could have. Data analysis using descriptive statistics, independent t test and chi square test and multivariate logistic regression. Results: 58.4% of stroke patients were male, 97.4% were elderly adults (36-59 years), 28.6% were housewives, 68.8% of ischemic strokes 13.2% were aged 21 -45 years, 39.6% were 56 -59 years. 31.2% of hemorrhagic strokes 29.2% of them aged 21-45 years, 37.5% aged 51-55 years. Risk factors associated with ischemic stroke are hypertension (p value:0.012), lack of exercise (p value:0.008), and eating a lot of fat (p value:0.029). The most influential factor is hypertension (p value:0.052). Risk factors associated with hemorrhagic stroke are hypertension (p value:0.016). Conclusion: In patients of productive age, ischemic stroke is caused by a history of hypertension, lack of exercise and eating a lot of fat, and the most influential factor is a history of lack of exercise, whereas hemorrhagic stroke is caused by a history of hypertension. It is recommended to care management and nurses to carry out health education that focuses on the management of hypertensive patients, lifestyle modification and discharge planning related to stroke risk factors to patients and families. Keywords: Risk factors, ischemic stroke, hemorrhagic stroke
Efektivitas Peer Group Diabetes Self Care Education terhadap Diabetes Self Care Activities Pasien DM Tramirta Trendi Iriani; Haryani -; Khudazi Aulawi
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.705 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v2i1.77

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Pasien diabetes melitus (DM) perlu mengontrol kadar glukosa darah dengan melakukan perawatan DM yang terdiri dari pengobatan, latihan, diet, dan edukasi. Peer group pada pasien DM dimungkinkan membantu perawatan DM. Tujuan penelitian: mengetahui efektivitas peer group diabetes self management education program (DSMEP) terhadap diabetes self-care activities DM tipe 2. Metode: Pre-eksperimental dengan rancangan one group pre-test-post-test design with control group. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dari November-Maret 2013, dengan kriteria inklusi: DM tipe II dan >18 tahun. Jumlah sampel masing-masing 13 pasien untuk kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan DSMEP, kelompok kontrol mendapatkan edukasi standar. Pretest diberikan sebelum intervensi, post test diberikan sebulan sesudah intervensi. Instrumen The Summary of Diabetes Self-Care Activities (validitas nilai r 0,361, Cronbach’s Alpha 0,847) digunakan untuk mengukur aktivitas perawatan diri. Analisis data menggunakan t-test berpasangan dan tidak berpasangan. Hasil: Kebanyakan responden perempuan, lama pengobatan 10 tahun. Mayoritas pendidikan perguruan tinggi, suku Jawa, Islam, dan menikah. Terdapat perbedaan aktivitas perawatan diri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol pada komponen pengobatan pasien DM (p=0,005), tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan pada komponen diet (p=0,077), olahraga (p=0,259), tes gula darah (p=0,058), dan perawatan kaki (p=0,309). Kesimpulan: Peer group diabetes self management education program (DSMEP) dapat meningkatkan kemampuan perawatan diri pasien DM tipe 2.Kata Kunci: diabetes, peer group, self care, activitiesEFFECTIVENESS OF PEER GROUP-BASED DIABETES SELF-CARE EDUCATION ONDIABETES SELF-CARE ACTIVITIES IN DM PATIENTSABSTRACTBackground: Diabetic patients need to control their blood glucose level through DM management consisting of medication, exercise, diet, and education. Peer group in DM patients may help DM treatment. Objective: To identify the effectiveness ofpeer group-based diabetes self-management education program (DSMEP) on diabetes self-care activities of type 2 DM. Methods: This study was pre-experimental with one group pre-test-post-test design with control group design. Samples were taken using purposive sampling from November to March 2013, with inclusion criteria of DM type II and >18 years old. The sample size was 13 patients for each of the intervention and control group. The intervention group received DSMEP, while the control group received standard education. Pretest was given before the intervention and posttest was given a month after the intervention. The Summary Instrument of Diabetes Self-Care Activities (validity value r>0.361, Cronbach’s Alpha=0.847) was used to measure self-care activities. Data were analyzed using paired and unpaired t-test. Results: Most of the respondents were female and received more than 10years of treatment. The majority of the respondents were tertiary educated, Javanese, Islamic, and married. There was a difference in self-care activity before and after intervention between the intervention and control groups in the component of DM patient treatment (p=0.005), but there was no significant difference in the components of dietary (p=0.077), exercise (p=0.259), blood sugar test (p=0.058), and foot care (p=0.309). Conclusion: Peer group-based diabetes self-management education program (DSMEP) can improve self-care ability of type 2 diabetes patients.Keywords: diabetes, peer group, self-care, activities
Peran Booklet Terhadap Pengetahuan, Sikap, Perilaku Jumantik-PSN DAN KEBERADAAN JENTIK DI PANARUNG, KOTA PALANGKA RAYA Natalansyah Natalansyah; Yongwan Nyamin
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.226 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i3.188

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular dan yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Incidence Rate DBD di Kota Palangka Raya selama tiga tahun terus meningkat menjadi 62,76% dan Case Fatality Rate 1,23% di tahun 2016. Hal ini karena peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN belum dilaksanakan dengan optimal. Salah satu langkah strategis dalam mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD adalah pemberdayaan anak sekolah dengan media Booklet untuk meningkatkan perilaku Jumantik-PSN anak sekolah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunan booklet dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku jumantik-PSN anak sekolah dan keberadaan jentik di SDN 1 dan 2 Panarung Kota Palangka Raya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental two group pre-posttest design. Perhitungan besar sampel menggunakan Uji Hipotesis beda rata-rata dua kelompok independent dengan kekuatan uji (β) 90%, sehingga didapatkan besar sampel berjumlah 60 orang siswa SD kelas lima, masing-masing 30 kelompok eksperimen dan kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner, lembar checklist, booklet. Uji statistik t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan, sikap dan perilaku. Hasil: uji statistic menunjukkan Terdapat perbedaan skor pengetahuan, sikap antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi (p=0,002 dan p=0,031). Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan skor perilaku (p=0,014) dan uji chi square menunjukkan perbedaan proporsi keberadaan jentik antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0,004). Diskusi: Siswa Pemantau Jentik (sismantik) adalah pemberdayaan siswa sekolah dasar untuk menjadi juru pemantau jentik. Pemberian konseling dengan booklet secara signifikan membantu meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku Juru Pemantau Jentik–Pemberantasan Sarang Nyamuk (Jumantik-PSN) anak sekolah. Simpulan: Booklet dapat menjadi salah satu alternatif media edukasi untuk menyampaikan informasi yang berkaitan Jumantik-PSN anak dan membantu meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan menurunkan keberadaan jentik.Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Jumantik, Booklet The Role of Booklet in Increasing the Knowledge, Attitude Behavior of Jumantik-PSN and the Preference of Larvae in Panarung, Palangka Raya CityABSTRACTBackground: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is one of the most contagious diseases and is a major public health problem in Indonesia. Incidence Rate of DHF in Palangka Raya city for three years continues to increase become 62,7% and case fatality rate 1,23% in 2016, this is because of community participation as Juru Pemantau Jentik– Pemberantasan Sarang Nyamuk (Jumantik-PSN) has not been implemented optimally. One of the strategic steps in optimizing the community participation in the control of DHF is empowerment of students with Booklet to improve the behavior of Jumantik-PSN school children. Objective: This study aimed to determine the effectiveness of the use of booklets in increasing the knowledge, attitude, behavior of jumantik-PSN in school children and the presence of larvae in SDN 1 and 2 Panarung Palangka Raya City. Method: This study uses a quasi experimental two group pre-posttest design. The sample size calculation uses the Hypothesis Test with an average difference of two independent groups with power of test (β) 90%, so that a sample size of 60 fifth grade elementary school students is obtained, each with 30 experimental and control groups. The instruments used were questionnaire, checklist sheet, booklet. Statistical test t-test is used to determine differences in scores of knowledge and attitudes; mann whitney test used to determine differences in scores of behavior. Result: There were differences score of knowledge and attitude between control group and intervention group (p=0,002 and p=0,031), there were difference of behavior score (p=0,014) and chi square test showed different proportion of larva between the intervention group and the control group (p=0.004). Discussion: Sismantik is the empowerment of elementary school students. Counseling with booklets significantly helped to increase the knowledge, attitude and behavior of Jumantik-PSN of school children. Conclusion: Booklet can be one of education media alternative to convey information relating Jumantik-PSN school children so that can help improve knowledge, attitude, behavior and decrease the existence of larva.Keywords: knowledge, attitude, behavior, jumantik, booklet
MAKNA BEBAN DAN SUMBER DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK AUTIS: STUDI FENOMENOLOGI Dinarti .
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.436 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i2.27

Abstract

ABSTRAKAutisme didefi nisikan sebagai suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkutkomunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Anak penyandang autis mempunyai masalahgangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi.Orangtua yang memiliki anak penyandang autis pasti tampak berbeda dari orangtua lainnya.Keberadaan anak autis dengan perilakunya di dalam keluarga menimbulkan stressor tersendiribagi setiap anggota keluarganya. Tujuan penelitian: menguraikan secara mendalam pengalamankeluarga tentang beban dan sumber dukungan keluarga serta makna dalam merawat anak autis.Metode: Desain penelitian metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengambilanpartisipan dilakukan secara purposive sampling. Sebanyak enam partisipan berpartisipasi padapenelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik wawancara mendalam (indepthinterview) dan menggunakan catatan lapangan ( fi eld note). Hasil wawancara mendalam dan catatanlapangan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Hasil: hasil penelitian penelitian mengidentifi kasitujuh tema, yaitu beban psikologis, beban fi nansial, dukungan sosial, dukungan keluarga, perhatiantanpa pamrih, kecewa terhadap pemberi dukungan, dan takdir. Diskusi: Rekomendasi penelitianadalah perawat dapat meningkatkan kompetensi dalam melakukan pengkajian terhadap kebutuhankeluarga dalam merawat klien dengan autis sehingga semakin tepat dalam memberikan intervensikepada keluarga terutama untuk meningkatkan kemampuan dan meminimalkan beban yangdirasakan keluarga anak dengan autis.Kata Kunci: anak autis, keluarga, beban, sumber dukungan.ABSTRACTAutism is de fi ned as a complex developmental disorder that includes communication, social interactionand imaginative activities. Children with autism have problems in communication, social interaction,sensory processing disorder, play patterns, behaviors and emotions. Parents who have a child withautism will be different from the other parents in every aspect. The existence of a child with autismand his/her behavior are stressor for each member of the family. Objectives: This study is aimedat explain in depth about family’s experience of burden and source of support and their signifi cancefamily in caring for children with autism. Methods: This study employed qualitative method withphenomenological approach. Six participants were taken using purposive sampling. Data werecollected through in-depth interviews and using fi eld notes. The results of in-depth interviews andfi eld notes were analyzed using Colaizzi’s method. Results: The results of the study identifi ed seventhemes, namely psychological burden, fi nancial burden, social support, family support, selfl essattention, disappointment over support giver, and destiny. Discussion: This study recommends thatnurses improve their competence in assessing the needs of family in caring for clients with autism.So that they will provide interventions more precisely to family, particularly to increase competenceand to minimize the burden carried by families of children with autismKeywords: children with autism, family, burden, source of support.

Page 1 of 17 | Total Record : 166