cover
Contact Name
Elsi Dwi Hapsari
Contact Email
elsidhapsari2@gmail.com
Phone
+6287839259788
Journal Mail Official
elsidhapsari2@gmail.com
Editorial Address
Sekretariat DPP PPNI Graha PPNI Jl. Lenteng Agung Raya No 64, Kec. Jagakarsa, RT 006 RW O8, Jakarta Selatan
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)
ISSN : 25031376     EISSN : 25498576     DOI : http://dx.doi.org/10.32419/jppni.v4i3
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) merupakan jurnal resmi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia ini merupakan jurnal dengan peer-review yang diterbitkan secara berkala setiap 4 bulan sekali (April, Agustus, Desember), berfokus pada pengembangan keperawatan di Indonesia. Tujuan diterbitkan JPPNI adalah untuk mewujudkan keperawatan sebagai suatu profesi yang ditandai oleh kegiatan ilmiah yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh perawat di Indonesia, dikomunikasikan melalui media jurnal yang dikelola oleh organisasi profesi, dan didistribusikan ke kalangan perawat, pemangku kepentingan, dan masyarakat.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 3 (2022)" : 5 Documents clear
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN HIPERTENSI GRADE I Munirah Olpah; Muhammad Riduansyah; Onieqe Ayu Dhea Manto
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 7, No 3 (2022)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v7i3.362

Abstract

ABSTRAKHipertensi merupakan penyakit kronis yang sering ditemukan di Indonesia.  Diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang terkena hipertensi serta setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Efikasi diri dalam kepatuhan dipengaruhi adanya interaksi yang kompleks dari individu dan lingkungan sekitarnya. Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan efikasi diri dengan kepatuhan diet pada pasien hipertensi grade I di Puskesmas Sungai Turak. Metode: Desain deskriptif korelasi dengan cross sectional. Sampel ialah pasien hipertensi grade I di Puskesmas Sungai Turak berjumlah 92 orang. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner efikasi diri dan kepatuhan diet yang telah valid dan reliabel. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan efikasi diri pada kategori tinggi 59,79% dan kepatuhan diet pada kategori patuh 71,74%. Analisis data menggunakan uji chi-square didapatkan signifikansi p-value 0,032. Diskusi: Efikasi diri membuat seseorang berpotensi untuk berperilaku sehat dan kepatuhan pasien dalam menjalankan diet penting dalam mengontrol tekanan darah.  Kesimpulan: Diharapkan perawat memberikan edukasi kepada pasien sebagai care provider, educator, dan health promotor sehingga meningkatkan pengetahuan pasien dan membentuk sikap positif untuk meningkatkan efikasi diri dan kepatuhan diet pada pasien hipertensi grade I dalam mengontrol pola diet yang dianjurkan. Dengan demikian, pasien dapat melakukan asuhan hipertensi secara mandiri dan mencegah komplikasi.Kata Kunci: efikasi diri, hipertensi grade I, kepatuhan diet Correlation Between Self-Efficacy and Dietary Adherence in Patients with Grade I Hypertension ABSTRACTHypertension is a chronic disease that is often found in Indonesia. It is estimated that in 2025, there will be 1.5 billion people affected by hypertension, and 9.4 million people will die from hypertension and complications yearly. The complex interaction of individuals and the surrounding environment influences self-efficacy in adherence. Objective: To identify the correlation between self-efficacy and dietary adherence in patients with grade I hypertension at the Sungai Turak Public Health Center. Methods: This research employed descriptive correlation design with cross-sectional. The samples were patients with grade I hypertension at the Sungai Turak Health Center, numbering 92. They were taken using purposive sampling. Data were collected using a valid and reliable self-efficacy and dietary adherence questionnaire. Data were analyzed using the chi-square test. Results: The results showed that self-efficacy was high by 59.79%, and dietary adherence was adherent by 71.74%. The data analysis using the chi-square test indicated a significant p-value of 0.032. Discussion: Self-efficacy made a person potential to have healthy behavior, and patient adherence to the diet was important in controlling blood pressure. Conclusion: It is expected that nurses educate patients as care providers, educators, and health promoters to increase patient knowledge and take a positive attitude to increase self-efficacy and dietary adherence in patients with grade I hypertension in controlling the recommended dietary pattern. Therefore, patients can take hypertension care independently and prevent complications.Keywords: self-efficacy, grade I hypertension, dietary adherence
PENGALAMAN IBU DALAM PENANGANAN DEMAM DENGAN BEJAMPI PADA SUKU JERIENG DI KABUPATEN BANGKA BARAT Dwi Aprianti; Sodikin Sodikin
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 7, No 3 (2022)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v7i3.320

Abstract

ABSTRAKPenanganan anak demam dapat dipengaruhi faktor kebiasaan dari masyarakat setempat. Kebiasan tersebut misalnya memasukkan sesuatu ke mulut anak, menggerakan tubuh disertai membaca Al-Qur’an, membaca mantra, dan menyemburkan air ke wajah anak. Tradisi bejampi pada suku Jerieng masih dipraktikan sampai sekarang, termasuk dalam penangan anak demam. Suku Jerieng percaya bahwa demam anak disebabkan gangguan makhluk gaib. Tujuan penelitian: Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman ibu dalam penanganan anak demam melalui bejampi. Metode: Metodepenelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.  Partisipan terdiri atas lima orang ibu yang memiliki anak demam. Teknik pengambilan partisipan dengan snowball sampling. Kriteria partisipan memiliki anak yang pernah mengalami demam, merupakan warga suku Jerieng, memiliki waktu untuk diwawancarai, lancar berbahasa daerah suku Jerieng. Pengumpulan data dengan wawancara terstruktur terhadap partisipan.Data dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara serta catatan lapangan. Data dianalisis secara interaktif melalui proses reduksi (data reduction), sajian data (data display), dan penarikan (data verification). Hasil: Ada lima tema yang teridentifikasi: 1) peran penting ibu dalam menangani anak demam; 2) faktor kebiasaan mendasari pilihan ibu terhadap praktik bejampi; 3) penggunaan media air dan pijat dalam praktik bejampi; 4) kondisi anak menjadi dasar pertimbangan memilih praktik bejampi; 5) merasakan adanya manfaat dari praktik bejampi. Simpulan: Penanganan anak demam di suku Jerieng dengan metode bejampi tidak lebih hanya sebagai sugesti, pengobatan utama tetap ke tenaga kesehatan (bidan). Pemilihan bejampidipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari parsitisipan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada para petugas kesehatan khususnya perawat anak tentang pentingnya memahami masalah penanganan anak demam.Kata Kunci: anak, bejampi, demam, dukun  Mother's Experience in Treating Fever Using Bejampi in Jerieng Tribe in West Bangka Regency ABSTRACTThe habits of the local community can affect treating children with fever. These habits include putting something in the child's mouth, movingthe body accompanied by reading the Qur'an, reciting spells, and spraying water on the child's face. The tradition of bejampi in the Jerieng tribe is still practiced today, including in treating children with fever. The Jerieng tribe believes that child fever is caused by interference from supernatural beings. Objective: This research explores the experience of mothers in treating children with fever using bejampi. Methods: This research employed a qualitative method with a descriptive phenomenological approach. Participants consisted of five mothers who had children with fever. Participantswere taken using snowball sampling. The criteria for the participant were having a child who had had a fever, being a member of the Jerieng tribe, having time to be interviewed, and being fluent in the local language of the Jerieng tribe. Data were collected using structured interviews with participants. Data were collected in the form of recorded interviews and field notes. Data were analyzed interactively through the process of data reduction, data display, and data verification. Results: Five themes were identified: 1) the important role of mothers in treating children with fever; 2) the habit factor underlying the mother's choice of bejampi practice; 3) the use of water and massage media in bejampi practice; 4) the condition of the child as the basis for choosing the bejampi practice; 5) feeling the benefits of the bejampi practice. Conclusion: Treating children with fever in the Jerieng tribe using the bejampi method is no more than a suggestion because health workers (midwives) still give the primary treatment. The selection of bejampi is influenced by internal and external factors from the participants. The results of this research are expected to provide an overview to health workers, especially pediatric nurses, about the importance of understanding the problem of treating children with fever.Keywords: child, bejampi, fever, traditional healer
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI KRONIS PADA PRIA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II I Ketut Wisma Sastrawan; A. A. A. Yuliati Darmini; Putu Inge Ruth Suantika; Sri Dewi Megayanti
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 7, No 3 (2022)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v7i3.386

Abstract

ABSTRAKDiabetes melitus (DM) merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular utama yang prevalensi globalnya terus meningkat. Disebutkanbahwa salah satu faktor risiko yang memicu terjadinya komplikasi pada penderita DM ialah kebiasaan merokok. Sehingga perlu adanya pengkajian terkait hal ini. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kejadian komplikasi kronis pada pria dengan DM tipe II. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 103 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner perilaku merokok dan data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian: Sebanyak 51 orang (49,5%) responden termasuk perokok ringan.  Sebanyak 69 orang (67,0%) responden mengalami kejadian komplikasi.  Hasil menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku merokok dan kejadian komplikasi kronis pada penderita DM tipe dua di wilayah kerja Puskesmas Abiansemal I (ρ value < 0,01). Diskusi: Penderita DM yang memiliki riwayat merokok memiliki risiko mengalami komplikasi lebih besar daripada penderita DM yang tidak memiliki riwayat merokok sehingga penting untuk memberikan promosi kesehatan terkait dengan bahaya merokok pada penderita DM. Kesimpulan: Kejadian komplikasi kronis pada pria dengan DM tipe dua di wilayah kerja Puskesmas Abiansemal I berhubungan dengan perilaku merokok pada penderita DM tipe dua. Diharapkan bagi pasien DM agar dapat berhenti atau mengurangi aktivitas merokok.  Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk memberikan promosi kesehatan terkait bahaya merokok pada pasien DM.Kata Kunci: Diabetes Melitus, Komplikasi Kronis, Perilaku Merokok Correlation Between Smoking Behavior and Incidence of Chronic Complications in Men with Type II Diabetes Mellitus ABSTRACTDiabetes mellitus (DM) is one of the four major non-communicable diseases whose global prevalence continuously increases. One risk factor that triggers complications in DM patients is smoking habits. Therefore, it is necessary to conduct research on this issue. Objective: To identify the correlation between smoking behaviour and the incidence of chronic complications in men with type II DM. Methods: This research employed a correlation analytic design with a cross-sectional approach. The number of samples was 103 respondents. Data were collected using a questionnaire and analyzed using the Chi-Square test. Results: Fifty-one (49.5%) respondents were categorized as light smokers.  Sixty nine (67.0%) respondents were categorizsed as having chronic complications.  The results indicated a correlation between smoking behaviour and the incidence of chronic complications in patients with type 2 DM in the working area of Abiansemal I Public Health Center (ρ value <0.01). Discussion: DM patients with a smoking history have a greater risk of experiencing complications than those who do not have a smoking history, so it is important to provide health promotion related to the dangers of smoking in DM sufferers. Conclusion: The incidence of chronic complications in men with type 2 DM in the working area of the Abiansemal I Public Health Center is correlated with smoking behaviour in patients with type 2 DM. It is expected that DM patients can stop or reduce smoking activities.  It is expected that healthcare personnels could provide health promotion related to the dangers of smoking in DM patients.Keywords: diabetes mellitus, chronic complications, smoking behaviour
EDUKASI PEMANTAUAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN ANURIA 8 TAHUN: STUDI KASUS Rohmah Puriana Khusna; Tatik Dwi Wahyuni; Anggi Lukman Wicaksana
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 7, No 3 (2022)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v7i3.403

Abstract

ABSTRAKPembatasan cairan sangat penting bagi pasien gagal ginjal kronis (GGK). Banyak pasien tidak mengetahui pentingnya pemantauan cairan berkala dan enggan membatasi cairan yang dikonsumsi. Tujuan penelitian: Untuk mengujicobakan edukasi pemantauan cairan berbasis bukti pada pasien GGK dengan anuria 8 tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dalam mengimplementasikan edukasi pemantauan cairan.Keluhan utama pasien: Ny. S sering melaporkan kenaikan berat badan > 4 kg prehemodialisis, terdapat asites, dan edema perifer. Tidak dilaporkan adanya sesak napas, tetapi pasien sering lelah dan pusing. Diberikan edukasi pemantauan cairan, penggunaan buku monitoring cairan, dan pendampingan selama 10 hari. Pasien didorong menuliskan hasil asupan dan haluaran harian. Hasil: Setelah pemberian intervensi, terjadi penurunan kenaikan berat badan prehemodialisis (6,7 kg menjadi 4 kg), ultrafiltration rate (4.500 ml menjadi 2.800 ml), Kt/v (2,08 menjadi 1,46), dan QB (230 menjadi 150). Kesimpulan: Edukasi pemantauan cairan berbasis bukti mampu membantu menurunkan kenaikan berat badan sebelum hemodialisis dan jumlah volume tarikan saat dialisis. Dengan demikian, penting bagi pasien untuk mendapatkan edukasi dan intervensi yang tepat dari tenaga kesehatan, khususnya perawat selama menjalani hemodialisis.Kata kunci: anuria, asupan cairan, gagal ginjal kronis, ketidakpatuhan, pemantauan cairan Fluid Monitoring Education in Patient with Chronic Kidney Disease Suffering from 8-Year Anuria: A Case Study ABSTRACTFluid restriction is crucial for patients with chronic kidney disease (CKD). Lots of patients are unaware of the importance of regular fluid monitoring and reluctant to restrict the fluid intake. Objective: To pilot an evidence-based fluid monitoring education in patients with CKD suffering from 8-year anuria. This research applied a case study design to implement the fluid monitoring education. Patient's chief complaint: Mrs. S regularly reported > 4 kg weight gain at pre-hemodialysis; experienced ascites and peripheral edema. No shortness of breath was reported, but the patient complained fatigue and dizzy. The patient received education on fluid monitoring, using fluid monitoring book, and assistance for 10 days. In her daily basis, patient was encouraged to record the amount of intake and output results. Results: After the intervention, there was a decrease in pre-hemodialysis weight gain (from 6,7 kg to 4 kg), ultrafiltration rate (from 4.500 ml to 2.800 ml), Kt/v (from 2.08 to 1.46), and QB (from 230 to 150). Conclusion: Evidence-based fluid monitoring education can assist to reduce pre-hemodialysis weight gain and the ultrafiltration rate during dialysis. Therefore, patients with CKD facing from 8-year anuria need to receive proper education and intervention from healthcare workers, especially nurses, while undergoing hemodialysis.Keywords: anuria, fluid intake, chronic kidney disease, non-adherence, fluid monitoring
AKUPRESUR SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI NYERI PASIEN KANKER SERVIKS: STUDI KASUS Ayu Ramadhana; Siti Utami Dewi; Indah Susilowati; Tuti Nuraini
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 7, No 3 (2022)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v7i3.375

Abstract

ABSTRAK Kanker serviks merupakan salah satu penyakit kronis yang dialami perempuan dengan berbagai gejala sepanjang hidup pasien. Nyeri pada pasien kanker berdampak serius secara fisik, mental, kesehatan emosional, serta kualitas hidup. Melihat dampak dari nyeri, diperlukan manajemen nyeri yang merupakan bagian esensial dalam perawatan kanker. Salah satu penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologi ialah teknik akupresur. Tujuan penelitian: untuk mendeskripsikan penanganan nyeri secara nonfarmakologi yaitu akupresur pada pasien kanker. Keluhan utama: Subjek dalam studi kasus, yaitu pasien kanker serviks dengan inisial Ny. SN 42 tahun dengan nyeri sejak terdiagnosis kanker dan semakin bertambah intensitasnya pada saat menjalani terapi radiasi. Intervensi akupresur dalam penelitian ini dilakukan selama tujuh hari, intervensi dilakukan oleh peneliti yang telah memiliki sertifikat kompetensi akupresur. Hasil: Studi kasus ini menunjukkan pasien mengalami penurunan skala nyeri setelah dilakukan intervensi akupresur selama 7 hari, dari skala 7 (nyeri berat) menjadi skala 3 (nyeri ringan). Simpulan: Manajemen nyeri dengan terapi nonfarmakologis, yakni akupresur, direkomendasikan sebagai terapi komplementer pilihan pada intervensi keperawatan, khususnya dalam mengurangi nyeri pada pasien kanker.Kata Kunci: akupresur, kanker serviks, nyeri  Acupressure as An Alternative To Reduce Pain in Cervical Cancer Patients: A Case Study ABSTRACTCervical cancer is one of the chronic diseases experienced by women with various symptoms throughout their life. Pain in cancer patients seriously impacts physical, mental, and emotional health and quality of life. Therefore, pain management is needed as an essential part of cancer treatment. One of the of non -pharmacological pain management is acupressure technique. Objective: To describe nonpharmacological pain management, namely acupressure in cancer patients. Chief Complaint: A subject in the case study was a cervical cancer patient, Mrs. SN, 42 years old, with pain since being diagnosed with cancer, and its intensity increased when undergoing radiation therapy. Acupressure intervention in this study was conducted for seven days and carried out by the researcher, who already had an acupressure competency certificate. Results: This case study indicated the patient had a decrease in pain scale after acupressure intervention for 7 days, from a scale of 7 (severe pain) to 3 (mild pain). Conclusion: Pain management with nonpharmacological therapy, namely acupressure, is recommended as an alternative to complementary therapy in nursing interventions, especially in managing pain in cancer patients.Keywords: acupressure, cervical cancer, pain

Page 1 of 1 | Total Record : 5