cover
Contact Name
Salimulloh Tegar Sanubarianto
Contact Email
salimulloh@gmail.com
Phone
+6282329346828
Journal Mail Official
salimulloh@gmail.com
Editorial Address
Kantor Bahasa Nusa Tenggara Timur Jl. Jend. Soeharto No.mor 57A, Naikoten I, Kec. Kota Raja, Kota Kupang, Nusa Tenggara Tim. 85142
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan
ISSN : 26862700     EISSN : 26862719     DOI : 10.26499
Core Subject : Education, Social,
LINGKO adalah jurnal yang menerbitkan artikel ilmiah dari kajian kebahasaan dan kesastraan. Ruang lingkup LINGKO meliputi kajian linguistik teoretis, linguistik terapan, linguistik interdisipliner, sastra teoretis, sastra terapan, sastra interdisipliner, dan pengajaran bahasa dan sastra. LINGKO dikelola oleh Kantor Bahasa NTT, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. LINGKO menerima artikel dari penulis nasional maupun internasional. Penulis tidak dipungut biaya selama proses penerimaan sampai penerbitan jurnal.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019" : 8 Documents clear
FUNGSI SOSIAL SASTRA LISAN DALAM MASYARAKAT BENGKULU Social Function of Folklore in Bengkulu Community Wibowo, Sarwo Ferdi
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.26 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.32

Abstract

Penelitian sastra lisan di Bengkulu masih terbatas pada kajian strukur, belum mengungkap fungsi sastra lisan tersebut. Padahal, sastra lisan merupakan bagian yang tak terpisahkan dan memiliki fungsi-fungsi spesifik pada masyarakat penggunanya (dalam pengertian folk). Penelitian mendiskusikan  fungsi sastra lisan di masyarakat Bengkulu. Pendekatan fungsional Finnegan yang ditopang dengan teori fungsi dari beberapa ahli lain digunakan sebagai metode.. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam masyarakat Bengkulu sastra lisan berfungsi untuk: 1) Andai-Andai pada masyarakat Kedurang merupakan media pendidikan dari orang tua ke  anak untuk membekali mereka dengan kecakapan sosial. 2) Nandai Betebah digunakan sebagai peningkat kepercayaan diri masyarakat Serawai. 3) Mitos ular raksasa dalam Masyarakat Rejang berkaitan dengan pengetahuan akan gempa bumi dan mitigasi bencana. 4) Sekujang pada masyarakat Serawai dapat dipandang sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial (normativitas heteroseksual).Oral literature studies in Bengkulu limited to structural discussion, not expose it function yet. Whereas, oral literature is a inseparable part of it community (in folk term) and have specific function for them. This paper discuss oral literature function in Bengkulu community. Finnegan functional approach sustained by other expert theory used as method. Result expose that in Bengkulu Community oral literature has function as: 1) Andai-andai in Kedurang community is a educational media to inherit social skill, 2) Nandai betebah used as pride enhancer, 3) Giant snake myth in Rejang community related to ancient knowledge about earthquake and functionate in disaster mitigation, 4) Sekujang’s function in Serawai community expose as social norm coercive instrumen (especially heterosexual normativity).
"BAYI LAHIR BULAN MEI 1998" DAN "TANAH AIR MATA": KAJIAN SASTRA KONTEMPORER “Bayi Lahir Bulan Mei 1998” and “Tanah Air Mata”: Contemporary Literature Analytics Herawati, Lilik
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.464 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.36

Abstract

Sastra kontemporer merupakan sebutan karya baru yang berkembang pada zaman ini. Lahirnya sastra kontemporer menimbulkan propaganda dan mengobrak-abrik tatanan sastra terdahulu yang telah disepakati oleh sastrawan dahulu, hasilnya sastra kontemporer dianggap tidak sesuai dengan sifat-sifat sastra pada umunya pada saat itu. Karena sastra kontemporer ini dianggap menyimpang. Awal munculnya sastra kontemporer  yang diusung oleh Sutardji Calzoum Bachri karena merasa adanya perubahan pada  nilai-nilai serta tatanan masyarakat secara menyeluruh serta tidak adanya campur tangan kebiasaan masyarakat lingkungnya. Terkenalnya sastra kontemporer sampai saat ini dikarenakan awal gebrakannya dan diteruskan oleh sastrawan lainnya di Indonesia. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang di mana mengerucut serta menitikberatan cara menyelesaikan masalah dan data yang diperoleh cepat diselesaikan secara dipaparkan dengan kata-kata.Contemporary literature is a designation of a new work that is developing at this time, where this new work causes propaganda that triggers and ransacks the first literary order which was agreed upon by writers / I in the past, the result of contemporary literature is considered to be incompatible with the literary properties in general at that time as well as contemporary literature is considered to be distorted. At his birth which was carried by Sutardji Calzoum Bachri who basically felt the change in the values and order of the community as a whole and the absence of interference from the habits of the surrounding community. The popularity of contemporary literature to date is due to the beginning of its breakthrough followed by other literary writers in Indonesia. The method in this study uses qualitative methods which cone and emphasize how to solve problems and the data obtained quickly resolved by exposing it to words.
KESANTUNAN DALAM WACANA KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA DI WEB FORUM TOPIX Politeness in Indonesia-Malaysia Discourse Confrontation at Web Forum Topix Mutmainah, Siti; Rifa’i, Ahmad
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.978 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.35

Abstract

Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Penelitian ini bertujuan menemukan realisasi kesantunan yang terjadi dalam wacana konfrontasi Indonesia-Malaysia di web forum TOPIX. Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode  simak dan teknik catat. Analisis data dilakukan dengan metode padan dengan alat penentu ortografis dan pragmatis. Dari hasil analisis data ditemukan realisasi maksim kesantunan yang terdiri atas maksim kearifan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan dan maksim simpati. Berdasarkan hasil temuan, penelitian ini disimpulkan bahwa tuturan dalam web forum TOPIX didominasi oleh pelanggaran maksim kesantunan. Hal ini membuktikan, wacana dalam web forum TOPIX merupakan wacana yang tidak santun. Adapun penaatan dan pelanggaran yang banyak digunakan yaitu maksim pujian, sehingga dapat  disimpulkan dalam wacana ini banyak menggunakan tuturan pujian dan cacian.Politeness is rules of behavior are established and compromised by certain society as well automatically as a pre-requisite politeness agreed by social behavior so far. This study was conducted to determine the application of the maxim of politeness in Indonesia-Malaysia confrontation discourse on a web TOPIX. This study was descriptive qualitative. Collecting data was conducted through observing methods and note taking techniques. Data analysis was conducted through a pragmatic decisive and orthographic. From the result of the data analysis was found realization of politeness maxims consists of wisdom maxims, praise maxims, maxims humility, agreement maxims and sympathy maxims. Based on those findings, the study concluded that the speech on a web TOPIX forum dominated by breach of politeness maxims. This case proved that the discourse on web TOPIX forum was impolite discourse. Whereas the structuring and infraction are widely used, namely the maxim of praise, so it can be summed up in this discourse there were a lot of the use of speech still compliments and insults.
UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA MELALUI UNGKAPAN-UNGKAPAN ADAT DALAM BAHASA DAWAN The Effort of Maintaining Language Through Cultural Expression in Dawan Language Benu, Naniana Nimrod
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.345 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.29

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap 1) tindakan masyarakat penutur bahasa Dawan, yaitu Atoin Meto dalam upaya pemertahanan bahasa dan budayanya, dan 2) ungkapan yang dapat mencerminkan bentuk dan nilai budaya Atoin Meto. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan data dokumen tertulis. Data penelitian ini menunjukan bahwa bahasa Dawan hanya digunakan pada situasi tertentu saja seperti upacara adat dan digunakan oleh oleh golongan tertentu seperti orang tua, pemuka adat. Tidak ada upaya terstruktur dari pihak manapun dalam upaya pemertahanan bahasa. Meskipun demikian, terdapat tradisi lisan yang masih berthan hingga sekarang ini meskipun tidak dipakai sehari-hari. Penggunaan tradisi lisan ini dapat dianggap sebagai sebuah usaha pemerthanan bahasa dan budaya. Ditemukan pula bahwa bahasa ini sangat kaya dengan ungkapan-ungkapan yang memiliki nilai pendidikan (edukatif), kehidupan (moral-etika), dan keagamaan (religius) yang terkandung di dalam bahasa Dawan. Nilai-nilai ini tergambar dalam makna ungkapan yaitu penghormatan, doa dan permohonan, nasehat, persaudaraan atau kebersamaan, etika, moral, dan sopan santun. This article is aimed at revealing 1) the effort of Dawanese speakers which also called Atoin Meto in maintaining their language and culture, and 2) language expressions that have cultural value. Data in this research were obtained from observation, interview, and written literatures. Observation by observing the the use of language by the community including their culture in their daily activity, such as traditional markets, church, school, and cultural events. Informants were asked about the meaning of cultural expression which have been collected through observation and documentation. The result showed that Dawan language is only used in some certain situation such as cultural ceremonies, and is used by elders. There are no structured affort from any parties in maintaining the language. The only affort can be seen from the use of oral traditions. These oral tradition are rich of linguistics expression which containing education, life, and religious values. These values were shown by the meanings of the expression, namely homage, prayer and request, advice, togetherness, etics, moral, and politeness.
PENAMAAN BADAI SEBAGAI PENGINGAT BENCANA ALAM DALAM PERSEPSI ETNOLINGUISTIK Storm Naming as Natural Disaster Reminders in Ethnolinguistics Perceptions Muhidin, Rahmat
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.403 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.34

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan nama-nama-nama badai sebagai pengenal bencana alam yang layak diwaspadai melalui kajian toponimi dan persepsi etnolinguistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan studi literatur, data sekunder, data survei berkenaan bencana alam, dan pengolahan data sebagai ancangan penelitian penamaan badai wilayah rawan bencana di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penamaan badai di Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut: angin pilin (whirlwind), angin puyuh (tornado), angin ribut (gale), angin ribut hebat (whole gale), angin ribut kuat  (strong gale), angin ribut lemah (near gale), angin ribut sedang (fresh gale), badai debu (dust storm), badai elektrik (electrical storm), badai es (ice storm), badai ganas (violent storm), badai guntur (thunderstorm), badai guntur perenggan (frontal thunderstorm), badai magnet (magnetic storm), badai pasir (sand storm), badai salju (snow storm), badai tropik (tropical storm).  Badai tropis, angin puyuh/puting beliung adalah angin kencang, tetapi angin kencang belum tentu dikatakan badai tropis maupun angin puting beliung.The study aims to describe the names of storms as natural disaster identifier that is worth observing through toponymy research and ethnolinguistic perception. Methods used in this study are descriptive methods and literary studies, secondary data, survey data on natural disasters, and data processing as the basis of a disaster-prone survey study in Indonesia. The results show that the naming of storm in Indonesia can be categorized as follows: whirlwinds, tornadoes, windshields, gale winds (strong gale), strong winds (near gale), moderate wind (fresh gale), dust storm, electrical storm, ice storm (ice storm), violent storm, thunderstorm, thunderstorms (frontal thunderstorm), magnetic storm, sand storm, snow storm, tropical storm. Tropical storms, whirlwinds/tornadoes are strong winds, but strong winds are not necessarily a tropical storm or tornado.
REPRESENTASI SIKAP SOSIAL DAN KEPERCAYAAN LOKAL DALAM CERITA RAKYAT DAYAK BAKUMPAI DI KALIMANTAN SELATAN Representation of Social Attitude and Local Trust in The Folklore Dayak Bakumpai in South Kalimantan Yulianto, Agus
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.695 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.28

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sikap sosial dan kepercayaan lokal masyarakat Dayak Bakumpai yang terdapat dalam cerita Asal-usul Sungai Barito dan Datu Pujung Membangun Masjid. Adapun masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sikap sosial dan kepercayaan lokal yang terdapat dalam cerita rakyat Dayak Bakumpai yang berjudul Asal-usul Sungai Barito dan Datu Pujung Membangun Masjid. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa sikap sosial masyarakat Dayak Bakumpai yang terepresentasikan dalam cerita rakyat yang berjudul Asal Mula Sungai Barito adalah sebagai berikut. 1) Menjaga Amanat; 2) Menyayangi Binatang; dan 3) Saling Membantu antara Sesama Warga. Adapun kepercayaan lokal yang terdapat dalam cerita tersebut adalah kepercayaan terhadap adanya naga yang menguasai alam bawah (air). Sikap sosial masyarakat Dayak Bakumpai yang terepresentasikan dalam cerita rakyat yang berjudul Datu Pujung Membangun Masjid adalah sebagai berikut. 1) Pantang menyerah; 2) Jangan memandaang remeh orang lain; dan 3) musyawarah. Adapun kepercayaan lokal yang terdapat dalam cerita tersebut adalah kepercayaan terhadap adanya manusia gaib atau yang diistilahkan dengan nama orang bunian. The purpose of this study is to describe the social attitudes and local beliefs of Dayak Bakumpai people found in the story of the Origin of the Barito River and Datu Pujung Building the Mosque. The problem found in this research is how the social attitudes and local beliefs found in Dayak Bakumpai folklore entitled The Origin of Barito River and Datu Pujung Building the Mosque. This study uses qualitative descriptive method with literature study technique. Based on the analysis, it can be seen that the social attitude of Dayak Bakumpai society represented in the folklore entitled Barito River Origin is as follows. 1) Maintaining the Mandate; 2) Loving the Beast; and 3) Mutual Help between Wives. The local beliefs contained in the story are the belief in the existence of a dragon that controls the underworld (water). The social attitude of Dayak Bakumpai people represented in the folklore titled Datu Pujung Membangun Masjid is as follows. 1) Never give up; 2) Do not count on other people; and 3) deliberation. The local beliefs contained in the story are the beliefs of the existence of the supernatural person or the name of the eldest.   
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT KAKAK BERADIK TANGE DAN BEREI Character Education Value in Folklore Kakak Beradik Tange dan Berei Sanubarianto, Salimulloh Tegar; Wiyatmi, Wiyatmi
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.5 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.37

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Kakak Beradik Tange dan Berei dari Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah teknik baca dan catat. Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis konten. Hasil penelitian menunjukkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut adalah religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, bersahabat/komunikatif, peduli sosial, toleransi, cinta damai, menghargai prestasi, dan mandiri. Nilai yang paling dominan ditunjukkan dalam cerita rakyat ini adalah toleransi. This study aimed to describe the character education values contained in the folklore Kakak Beradik Tange dan Berei from Nusa Tenggara Timur. This research method is descriptive qualitative. Technique of collecting data is read and noted technique. The data obtained were analyzed using content analysis. The result of the research shown that the character education values contained in the folklore is religious, honest, discipline, hard work, creative, friendly/communicative, social care, tolerance, peace loving, appreciate achievement, and self-reliant. The most dominant value shown in this folklore is tolerance
KEGAGALAN TOKOH RIANO DALAM MEMPERTAHANKAN KESTATISAN IDENTITAS GENDER The Failure of Riano in Maintaining The Static of Gender Identity Kurnianto, Ery Agus
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.328 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.30

Abstract

Identitas gender seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, menjadi dinamis karena faktor lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedinamisan identitas gender menunjukkan bahwa identitas diri seseorang bukanlah sesuatu yang bersifat absolut. Hal tersebut terepresentasi dalam novel Boy-Boy Love Story karya Salsa Ivy. Makalah ini akan membahas kegagalan tokoh Riano pada novel Boy-Boy Love Story karya Salsa Ivy dalam mempertahankan kestatisan identitas gendernya. Tujuan makalah ini adalah mendeskripsikan kegagalan tokoh Riano dalam mempertahankan kestatisan identitas gendernya. Teori identitas Stuart Hall, yaitu identitas sebagai proses being dan becoming yang tidak pernah statis dan akan selalu berubah, akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengungkapkan kegagagalan tokoh  Riano dalam mempertahankan kestatisan identitas gendernya. Hasil kajian terhadap novel ini menunjukkan bahwa kegagalan tokoh Riano dalam mempertahankan identitas gendernya karena faktor lingkungan. Kegagalan tersebut juga disebabkan tokoh Riano tidak memiliki keberanian untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada di sekitarnya lingkungannya. The gender identity of a person, both male and female, becomes dynamic because of the surrounding environmental factors. The dynamic of gender identity shows that one's identity is not absolute. It is represented in Salsa Ivy's Boy-Boy Love Story. This paper will discuss the failure of Riano, one of the characters, in the Salsa Ivy's Boy-Boy Love Story in maintaining the static of his gender identity. The purpose of this paper is to describe the failure of Riano in maintaining the static of his gender identity. The theory of identity by Stuart Hall, that is identity as a process of being and becoming which is never be static and always change, is used as a starting point to reveal the failure of Riano in maintaining the static of his gender identity. The result of this research shows that Riano's failure to defend her gender identity is due to environmental factors. The failure is also happened because Riano does not have the courage to fight against the powers in his surrounding environment.

Page 1 of 1 | Total Record : 8