cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 391 Documents
Elastisitas Permintaan Susu Segar di Kotamadya Bandung Somantri, Riyadi Achmad
Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (899.318 KB) | DOI: 10.21082/jae.v3n2.1984.1-10

Abstract

IndonesianPemasaran susu segar sudah sejak lama merupakan masalah nasional yang masih belum dapat dipecahkan secara tuntas. Dengan terus ditingkatkannya produksi susu segar diantaranya dengan pemasukan bibit impor, maka masalah penyaluran produksi susu segar menjadi semakin serius. Dipihak lain ternyata untuk mencukupi kebutuhan konsumsi masih dengan susu impor sekitar 85 persen. Dalam upaya untuk memecahkan permasalahan diatas, salah satu segi yang perlu mendapat penanganan adalah segi permintaan untuk konsumsi. Dilihat dari besarnya volume susu impor, sebenarnya menunjukkan bahwa permintaan terhadap susu sudah cukup tinggi. Tapi yang masih rendah adalah permintaan terhadap susu segar produksi dalam negeri. Maka yang menjadi masalah adalah mengapa permintaan terhadap susu segar itu rendah. Faktor-faktor apa yang sebenarnya mempengaruhi besarnya permintaan itu dan bagaimana kepekaan daripada permintaan karena perubahan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dampak Perubahan Harga Solar Terhadap Konsumsi Beras Rumah Tangga Petani Padi Purwoto, Adreng; Simatupang, Pantjar
Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.041 KB) | DOI: 10.21082/jae.v14n1.1995.50-62

Abstract

Diesel oil is one of strategic commodities which their price controlled by the Indonesian Government. The diesel oil price is adjusted periodically. The impacts of diesel oil price adjustment on the agricultural sector, however, has been practically neglected. In this study we analyze the impact of the January 1993 diesel oil price adjustment on rice consumption of rice farming households through both income (farming profit) and price channels, conducted in West Java, East Java and North Sumatra provinces. The analysis shows that the Government decision to increase diesel oil price by 26.67 percent in January 1993 reduced rice consumption by 13.26 percent, 12.35 percent and 10.09 percent in West Java, East Java and North Sumatra respectively. The main channel through which diesel oil price affects rice consumption is rice farming income.
Formulir Komentar untuk Redaksi & Penulis nLN, nFN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.984 KB)

Abstract

Peranan Koperasi terhadap Penurunan Biaya Transaksi Usaha Ternak Sapi Perah di Kabupaten Boyolali Aini, Anis Nur; Syaukat, Yusman; Rifin, Amzul
Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.511 KB) | DOI: 10.21082/jae.v34n2.2016.123-133

Abstract

EnglishBoyolali Regency is the largest milk-producer in Central Java Province. There are many market institutions serving the farmers in selling their products. Interaction between the dairy-cow farmers and market institutions incurs transaction costs. The farmers’ efforts to reduce risk of milk quality deterioration and to search market institutions create transaction costs resulting in profit reduction. Objective of this study is to analyze the transaction costs paid by the dairy-cow farmers. Transaction cost was computed using an accounting approach and its determinants were evaluated using a regression method. Primary data were collected through a survey conducted in Cepogo District, Boyolaly Regency, during April-May 2016 from 104 farmer respondents.The results showed that average transaction cost was Rp47,44/liter. Total monthly transaction costs paid by the village cooperative (KUD) members were Rp31.955, consisted of searching cost (Rp1.059 or 3.31%), negotiation cost (Rp724 or 2.27%), and enforcement cost (Rp30.173 or 94.42%). Total monthly transaction costs paid by the non-KUD members were Rp48.012 per month, consisted of Rp2.825 (5.88%), Rp1.204 (2.51%), and Rp43.983 (91,61%) for searching cost, negotiation cost, and enforcement cost, respectively. Transaction cost paid by the KUD members were lower than that paid by non-KUD members. Roles of cooperative in reducing transaction costs were not determined by membership status, but by its real services as reflected in increasing the number of cows per farm, shorter distance of the cooling unit to the farms and information provision to all members.IndonesianKabupaten Boyolali merupakan penghasil susu terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Terdapat beberapa lembaga pemasaran yang bekerja sama dengan peternak dalam penjualan susu. Upaya peternak untuk mengurangi risiko susu cepat rusak dan mencari lembaga pemasaran akan memunculkan biaya transaksi yang menurunkan pendapatan peternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis biaya transaksi yang ditanggung peternak. Biaya transaksi dihitung dengan metode akuntansi, sementara determinan biaya transaksi ,dianalisis dengan metode regresi. Data dikumpulkan melalui survei di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali selama bulan April hingga Mei 2016 dengan jumlah responden sebanyak 104 peternak. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan peternak adalah Rp47,44/liter susu. Total biaya transaksi per bulan yang dikeluarkan peternak anggota Koperasi Unit Desa (KUD) adalah Rp31.955, yang terdiri dari Rp1.059 (3,31%) biaya pencarian informasi, Rp724 (2,27%) biaya negosiasi, dan Rp30.173 (94,42%) biaya pelaksanaan kontrak. Total biaya transaksi yang dikeluarkan peternak bukan anggota KUD adalah Rp48.012, yang terdiri dari Rp2.825 (5,88%) biaya pencarian informasi, Rp1.204 (2,51%) biaya negosiasi, dan Rp43.983 (91,61%) biaya pelaksanaan kontrak. Biaya transaksi yang ditanggung peternak anggota KUD lebih rendah dibanding peternak bukan anggota KUD. Peranan KUD dalam penurunan biaya transaksi tidak ditentukan oleh status keanggotaan melainkan jasa layanan riil yang tercermin dalam peningkatan jumlah ternak piaraan, penurunan jarak kandang ke pabrik pengolahan susu (cooling unit), dan penyediaan informasi bagi seluruh anggotanya.
Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia : Analisis Simulasi dengan Sistem Neraca Sosial Ekonomi Susilowati, Sri Hery; Sinaga, Bonar M.; Limbong, Wilson H.; Erwidodo, nFN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.173 KB) | DOI: 10.21082/jae.v25n1.2007.11-36

Abstract

EnglishThe objective of this study is to analyze the impact of economic policy in agroindustry on household poverty and income distribution. Within the Social Accounting Matrix (SAM) framework, agroindustry sector is disagregated into food and non food agroindustry. This study used Susenas data to analyze household poverty and income distribution. The result shows that export, investment, and tax insentive policy in agroindustry have positive impact on household poverty and income distribution, while government expenditure policy give less impact. Policy in non food agroindustry have  greater impact on poverty reduction while policy in food agroindustry result greater impact on income distribution improvement. Investment policy in priority industries of agroindustry (rubber, pulp, bamboo and rattan, cigarette, beverage and fisheries food industries) is the most effective policy to reduce household poverty as well as to improve household income distribution.IndonesianPenelitian bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap kemiskinan dan distribusi pendapatan rumah tangga. Analisis menggunakan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) yang didisagregasi ke dalam agroindustri makanan dan nonmakanan. Analisis kemiskinan dan distribusi pendapatan rumah tangga menggunakan data SUSENAS. Hasil analisis menunjukkan bahwa  kebijakan peningkatan ekspor, investasi, dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak menurunkan tingkat kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga, sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah di sektor agroindustri kurang memberikan dampak positif. Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri  nonmakanan berdampak lebih besar dalam menurunkan tingkat kemiskinan.  Sedangkan kebijakan ekonomi di sektor agroindustri makanan berdampak lebih besar memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga. Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri prioritas (industri karet, industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri rokok, industri minuman, dan industri makanan sektor perikanan) merupakan kebijakan yang paling efektif menurunkan tingkat kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga.
Implication of Econometric Specification on Economic Elasticity Estimates: A Case of Generalized Leontief Profit Function Hutabarat, Budiman
Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1072.371 KB) | DOI: 10.21082/jae.v10n1-2.1991.48-55

Abstract

IndonesianPemilihan suatu bentuk fungsi untuk menjelaskan kaitan antara satu peubah dengan peubah lain sering ditentukan oleh penguasaan penganalisa terhadap teknik pendugaan ekonometrik kaitan tersebut. Makalah ini menganalisis elastisitas hasil dari permintaan masukan usahatani padi di Jawa dan menyimpulkan bahwa elastisitas-elastisitas ini tidak bebas dari bentuk fungsi dan perumusan ekonometriknya. Malahan dari suatu bentuk fungsi dapat diperoleh elastisitas-elastisitas yang berbeda apabila perumusan ekonometriknya berbeda. Makalah ini menyarankan agar perumusan ekonometrik dilakukan dengan memanfaatkan seluruh informasi yang ada pada data.
Indonesian Interests in The Agricultural Negotiations Under The Doha Development Agenda: an Analysis of the "July 2004 Package" Achterbosch, Thom J.; Hutabarat, Budiman; Syafa’a, Nizwar; van Tongeren, Frank W.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.824 KB) | DOI: 10.21082/jae.v22n2.2004.97-118

Abstract

IndonesianSejak Agenda Pembangunan Doha WTO dirumuskan terjadi perkembangan arah liberalisasi pedagangan. Di negara-negara OECD, keinginan untuk mengurangi bantuan domestik tampaknya agak lamban dan sejumlah negara berkembang agak enggan membuka pasarnya. Pada “paket Juli 2004” sejumlah negara anggota menyetujui adanya pengecualian perubahan pada beberapa produk, produk khas (special product) bagi negara berkembang dan produk peka (sensitive product) pada negara maju. Dengan memilih ‘paket Juli 2004’ sebagai titik awal, makalah ini mencoba menganalisis kepentingan Indonesian dalam perundingan pertanian dalam Agenda Pembangunan Doha. Penelitian ini menggunakan model ekonomi perdagangan dan produksi (pangkalan data dan analisis GTAP) untuk mengidentifikasi kemungkinan dampak skenario liberalisasi global yang realistis dalam semangat ‘paket Juli 2004’ pada perekonomian Indonesia. Pada keadaan perdagangan yang sudah berlangsung agak liberal di Indonesia saat ini dampak menyeluruh yang diharapkan pada pendapatan nasional, perdagangan dan produksi bernilai positif, tetapi terbatas. Untuk Indonesian liberalisasi global pertanian menjanjikan prospek yang positif untuk minyak sayuran dan produk ternak. Diduga terjadi pengaruh negatif dalam upaya melindungi sektor beras dan gula, yang akan dapat dikelola dengan biaya lumayan dengan menentukan beras sebagai produk khas. Skema pelarangan impor atau kuota terbatas akan menimbulkan penurunan tingkat kesejahteraan secara nyata.EnglishEver since the WTO Doha Development Agenda was formulated, there has been mixed development in the direction of global trade liberalization. The ambitions on reforming domestic support in OECD countries seem to be moderate, at best, and a number of developing countries are less inclined to open their markets through improved access. Under ‘July 2004 package’ members now agree on far reaching exemptions from reforms in individual products (special products for developing countries and sensitive products for developed countries). Taking the ‘July 2004 package’ as a starting point, this paper tries to assess Indonesian interests in the agricultural negotiations under the WTO Doha Development Agenda. This study uses a large-scale economic model of trade and production (GTAP data base and analysis) to identify the possible impact of a realistic global liberalization scenario in the spirit of the ‘July 2004 package’ on the Indonesian economy. Given the prevailing quite liberal trade regime in Indonesia the expected overall impacts on national income, trade and production are positive, but rather limited. For Indonesian agriculture global liberalization offers positive prospects for vegetable oils and for animal products. There are small adverse effects on the protected rice and sugar sectors, which can be managed at modest costs by designating rice as special product (SP). An import ban or restrictive quota regime would entail significant welfare losses.
Pelayanan Kredit Non Formal di Pedesaan Sulawesi Selatan Irawan, Bambang
Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.414 KB) | DOI: 10.21082/jae.v8n2.1989.23-45

Abstract

EnglishCredit service is one of main factors in rural economic development especially for agricultural sector. This paper has shown that many farm households took credit which indicates the need of credit services. Generally farmers use their loans for productive activities. Most of the farmers borrowed farm inputs and this kind of loan tended to be higher in irrigated area. Informal credit services which served by traders or rice miller are more common than formal credit institutions such as KUD and BRI Unit Desa. These informal credit services were generally used more by small farmers eventhough the interest rate is much higher compared to that of formal credit. The involvement of farmers on informal credit also tended to be higher in remote areas where KUD's credit service does not exist. Therefore, to help farmer's on capital need, the role of KUD on rural credit need to be strengthened. For this porpose, the service of KUD need to be accesable by rural population. Moreover, the possibility of returning KUT credit in kind (agricultural produce) warrants further consideration.IndonesianPelayanan kredit merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi di pedesaan khususnya pada sektor pertanian. Dalam tulisan ini terungkap bahwa cukup banyak rumah tangga tani yang terlibat dengan peminjaman kredit yang menandakan bahwa kehadiran lembaga pelayanan tersebut memang dibutuhkan petani. Pada umumnya peminjaman tersebut dilakukan untuk kegiatan-kegiatan yang produktif. Sebagian besar petani melakukan pinjaman dalam bentuk sarana produksi dan di daerah sawah peminjaman tersebut cenderung lebih banyak terjadi. Dibandingkan dengan lembaga kredit formal seperti KUD dan BRI Unit Desa, pelayanan kredit non formal yang umumnya dilakukan oleh pedagang atau pemilik penggilingan padi temyata lebih berperan. Ada kecenderungan pelayanan kredit non formal tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh petani berlahan sempit meskipun tingkat bunga yang berlaku jauh lebih tinggi dibandingkan pada lembaga kredit formal. Di daerah-daerah dengan assesibilitas rendah dan belum terjangkau oleh pelayanan KUD keterlibatan petani dengan pemberi kredit non formal tersebut juga cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu guna meringankan beban petani, peranan KUD dalam pelayanan kredit pedesaan dituntut lebih jauh. Dalam hal ini perpanjangan tangan KUD di desa-desa sangat diperlukan dan demikian pula kajian tentang kemungkinan pengembalian kredit KUT dalam bentuk hasil produksi perlu dilakukan.
Dampak Penggunaan Combine Harvester terhadap Kehilangan Hasil Panen Padi di Provinsi Banten Amrullah, Eka Rastiyanto; Pullaila, Ani
Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.558 KB) | DOI: 10.21082/jae.v37n2.2019.113-122

Abstract

EnglishCombined Harvester (CH) aid is part of the Indonesian government policy instrument for accelerating rice production and increasing farmers’ income. In addition to reducing harvesting cost and time, CH may also reduce harvest loss. This study intends to quantify rice yield loss reduction if CH is used for harvesting. The study was conducted in Banten Province in 2014 using primary data collected from 119 CH user farmers and 116 non-user farmers selected purposively. Preliminary analysis was conducted using regression which was estimated with the Ordinary Least Square (OLS) method. Since OLS estimated regression is prone to sample selection bias, subsequent analysis is conducted using the Propensity Score Matching (PSM) estimator with a logistic regression. The PSM analysis support the regression analysis that CH reduces harvest loss. Based on the Stratification Matching, it was found that the CH reduces harvest loss by up to 200.39 kg per hectare or around 3.52% of total yield. It is recommended that the Government facilitates provision of technical assistance and training for CH operator farmers or farmers’ groups particularly the first users aid recipients. The harvest reduction advantage is an additional reason for supporting feasibility of CH scaling out policy in Indonesia.IndonesianBantuan combined harvester (CH) padi adalah salah satu instrumen kebijakan pemerintah Indonesia untuk mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani padi. Walau manfaat utamanya adalah untuk menghemat ongkos dan mempercepat panen, CH juga dapat mengurangi kehilangan panen. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kuantitas pengurangan kehilangan hasil usaha tani padi jika panen dilakukan dengan CH. Penelitian dilakukan menggunakan data primer dari 119 petani pengguna dan 116 petani nonpengguna CH yang dipilih sengaja di Provinsi Banten pada tahun 2014. Analisis awal dilakukan dengan regresi yang diduga dengan kwadrat terkecil biasa (OLS). Untuk mengatasi potensi bias sampel pada analisis regresi OLS, selanjutnya digunakan penduga Propensity Score Matching (PSM) dengan mempergunakan regresi logistik. Hasil analisis PSM memverifikasi efek positif penggunaan CH terhadap kehilangan hasil berdasarkan analisis regresi OLS. Berdasarkan Stratification Matching didapatkan bahwa penggunan CH dapat menekan kehilangan hasil sebesar 200,39 kg per hektare atau sekitar 3,52% dari total hasil. Disarankan agar pemerintah memfasilitasi pendampingan dan pelatihan teknis kepada petani atau kelompok tani operator, utamanya pengguna pertama penerima bantuan. Manfaat mengurangi kehilangan panen memperkuat kelayakan kebijakan perluasan penggunaan CH di Indonesia.
Aksesibilitas dan Partisipasi Pengrajin Industri Tempe Terhadap Sumber Pembiayaan Formal di Kabupaten Bogor Jawa Barat Azriani, Zednita; Kusnadi, Nunung; Sinaga, Bonar M.; Nuryartono, Nunung
Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.736 KB) | DOI: 10.21082/jae.v32n1.2014.75-89

Abstract

EnglishAgriculture-based processing industry is important to support the overall economy as a whole and also the agricultural sector. Tempe industry is an important agroindustry. In general, tempeh industry consists of small business and household-scale industry dealing with some problems, i.e. raw materials and capital access. Capital constraint is due to the low access of tempeh industry to formal credit institutions. The objectives of study are: (i) to distinguish between access and participation tempeh industry to formal financing, (ii) to identify factors affecting accessibility and participation tempeh industry to formal credit using the probit models, and (iii) to identify factors influencing credit value requested. Results of the study show that education and collateral ownership are the important factors determining accessibility to formal financing sources. Tempe processors with higher educational level and land certificates will have greater opportunities to access formal financing. Formal financing participation is affected by total income of tempeh processors, age, and participation in the organization. Thus, improving knowledge and skills of tempeh processors is necessary to enhance their access to formal financing. In addition, loosened collateral requirements are important for tempeh industry. Financial scheme such as subsidized credit is very useful to improve credit participation of tempeh processors. IndonesianIndustri pengolahan yang berbasis pertanian sangat diperlukan, selain untuk mendukung perekonomian secara keseluruhan juga sebagai penyokong sektor pertanian. Salah satu agroindustri yang cukup potensial adalah industri tempe. Pada umumnya industri tempe merupakan industri kecil dan rumah tangga yang masih dihadapkan dengan beberapa permasalah, baik permasalahan bahan baku maupun keterbatasan modal. Keterbatasan modal disebabkan karena rendahnya akses industri tempe terhadap lembaga-lembaga kredit formal perbankan. Studi ini bertujuan untuk membedakan akses dan partisipasi pengrajin tempe terhadap sumber pembiayaan formal dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi akses dan partisipasi pengrajin tempe terhadap kredit dengan menggunakan model probit serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi jumlah kredit yang diminta. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor pendidikan dan ketersediaan collateral menjadi faktor penting dalam menentukan aksessibilitas pengrajin industri tempe terhadap sumber pembiayaan formal. Pengrajin yang lebih berpendidikan dan memiliki surat tanah akan memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat akses terhadap sumber pembiayaan formal. Sedangkan partisipasi terhadap pembiayaan formal lebih dipengaruhi oleh total pendapatan pengrajin, umur, dan keikutsertaan dalam organisasi. Sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengrajin tempe perlu dilakukan guna meningkatkan aksessibilitas pengrajin industri tempe terhadap sumber pembiayaan formal. Di samping itu, kemudahan persyaratan agunan dalam pinjaman perlu diberikan untuk pengrajin industri tempe.  Kredit bersubsidi sangat bermanfaat bagi para pengrajin tempe.

Page 3 of 40 | Total Record : 391


Filter by Year

1981 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue