cover
Contact Name
Ahmad Syamsuddin
Contact Email
syamsuddin.iyf@gmail.com
Phone
+6281290969387
Journal Mail Official
bimasislam.ejournal@gmail.com
Editorial Address
Kantor Kementerian Agama, JL. MH. Thamrin No.6 Jakarta Pusat
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Bimas Islam
ISSN : 19789009     EISSN : 26571188     DOI : https://doi.org/10.37302/jbi
Core Subject : Religion, Social,
Jurnal Bimas Islam adalah terbitan berkala ilmiah yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Terbit pertama kali pada tahun 2008 dalam bentuk cetak hingga tahun 2018 dan ditingkatkan menjadi Jurnal Elektronik (OJS) pada tahun 2019. Mendapat akreditasi dari LIPI pada tahun 2016. Jurnal ini memuat Ringkasan Hasil Penelitian, Tinjauan Teori, Artikel Ilmiah yang dikemas secara sistematis dan kritis di bidang Bimbingan Masyarakat Islam secara luas.
Articles 281 Documents
KITAB NūR AL-ṢALāH KARYA TENGKU MUHAMMAD SALEH (1901-1966): INTERNALISASI “SALAT” PERSPEKTIF TRADISI MELAYU Tarobin, Muhammad
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.265 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.45

Abstract

This paper presents the study results of the N?r al-?al?h book by Tengku Muhammad Saleh (1901-1966), a Moslem scholar in Lingga Island, Riau Islands. Through intertextual study of that book and several other opuses, this paper proves that the fiqh books writing in the Malay-Indonesian region, especially in Lingga Island and its surroundings, it is not much different from the fiqh books writing in other Malay regions, which are more dominant in using fiqh books references written by Malay Moslem scholars and written using Malay. This is done so that the books are easily understood and impregnated by Malay readers. However, more than just a translation effort, the author makes an effort to instill an understanding and value which is in a sociological perspective known as internalization. When trying to internalize the values ??prayer spirit, Tengku Muhammad Saleh did several things: first, writing using Malay. Second, translating reading texts when praying into Malay, every word and /or phrase. Third, completing with an theosophy explanation behind every movement, reading or a certain amount of movement when praying. When explaining the importance of prayer, TMS built the argument that prayer is a form of gratitude to Allah. Tulisan ini menyajikan hasil kajian terhadap kitab N?r al-?al?h karya Tengku Muhammad Saleh (1901-1966), seorang ulama di Pulau Lingga, Kepulauan Riau. Melalui studi intertekstual atas kitab tersebut dan beberapa karya lainnya, tulisan ini membuktikan, bahwa penulisan kitab fikih di wilayah Melayu-Indonesia, khususnya di Pulau Lingga dan sekitarnya, tidak jauh berbeda dengan penulisan kitab fikih di wilayah Melayu lainnya, yakni lebih dominan menggunakan referensi kitab-kitab fikih yang dikarang oleh ulama Melayu dan ditulis menggunakan bahasa Melayu. Hal tersebut dilakukan agar kitab-kitab tersebut mudah difahami dan diresapi oleh pembaca dari kalangan Melayu. Namun, lebih dari sekedar upaya penerjemahan, pengarang melakukan upaya menanamkan suatu paham dan nilai yang dalam perspektif sosiologis dikenal sebagai internalisasi. Ketika melakukan upaya internalisasi nilai dan spirit ibadah salat, Tengku Muhammad Saleh melakukan beberapa hal: pertama; menulis dengan menggunakan--- bahasa Melayu. Kedua, menerjemahkan teks bacaan-bacaan ketika salat ke dalam bahasa Melayu, setiap kata dan/atau frasa. Ketiga, melengkapi dengan penjelasan teosofi dibalik setiap gerakan, bacaan atau jumlah tertentu gerakan ketika salat. Saat menjelaskan pentingnya ibadah salat, TMS membangun argumentasi bahwa salat merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT.
PENGARUH PERPUSTAKAAN MASJID ISTIQLAL TERHADAP DAKWAH LITERASI KEISLAMAN Kumindar
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.453 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.46

Abstract

The purpose of this study was to determine the role of the Istiqlal Masjid Islamic Library in Islamic education in the New Order Period. This study uses historical methods, using a contemporary social history approach by carrying out four stages, namely heuristics, criticism, interpretation and history. From this study it was found that the library had many roles in Indonesia education during the New Order era. The Istiqlal Masjid Library is a reference for every Islamic library in Indonesia. Then the Istiqlal Library was also a pioneer of digital libraries in the Islamic library. The results of this research can be a reference for Islamic libraries or Masjid libraries in managing libraries. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran Perpustakaan Islam Masjid Istiqlal dalam pendidikan Islam pada Masa Orde Baru. Penelitian ini menggunakan metode historis, dengan menggunakan pendekatan sejarah sosial kontemporer dengan melakukan 4 tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historis. Dari penelitian ini didapatkan bahwa perpustakaan memiliki banyak peran terhadap pendidikan di Indonesia pada masa Orde Baru. Perpustakaan Masjid Istiqlal merupakan acuan dari setiap perpustakaan Islam di Indonesia. Kemudian Perpustakaan Istiqlal juga merupakan perintis perpustakaan digital di perpustakaan Islam. Hasil penilitian ini bisa menjadi bahan acuan bagi perpustakaan Islam ataupun perpustakaan masjid dalam mengelola perpustakaan
GENEALOGI DAN TRANSFORMASI IDEOLOGI TAFSIR PESANTREN Fadal, Kurdi
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.199 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.47

Abstract

This paper examines how genealogy interpretation is studied at Islamic boarding school and how the study forms the ideology in Islamic boarding school world. Based on the genealogical historical approach, this paper reveals two things. First, Islamic boarding school interpretation has genealogical traces through the intellectual Moslem scholars network in Islamic boarding school with the Moslem scholars tradition in the Middle East especially in the context of the Qur'anic interpretation study. The tradition includes teaching tradition interpretation and  writing opus tradition. Both are influenced by similar traditions in the Haramayn Land. Secondly, through the genealogical process above born its own ideology which is very influential in the Islamic boarding school world. The sufi and fiqh pattern of the Islamic boarding school interpretation is more dominant than the other patterns. The sufi patter is inseparable from the role of Islamic boarding school mufasir who also become Sufi figures. While the fiqh pattern is often encountered Islamic boarding school mufasir because fiqh is the most popular study for people in Islamic boarding school, especially the Syafi'iyah mazhab. However, as time goes by, the ideology has undergone a transformation as a adjustment form to the time needs, that is the transformation towards the specific formation Sunni ideology in the Shafi?i?s mazhab in fiqh field and al-Ghazali and Sufism field. Tulisan ini mengkaji bagaimana genealogi tafsir yang dikaji di pesantren dan bagaimana kajian tersebut membentuk ideologi pemikiran di dunia pesantren. Berdasarkan pendekatan historis-genealogis, tulisan ini mengungkapkan dua hal. Pertama, tafsir pesantren memiliki jejak genealogis melalui jaringan intelektual ulama pesantren dengan tradisi keulamaan di Timur Tengah khususnya dalam konteks kajian tafsir al-Qur?an. Tradisi tersebut meliputi tradisi mengajarkan tafsir dan tradisi penulisan karya tafsir. Keduanya dipengaruhi oleh tradisi serupa di Tanah Haramayn. Kedua, melalu proses genealogis di atas lahir ideologi tersendiri yang sangat berpengaruh di dunia pesantren. Corak sufistik dan fikih pada tafsir pesantren lebih dominan dari pada corak yang lain. Corak sufistik tidak lepas dari peran para mufasir pesantren yang sekaligus menjadi tokoh sufi. Sementara corak fikih sering dijumpai para mufasir pesantren karena fikih merupakan kajian yang paling populer bagi masyarakat di lingkungan pesantren, terutama mazhab Syafi'iyah. Namun demikian, seiring perkembangan zaman, ideologi tersebut telah mengalami transformasi sebagai bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan zaman, yakni transformasi menuju pembentukan ideologi sunni yang spesifik pada mazhab Syafi?i dalam bidang fikih dan al-Ghazali dan bidang tasawuf.
WAWASAN KEBANGSAAN, KOMITMEN NEGARA, DAN NASIONALISME DALAM PANDANGAN PROF. DR. KH ALI MUSTAFA YAQUB, MA Nurdin, Nasrullah
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.902 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.48

Abstract

The fall of the New Order regime in 1998, which was followed by political leadership reform and democratization, opened the tap of many clogged thoughts. The various ideologies, identities, and interests that were previously pressed sprang to the surface and proclaimed its existence. Many people hope that with the fall of the New Order government, it has an impact on the reduced role of the State and strengthening the role of civil society. One of the functioning in civil society is the strong community institutions roles and non-governmental organizations in the religious, social, economic and cultural development of the State. In this regard, the role of Moslem scholars is also important in the post-collapse of the New Order. It Is Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub, MA, a few of the national religious figures who are quite vocal as well as concerned in expressing religious opinions, criticize the concepts that undermine the philosophy and ideology of the Unitary State of Republic of Indonesia (NKRI), as well as firm against the flow and defiance in this Republic. This paper attempts to trace his ideas about nationalism, the integrity of NKRI, state commitment, love of the homeland, the preservation of diversity, and his positive contribution to the development of a peaceful, harmony, safe and peaceful nation. Jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, yang diikuti oleh reformasi kepemimpinan politik dan demokratisasi, membuka ketajaman pemikiran yang buntu. Berbagai ideologi, identitas, dan kepentingan yang sebelumnya ditekan muncul ke permukaan dan menyatakan eksistensinya. Banyak orang berharap bahwa dengan jatuhnya pemerintah Orde Baru, itu berdampak pada berkurangnya peran Negara dan memperkuat peran masyarakat sipil. Salah satu indikator dari fungsi masyarakat sipil adalah peran kuat lembaga masyarakat dan organisasi non-pemerintah dalam pembangunan agama, sosial, ekonomi dan budaya Negara. Dalam hal ini, peran Alim Ulama juga penting dalam pasca-runtuhnya Orde Baru. Adalah Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub, MA, beberapa tokoh agama nasional yang cukup vokal serta peduli dalam mengemukakan pendapat agama, mengkritisi konsep-konsep yang melemahkan falsafah dan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia. (NKRI), serta tegas terhadap arus dan pembangkangan di Republik ini. Tulisan ini mencoba menelusuri ide-idenya tentang nasionalisme, integritas NKRI, komitmen negara, cinta tanah air, pelestarian keanekaragaman, dan kontribusi positifnya bagi pembangunan negara yang damai, harmonis, aman dan damai.
ISLAM DAN KESUSASTRAAN JAWA Sururin; Muslim, Moh.
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.203 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.49

Abstract

This article is presented to study Javanese literary opuses. Javanese literature reached its peak during the Mataram Kingdom, significantly around 1688 to 1744. There are various literary opuses that emerged at the time, including those containing Islamic teachings, one of them tells that the teaching about mysticism was more dominant than any other fields. Stories about of manunggaling kawulo gusti (Javanese culture has its own characteristics). Islamic titles, for example, are carried by rulers, Islamic symbols are attached to their companions, and Islamic attributes are embroidered in their emperor?s clothes. However, such symbols do not seem to change their life and views point. Consequently, it is not so surprising if the term of Javanese Islam or Islam Kejawen appears. Artikel ini disajikan untuk mempelajari karya sastra Jawa. Sastra Jawa mencapai puncaknya selama Kerajaan Mataram, secara signifikan sekitar tahun 1688 hingga 1744. Ada berbagai karya sastra yang muncul pada saat itu, termasuk yang mengandung ajaran Islam, salah satunya mengatakan bahwa ajaran tentang mistisisme lebih dominan daripada bidang lainnya. Cerita tentang manunggaling kawulo gusti (budaya Jawa memiliki karakteristik tersendiri). Judul-judul Islam, misalnya, dibawa oleh para penguasa, simbol-simbol Islam melekat pada teman-teman mereka, dan atribut-atribut Islam disulam dalam pakaian kaisar mereka. Namun, simbol semacam itu tampaknya tidak mengubah cara hidup dan sudut pandang mereka. Konsekuensinya, tidak mengherankan jika istilah Jawa Islam atau Islam Kejawen muncul.
LAGU DAN SHALAWATAN ALA KH MA’RUF ISLAMUDDIN SRAGEN Setiawan , Kendi; Asrori, Musthofa
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.774 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.50

Abstract

This paper presents the results of research on the da'wah method carried out by KH Ma'ruf Islamuddin from Sragen, Central Java who used songs and prayers in his preaching. The songs used in da'wah are their own songs that use Javanese as their main verse. The article also examines four of his songs to find out what messages are delivered in the songs. This paper aims to reveal whether the method of da'wah using massive songs and shalawat is effective. Especially with the rapid advances in technology and internet media. The study was conducted with interviews, literature reviews, observations and interpretations of songs created by Kiai Ma'ruf Islamuddin. The results of the study prove that the da'wah carried out by Kiai Ma'ruf Islamuddin through songs and shalawat is very relevant to local wisdom. Therefore, the da'wah using the instruments of contemporary prayer songs is very effective presented in front of the public.  Tulisan ini menyajikan hasil penelitian terhadap metode dakwah yang dilakukan oleh KH Ma?ruf Islamuddin dari Sragen, Jawa Tengah yang menggunakan lagu-lagu dan shalawat dalam dakwahnya. Lagu-lagu yang digunakan dalam dakwah merupakan lagu ciptaannya sendiri yang menggunakan bahasa Jawa sebagai syair utamanya. Artikel juga mengkaji empat buah lagu ciptaannya untuk mengetahui pesan apa saja yang disampaikan dalam lagu-lagu tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah metode dakwah dengan menggunakan lagu dan shalawatan masif efektif dilakukan. Apalagi dengan pesatnya kemajuan teknologi dan media internet. Kajian dilakukan dengan wawancara, kajian pustaka, pengamatan dan intrepretasi terhadap lagu-lagu ciptaan Kiai Ma?ruf Islamuddin. Hasil kajian membuktikan bahwa dakwah yang dilakukan Kiai Ma?ruf Islamuddin melalui lagu-lagu dan shalawatan sangat relevan dengan kearifan lokal (local wisdom). Oleh karena itu, dakwah menggunakan instrumen lagu sholawatan kekinian sangat efektif dihadirkan di hadapan masyarakat (umat).
MODERASI DAKWAH PROPHETIC DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’âN Baihaqi, Yusuf
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.885 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.51

Abstract

Moderation is an innate character that cannot be separated from Islamic teachings. Because of these moderation values, Islam is expected to be the best people among other people. Moderation of Islam covers all aspects of human life. In the world of da'wah, history records that the massive spread of Islam, both in the Arabian Peninsula and outside the Arabian Peninsula, was not due to coercion or warfare, but because of moderate da'wah, especially as exemplified by the Prophet Muhammad in his preaching and followed by his followers from the Moslem scholars of Ahl al-Sunnah Wa al-Jamâah. The formulation of moderate prophetic da'wah is realized, among others, by being a blessing to the community he advocates, promoting Akhlâq Karîmah and respecting diversity in preaching. Moderasi merupakan karakterik bawaan yang tidak bisa dilepaskan dari ajaran Islam. Karena nilai-nilai moderasi inilah, Islam diharapkan menjadi umat terbaik diantara umat-umat yang lain. Moderasi Islam mencakup segenap aspek kehidupan manusia. Dalam dunia dakwah, sejarah mencatat bahwasannya masifnya penyebaran Islam, baik di jazirah Arab maupun di luar jazirah Arab, bukanlah disebabkan karena faktor pemaksaan atau peperangan, melainkan karena dakwah moderat, khususnya yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw dalam dakwah beliau, dan diikuti oleh para pengikutnya dari kalangan ulama Ahl al-Sunnah Wa al-Jamâ`ah. Formulasi dakwah prophetic yang moderat terwujud diantaranya dengan menjadi rahmat bagi komunitas yang didakwahinya, mengedepankan Akhlâq Karîmah dan menghargai keberagaman dalam berdakwah
DAKWAH KULTURAL DALAM BUDAYA “MEURUKON” DI ACEH Safriadi
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.936 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i2.52

Abstract

The results of this study conclude that meurukon is one type of art and culture that is very Islamic in Acehnese society, because meurukon is one of the da?wah strategies in conveying various Islamic law issues for society because the material contained in meurukon consists of da?wah messages, starting from law mild forms to the Islamic law issue which sometimes are not understood by the public. Meurukon can be categorized into cultural preaching because the preaching delivered in meurukon art is the way to follow the local wisdom with the aim that the da'wah can be accepted in the local community. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa meurukon adalah salah satu jenis kesenian dan budaya yang sangat Islami dalam masyarakat Aceh, karena meurukon termasuk salah satu strategi dakwah dalam menyampaikan berbagai persoalan hukum Islam bagi masyarakat karena materi yang terdapat dalam meurukon terdiri dari pesan-pesan dakwah, mulai dari bentuk-bentuk hukum yang ringan sampai persoalan hukum Islam yang terkadang banyak yang tidak dipahami masyarakat. Meurukon dapat di golongkan ke dalam dakwah kultural dikarenakan dakwah yang disampaikan dalam kesenian meurukon cara yang dilakukan adalah mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat setempat (local wisdom) dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat setempat
MENEROPONG PERILAKU KEBERAGAMAAN MASYARAKAT PESISIR TUBAN Mukzizatin, Siti
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.563 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i2.53

Abstract

Islam manifests not only at the level of universal doctrine but also reflects on the form of localized action. Normatively Islam will continue to exist because of the flexibility of its Shariah is able to respond to social development. Since the beginning, the process of Islamization in the coast of Tuban is very accommodating to the wisdom of local traditions /cultures. Cultural acculturation can be seen from the traces of da?wah pattern run by Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) by utilizing arts to attract public sympathy. Thus the text relation to the reality including the custom (Urf /tradition) is dialectical dialogic. Islam mewujud bukan hanya pada tataran doktrin universal namun juga merefleksi pada wujud tindakan yang bernuansa lokal. Secara normatif Islam akan terus eksis karena kelenturan syariatnya yang mampu merespon perkembangan sosial. Sejak awal proses Islamisasi di pesisir Tuban memang sangat akomodatif terhadap kearifan tradisi /budaya lokal. Akulturasi kebudayaan tersebut dapat dilihat dari jejak pola dakwah yang dijalankan oleh Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) dengan memanfaatkan wahana kesenian guna menarik  simpati masyarakat. Dengan demikian relasi teks dengan realitas termasuk didalamnya kebiasaan (Urf /Tradisi) bersifat dialogis dialektis
MENGENAL MASJID NAHDLIYIN DALAM PERANAN MASJID JAMI KAJEN Siswayanti, Novita
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.229 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i2.54

Abstract

Knowing the Nadhliyin Masjid can be known from the role of Jami Kajen Masjid. Jami Kajen Masjid one of the genealogy Islamic spread and growth of Nahdliyin Boarding School Kajen Pati in maintaining religion cultural identity. This article uses qualitative research methods by describing the religious amaliah in Jami Kajen Masjid then analyzed and interpreted. In this study found the role of Jami Kajen Masjid as the Nahdliyin Masjid: first, as a place of worship shalawat, zikir together and shake hands finished prayer; second, prayer together like istigasah, tahlilan, yasinan, khataman Al-Quran and shalawat barzanji; third, the study of the religious sciences; the fourth, preserving the Arabic-speaking Friday sermons, tarawih prayers for two groups and reading Al Qur?an; the fifth, social activities providing compensation to the poor, dhuafa and orphans; the sixth, the harmony place and ukhuwah islamiyah; the seventh, the Center for Cultural Conservation traditions of megengan and suronan; eighth, the salvation tradition or celebrating the days of Islam and suronan Kiai Ahmad Mutamakin. Mengenal Masjid Nadhliyin dapat diketahui dari peranan Masjid Jami Kajen sebagai salah satu genealogi penyebaran Islam dan pertumbuhan pesantren bernuansa Nahdliyin di Kajen Pati dalam memelihara identitas kultural keagamaan. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan amaliah keagamaan di Masjid Jami Kajen kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Dalam kajian ini ditemukan peran Masjid Kajen sebagai Masjid Nahdliyin yaitu: pertama, sebagai tempat ibadah shalawatan, zikir bersama dan berjabatan tangan selesai shalat; kedua, doa bersama seperti istighasah, tahlilan, yasinan, khataman Al-Quran dan shalawat barzanji; ketiga, pengkajian dan pengajian ilmu-ilmu keagamaan; keempat, melestarikan tradisi khutbah Jumat berbahasa Arab, shalat tarawih untuk dua kelompok dan ngaji kilatan; kelima, kegiatan sosial kemasyarakatan memberikan santunan kepada fakir miskin, kaum dhuafa dan yatim piatu; keenam, wadah perajut kerukunan dan ukhuwah islamiyah; ketujuh, Pusat Pelestarian Kebudayaan dengan tradisi megengan dan suronan; kedelapan, tradisi selamatan atau kenduri memperingati hari-hari besar Islam maupun suronan Kiai Ahmad Mutamakin

Page 4 of 29 | Total Record : 281


Filter by Year

2015 2023


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 1 (2023): Jurnal Bimas Islam Vol. 14 No. 2 (2021): Jurnal Bimas Islam 2021 Vol. 14 No. 1 (2021): Jurnal Bimas Islam 2021 Vol. 13 No. 2 (2020): Jurnal Bimas Islam 2020 Vol. 13 No. 1 (2020): Jurnal Bimas Islam 2020 Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Bimas Islam 2019 Vol. 12 No. 2 (2019): Jurnal Bimas Islam 2019 Vol. 12 No. 1 (2019): Jurnal Bimas Islam 2019 Vol 12 No 1 (2019): Jurnal Bimas Islam 2019 Vol. 11 No. 4 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol 11 No 4 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol 11 No 3 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol. 11 No. 3 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol. 11 No. 2 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol. 11 No. 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018 Vol 10 No 4 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol. 10 No. 4 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol. 10 No. 3 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol 10 No 3 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol. 10 No. 2 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol. 10 No. 1 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol 10 No 1 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017 Vol 9 No 4 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol. 9 No. 4 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol 9 No 3 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol. 9 No. 3 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol 9 No 2 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol. 9 No. 2 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol 9 No 1 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol. 9 No. 1 (2016): Jurnal Bimas Islam Vol 8 No 4 (2015): Jurnal Bimas Islam Vol. 8 No. 4 (2015): Jurnal Bimas Islam Vol 8 No 3 (2015): Jurnal Bimas Islam Vol. 8 No. 3 (2015): Jurnal Bimas Islam Vol. 8 No. 2 (2015): Jurnal Bimas Islam Vol 8 No 2 (2015): Jurnal Bimas Islam Vol 8 No 1 (2015): Jurnal Bimas Islam Vol. 8 No. 1 (2015): Jurnal Bimas Islam More Issue