cover
Contact Name
Yunardi Kristian Zega
Contact Email
yunardichristian@gmail.com
Phone
+6281213076611
Journal Mail Official
mpak.pps@uki.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Shanan
ISSN : 25498061     EISSN : 27224678     DOI : https://doi.org/10.33541/shanan
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal Shanan bertujuan untuk menerbitkan hasil penelitian dosen-dosen dan para alumni Prodi Magister Pendidikan Agama Kristen serta para pendidik agama di luar UKI. Jurnal Shanan pertama kali diterbitkan pada bulan Maret 2017 melalui penerbit UKI Press dengan nomor ISSN 2549-8061. Jurnal ini dikelola oleh Program Studi Magister Pendidikan Agama Kristen UKI yang dimaksudkan untuk mempublikasikan karya-karya penelitian dosen, alumni, dan para pendidik agama Kristen di luar UKI. Jurnal ini memuat artikel-artikel penelitian yang berfokus pada pengembangan ilmu dan praktik pendidikan agama Kristen di lingkup gereja, keluarga, dan sekolah. Jurnal Shanan ditebitkan secara berkala dua kali dalam setahun, yaitu Maret dan Oktober. Fokus jurnal Shanan adalah Pendidikan Agama Kristen sedangkan cakupannya adalah Desain Program, Strategi Pembelajaran dan Kurikulum, Sejarah dan Filsafat, Teologi, Metodologi Pendidikan, Pendidikan dalam Masyarakat Majemuk, Evaluasi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Etika Profesi Guru, yang semuanya terkait dengan Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 101 Documents
PLURALISME AGAMA MENURUT ABRAHAM KUYPER DAN KONTRIBUSINYA BAGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Desi Sianipar
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 1 (2019): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.686 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i1.1576

Abstract

Tulisan ini merupakan kajian terhadap konsep pluralisme agama menurut Abraham Kuyper (1837-1920), seorang Belanda yang memiliki keahlian dalam bidang agama, politik, dan pendidikan. Studinya yang mendalam mengenai ilmu-ilmu ini telah menghasilkan pemikirannya yang khas mengenai pluralisme agama. Keunikan pemikirannya terletak pada konsep kebebasan dan teologi Calvinis di Amerika. Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan agama Kristen. Beberapa kontribusi pemikiran Kuyper yang dapat dikembangkan dalam pendidikan agama Kristen adalah Tuhan adalah pencipta keberagaman; keberagaman agama harus menghasilkan kebaikan; mengakui keberagaman sama dengan mengakui manusia sebagai gambar Allah. Karena itu, keberagaman agama harus bisa didialogkan secara terbuka.Kata Kunci: pluralisme, Abraham Kuyper, pengembangan, pendidikan agama Kristen.
DESAIN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN UNTUK IBADAH YANG BERORIENTASI PADA ETOS KERJA KRISTEN BAGI PEGAWAI PEMERINTAH DI BALAI KOTA PROPINSI DKI JAKARTA Solmeriana Sinaga; Demsy Jura
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.69 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i2.1577

Abstract

Kurikulum merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran yang mampu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Kurikulum tidak terlepas dari sebuah proses pembelajaran serta pengalaman dalam belajar itu sendiri. Dalam hal ini kurikulum tidak hanya diperlukan dalam pendidikan formal, namun dalam pendidikan informal sekalipun sangat dibutuhkan, sebab kurikulum juga merupakan pondasi yang kuat dalam sebuah pembelajaran di dunia pendidikan.Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kurikulum pendidikan agama Kristen untuk ibadah yang berorientasi pada etos kerja Kristen bagi pegawai pemerintah di Balai Kota Propinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel ditetapkan menggunakan model sampel bertujuan (purposive sampling). Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang pegawai Kristen yang terdiri pengurus ibadah dan peserta ibadah. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, sedangkan teknik analisis data menggunakan model deskripsi analisis.Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pemahaman para pengurus tentang kurikulum pendidikan agama Kristen sudah memadai dan pemahaman pengurus ibadah dan peserta ibadah tentang etos kerja Kristen dan ibadah juga sudah memadai. Penelitian ini dapat memberi gambaran tentang desain kurikulum pendidikan agama Kristen untuk ibadah yang berorientasi dalam meningkatkan etos kerja Kristen. Hasil temuan penulis ialah kurikulum pendidikan agama Kristen sangat penting untuk diterapkan dalam ibadah yang berlangsung setiap hari Jumat pada pemerintah di Balai Kota Propinsi DKI Jakarta.Kata Kunci: Desain, Kurikulum, Pendidikan Agama Kristen (PAK), Ibadah, Etos Kerja Kristen.
DESAIN KURIKULUM PAK ANAK USIA 9-12 TAHUN DI SINODE GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) DENGAN MENGGUNAKAN TEORI WYCKOFF Yenni Septiani Purba; Djoys Anneke Rantung
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.081 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i2.1578

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PAK Anak usia 9-12 tahun, bagaimana desain kurikulum PAK Anak di sinode GKPS selama ini, dan bagaimana mendesain kurikulum PAK Anak usia 9-12 tahun di sinode GKPS berdasarkan teori Wyckoff. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif melalui penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan metode wawancara. Sampel ditetapkan menggunakan model sampel bertujuan (purposive sampling). Responden dalam penelitian ini berjumlah empat belas orang, yang terdiri dari delapan orang kepengurusan tingkat sinodal GKPS di Pematangsiantar dan enam orang kepengurusan yang berhubungan dengan Sekolah Minggu di jemaat GKPS Cengkareng, Jakarta. Data dari wawancara tersebut dianalisis dengan model deskripsi analisis.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pemahaman GKPS tentang PAK Anak sudah memadai namun pelaksanaan PAK Anak di jemaat masih terbatas. Ditemukan data bahwa peraturan pembagian kelas Sekolah Minggu di GKPS belum konsisten. GKPS juga belum memiliki kurikulum PAK Anak. Bahan pengajaran yang ada hanya Buku Pedoman Pembelajaran Aku Gereja, yang sebenarnya bukan kurikulum. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah ini: pertama, GKPS terbentur dengan bahan atau teks pengajaran Sekolah Minggu yang sudah ditetapkan oleh gereja-gereja anggota Sekretariat Bersama UEM. Kedua, belum ada ahli PAK Anak yang bertugas secara penuh dalam kepengurusan sinodal GKPS, dan faktor-faktor lainnya. Berdasarkan penelitian, kurikulum merupakan hal yang penting dan sangat dibutuhkan dalam PAK Anak. Menurut Wyckoff, kurikulum disusun berdasarkan kaitan antara beberapa unsur dasar, yaitu konteks, ruang lingkup, tujuan, dan proses. Berdasarkan teori Wyckoff tersebut, dalam penelitian ini, peneliti mendesain kurikulum PAK Anak usia 9-12 tahun di sinode GKPS.Kata kunci: Pendidikan Agama Kristen, anak, desain, kurikulum, teori Wyckoff
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN UNTUK KELUARGA MENURUT POLA ASUH KELUARGA ISHAK DALAM PERJANJIAN LAMA Djoys Anneke Rantung
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.338 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i2.1579

Abstract

Pola asuh dalam keluarga adalah tugas pendidikan agama Kristen yang dilakukan di dalam keluarga sebagai pembentukan karakter dan pertumbuhan iman terutama anak-anak. Alkitab memberikan gambaran yang jelas bagaimana pola asuh dari keluarga-keluarga baik menurut Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Kehidupan keluarga Ishak dimulai dari Abraham dan Sarah sebagai orangtua Ishak, kemudian Esau dan Yakub sebagai anak-anak Ishak. Ada pola asuh yang baik dan ada pola asuh yang tidak baik dari keluarga ini. Sesuatu yang baik yang dilakukan akan memberi dampak yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, tetapi sesuatu yang buruk tentu saja sebaliknya dari yang baik. Keluarga berperan penting dalam pembinaan nilai-nilai, memberi dukungan afektif; berupa hubungan kehangatan, saling mengasihi, dan dikasihi, mempedulikan, dan dipedulikan, memberikan motivasi, dan saling menghargai. Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Indonesia, dengan metode penelitian yang digunakan adalah library research. Untuk menjawab masalah dalam penelitian ini, peneliti meneliti teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, bersumber dari buku, artikel nasional, dan internasional dalam bentuk prosiding dan jurnal, dokumen, dan sumber lainnya. Temuan penelitian ini adalah bahwa tujuan pola asuh keluarga yang sesuai dengan pendidikan agama Kristen adalah menghasilkan keluarga-keluarga yang berkarakter dengan nilai-nilai kasih dan kepedulian, memiliki motivasi, dan saling menghargai.Kata Kunci: Pendidikan Agama Kristen, Keluarga, Pola Asuh, Keluarga Ishak.
KAJIAN PEDAGOGIS TENTANG TANGGUNG JAWAB GURU PAK SECARA PROFESIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK A Dan Kia
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.458 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i2.1580

Abstract

Artikel ini adalah suatu kajian pedagogis secara teoritis mengenai Profesionalisme guru pendidikan agama Kristen sebagai pendidik dengan komposisi tugasnya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik agar mencapai tujuan pembelajaran serta menghasilkan prestasi belajar sesuai yang diharapkan. Yesus sebagai teladan bagi guru pendidikan agama Kristen, harus menjadi ukuran bagi setiap pendidik Kristen. Dengan meneladani-Nya, maka akan berdampak dalam pekerjaan selama proses pembelajaran berlangsung dan akan menghasilkan prestasi bagi peserta didik. Prestasi belajar yang diharapkan merupakan suatu keberhasilan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini merupakan tanggungjawab seorang guru pendidikan agama Kristen yang secara profesional memberikan waktu dan kemampuan dirinya dalam mendidik, dan memberikan motivasi belajar agar mencapai suatu prestasi dalam bagi setiap peserta didik.Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru pendidikan agama Kristen harus dapat meningkatkan kompetensi serta berkewajiban untuk merencanakan pembelajaran secara baik, mengembangkan kualifikasi dan kompetensinya secara berkesinambungan. Guru yang menjalankan tugasnya dengan baik disebut guru yang profesional, yakni guru yang memiliki beberapa keahlian atau kompetensi meliputi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang terjalin satu dengan lainnya. Untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dari penulisan ini, maka penulis menggunakan metode kualitatif sebagai studi pustaka dan didukung oleh beberapa refensi secara online untuk kelengkapan dan penyempurnaan tulisan ini.Penelitian ini mengasilkan suatu kesimpulan bahwa kinerja secara profesional seorang guru sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi bagi setiap peserta didik dalam dunia pendidikan. Secara khusunya bagi guru pendidikan agama Kristen sebagai pembawa kebenaran dan motivator yang disertai dengan kekuatan spiritual, dapat membangkitkan semangat belajar sebagai wujud dari iman yang berkaitan dengan tindakan, sehingga menghasilkan prestasi yang berdampak positif bagi guru yang profesional dalam hal mengajar, mendidik dan memberi motivasi terhadap peserta didik.Kata kunci: Tanggungjawab dan Profesional Guru
PERAN ORANGTUA SEBAGAI PENDIDIK DAN PEMBENTUK KARAKTER SPIRITUALITAS REMAJA Christa Siahaan; Djoys Anneke Rantung
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.825 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i2.1581

Abstract

Artikel ini berisi pembahasan tentang peran orangtua sebagai pendidik dan pembentuk karakter spiritualitas remaja dalam pandangan Alkitab dan secara psikologis. Pendidikan karakter spiritualitas remaja merupakan satu dari sekian banyak tujuan pembelajaran PAK. Guru yang berperan dalam pengajaran PAK tidak hanya yang ada dalam sekolah formal saja. Dalam sekolah informal ada guru yang paling dekat dengan naradidiknya bahkan tinggal dalam satu rumah yaitu orangtua. Sebagai guru PAK orangtua berperan dalam membentuk karakter spiritualitas remaja. Orangtua dikatakan sebagai guru pertama dan utama dalam mengajarkan firman Tuhan kepada remaja. Pengajaran yang diberikan hendaknya dapat membentuk suatu kepribadian yang khas dari remaja. Inilah yang disebut sebagai pembentukan karakter spiritualitas.Kata Kunci : Peran Orangtua, Pendidik, Karakter, Spiritualitas, Remaja
PENGGUNAAN PENDEKATAN SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI GEREJA Desi Sianipar
Jurnal Shanan Vol. 3 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.396 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v3i2.1582

Abstract

Tulisan ini memuat pembahasan tentang penggunaan pendekatan Shared Christian Praxis (SCP) dalam pendidikan agama Kristen. Pendekatan ini dikembangkan oleh Thomas H. Groome pada tahun 1980-an dan sudah banyak digunakan dalam berbagai kegiatan pengajaran baik di gereja maupun sekolah di Eropa dan Amerika. Akan tetapi di lingkungan Protestan Indonesia, penggunaan pendekatan ini masih sangat jarang. Tulisan mengenai pendekatan ini pun masih sedikit, khususnya terkait dengan pendidikan agama Kristen di gereja-gereja Protestan. Pendekatan ini sangat baikdigunakan dalam pembelajaran di program katekisasi, penelaahan Alkitab, sermon, retreat, pertemuan pastoral, dan program pengajaran lainnya karena pendekatan ini bersifat aktif, inisiatif, reflektif, intuitif, kreatif, dialogis, kritis, emansipatif, dan partisipatif. Dengan menerapkan pendekatan ini dengan benar, maka upaya indoktrinasi, dominasi pengajar terhadap murid, dan pengajaran yang monolog dapat dihapuskan. Tulisan ini dihasilkan melalui riset kepustakaan (library research) dengan metode kualitatif deskriptif. Kesimpulan dari tulisan ini adalah pendekatan SCP bermanfaat dalam pendidikan agama Kristen di gereja, khususnya menyangkut: waktu belajar yang fleksibel, kesiapan emosional dan fisik dalam menerima pembelajaran, danmensinergikan teologi dan PAK dalam pembelajaran.
RADIKALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Yunardi Kristian Zega
Jurnal Shanan Vol. 4 No. 1 (2020): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.935 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v4i1.1765

Abstract

AbstrakRadikalisme agama merupakan paham atau aliran keras yang berasal dari suatu ajaran agama yang menimbulkan sikap intoleransi. Radikalisme agama dapat terjadi pada agama manapun, termasuk dalam memahami ajaran Kekristenan. Salah satu penyebab pada ajaran Kekristenan yaitu, pemahaman yang salah dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab dan para pendidik yang memberikan pendidikan agama Kristen tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, atau juga dapat disebabkan oleh orang-orang Kristen yang memiliki kepentingan dengan mengatasnamakan ajaran agama. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah studi pustaka. Di mana penulis mencari sumber-sumber informasi baik dari jurnal, buku, Alkitab, tafsiran Alkitab, internet, kamus, dan sumber-sumber lainnya. Tujuan dari penulisan ini untuk menjawab pandangan Kekristenan berdasarkan perspektif Alkitab yang menolak tindakan radikalisme agama. Oleh karena itu, supaya tidak bertumbuhnya paham radikalisme agama di dalam Kekristenan. Hal ini menjadi tugas tanggung jawab bagi para pendidik, pendidik yang dimaksud ialah (orangtua, guru PAK, dan para pendeta) yang mengajarkan pendidikan agama Kristen kepada setiap naradidik baik di dalam keluarga, sekolah, maupun gereja.Kata Kunci: Radikalisme Agama, Perspektif Alkitab, Pendidikan Agama Kristen
TEOLOGI SEBAGAI LANDASAN BAGI GEREJA DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Nova Ritonga
Jurnal Shanan Vol. 4 No. 1 (2020): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.84 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v4i1.1766

Abstract

AbstrakGereja adalah persekutuan orang kudus. Gereja memiliki tugas dan panggilan untuk melakukan pengajaran yang benar kepada orang percaya yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Tugas pengajaran itu antara lain adalah Pendidikan Agama Kristen (PAK) gereja. Terkait dengan tugas tersebut, harus dilakukan secara terus-menerus agar dapat menjawab kebutuhan orang percaya. Agar relevan, gereja perlu melakukan pengembangan mengingat adanya pengaruh perkembangan zaman yang masuk ke dalam gereja. Selain itu, adanya perubahan perilaku dan gaya hidup yang ditunjukkan jemaat yang cenderung mengikuti perkembangan zaman. Di samping itu, gereja juga diperhadapkan dengan pengajaran-pengajaran yang menyimpang dari Alkitab dan dasar teologi yang benar. Dalam upaya melakukan pengembangan PAK, gereja tidak bisa dilepaskan dari teologi yang merupakan isi dari PAK itu sendiri. Pengajaran yang dilakukan di gereja berpusat pada Allah dan karya-karya-Nya. Untuk memahami itu, dibutuhkan teologi sebagai sarana untuk mempermudah menjelaskan apa yang menjadi kehendak Allah atas umat-Nya. Dengan menjadikan teologi sebagai landasan pengembangan PAK Alkitabiah, gereja akan bertumbuh menjadi gereja produktif yang menghasilkan jemaat yang dewasa dan mampu mengimplementasikan imannya di dalam kehidupannya sehari-hari. Artikel ini ditulis dengan metode kualitatif deskriptif melalui penelitian kepustkaan. Kesimpulan dari artikel ini adalah gereja perlu memahami bahwa PAK adalah tugas gereja yang sangat penting dan perlu terus dikembangkan. PAK adalah bagian dari upaya berteologi gereja, maka gereja harus mengembangkan PAK berdasarkan teologi dan teologi adalah landasan dalam pengembangan PAK di gereja.Kata Kunci: Pendidikan Agama Kristen, Teologi, Gereja
PAK GEREJA DALAM KONTEKS LINGKUNGAN HIDUP SUATU REFLEKSI TERHADAP MARKUS 16:15 Sozawato Telaumbanua
Jurnal Shanan Vol. 4 No. 1 (2020): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.748 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v4i1.1767

Abstract

Abstrak Mengabarkan Injil merupakan salah satu tugas gereja (orang Kristen) yang paling penting dan paling mendasar. Pekabaran Injil seringkali dipahami oleh gereja sebagai upaya untuk menambahkan jumlah anggota dalam gereja, sehingga pekabaran Injil hanya dibatasi kepada manusia. Pekabaran Injil yang benar yang diajarkan oleh Yesus bukanlah seperti apa yang dipahami oleh gereja saat ini. Dalam Markus 16:15 menjelaskan bahwa pekabaran Injil tidak hanya dibatasi kepada manusia, tetapi pekabaran Injil mencakup seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah. Seharusnya gereja pada saat ini mulai melihat situasi yang sedang terjadi di sekitarnya, salah satunya mengenai kerusakan lingkungan hidup yang membawa dampak bagi seluruh makhluk/ciptaan. Kepedulian gereja terhadap kerusakan lingkungan hidup, yang semakin hari semakin memprihatinkan dan banyak menelan korban, sebenarnya merupakan salah satu cara pekabaran Injil yang baik dan relevan pada masa kini. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan bagi jemaat tentang bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap ciptaan Tuhan lainnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis menggunakan metode penelitian pustaka, yakni membandingkan berbagai literatur, baik itu buku-buku, artikel, maupun jurnal yang berkaitan dengan pembahasan di atas. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberi pemahaman sekaligus menyadarkan gereja akan pentingnya pendidikan agama Kristen yang berkenaan dengan lingkungan hidup. Melalui pendidikan, gereja membekali setiap anggota jemaatnya serta menyadarkan mereka bahwa mereka memiliki tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan hidup.Kata Kunci: Gereja, Ekologi, Pekabaran Injil, Pendidikan Agama Kristen

Page 4 of 11 | Total Record : 101