cover
Contact Name
Yunardi Kristian Zega
Contact Email
yunardichristian@gmail.com
Phone
+6281213076611
Journal Mail Official
mpak.pps@uki.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Shanan
ISSN : 25498061     EISSN : 27224678     DOI : https://doi.org/10.33541/shanan
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal Shanan bertujuan untuk menerbitkan hasil penelitian dosen-dosen dan para alumni Prodi Magister Pendidikan Agama Kristen serta para pendidik agama di luar UKI. Jurnal Shanan pertama kali diterbitkan pada bulan Maret 2017 melalui penerbit UKI Press dengan nomor ISSN 2549-8061. Jurnal ini dikelola oleh Program Studi Magister Pendidikan Agama Kristen UKI yang dimaksudkan untuk mempublikasikan karya-karya penelitian dosen, alumni, dan para pendidik agama Kristen di luar UKI. Jurnal ini memuat artikel-artikel penelitian yang berfokus pada pengembangan ilmu dan praktik pendidikan agama Kristen di lingkup gereja, keluarga, dan sekolah. Jurnal Shanan ditebitkan secara berkala dua kali dalam setahun, yaitu Maret dan Oktober. Fokus jurnal Shanan adalah Pendidikan Agama Kristen sedangkan cakupannya adalah Desain Program, Strategi Pembelajaran dan Kurikulum, Sejarah dan Filsafat, Teologi, Metodologi Pendidikan, Pendidikan dalam Masyarakat Majemuk, Evaluasi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Etika Profesi Guru, yang semuanya terkait dengan Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 101 Documents
KAJIAN TEOLOGIS-PEDAGOGIS KETELADANAN RASUL PAULUS DALAM PENGINJILAN DAN RELEVANSINYA BAGI PENDIDIK KRISTEN MASA KINI A Dan Kia
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.751 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i2.1493

Abstract

Peran guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam dunia pendidikan bukan saja hanya untuk mengajar bagi peserta didik, namun terlebih dari itu, guru PAK diharapkan dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Untuk menjadi seperti yang dikehendaki Tuhan, maka seorang guru PAK harus memiliki figur yang dapat menginspirasi dirinya agar tetap semnagat dalam mengajar dan bertanggung selaku orang yang sudah diselamatkan. Dalam sejarah Perjanjian Baru para rasul begitu giat dalam mengabarkan Injil, tetapi yang paling terkenal dan sangat berpengaruh sepanjang sejarah hingga sekarang ialah rasul Paulus.Rasul Paulus bukanlah satu-satunya orang Farisi yang menjadi Kristen (Kis. 15:15), tetapi ia yang paling terkenal. Untuk bisa mengerti panggilan, maka adalah baik untuk melihat kehidupannya. Perjalanan dan pelayanan Paulus memberikan suatu inspirasi bagi setiap pendidik kristen. hal dapat dilihat melalui pekerjaan dilingkungan pendidikan dalam konteks belajar mengajar. Proses belajar mengaajar bukan saja menjadi konten penting untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi membaw misi Tuhan melalui kepribadian seorang pendidik agar menjadi surat Kristus/saksi yang hidup. Kesemunaya ini tercermin melalui pola hidupnya, komitmen, maupun misinya.Dengan meneladani rasul Paulus, maka selayaknya pendidik kristen tetap setia dalam melaksanakan misiNya Tuhan dalam pelayanan, dan diharapkan untuk para pendidik pada akhirnya dapat mengemukakan pernyatan yang sama dengan yang dikemukakan rasul Paulus dalam salah satu suratnya “aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapia garis akhir dan aku tela memelihara iman” (2 Tim. 4:7). Keteladan yang ditunjukkan oleh rasul Paulus dalam tangung jawabnya sebagai rasul, menunjukkan integritas diri sebagai seorang hambah Tuhan dalam melaksankan tangung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya. Contoh atau model yang ditujunkan oleh rasul Paulus tidak mudah untuk dilaksanakan, tetapi penyerahan total kepada Tuhan, memiliki komitmen yang jelas, menyadari diri sebagai hamba, nenghargai anugerah Tuhan, dan memiliki kasih,akan sangat memolong dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai pekerja Tuhan yang berintegritas.Kata kunci: Keteladanan, Rasul Paulus, Penginjilan, Pendidikan agama Kristen.
REFORMASI PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA PADA MASA KINI Desi Sianipar
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.723 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i2.1494

Abstract

Peringatan 500 tahun Reformasi Gereja yang dipelopori oleh Martin Luther sangatlah penting sebagai sarana untuk melihat kembali sejauh mana generasi sekarang yang mewarisi prinsip dan semangat Reformasi Luther dan para reformator lainnya, dapat menjalani kehidupan sesuatu dengan arah dan impian reformasi gereja. Walaupun reformasi Luther dalam konteks gereja, namun dampak dari gerakan tersebut nyata dalam dunia pendidikan Kristen, hingga sekarang ini.Reformasi pendidikan yang dilakukan Luther dan para reformator lain dimotivasi oleh situasi yang sedang berlangsung di seluruh wilayah Gereja kala itu, dimana tidak ada sistem sekolah umum karena pendidikan hanya dijalankan oleh gereja, melalui biara-biara dan di lembaga-lembaga yang diawasi dengan ketat dalam otoritas gereja. Pendidikan yang diberikan kepada para pemuda dan para wanita yang terbatas mereka yang memiliki kekayaan dan status sosial yang tinggi dalam masyarakat kala itu. Keadaan tersebut membuat Luther dan para reformator lain berusaha keras untuk membangkitkan keyakinan para orangtua mengenai pentingnya pendidikan anak-anak mereka, yaitu bahwa kebaikan rohani dari anak-anak mereka lebih penting daripada kesenangan lahiriah.Martin Luther menjadi terdepan dalam menyeruhkan perlunya perubahan pada dunia pendidikan. Luther meyakini bahwa penguatan pendidikan agama dalam keluarga dapat menjadi pola, metode, dan solusi dalam memperbaiki dan memperkuat gereja, masyarakat, dan negara.Kata Kunci: Reformasi Pendidikan, Pengaruh, Masa Kini
KAJIAN TEOLOGIS PENYAMPAIAN FIRMAN TUHAN DAN PENGARUHNYA BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT Wellem Sairwona
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.646 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i2.1497

Abstract

Pemberitaan Firman Tuhan dalam sebuah komunitas kristiani di tingkat lokal ataupun regional sangat dimungkinkan untuk ditelaah dan diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan iman jemaat. Pemberitaan Firman Tuhan adalah pemberitaan tentang kasih dan kuasa Allah di dalam Alkitab kepada sesama manusia di dalam konteks kehidupan berjemaat, pada masa kini. Pertumbuhan iman jemaat adalah kualitas persekutuan jemaat secara pribadi dengan Kristus sebagai Kepala Gereja dan kualitas persekutuan jemaat dengan sesamanya. Jadi pertumbuhan iman memiliki dimensi vertikal sebagai sumber pertumbuhan iman secara pribadi dan dimensi horizontal sebagai sumber kesaksian kepada sesama.Penelitian ini membuktikan bahwa pemberitaan Firman sangat penting bahkan merupakan suatu yang ultima bagi pembentukan akhlak jemaat di dalam usaha menuju keserupaan dengan Kristus. Disamping itu, pembenahan cara hidup yang terus menerus diperbaharui di dalam Roh Kudus hanya mungkin lewat asupan Firman Tuhan yang didengar. Oleh karena pertumbuhan iman seseorang dan pertumbuhan iman komunitas adalah anugerah Allah, maka tugas dari umat beriman adalah menjaga anugerah itu di dalam hidup yang disiplin dan taat kepada Firman Tuhan.Penelitan menyimpulkan bahwa hubungan antara pemberitaan Firman Tuhan dan persekutuan jemaat dengan pertumbuhan iman jemaat adalah bersifat logis, spiritual dan adikodrati. Penelitan juga menyimpulkan bahwa dampak dari pemberitaan Firman Tuhan dan persekutuan jemaat terhadap pertumbuhan iman warga jemaat adalah bersifat positif, rasional dan Alkitabiah.Kata Kunci: Pemberitaan Firman, Pertumbuhan Iman, Persekutuan Jemaat, Kesaksian.
TANTANGAN PELAYANAN DALAM TUGAS MENGAJAR PAK:: KAJIAN TEOLOGIS, PEDAGOGIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEBAGAI INTEGRASI IMAN DAN ILMU Dirk Roy Kolibu
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.633 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i2.1498

Abstract

Tugas mengajar PAK merupakan representatif ilmu pengetahuan harus disandingkandengan pelayanan sebagai representatif iman pendidik agar tetap mempertahankan kualitaspengajaran bedasarkan Alkitab tanpa direduksi oleh kekuatan paham dunia yang bersifatfilosofis seperti rasionalisme, humanisme serta sekularisme yang membonceng lewat arusglobalisasi dunia kerja. Untuk itu pendidik Kristen sudah saatnya mengantisipasi tantangankedepan dengan meningkatkan kompetensi dan integritasnya sebagai pendidik Kristen.Makalah ini memberikan gambaran tentang pelayanan pendidikan sebagai tugasmengajar PAK dalam mengantisipasi tantangan globalisasi dunia pada umumnya dan MEApada skup Asia terhadap pendidikan Kristen. Oleh karena itu dalam makalah ini perlunyamemahami konteks pelayanan dalam tugas mengajar sebagai suatu integrasi iman dan ilmudalam menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal, sebagai implementasi PAK disekolah maupun perguruan tinggi. Untuk itu diperlukan pemahaman teologis dan pedagogissebagai upaya memfilter berbagai paham dan godaan yang akan datang.Makalah ini berbicara mengenai prinsip-prinsip pelayanan dalam tugas mengajarPAK, prinsip mengajar sebagai panggilan Tuhan untuk mendidik, serta makna tugas mengajarPAK dalam memaknai iman dan ilmu sebagai kesatuan melakukan trobosan dalam duniaPAK.Kata Kunci: Pelayanan, Mengajar, Pendidikan Agama Kristen, integrasi Iman dan Ilmu.
PERAN PAK DALAM GEREJA UNTUK MENANGKAL RADIKALISME DAN FUNDAMENTALISME AGAMA DI KALANGAN GENERASI MUDA Djoys A. Rantung
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 1 (2018): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.407 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v2i1.1499

Abstract

Paham radikalisme dan fundamentalisme agama dewasa ini disebarkan dengan berbagai cara. Di era teknologi informasi seperti sekarang ini paham radikalisme dan fundamentalisme agama lebih cepat tersebar lewat media sosial. Akibatnya, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari penyebaran paham radikalisme dan fundamentalisme agama tersebut. Dampak-dampak ini sangat berbahaya bagi bangsa dan juga gereja, terutama generasi muda. Untuk itu gereja harus mengajarkan kepada generasi muda, mulai dari anak-anak, remaja dan pemuda bagaimana berperilaku hidup sebagaimana yang diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan. Tugas-tugas gereja dalam menghadapi bahaya radikalisme dan fundamentalisme agama yang mengancam generasi muda, adalah membangun kehidupan umat beragama yang matang, menghayati spritualitas keugaharian, mampu mengontrol diri, dan berkontribusi dalam mengusahakan keadilan, kesetaraan dan kemanusiaan. Dalam hal ini, Yesus menjadi role model dalam radikalisme perdamaian, yakni cinta kasih, keadilan, kesetaraan dan kemanusiaan memiliki pengaruh pada generasi muda berupa perkembangan sifat destruktif dan keras, hilangnya rasa cinta tanah air, rusaknya pemikiran kaum muda, munculnya paradigma yang salah, dan memicu pemikiran yang kritis. Di Indonesia sendiri, radikalisme sudah menjalar ke berbagai lapisan masyarakat dan sudah menjalar ke berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia dan siap untuk menghancurkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahaya radikalisme fundamentalisme agama sangat mengancam generasi muda. Karena, generasi muda adalah harapan dan penerus bangsa dan gereja. Banyak cara paham radikalisme fundamentalisme disebarkan, terutama di era teknologi ini yakni lewat internet dan media sosial. Dampak negatif banyak yang ditimbulkan dari penyebaran paham radikalisme tersebut. Dampak-dampak ini sangat berbahaya bagi bangsa dan juga gereja, terutama generasi muda. Gereja memiliki peran yang penting bersama dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas, keamanan dan juga perdamaian. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, berdasarkan hasil studi pustaka berbagai sumber, yaitu sejumlah literatur berbahasa Indonesia dan Inggris dalam meneliti peran PAK dalam gereja untuk menangkal radikalisme dan fundamentalisme agama di kalangan generasi muda. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini didapati bahwa radikalisme dan fundamentalisme agama adalah gerakan agama yang berupaya merombak secara total suatu suasana sosial atau tatanan politis yang ada dengan menggunakan kekerasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya paham ini, adalah nasionalisme, agama, globalisasi, pemikiran, ekonomi, (kemiskinan dan kesenjangan), kekuasaan politis dan lemahnya negara, kurangnya kesadaran hidup sesuai Pancasila, sosial, ideologi, psikologis dan pendidikan. Peran PAK dalam gereja untuk menangkal radikalisme dan fundamentalisme agama di kalangan generasi muda, adalah melakukan perintah Tuhan dalam hukum kasih, yakni kebaikan, keadilan dan damai sejahtera atau shalom. Gereja sebagai salah satu pelaku PAK berkewajiban untuk melakukan program bersama pemerintah yakni softderadikalisasi. Peran PAK dalam gereja dapat diwujudkan dalam kurikulum-kurikulum dengan metode dan materi pendidikan, pengajaran dan pembinaan tentang iman Kristen dengan nilai-nilai kasih, kebaikan, keadilan dan damai sejahtera serta kurikulum pendidikan religius lintas iman di kalangan orang muda atau generasi muda untuk saling belajar mengenal agama satu dengan yang lainnya, sebagai tindakan untuk mencegah radikalisme dan fundamentalisme agama.Kata Kunci: Radikalisme, Fundamentalisme, Gereja, PAK, Generasi Muda.
KAJIANTEOLOGIS-PEDAGOGIS MENYANGKUT KEYAKINAN GURU PAK MEMAHAMI OTORITAS ALKITAB DALAM PENGAJARANNYA A Dan Kia
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 1 (2018): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.691 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v2i1.1500

Abstract

Penulisan ini merupakan kajian teologis-pedagogis menyangkut keyakinan guru PAK memahami otoritas Alkitab dalam pengajarannya. Iman yang disertai perbuatan baik, menghasilkan keyakinan yang tidak perlu diragukan dalam kepribadian seorang guru, menyangkut keyakinan dalam melaksanakan tugas pengajaran. Melalui aktifitasnya seorang guru memahami bagaimana menempatkan Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam setiap pengajarannya, agar memiliki kualifikasi yang terbaik. Hal ini dapat dicapai hanya dengan mengikuti aturan yang dikehendaki Tuhan bagi setiap orang yang mengandalkan-Nya sebagai Guru Agung. Dengan demikian, maka peserta didik akan menjadi semakin bertumbuh, karena guru yang mengajar adalah guru yang memahami benar tentang kebenaran Allah melalui firman Tuhan sebagai otoritas tertinggi dan sebagai dasar dari sumber ilmu pengetahuan.Perkembangan jaman yang demikian pesat, mengharuskan setiap orangtua dan guru PAK agar selalu mengandalkan Tuhan dalam tindakannya sebagai seorang pendidik. Pada setiap kegiatan mengajar dan persiapan seorang guru PAK tidak terlepas dari pengharapannya kepada Tuhan melalui kebenaran yang hakiki tersebut. Semua hal ini sangat berpengaruh dalam proses pengajaran bagaimana mendidik dan mengarahkan perserta didik dengan benar. Perkembangan ini dapat dilihat dari tumbuh kembangnya setiap peserta didik sesuai sesuai dengan proses yang ada. Guru PAK memahami benar tentang kehendak Allah melalui kebenaran yang sejati. Peserta didik akan dibawa kepada kebenaran yang baik, dan kekuasaan Tuhan akan berpengaruh terhadap pribadi mereka, dikarenakan guru PAK selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap kegiatan pengajarannya. Perlu ada pemahaman yang jelas tentang bagaimana mendisain hidup, kepada siapa disain itu dipercaya jika tidak dimulai dari guru sebagai orangtua kedua di sekolah. Hal ini akan terjadi suatu perubahan jika guru tersebut selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap tindakan hidupnya, dan tindakan itu akan berpengaruh bagi peserta didik yang dididiknya.Melalui penulisan ini, maka penulis berpikir untuk suatu kemajuan dalam proses belajar mengajar apabila guru PAK selalu memiliki relasi yang baik antar dirinya dengan Sang Guru Agung, maka guru PAK dapat memahami Alkitab menjawab kenyataan setiap permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan Kristen, karena Alkitab adalah jawaban terbaik pada masa kini dan masa akan datang, sebab di dalamnya memberikan suatu perubahan bagi setiap manusia, dan bagi guru PAK sebagai pelaku kebenaran dan contoh bagi peserta didik, Yesaya 43:7 ; Efesus 2:10.Penulisan ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library reseach). Penelitian ini menyangkut keyakinan guru PAK dalam tindakan pengajarannya yang harus berorientasi pada Alkitab sebagai otoritas tertinggi, dapat terjawab apabila guru PAK mampu melihat setiap permasalahan dalam pengajaran menurut prespektif iman Kristen.Kata kunci: Keyakinan Guru, Pendidikan Agama Kristen, Kajian Teologis-Pedagogis.
TEOLOGI RELIGIONUM: DILEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENENTUKAN SIKAP KEIMANAN Demsy Jura
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 1 (2018): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.888 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v2i1.1501

Abstract

Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengenal hal yang berifat religius; kenyataan ini membuat ia menjadi mahluk yang berkemampuan dalam memahami Tuhan dengan segala aspek-aspek ilahi yang ada didalamnya. Hal ketuhanan pada akhirnya memberikan inspirasi kepada manusia dalam menjalani kehidupan yang lebih bermartabat, melalui keyakinan keagamaan yang dimilikinya. Dengan demikian maka kemampuan dalam memahami agama, telah menempatkan manusia poda posisi yang lebih tinggi dari mahluk lainnya.Keyakinan keagaman menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat manusia; itulah sebbanya melalui hal keyakinan inilah maka seseorang perlu membangun hubungan yang harmonis diantara sesama. Upaya membangun hubungan yang harmonis diantara para pemeluk agama terus diupayakan ditengah-tengah gencarnya gerakan fundamentalisme dan fanatisme para pengikut atas agama yang dianutnya. Upaya dialog antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk meredam kekisruan terebut.Teologi Religionum merupakan cabang ilmu teologi yang membahas bagaimana respons teologi kekristenan terhadap fakta pluralisme agama diluar agama Kristen. Tujuan dari teologi religionum ini adalah bagaimana kekristenan melihat dan memberikan penilaian teologis terhadap agama-agama lain. Masing-masing agama memiliki keunikannya tersendiri dan perlu dihargai eksistensinya; itulah sebabnya diperlukan suatu cara untuk hal yang dimaksud.Tipologi Tripolar merupakan sebuah istilah yang akrab dengan studi agama-agama, dan juga berkaitan dengan perkembangan teologi religionum. Tipologi Tripolar bermaksud memberikan penjelasan terperinci mengenai teologi religionum yang dimaksudkan tersebut. Tipologi yang dimaksudkan tersebut itu digunakan sebagai standar di dalam studi teologi agama-agama, dan hingga kini masih banyak dipakai dalam diskursus teologi agama-agama. Tipologi Tripolar digunakan untuk memetakan beragam pendekatan para teolog dan non-teolog Kristen mengenai relasi kekristenan dengan agama-agama lain. Pemetaan ini didasarkan pada kesamaan dan perbedaan cara pandang mereka terhadap agama-agama lain di luar Kristen. Alan Race mempopulerkan istilah Tipologi Tripolar yang menunjuk kepada tiga hal pokok dalam membahas teologi agama-agama yang dimaksud, yaitu: eksklusivisme, Inklusivisme dan Pluralisme.Berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka kehadiran teologi religionum menjadi dilematika dalam pelaksanaan PAK; sebab PAK menuntut pengakuan mutlak bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia. Apapun alasan yang dipergunakan dalam membangun jembatan komunikasi dengan sesama pemeluk agama; PAK memberikan sikap yang jelas berkaitan dengan posisi keimanan orang percaya. Jadi hubungan dengan sesama pemeluk agama wajib dijaga dalam konteks fakta kemajemukan dalam masyarakat, namun keyakinan iman kepada Kristus tidak bisa diabaikan begitu saja.Kata Kunci: Dilematika, Keimanan, Pendidikan Agama Kristen, Teologi Religionum,
KATEKISMUS HEIDELBERG: SALAH SATU MATERI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) YANG HISTORIS DAN KONTEKSTUAL Abialtar
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 1 (2018): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.319 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v2i1.1502

Abstract

Salah satu kekayaan gereja adalah dokumen-dokumen pengajaran iman Kristen lahir pada zaman dan konteks tertentu. Salah satu dokumen iman yang terkenal adalah Katekismus Heidelberg (1563). Ia lahir dari “konspirasi” atau kerjasama antara gereja dan politik, Gereja Calvinis dan penguasa Palatinat, Jerman pada masa itu. Belum banyak teolog Kristen yang secara khusus membahas muatan teologi Katekismus Heidelberg ini dengan memperhatikan konteks di mana itu dirumuskan dan lahir. Penulis mengkaji teologi Katekismus Heidelberg yang dapat dikategorikan dokumen materi PAK baik di gereja maupun di sekolah, dengan melihat aspek sejarah dan juga mengkaji pembahasan para teolog mengenai makna Katekismus Heidelberg. Tentu saja tidak terlupakan kajian biblis dan pengaruhkebijakan politik konteks tertentu untuk menemukan landasan berpikir para perumus Katekismus ini. Harapan penulis bahwa kajian ini akan mendorong para pelaku pengajaran PAK untuk melandaskan perumusan materi pengajaran mereka dengan inspirasi kuat Katekismus Heidelberg. Dengan demikian, materi PAK akan selalu kontekstual, menjawab kebutuhan konteks yang di dalamna dirumuskan dan lahir. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan basis penelitian perpustakaan. Frasa Kunci: Katekismus Heidelberg, PAK, Calvinis, sejarah, teolog, teologi, kontekstual
PENGENALAN TEMPRAMEN DASAR ABRAHAM, MUSA, PETRUS DAN PAULUS DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Wahju A. Rini
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 1 (2018): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.037 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v2i1.1503

Abstract

Temperamen merupakan kombinasi dari sifat-sifat bawaan sejak lahir, terdapat empat macam yaitu Sanguin, Kolerik, Melankolis dan Plegmatis, masing masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Temperamen merupakan bahan dasar yang membentuk watak dan kepribadian manusia, masing-masing memiliki keunikan, satu dengan yang lain berbeda secara mendasar, baik dalam pikiran, perasaan maupun keinginan (Stanley Heath, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengenal temperamen dasar dari Abraham, Petrus dan Paulus sebagai salah satu cara untuk mempersiapkan generasi yang berkarakter dan menjadi salah satu tugas dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK).Untuk itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Berdasarkan hasil studi pustaka dari berbagai sumber, yaitu sejumlah literatur berbahasa Indonesia dan Inggris untuk mengenal temperamen dasar Abraham, Musa, Petrus dan Paulus dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK). Penelitian ini memberikan gambaran bahwa temperamen merupakan bahan dasar yang mewarnai hidup seseorang. Abraham yang memiliki temperamen dasar Flegmatik, memperlengkapi Abraham dengan kekuatannya yang menonjol yaitu taat, iman, pendoa, diplomasi, pengasih dan pendamai, sehingga sanggup melaksanakan perintah Allah untuk keluar dari tempat asalnya ke negeri yang dijanikan Allah dan menjadi saksi Allah di tengah-tengah bangsa yang belum mengenal-Nya. Musa yang memiliki temperamen dasar Melankolis, kekuatannya terletak pada kesetiaannya akan visi untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Petrus yang memiliki temperamen dasar Sanguin, kekuatannya, yaitu ramah da pandai berbicara. Tuhan memperlengkapi Petrus sehingga memiliki kepandaian untuk berkhotbah, untuk mengukir sejarah berdirinya gereja mula-mula. Paulus yang Kolerik, Tuhan memperlengkapi Paulus yang memiliki ketajaman intuisi untuk melakukan pekerjaan Allah yang dahsyat. Paulus seorang Kolerik yang berani untuk keluar, memberitakan injil kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal Allah. Hasilnya telah terjadi penginjilan secara lintas budaya, keberaniannya menembus batas tembok penyekat antar budaya dan bangsa, membuat Gereja dapat berdiri di seluruh bumi. Manfaat yang didapat melalui pengenalan temperamen dalam PAK adalah, dimana Tuhan memanggil Abraham, Musa, Petrus dan Paulus sesuai dengan kekuatan dan kelemahan temperamen dasar masing-masing, dapat memberi inspirasi bagi peserta didik untuk menjalani panggilan dan tujuan hidupnya sesuai dengan kehendak Allah.Kata kunci: Temperamen, Flegmatik, Melankolik, Sanguin, Kolerik, Pendidikan Agama Kristen
DESKRIPSI PRAKTIK OKULTISME DI KALANGAN REMAJA SUKU DAYAK MAANYAN DI GEREJA SIDANG-SIDANG JEMAAT ALLAH (GSJA) WILAYAH KABUPATEN BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH Demsy Jura; Wellem Sairwona
Jurnal Shanan Vol. 2 No. 2 (2018): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/shanan.v2i2.1534

Abstract

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau besar yang ada di Indonesia, dan wilayah yang didiami oleh masyarakat suku Dayak ini sangat kental dengan tradisi keyakinan tradisonal dengan berbagai upacara keagamaan yang ada. Agama asli orang Dayak adalah Kaharingan, dan dalam kepercayaan agama ini, sosok Tuhan berbeda sebutannya karena bergantung pada wilayah, misalnya untuk kawasan Barito, Tuhan Kaharingan disebut Yustu Ha Latalla, sedangkan di Kotawaringin Barat disebut Sanghyang Dewata. Namun demikian, mayoritas pemeluk Kaharingan menyebut pencipta sebagai Ranying Hatalla Langit yang kalau diartikan adalah Kuasa yang Maha Besar. Dalam kehidupan kesehariannya, masyarakat Dayak percaya kepada roh-roh inilah yang di-yakini dengan kuar; walaupun kekristenan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Orang Dayak yang terdiri dari sejumlah sub-suku; memiliki tradisi leluhur yang seringkali terhubung dengan penyembahan pada roh-roh leluhur. Secara khusus masyarakat Dayak Maayan, beberapa istilah yang berhubungan dengan penyembahan terhadap roh leluhur, diantaranya: Wadian atau Balian yaitu orang yang menjadi pemimpin ritual dalam beberapa upacara adat Dayak. Damang atau Damung adalah pemimpin atau tokoh masyarakat adat Dayak Maanyan. Mantir adalah tetua adat atau kepala suku atau kepala adat yang dihormati di tengah masyarakat Dayak Maanyan. Wadian Matei adalah pemimpin ritual dalam upacara kematian suku Dayak Maanyan. Wadian Welum adalah pemimpin ritual dalam upacara pengucapan syukur. Datu Tunyung adalah surga dalam kepercayaan suku Dayak Maanyan. Talamana Tuah Hukat adalah Tuhan dalam kepercayaan suku Dayak Maanyan dan juga sering di-sebut Alatala. Kariau adalah roh-roh atau makhluk halus. Adiau adalah roh orang yang sudah me-ninggal. Kebanyakan orang Dayak Maayan masih setia menjalankan tradisi leluhur itu. Demikian juga dengan sejumlah ritual keagamaan seperti Ipaket. Masyarakat Dayak Maanyan percaya bahwa kematian adalah sebuah awal perpindahan atau perjalanan roh (adiau atau amirue) ke kemuliaan dunia baru (tumpuk adiau) yang subur, damai, tentram, kaya raya di mana di sana ada kesempurnaan. Itulah sebabnya ada upacara khusus bagi mereka yang meninggal dunia. Upacara kematian yang lengkap dalam tradisi Suku Dayak Maanyan disebut Marabia, Ijambe dan Ngadatonuntuk. Upacara iniharus di-laksanakan secara lengkap menurut adat agar sampai ke Datu Tunyung atau sorga; dan jika tidak dilakukan secara lengkap, maka arwah atau adiau bisa gentayangan, dan hal inilah yang ditakuti oleh mereka yang masih hidup Kehadiran gereja di kalangan Dayak Maayan, sedikit memberi perubahan dalam pola pikir mereka. Upacara yang berkaitan dengan penyembahan terhadap leluhur mulai disentuh dengan kebenaran Alkitab. Bahaya akan praktik Okultisme terus disampaikan, namun hal itu juga terus berlangsung. Itulah sebabnya penelitian ini hendak menyampaikan data mengenai deskripsi praktik Okultisme yang dilakukan para remaja gereja di Gereja Sidang Jemaat Allah. Penelitian ini hendak membuktikan hal apa saja yang dipraktikkan dan seberapa besar peran gereja dalam membina kehidupan rohani anggota jemaatnya.Kata Kunci: Deskripsi, Okultisme, Agama Kaharingan, Remaja

Page 2 of 11 | Total Record : 101