cover
Contact Name
Muhammad Alif
Contact Email
muhammad.alif@uinbanten.ac.id
Phone
+6281381871727
Journal Mail Official
holistic.alhadis@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Gedung Fuda Lt. Dasar UIN SMH Banten Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Kota Serang Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Holistic Al-Hadis : Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integrasi Keilmuan
ISSN : 24608939     EISSN : 26227630     DOI : https://doi.org/10.32678/holistic
The Journal seeks to place Hadith as its central focus of academic inquiry and to encourage comprehensive consideration of its many facets; to provide a forum for the study of Hadith in its global context; to encourage interdisciplinary studies of the Hadith that are crossnational and comparative; to promote the diffusion, exchange and discussion of research findings; and to encourage interaction among academics from various traditions of learning.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018" : 5 Documents clear
Peristiwa Populernya Hadis Mauḍū‘ "Palsu" muhammad nurbani
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.1927

Abstract

Hadis palsu adalah hadis yang di buat oleh manusia disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Semua Ulama' sepakat memproduksi hadis palsu hukumnya haram. Pembuatan Hadis palsu biasanya untuk kepentingan pribadi dan salah satu kharakter hadis palsu kecenderungan amalnya sedikit tetapi pahalanya besar. Ulama-Ulama telah memberikan rambu-rambu guna menyeleksi hadis ini palsu atau tidak dengan ilmu, nama ilmu tersebut ialah Al-jarh wa ta'dil, dengan ilmu ini kita dapat mengetahui seluk beluk hadis tersebut, agar kita lebih selektif dalam memahami hadis. Karena hadis merupakan hujjah bagi umat muslim setelah al-Quran. Awal kemunculan hadis palsu yaitu pada masa khalifah sayyidina Ali. Banyak kitab-kitab hadis yang telah dikodifikasikan, yang telah diseleksi dari mulai periwayat, matan dan isnad. Hadis tidak hanya sebagai hujjah kedua setelah al-qur’an tetapi juga sebagai penjelas dari al-Qur’an tersebut. Dan intinya keadaan hadis palsu tidak bisa untuk menjadi pegangan hukum syari’at islam. Hadis palsu sangat berlawanan dengan hadis-hadis lainnya, maka tidak boleh membuat hadis palsu entah itu dinisbatkan kepada nabi Muhammad saw, sahabat nabi, atau para tabi’in. Tulisan ini untuk melacak fenomena populernya hadis hadis palsu yang marak di lingkungan masyarakat. Memberikan keterangan-keterangan guna si pembaca mengetahui dan memahami, ketika menemukan hadis bahwa hadis ini palsu atau tidak palsu. Saya berharap dengan tulisan ini masyarakat akan lebih selektif dalam menilai sebuah hadis.
Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Hadis Durotun Nasukha
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.3220

Abstract

Pondok pesantren merupakan tempat menimba ilmu agama, salah satunya menimba ilmu hadis. Salah satu ajaran dalam pondok pesantren tersebut adalah soal melestarikan lingkungan yang untuk dipelajari, dihafal dan dikaji. Oleh karenanya pondok pesantren mengajarkan dan menerapkannya akan tetapi, faktanya di beberapa pondok pesantren masih belum bisa menerapkan hadis-hadis pelestarian lingkungan buktinya masih banyak lingkungan pondok pesantren yang masih belum terawat dan tidak bersih sehingga menimbulkan satu hal yang menjadi persoalan yang seharusnya pondok pesantren sebagai tempat menimba ilmu sudah selayaknya bisa mempraktikan ilmunya atau kepengetahuannya, tapi nyatanya tidak demikian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hadis-hadis yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Serta untuk mengetahui penerapan hadis-hadis tentang pelestarian lingkungan di Pondok Pesantren Modern Daar El IstiqomahMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan format deskriftif analisis, yaitu dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Kemudian menggunakan metode living hadis ditempuh dengan beberapa langkah, yaitu dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan kepada 2 hal yaitu yang pertama, hadis yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan ditemukan dalam berbagai tema yaitu tentang menghidupkan tanah mati terdapat dalam kitab Bukhari dan Tirmidzi berjumlah 3 hadis, hadis tentang keutamaan menumbuhkan tumbuhan dan tanaman terdapat dalam kitab Muslim berjumlah 4 hadis, hadis tentang larangan buang hajat di jalan umum terdapat dalam kitab Ibnu Majah dan Abu Daud berjumlah 3 hadis, hadis tentang larangan kencing di air yang tenang (tidak mengalir) terdapat dalam kitab Tirmidzi, Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah berjumlah 5 hadis, hadis tentang menggunakan air secara berlebihan terdapat dalam kitab Ibnu Majah, hadis tentang kebersihan terdapat dalam kitab Muslim, dan hadis tentang larangan kencing dengan berdiri terdapat dalam kitab Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad berjumlah 7 hadis. Yang kedua, adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan kebersihan dan pelestarian lingkungan yang dilakukan dalam Pondok Pesantren Modern Daar El istiqomah di sini untuk menjaga kelestariannya adalah mewajibkan kepada seluruh santri agar tetap menjaga kebersihan pondok dan memberikan tugas kepada setiap santri untuk tetap menjaga kebersihan pondok dengan membagikan jadwal piket setiap harinya.
Kerangka Acuan Memahami Hadis Endad Musaddad
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.1078

Abstract

Hadis adalah riwayat tentang perkataan, perbuatan, keputusan, sifat yang disandarkan kepada Nabi SAW. Dari segi sumber, volume dan cara periwayatannya, memahami hadis jauh lebih berat ketimbang memahami al-Qur'ān. Al-Qur'ān yang merupakan kalam Allah Yang Maha Tahu meski diturunkan secara gradual seakan merespon perkembangan zaman saat penurunan wahyu, tentu ayat-ayatnya bisa dipahami tanpa mengkaitkannya dengan konteks historis penurunannya (al-‘ibrah bi ‘umūm al-lafẓ). Lain halnya dengan hadis yang bersumber dari Nabi SAW yang kadang diucapkan/dilakukan dalam konteks historis dan peran tertentu serta kebanyakan disampaikan dengan cara yang tidak mutawātir dan kadang bukan dengan redaksi yang asli dari Nabi SAW. Karenanya para ulama kebanyakan lebih cenderung untuk mengendalikan diri dan mengutamakan sikap reserfe (segan) dalam melakukan telaah ulang dan pengembangan pemikiran terhadap hadis, karena banyaknya kendala yang menghadang di tengah jalan ditambah kerumitan untuk meneliti satu persatu mata rantai periwayatan (rijāl al-ḥadīṡ) yang membutuhkan waktu cukup lama dan tersebarnya materi matan hadis di berbagai kitab hadis. Artikel ini membahas tentang acuan kerangka memahami hadis-hadis sahih secara sanad, tetapi mengandung kemusykilan makna untuk konteks kekinian ataupun yang mengandung kontradiksi antara satu hadis dengan lainnya. Sehingga dengannya dapat diketahui mana hadis yang bisa diamalkan (ma‘mūl bih) dan mana hadis yang tidak bisa diamalkan (gairu ma‘mūl bih).
Kualitas Hadis-Hadis tentang Dajjal Syarif Hidayatullah
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.3228

Abstract

Kemunculan Dajjal merupakan salah satu tanda akan datangnya hari kiamat. Namun, keberadaanya masih menjadi perbincangan di kalangan masyarakat luas dan mencari bukti dalil Dajjal yang terdapat pada hadis Nabi. Artikel ini bertujuan membahas maksud pengertian Dajjal; serta membahas mengenai kualitas hadis-hadis yang berkaitan dengan keberadaan Dajjal. Melalui penelitian kepustakaan, hasil pencarian hadis-hadis yang terkait dengan tema Dajjal disusun ulang dengan klasifikasi tertentu lalu dilakukan kritik sanad terhadap hadis-hadis tersebut. Hasil penelitian terhadap kualitas hadis-hadis tentang Dajjal ditemukan kekuatan sanad pada para perawinya, sehingga dinyatakan bahwa hadis-hadis yang membahas tentang Dajjal sesuai dengan kriteria keṣaḥīhannya dan sudah memenuhi syarat keṣaḥīhanya. Hadis tentang Dajjal banyak sekali, dan diriwayatkan oleh sejumlah besar para sahabat Nabi, sehingga tidak dipersoalkan lagi tentang kemutawatirannya secara maknawi, walaupun masih perlu dipersoalkan tentang riwayat sahabat yang menjelaskan telah terpenuhi/terjadinya sebagian ramalan hadis-hadis itu secara terperinci.
Nikah Mut'ah dalam Perspektif Hadis Karlina Karlina
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.3224

Abstract

Discussion about Mutʻah marriage (Temporary Marriage) has been debated, both from Syiʻah and Sunni. The majority of Sunni opines it was originally permitted but then it was forbidden because of command of Khalifa ‘Umar Ibn al-Khaṭṭāb. There was a claim that the ban was happened in Khaibar war. While Syiʻah claims that Mutʻah Marriage is permitted until the last day (Judgment Day) and there is opinion claiming the marriage is not mansūkh (deleted). The example, the opinion of Ibn ‘Abbās revealing that verse 24 of surah An-Nisa is muhkamat and not deleted eventhough Ibn Baṭṭāl revealed that the people of Mecca and Yemen narrated that Ibn ‘Abbās forbade it. Based on the background above, the formulations of the problem are: 1. How is the hadith Mutʻah in the sight of Ibn Ḥajar Al-‘Asqalāniy? 2. How is the hadith Mutʻah in the sight of Muḥammad Baqīr Al-Majisi? The purpose of the research are: 1. Gaining an intensive, thorough and accurate understanding about Mutʻah Marriage from the two great muslim people Ibn Ḥajar Al-‘Asqalāniy and Muḥammad Baqīr Al-Majlisi teoriticallys, to give the answer of problem in this research. 2. Avoiding unreasonable and misguided fanatical attitudes from understanding both Sunni and Syiʻah. The method used in this research are library research method which collets data and information with the various of material then by using descriptive analysis method using Rijāl al-Ḥadith and Fiqh al-Ḥadith method. The results of this research are: 1. Ibn Ḥajar Al-‘Asqalāniy said in his lecture that Mutʻah Marriage was officially permitted and afterwards Rasūlullāh SAW forbade it at the time of Fatḥu Makkah and with the ḥadith writing off the statement that Mutʻah Marriage is permitted. 2. Muḥammad Baqīr Al-Majlisi said in his speech that Mutʻah Marriage is possible to do eventhough the ban was from Khalifa ‘Umar, while the permissibility of Mutʻah marriage is from Rasūlullāh (Prophet) and the command which comes from Alquran and done by the people of apostolic era.

Page 1 of 1 | Total Record : 5