cover
Contact Name
Muhammad Alif
Contact Email
muhammad.alif@uinbanten.ac.id
Phone
+6281381871727
Journal Mail Official
holistic.alhadis@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Gedung Fuda Lt. Dasar UIN SMH Banten Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Kota Serang Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Holistic Al-Hadis : Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integrasi Keilmuan
ISSN : 24608939     EISSN : 26227630     DOI : https://doi.org/10.32678/holistic
The Journal seeks to place Hadith as its central focus of academic inquiry and to encourage comprehensive consideration of its many facets; to provide a forum for the study of Hadith in its global context; to encourage interdisciplinary studies of the Hadith that are crossnational and comparative; to promote the diffusion, exchange and discussion of research findings; and to encourage interaction among academics from various traditions of learning.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 1 (2019): June 2019" : 5 Documents clear
Kedudukan Hadis tentang Hewan Amfibi Endang Wahyuni
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3233

Abstract

Suatu benda atau perbuatan tidak lepas dari empat perkara, yaitu halal, haram, makruh, dan mubah. Seluruh hal-hal yang baik secara mutlak oleh Allah dibolehkan untuk memakannya. Sedangkan untuk sesuatu yang haram kita harus menjauhkannya. Banyak makanan atau minuman yang masuk dalam kategori halal maupun haram. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah adalah: 1). Bagaimana kualitas hadis tentang hewan amfibi?, 2). Bagaimana pandangan ulama hadis tentang hewan amfibi?, 3). Bagaimana pandangan ulama fiqih tentang hewan amfibi? Adapun tujuan penelitiannya adalah: 1). Mengetahui kualitas hadis tentang hewan amfibi. 2). Untuk mengetahui hukum mengkonsumsi hewan amfibi dalam pandangan ulama hadis, 3). Untuk mengetahui hukum mengkonsumsi hewan amfibi dalam pandangan ulama fiqih. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan mengumpulkan buku-buku, selanjutnya data di analisa dengan menggunakan metode takhrij hadis, yaitu meneliti hadis dengan penelusuran hadis dari berbagai kitab sebagai sumber aslinya untuk mengetahui keaslian sanad. Hasil dari penelitian ini, sebagai berikut: Hadis tentang larangan membunuh katak termasuk dalam kategori hadis shahih dan dapat dijadikan sebagai hujjah. Menurut pandangan ulama hadis bahwasannya katak haram untuk dikonsumsi dan dijadikan obat karena membunuhnya saja tidak boleh apalagi menjadikannya sebagai obat. Dan menurut pandangan ulama fiqih mengkonsumsi hewan amfibi termasuk hewan yang khabais (menjijikan).
Takhrij Hadis dalam Kitab Tafsīr Marāḥ Labīd Karya Syaikh Nawawi al-Bantani Zaenudin Zaenudin
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3223

Abstract

Hadith which is believed to be a speech, deeds, decrees (taqrir), and all the conditions of Prophet Muhammad’s saw. second source of teachings after the Qur'an. In terms of its transmission, the hadith of the Prophet is different from that of the Qur'an. All the transmission of the verses of the Qur'an transpires as mutawatir, while the hadith of the Prophet is transmitted in part mutawatir and some others are transmitted in ahad. In interpreting the Qur'an, many scholars use the bi al-ma’sur method, or interpreting the verses of the Qur'an with other verses of the Qur'an, verses of the Qur'an with the hadith of the Prophet, and verses of the Qur'an with the agreement between the Prophet’s close friends and scholars. Even with Shaykh Nawawi al-Bantani, in his interpretations books entitled Tafsīr Marāḥ Labīd , he used the method of interpretation above. However, when interpreting the Qur'an with the hadith of the prophet, Shaykh Nawawi did not include the quality of the hadith that he meant. In addition, he is inconsistent when putting the hadith, sometimes mentioning the mukharrij and the close friends, sometimes only mentioning the close friends, and sometimes he immediately propose a hadith to the Prophet saw. As the main issue of concern in this research is how is quality of the hadith contained in the book of Tafsīr Marāḥ Labīd particularly on the second Juz of Surah al-Baqarah? As the purpose of this research is to know the quality of hadith contained in the book of Tafsīr Marāḥ Labīd particularly on the second Juz of Surah al-Baqarah. In this study, the author uses the research library. As for analyzing the data, the author uses the method of takhrij hadith and descriptive to obtain and describe the data that has been collected in full, then analyze it to get the intended results, namely to know the quality of hadith in the book of Tafsīr Marāḥ Labīb. The results of the study can be concluded that the quality of the hadiths that exist in the book of Tafsīr Marāḥ Labīb on second Juz of Surah al-Baqarah, the majority are ṣaḥiḥ. quality while the ḥasan and ḍaʻif quality hadith, there are only a few and no more than two.
Peran Hadratus Syaikh Kh. Hasyim Asyari dalam Pengembangan Hadis di Indonesia Musfiroh Musfiroh
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3229

Abstract

Sebagai negara yang penduduknya mayoritas Muslim, perkembangan hadis tentunya masuk ke Indonesia, menjadi menarik untuk dibahas karena sebagian besar penikmat ilmu hadis sendiri belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan hadis di Indonesia. Adapun studi tentang sejarah perkembangan kajian hadis di Nusantara, dapat dikatakan masih sangat jarang dilakukan, padahal di samping ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti tafsir, kalam, dan tasawuf, hadis juga memegang perananan yang sangat penting dalam kajian Islam, karena ia merupakan ajaran Islam setelah alquran. Pada umumnya, kajian hadis masih berpusat pada karya-karya ulama klasik, pembahasan yang dilakukan masih sekitar sejarah perkembangan hadis abad ke-2 H, sampai abad ke-4 H. Di samping itu, pembahasan juga diarahkan pada pelacakan dan pengajuan status keshahihan hadis. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa studi tentang hadis di Indonesia mengalami kebangkitan. Bukti dari kebangkitan hadis terletak pada penulisan kitab-kitab hadis oleh ulama Indonesia, baik yang berupa terjemahan dari kitab yang berbahasa arab maupun kitab hadis yang ditulis berdasarkan pemikiran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat pada saat itu, yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan ritual ibadah sehari-hari oleh masyarakat. Seperti kitab hadis yang berjudul Risālah Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‘ah yang ditulis oleh K.H. Hasyim Asy‘ari seorang ulama ahli hadis yang sangat berpengaruh, sebagai bentuk jawaban dari keberagaman masyarakat pada saat itu. Kitab ini juga berperan sebagai jawaban masyarakat dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen, kitab-kitab yang digunakan dalam dunia pesantren pada abad ke-19 tidak mencantumkan kitab hadis. Oleh karena itu K.H. Hasyim Asy’ari tercatat sebagai pelopor hadis yang pertama kali yang memperkenalkan dan mengajarkan hadis di dunia pesantren.
Urgensi Pembahasan Taubat dalam Perspektif Hadis muhammad nurbani
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3231

Abstract

Humans are not beings who avoid mistakes and sin like an angel. And of course everyone has made a mistake. There is no one in this world who is free from mistakes. Therefore, God opens the door to repentance as much as possible for servants or people who regret and realize the mistakes they have made. Even though there are people who are free from sin"Ma'sum" are only a few people, and they are Apostles and Prophets. The rest will always be in a state between kindness andcrime. Until one day good will emerge as the winner who giveshumans become noble and noble beings. and at other times the evil will be the victor who brings the humiliation that ultimately falls into sin. Humans will not be free of deliberate or unintentional mistakes. So every human action must contain an element of error. God is very happy if His servants want to repent and God will forgive all the mistakes that have been made. And the best people who realize that they have done something wrong will immediately apologize to God through forgiveness and repentance. Faster, better before death comes. Repentance means remorse and returning to the right path. Repentance itself is a manifestation of the return of the Servant to accept God's commandment and explain the Prohibition.
Cara Memahami dibalik Perintah Thaharah dalam Islam Syafiin Mansur
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3250

Abstract

Tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan thaharah yang begitu sempurna melainkan ajaran agama Islam. Sebab thaharah dalam Islam mencakup kesucian atau kebersihan dan kesehatan, bahkan Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi menyatakan bahwa thaharah mengandung empat tingkatan adalah [1] Pembersihan jasmani dari kotoran dan najis, [2] Pembersihan anggotaanggota badan dari dosa-dosa yang timbul darinya seperti dosa tangan dengan mencuri atau dosa mata dengan pandangan, dosa kaki dengan berjalan kepada tempat yang haram dan lain sebagainya, [3] Pembersihan hati dari segala sifat yang tercela, [4] Pembersihan hati dari selain Allah, thaharah pada tingkat ini adalah thaharahnya para Nabi dan Rasul.

Page 1 of 1 | Total Record : 5